Anda di halaman 1dari 25

KEBIJAKAN DAN

REGULASI
PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
Overview Perkuliahan

KEBIJAKAN DAN REGULASI BANK INDONESIA :

1. Kebijakan Moneter, Untuk Menjaga Kestabilan Rupiah


2. Kebijakan Makroprudensial, Untuk Menjaga Sistem
Keuangan
3. Kebijakan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan uang
rupiah
4. Pengawasan Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)
5. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
6. Regulasi Perbankan diatur dalam:
- Undang Undang Perbankan
- Peraturan Bank Indonesia
- Peraturan Ojk
Kebijakan Bank Indonesia

KEBIJAKAN BANK INDONESIA :


1. Kebijakan Moneter
2. Kebijakan Makroprudensial, Untuk Menjaga Sistem Keuangan
3. Kebijakan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan uang rupiah
KEBIJAKAN
Tujuan Kebijakan Moneter
1. Kestabilan nilai Rupiah, melalui kestabilan terhadap harga-harga
barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi
2. Kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain

Instrumen kebijakan moneter


1. Kebijakan moneter diskonto adalah upaya bank sentral untuk
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan
kebijakan suku bunga
2. Kebijakan moneter operasi pasar terbuka merupakan upaya
mengendalikan jumlah uang beredar dengan pembelian atau penjualan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau instrumen lainnya di pasar modal
3. Kebijakan moneter cadangan kas adalah aturan dari bank sentral untuk
bank-bank untuk menetapkan batas minimum uang harus dicadangkan
sehingga tak bisa disalurkan untuk pinjaman
KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
 Kebijakan makroprudensial merupakan kebijakan yang bertujuan
memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui
pembatasan risiko sistemik.
 Risiko sistemik adalah potensi instabilitas akibat terjadinya gangguan
yang menular (contagion) pada sebagian atau seluruh sistem keuangan
karena interaksi dari faktor ukuran (size), kompleksitas usaha
(complexity), keterkaitan antarinstitusi dan/atau pasar keuangan
(interconnectedness), serta kecenderungan perilaku yang berlebihan
dari pelaku atau institusi keuangan untuk mengikuti siklus
perekonomian (procyclicality).
INSTRUMEN KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
1. Countercyclical Buffer (CCB) adalah tambahan modal yang
berfungsi sebagai penyangga (buffer) untuk mengantisipasi kerugian
apabila terjadi pertumbuhan kredit dan/atau pembiayaan perbankan
yang berlebihan (excessive credit growth) sehingga berpotensi
mengganggu stabilitas sistem keuangan.
2. Rasio Loan to Value atau Financing to Value (LTV/FTV) adalah
rasio antara nilai kredit/pembiayaan yang diberikan oleh Bank Umum
Konvensional maupun Syariah terhadap nilai agunan, berupa properti
pada saat pemberian kredit/pembiayaan berdasarkan hasil penilaian
terkini. Sedangkan Uang Muka Kredit/Pembiyaan Kendaraan Bermotor
adalah pembayaran di muka sebesar persentase tertentu dari nilai
harga kendaraan bermotor yang sumber dananya berasal dari debitur
atau nasabah.
INSTRUMEN KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
1. Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) merupakan instrumen
makroprudensial yang ditujukan pada pengelolaan fungsi intermediasi
perbankan agar sesuai dengan kapasitas dan target pertumbuhan
perekonomian serta tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
2. Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) merupakan
cadangan likuiditas minimum dalam Rupiah yang wajib dipelihara oleh
BUK dan BUS dalam bentuk surat berharga dalam Rupiah yang dapat
digunakan dalam operasi moneter, yang besarnya ditetapkan oleh Bank
Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK BUK dan BUS dalam
Rupiah.
3. Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) adalah pinjaman dari
Bank Indonesia kepada Bank untuk mengatasi kesulitan Likuiditas
Jangka Pendek yang dialami oleh Bank. esulitan likuiditas jangka
pendek adalah keadaan yang dialami Bank yang disebabkan oleh
terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus
dana keluar dalam rupiaH.
KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Sistem Pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan,
lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan
dana, guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi. Sistem Pembayaran lahir bersamaan dengan lahirnya konsep
'uang' sebagai media pertukaran dalam transaksi barang, jasa dan
keuangan.
KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KEBIJAKAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

 Sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank


Indonesia diberikan tugas dan kewenangan Pengelolaan Uang Rupiah mulai
dari tahapan Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran, Pengedaran,
Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan.

TUJUAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH


 Pengelolaan Uang Rupiah perlu dilakukan dalam mendukung terpeliharanya
stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem
pembayaran. Pengelolaan Uang Rupiah yang dilakukan oleh Bank
Indonesia ditujukan untuk menjamin tersedianya Uang Rupiah yang layak
edar, denominasi sesuai, tepat waktu sesuai kebutuhan masyarakat, serta
aman dari upaya pemalsuan dengan tetap mengedepankan efisiensi dan
kepentingan nasional.
KEBIJAKAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KEBIJAKAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Perencanaan
Perencanaan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan menetapkan besarnya jumlah dan jenis pecahan
berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah dalam periode tertentu. Dalam melakukan perencanaan jumlah uang yang
akan dicetak dilakukan dengan memperhatikan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi,
perkembangan teknologi, kebijakan perubahan harga uang Rupiah, kebutuhan masyarakat terhadap jenis pecahan
uang Rupiah tertentu, tingkat pemalsuan, dan faktor lain yang mempengaruhi. Perencanaan uang Rupiah terdiri
dari dua jenis perencanaan yaitu perencanaan pencetakan uang Rupiah dan perencanaan uang Rupiahe misi baru.

Pencetakan Uang Rupiah


Merupakan suatu rangkaian kegiatan mencetak Uang Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan
rencana cetak dalam periode tertentu. Rencana tersebut mencakup rencana jumlah nominal dan jumlah lembar
Uang Rupiah kertas, serta rencana jumlah nominal dan keping Uang Rupiah logam. Sesuai amanat UU Mata Uang,
pencetakan Uang Rupiah dilaksanakan di dalam negeri dengan menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sebagai pelaksana pencetakan Uang Rupiah. Saat ini Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Perum Peruri) merupakan satu-satunya BUMN yang bergerak dalam bidang pencetakan Uang Rupiah.

Pengeluaran
Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan menerbitkan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bank Indonesia memiliki wewenang dalam mengeluarkan Uang
Rupiah dalam bentuk emisi baru, Uang Rupiah desain baru dan Uang Rupiah khusus (commemorative currency).
Pengeluaran uang Rupiah baru diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang ditempatkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia, serta diumumkan melalui media massa sehingga masyarakat di seluruh wilayah NKRI dapat
mengetahui adanya pengeluaran uang baru oleh Bank Indonesia. Konsekuensi dari penerbitan uang ini adalah
masyarakat dilarang menolak apabila dibayar dengan uang yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia.
KEBIJAKAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Pengedaran
Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan mengedarkan atau mendistribusikan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan pengedaran Uang Rupiah mencakup distribusi Uang Rupiah dan layanan
kas. Kegiatan distribusi Uang Rupiah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kas di seluruh wilayah kerja Bank
Indonesia baik dalam bentuk pengiriman uang (remise) dari KPBI ke KPwBI maupun pengembalian uang (retur)
dari KPwBI ke KPBI. Sementara itu, kegiatan layanan kas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
melalui penarikan dan penyetoran perbankan, termasuk Kas Titipan, serta penukaran uang rusak/cacat/lusuh
kepada masyarakat melalui Kas Keliling dan kerja sama dengan perbankan dan/atau instansi lain.

Pencabutan dan Penarikan Uang Rupiah


merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menetapkan Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah
di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pencabutan dan penarikan uang dilakukan dengan berbagai
pertimbangan, diantaranya masa edar suatu pecahan sudah terlalu lama dan adanya perkembangan teknologi unsur
pengaman (security features) pada uang. Di samping itu juga dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisir
peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan yang ada.

Pemusnahan Uang Rupiah


merupakan suatu rangkaian kegiatan meracik, melebur, atau cara lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak
menyerupai Rupiah. Bank Indonesia berkomitmen untuk menyediakan uang layak edar bagi masyarakat, yaitu Uang
Rupiah yang memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Sebagai wujud komitmen tersebut, salah satu langkah yang dilakukan Bank Indonesia secara rutin
adalah kegiatan pemusnahan uang.
KEBIJAKAN DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK
OTORITAS JASA KEUANGAN
Tujuan
Otoritas jasa keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan:
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil
3. Mampu Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat

TUGAS
Otoritas jasa keuangan mempunyai tugas melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, sektor
Pasar Modal dan Sektor IKNB

FUNGSI
Otoritas jasa keuangan mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor
jasa keuangan.
KEWENANGAN
1. Kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan (right to
license) dan pendirian suatu bank, meliputi pemberian izin dan
pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan
dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan
dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
2. Kewenangan untuk menetapkan ketentuan (right to regulate) yang
menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka
menciptakan perbankan sehat guna memenuhi jasa perbankan yang
diinginkan masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi meliputi: pengawasan bank
secara langsung terdiri dari pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan
keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap
peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui apakah terdapat
praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha
bank; dan pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui
alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank,
laporan hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya.
KEWENANGAN OJK
1. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction),
yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau
tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan
agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
2. Kewenangan untuk melakukan penyidikan (right to investigate),
yaitu kewenangan untuk melakukan penyidikan di Sektor Jasa
Keuangan (SJK), termasuk perbankan. Penyidikan dilakukan oleh
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (RI) dan pejabat Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan OJK. Hasil penyidikan disampaikan kepada
Jaksa untuk dilakukan penuntutan.
3. Kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen (right to
protect), yaitu kewenangan untuk melakukan perlindungan konsumen
dalam bentuk pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat,
pelayanan pengaduan konsumen, dan pembelaan hukum.
TUJUAN PENGAWASAN BANK
Menciptakan sistem perbankan yang sehat
yang memenuhi tiga aspek yaitu :
Sanggup memelihara kepentingan
masyarakat.
Bermanfaat dalam mendorong
pertumbuhan. perekonomian dan
pengendalian moneter.
Mampu mengembangkan usahanya secara
wajar.
REGULASI PERBANKAN INDONESIA
• Regulasi perbankan di Indonesia diatur melalui penetapan UU
tentang perbankan yang dapat diakses pada link berikut:
• Undang-Undang
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/undang-
undang/Default.aspx
• Peraturan Bank Indonesia
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-
bank-indonesia/Default.aspx
• Peraturan OJK
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-
ojk/Default.aspx
• Surat Edaran OJK
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/surat-edaran-
ojk/Default.aspx
TUJUAN REGULASI PERBANKAN

1. Menjaga Stabilitas Keuangan, Stabilitas sistem keuangan adalah suatu


kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi efektif
dan efisien serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan
eksternal, sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat
berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
2. Menjamin kesehatan individu bank
3. Melindungi industri perbankan dalam menghadapi risiko
4. Melindungi nasabah dari kegagalan proses dan prosedur yang dapat
berdampak pada sistem keuangan secara keseluruhan
5. Meningkatkan Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia
KEBUTUHAN REGULASI PERBANKAN
Beberapa pertimbangan mengapa diperlukan regulasi bagi
perbankan:
1. Stabilitas sistem keuangan,
2. Stabilitas moneter
3. Liberalisasi keuangan internasional, Melindungi Perbankan
nasional dari beroperasinya bank asing di Indonesia
4. Persaingan antar bank dan inovasi produk keuangan

Anda mungkin juga menyukai