Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUTORIAL

SGD 9 LBM 3

“NYERI DAN BENGKAK PADA WAJAH”

ANGGOTA KELOMPOK:

1. BASOFI ADI MUSTAWAN 31102200025


2. DEFINA SHEVA FELISA 31102200029
3. FIRDA SEPTIA IRNANTIWI 31102200045
4. IQBAL DANU AJI SAPUTRA 31102200061
5. KHANSA NABILA KUSUMA 31102200070
6. NAJWA MIDA 31102200097
7. NORIKO FARAH EL FAHMI 31102200101
8. NURUL AISYAH ASSARI 31102200105
9. NUUR LUTHFIYAH HASANAH 31102200106
10. ZHARFA FADIAH HUSNA 31102200139

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN TUTORIAL

SGD 9 LBM 3

“NYERI DAN BENGKAK PADA WAJAH”

Telah disetujui oleh

Mengetahui,

Tutor SGD 9 Ketua SGD 9

LBM 3

drg. Mutiara Saraswati Khansa Nabila Kusumah

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN TUTORIAL..............................................................2

BAB I......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................ 4

B. Skenario...........................................................................................................................4

C. Identifikasi Masalah........................................................................................................ 5

BAB 2......................................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6

A. Landasan Teori................................................................................................................ 6

1. Perbedaan diagnosis selulitis dan diagnosis banding.................................................. 6

2. Etiopatofisiologi dari selulitis......................................................................................7

3. Gambaran klinis dan radiografi dari selulitis...............................................................7

4. Anatomi yang terlibat pada selulitis.......................................................................... 10

5. Infeksi mayor pada rongga mulut, proses terjadinya dan hubunganya......................10

6. Gambaran radiografis dan klinis infeksi mayor lainya.............................................. 11

B. KERANGKA KONSEP................................................................................................ 12

BAB 3....................................................................................................................................... 13

PENUTUP................................................................................................................................ 13

Kesimpulan........................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi mayor pada rongga mulut dapat disebabkan oleh sejumlah faktor,
termasuk infeksi bakteri, virus, atau jamur. Namun, tidak ada latar belakang penularan
yang signifikan. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap infeksi mulut
yang signifikan termasuk kesehatan gigi dan mulut, infeksi odontogenik, dan
stomatitis. Untuk mencegah dan mengobati infeksi serius pada rongga mulut, penting
untuk menjaga kebersihan mulut dan mengunjungi dokter gigi secara rutin.
Terdapat beberapa macam infeksi mayor diantaranya seperti selulitis yang
merupakan infeksi kulit yang umumnya disebabkan oleh bakteri Streptococcus atau
Staphylococcus aureus, Ludwig angina yang merupakan komplikasi OI yang paling
umum. Hal ini merujuk menjadi selulitis difus yang menempati submental,
Cervicofacial actynomycosis yang merupakan Infeksi pada jaringan lunak pada
daerah maksilofasial, Osteomyelitis yang adalah infeksi tulang yang biasanya
disebabkan oleh bakteri, seperti Staphylococcus aureus

B. Skenario

Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke RSGM mengeluhkan bengkak pada pipi
kanan dan terasa sakit sejak 1 minggu yang lalu. Anamnesis pasien mengeluhkan gigi
geraham kanan bawah berlubang dan gusi bengkak sebelumnya. Pemeriksaan
ekstraoral wajah asimetris, bengkak pipi kanan, berwarna kemerahan, palpasi lunak
dan nyeri serta teraba hangat. Pemeriksaan intra oral gigi 46 nekrosis pulpa. Dokter
gigi mencurigai adanya infeksi mayor dari gigi yang meluas ke daerah spasia wajah,
kemudian melakukan pemeriksaan penunjang dan mengedukasi penyebarannya pada
rongga mulut.

4
C. Identifikasi Masalah

1. Perbedaan diagnosis selulitis dan diagnosis banding


2. Etiopatofisiologi dari selulitis
3. Gambaran klinis dan radiografi dari selulitis
4. Anatomi yang terlibat pada selulitis
5. Infeksi mayor pada rongga mulut, proses terjadinya dan hubunganya
6. gambaran radiografis dan klinis infeksi mayor lainya

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perbedaan diagnosis selulitis dan diagnosis banding


NO NAMA PENYEBAB GEJALA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
1. Selulitis Selulitis adalah Selulitis Diagnosis
infeksi kulit yang biasanya terjadiselulitis
umumnya sebagai biasanya
disebabkan oleh peradangan didasarkan
bakteri pada kulit yang pada
Streptococcus atau merah, panas, pemeriksaan
Staphylococcus bengkak, dan fisik dan
aureus nyeri. Daerah riwayat medis
yang terkena pasien. Tidak
biasanya tidak ada tumpukan
memiliki titik nanah yang
pus, dan dapat terbentuk
menyebar ke dalam selulitis,
daerah kulit dan
yang lebih luas.pengambilan
sampel untuk
kultur jarang
diperlukan.
2. Abses Abses adalah Abses biasanya bses biasanya
kumpulan nanah terasa sebagai dapat
yang terakumulasi benjolan yang didiagnosis
di dalam jaringan merah, nyeri, berdasarkan
tubuh dan biasanya dan terasa pemeriksaan
disebabkan oleh menggelembung fisik. Dalam
infeksi bakteri pada kulit. beberapa kasus,
Terdapat mungkin
tumpukan nanah diperlukan
yang terbentuk tindakan
di dalamnya, aspirasi
dan ini bisa (pengambilan
terasa lembut sampel) untuk
atau seperti mengonfirmasi
benjolan. keberadaan
nanah dalam
abses.

6
3. Osteomyelitis Osteomielitis Gejala Diagnosis
adalah infeksi osteomielitis osteomielitis
tulang yang mencakup nyeri melibatkan
biasanya pada tulang, pemeriksaan
disebabkan oleh demam, radiologi
bakteri, seperti kemerahan, dan seperti sinar-X,
Staphylococcus pembengkakan CT scan, atau
aureus, yang dapat di sekitar area MRI untuk
menyebar dari yang terinfeksi. melihat
infeksi lain di Pasien juga perubahan pada
tubuh. mungkin merasa tulang.
sangat sakit. Pemeriksaan
darah dan
aspirasi
sumsum tulang
juga dapat
membantu
dalam
konfirmasi
diagnosis.

2. Etiopatofisiologi dari selulitis


 ETIOLOGI
Faktor predisposisi pada selulitis antara lain yakni status gizi, higiene individu,
iklim, penyakit yang mendasari, usia lanjut, dan penurunan fungsi imunologik
(antara lain akibat HIV/AIDS). Selulitis fasialis dapat disebabkan oleh trauma, luka,
dermatosis lain, gangguan pada gigi atau perluasan infeksi dari selulitis bukal, serta
sinusitis.
Bakteri penyebab selulitis pada anak paling sering adalah group A beta haemolytic
streptococci (GABHS) dan S. aureus, sedangkan H. influenza dan S. pneumoniae
menjadi penyebab selulitis fasial, bukal atau periorbital pada anak di bawah 5 tahun.
Bakteri penyebab SF yang lain adalah E. Coli dan Pseudomonas Aeruginosa.
 PATOFISIOLOGI
Berawal dari bakteri pathogen yang menembus lapisan luar dan jaringan subkutan,
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan
dan menghancurkannya, enzim hyaluronidase memecah substansi polisakarida,
fibrinolysin mencerna barier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membrane sel,
sehingga meluas ke jaringan yang lebih dalam dan menyebar secara sistemik lalu
menimbulkan infeksi pada permukaan kulit dan terjadi peradangan akut sehingga
muncul eritema lokal pada kulit yang menyebabkan kerusakan integritas kulit.
Adanya peradangan akut menyebabkan edema dan kemerahan sehingga terjadi
nyeri tekan.
3. Gambaran klinis dan radiografi dari selulitis
 KLINIS

7
Gambar 1. Selulitis wajah dengan keterlibatan daerah rahang atas. Permukaan edema
eritematosa sebagian ditutupi oleh vesikula dan bula kecil. Batasnya tidak jelas.

Gambar 2. Selulitis tungkai yang parah dengan vesikel dan pustula, mengeluarkan
material hemoragik dan nekrotik.

Gambar 3. Selulitis leher yang berkembang pesat, meluas ke batang tubuh, dengan
pembentukan kerak dan kerak (escara) di lokasi keterlibatan primer.

8
Gambar 4. Selulitis tungkai dengan lesi bulosa yang besar dan limfangitis yang
terlihat.

 RADIOGRAFI

Gambar 1. Pemindaian MRI yang menunjukkan selulitis orbita yang parah di sisi
kanan yang berhubungan dengan endoftalmitis bola mata. Perhatikan beberapa
lokasi di segmen posterior mata kanan.

Gambar 2. Pemindaian MRI menunjukkan selulitis orbital pada sisi kanan yang
berhubungan dengan benda asing intraorbital.

4. Anatomi yang terlibat pada selulitis


A. Primary maxillary spaces
- Upper lip
Yang terlibat adalah bagian atas gigi depan, otot orbicularis, sulkus labial antara otot
levator labii superior dan otot levator anguli oris
- Caninus

9
Otot-otot anterior-elevator bibir atas (Orbicularis oris). Medial (levator labii alaque
nasi), lateral (zygomaticus mayor)
- Buccal
Medial (Otot buccinator, fasia bukofaring), anterior (batas posterior zygomaticus
mayor di atas dan depresor anguli oris di bawah.), posterior (tepi otot masseter),
inferior (batas bawah rahang bawah).

B. Mandibular primary space - Submenntal


Lateral (Kulit, fasia superfisial, platysma, superfisial lapisan fasia serviks dalam),
medial (Mylohyoid, hyoglossus, dan styloglossus)

5. Infeksi mayor pada rongga mulut, proses terjadinya dan hubunganya


A. Ludwig angina

Merupakan komplikasi OI yang paling umum. Hal ini merujuk menjadi selulitis difus
yang menempati submental, ruang submandibular dan sublingual secara bilateral dan
dianggap darurat karena cepat menyebar. Ludwig Angina dari sumber odontogenik,
biasanya, berasal dari gigi molar 2 atau 3 rahang bawah, karena kedekatannya dengan
puncak gigi ruang submandibular dan sublingual yang berkomunikasi secara intim
dengan ruang submental, dan dapat menyebar ke ruang faring hingga mencapai
mediastinum. Beberapa tanda klasik angina Ludwig bersifat lingual proptosis dan
elevasi dasar mulut yang menghalangi jalan napas sehingga menyebabkan dispnea,
disfagia, disfonia dan sianosis. Perawatan terutama terdiri dari pengamanan jalan
napas baik dengan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Penghapusan sumber infeksi,
insisi dan drainase semua ruang yang terinfeksi, dan terapi antibiotic.

B. Cervicofacial actynomycosis

Infeksi pada jaringan lunak pada daerah maksilofasial, tetapi mungkin melibatkan
jaringan tulang. Etiologinya berasal dari Actinomyces israelii, suatu gram positif
anaerobik. Hal dapat berkembang dalam beberapa hari, minggu, bulan atau tahun.
Secara klinis dapat diamati sebagai perubahan warna coklat kemerahan pada kulit
mandibula dan kadang-kadang sebagai supuratif massa yang tidak teratur pada kulit.
Berbeda dengan infeksi lain, cervicofacial actinomycosis tidak menyebar melalui
bidang anatomi; lebih tepatnya, menerobos jaringan lunak membentuk saluran yang
berliku- liku yang mengalir ke kulit. Diagnosis hanya bergantung pada hasil kultur.
Karena disebabkan oleh bakteri anaerob, kewaspadaan maksimal harus dilakukan
selama pengambilan sampel. Penghapusan sumber infeksi, ekstensif debridement,
eksisi saluran fistula dan penempatan saluran pembuangan diperlukan untuk resolusi
infeksi. Pengobatannya harus disertai dengan antibiotic, antara lain, penisilin G,
penisilin V, eritromisin, sefalosporin atau klindamisin.

10
6. Gambaran radiografis dan klinis infeksi mayor lainya

A. gabaran klinis dan radiografi dari Ludwig angina

B. gambaran klinis dari Cervicofacial actynomycosis

11
B. KERANGKA KONSEP

PULPITIS

ABSES PERIODONTITIS

SELULITIS GRANULOMA KISTA

3 SPASIA
-SUBMENTAL
-SUBMANDIBULA
-SUBLINGUAL

LUDWING
ANGINA

12
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Terdapat beberapa macam infeksi mayor seperti selulitis yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus atau Staphylococcus aureus, Ludwig angina yang dapat
merujuk menjadi selulitis difus yang menempati submental, Cervicofacial
actynomycosis yang merupakan Infeksi pada jaringan lunak pada daerah
maksilofasial, Osteomyelitis yang biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus. Anatomi yang terlibat pada selulitis seperti Primary maxillary spaces ada
upper lip, caninus, buccal, dan Mandibular primary space - Submenntal

13
DAFTAR PUSTAKA

Ezra, Deri., Sofyan, Asrawati., Setyawati,Tri. 2022. Cellulitis In The Anterior Tibia And
Posterior Sinistra Region. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol.
8 No. 2.

Emilia, Lola Tri. 2018. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Post Debridement
Dan Selulitis Pedis Dengan Intervensi Inovasi Hand Massage Menggunakan Minyak
Essensial Lavender Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Di Ruang Icu Rsud Abdul
Wahab Sjahranie.

Amina Danishyar; Shane R. Sergent. 2023. Orbital Cellulitis

Hidayati, Arina. (2023) Infeksi Odontogenik.

Pedersen, 2017, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta.

Yousefi, Y., Meldrum, J., & Jan, A. H. (2020). Periodontal abscess.

Rathee, M., & Jain, P. (2022). Gingivitis. StatPearls Publishing.

Emilia, L. T., & Wahyuni, T. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Post
Debridement dan Selulitis Pedis dengan Intervensi Inovasi Hand Massage
Menggunakan Minyak Essensial Lavender terhadap Penurunan Intensitas Nyeri di
Ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018.

Mahariski, P. A., Karna, N. L. P. R. V., Rusyati, L. M. M., Permana, A., Nukana, R. P., &
Maharani, P. T. (2022). Necrotizing fasciitis: sebuah tinjauan pustaka. Intisari Sains
Medis, 13(3), 131-136.

Atzori, L., Manunza, F., & Pau, M. (2013). New trends in cellulitis. EMJ Dermatol, 1, 64-76.

Lee, S., & Yen, M. T. (2011). Management of preseptal and orbital cellulitis. Saudi Journal of
Ophthalmology, 25(1), 21-29.

Hoarau, D., Folia, M., Zwetyenga, N., & Ahossi, V. (2019). Gangrenous cervicofacial
cellulitis from odontogenic infection: two clinical cases. Journal of Oral Medicine and
Oral Surgery, 25(1), 4.

Adawy, A., 2022. Odontogenic Infections Update, Al-Azhar University, hal 46-70.

14

Anda mungkin juga menyukai