diutamakan dilakukan lewat saluran akar. Gigi di open bor menggunakan highspeed
handpiece dengan tekanan seringan mungkin. Materi nekrotik harus dihilangkan dari
kavum pulpa dan saluran akar. Jika drainase lewat saluran akar tidak dimungkinkan,
posisi ujung akar terlihat dari rontgen. Prosedurnyaadalah dengan menginsisi mukosa
bukal yang dekat dengan ujung akar, lalu mukosa diangkat dan setelah tulang telihat,
dengan menggunakan bur bulat dalam putaran rendah, tulang dilubangi. Selalu
disertai irigasi dengan larutan saline. Setelah drainase tercapai, mukosa dapat ditutup
Gambar . Abses Intraalveolar. (A) Ilustrasi yang Menggambarkan pada Rongga Alveolar
Dibawah Akar Gigi; (B) Insisi dan Drainase Abses Intraalveolar dari Pembukaan Kavum Pulpa dan
Saluran Akar (Tanda Panah Menunjukkan Eksudat Purulen).6
Gambar . Trepanasi Regio Bukal Tulang Alveolar. (A) Ilustrasi Gambar; (B) Penampakan
Klinis.6
Penatalaksanaan abses jenis ini adalah dengan insisi drainase intraoral. Insisi
dilakukan pada mukosa dengan memperhatikan anatomi pembuluh darah besar dan
saraf pada daerah tersebut. Scalpel blade harus sampai menyentuh tulang untuk
Gambar . Abses Subperiosteal pada Regio Bukal. (A) Ilustrasi yang Memperlihatkan
Akumulasi Pus Antara Tulang Dan Periosteum; (B) Penampakan Klinis Abses Subperiosteal. 6
Gambar . Insisi Abses Subperiosteal. (A) Ilustrasi Penggunaan Scalpel no. 11 untuk
Melakukan Insisi dan Drainase.6
Insisi dibuat superfisial, lalu masukkan hemostat ke dalam lubang insisi untuk
memperbesar jalur drainase. Tempatkan drain pada lubang insisi dan hingga lubang
drainase dapat bertahan hingga 2 hari. Insisi drainase untuk abses palatal harus lebih
hati-hati untuk mencegah terjadinya cedera arteri, vena dan saraf palatina. Oleh
karena itu insisi tidak dilakukan tepat pada daerah tersebut, tetapi lebih ke arah
gingiva atau ke arah midline dengan arah insisi paralel dengan lengkung gigi. Jalur
Gambar . Abses Submukosa pada Regio Bukal Maksila. (A) Ilustrasi yang Memperlihatkan
Akumulasi Pus pada Mukosa Bukal; (B) Penampakan Klinis Abses Submukosa pada Regio Vestibular
Fold.6
Gambar . Insisi dan Drainase Abses Submukosa. Insisi Dilakukan pada Jaringan yang
Fluktuasinya Maksimum untuk Memastikan Agar Seluruh Pus Terdrainase.6
Gambar . Penggunaan Hemostat (Arteri Klam) untuk Memperluas Rongga Abses, Sehingga
Pus Didalamnya dapat Keluar.6
Gambar . Abses Submukosa pada Regio Palatal Maksila. (A) Ilustrasi yang Memperlihatkan
Akumulasi Pus pada Regio Palatal; (B) Penampakan Klinis Abses Submukosa pada Regio Anterior
Palatum Keras.6
Gambar . Insisi dan Drainase Abses Submukosa. Insisi Dilakukan pada Jaringan yang
Fluktuasinya Maksimum untuk Memastikan Agar Seluruh Pus Terdrainase.6
Setelah anestesi dilakukan, insis dilakukan hanya pada lapisaan kulit pada
daerah paling rendah dari pembengkakan. Perhatikan anatomi pembuluh darah dan
saraf pada daerah yang akan diinsisi. Setelah insisi dibuat, masukkan hemostat pada
daerah akumulasi pus, dan ketika hemostat ditarik keluar, pertahankan paruh
hemostat pada posisi terbuka. Pijat dengan lembut daerah akumulasi pus hingga pus
habis. Pasang drain, dan pertahankan lubang insisi hingga 2 – 3 hari hingga pus
kering.
Gambar . Abses Subkutaneus. (A) Ilustrasi yang Menggambarkan Terkumpulnya Massa Pus
pada Regio Dibawah Lapisan Kulit; (B) Penampakan Klinis Pembengkakan Subkutaneus Regio Kanan
Mandibula.6
Gambar . Penatalaksanaan Klinis Abses Subkutaneus. (A) Anastesi Infiltrasi pada Jaringan
yang Tidak Mengalami Pembengkakan; (B) Insisi pada Daerah yang Tidak
Mengganggu Estetik dan Sejajar Garis Wajah, pada Posisi yang Drainasenya Dibantu
Gravitasi; (C) Diperluas dengan Menggunakan Arteri Klam, dan Lakukan Penekanan
Ringan dari Regio Atas Abses untuk Membantu Mengeluarkan Pus; (D) Pemasangan
Drain; (E) Ditutup dengan Kassa Steril.6
2.11.5 Abscess of Base of Upper Lip
prosesus alveolaris. Lalu masukkan hemostat ke dalam lubang insisi hingga mencapai
tulang pada daerah apeks gigi fokus infeksi. Pasang drain dan pertahankan lubang
Gambar . Abscess of Base of Upper Lip. (A) Ilustrasi yang Menggambarkan Terkumpulnya
Massa Pus pada Jaringan Dibawah Bibir Atas; (B) Penampakan Klinis
Pembengkakan Setengah Regio Bibir Atas; (C) Rontgen Periapikal dari Gigi yang
Mengalami Abses; (D) Penampakan Klinis Mukosa Bibir Atas yang Mengalami
Abscess of Base of Upper Lip.6
Gambar . Penatalaksanaan Klinis Abscess of Base of Upper Lip.6
tulang alveolar di daerah kaninus. Masukkan hemostat hingga daerah terdalam dari
akumulasi pus dan menyentuh tulang. Palpasi derah infraorbital dengan tekanan
Gambar . Canine Fossa Abscess. (A) Ilustrasi yang Menggambarkan Terkumpulnya Massa Pus
pada Fossa Canina; (B) Penampakan Klinis Pembengkakan Ekstra Oral Regio Infra Orbita dan
Nasolabial Fold yang Berwarna Kemerahan.6
Gambar . Penatalaksanaan Klinis Canine Fossa Abscess. Insisi dan Drainase Dilakukan pada
Regio Vestibular Fold.6
Insisi drainase untuk kasus abses spasia bukal dilakukan secara intraoral,
dengan alasan:
Insisi intraoral dibuat pada daerah posterior mulut dengan arah anteroposterior
Masukkan hemostat lalu eksplorasi daerah akumulasi pus. Insisi ekstraoral dilakukan
ketika akses intraoral tidak dapat menghasilkan drainase yang baik atau ketika pus
berada di dalam spasia. Insisi dibuat kurang lebih 2 cm di bawah tepi mandibula
dimasukan ke daerah akumulasi pus ke arah superior. Insisi drainase dapat pula
dilakukan ekstraoral pada kasus tertentu. Arah insisi adalah ke arah superior dan
memanjang hingga kurang lebih 3 cm. Titik awal insisi adalah pada daerah sudut
yang dibentuk dari prosesus frontalis dan prosesus temporalis dari tulang
Insisi drainase dilakukan dengan arah horizontal pada daerah tepi batas
rambut kurang lebih 3 cm diatas lengkung zygomaticus. Lalu dilanjutkan hingga dua
lapisan fasia temporal. Pakai hemostat bengkok untuk memperlebar jalur drainase. 6
abses ke arah intraoral. Jika pus menyebar ke arah ekstraoral, insisi dilakukan pada
kulit sejajar dengan tepi dagu 1 – 1,5 cm posterior. Setelah drainase komplit, pasang
drain.6
Gambar . Abses Mental. (A) Ilustrasi yang Menggambarkan Terkumpulnya Massa Pus pada
Regio Anterior dari Simpisis Mandibula; (B) Penampakan Klinis Pembengkakan Ekstra Oral Regio
Mental.6
Insisi dilakukan di bawah dagu dengan arah horizontal dan sejajar dengan
Insisi drainase dilakukan intraoral, daerah lateral dan sejajar ductus Wharton
dan saraf lingual. Untuk menentukan daerah akumulasi pus, gunakan hemostat untuk
mandibula dengan arah sejajar dengan tepi mandibula. Perhatikan anatomi pembuluh
darah dan persarafan wajah yang terdapat di daerah tersebut. Masukkan hemostat ke
lubang insisi lalu eksplorasi daerah akumulasi pus. Diseksi tumpul juga diarahkan ke
daerah medial permukaan tulang mandibular karena pus bisa terdapat pada daerah
Gambar . Abses Submandibular. (A) Ilustrasi yang Menggambarkan Terkumpulnya Massa Pus
pada Regio Dibawah Otot Mylohyoid; (B) Penampakan Klinis yang Memperlihatkan Pembengkakan
Area Posterior Kanan Mandibula.6
Gambar . Penatalaksanaan Abses Submandibular.6
dimulai dari prosesus koronoideus dan berjalan sepanjang batas anterior ramus
menuju mukobukofold hingga kirakira sampai daerah M2. Insisi bisa juga dilakukan
ekstraoral pada kulit, di bawah sudut mandibula. Lalu hemostat dimasukan sampai
daerah akumulasi pus hingga menyentuh tulang. Karena akses jauh dari daerah
akumulasi pus, maka drainase yang baik sulit tercapai sehingga kasus ini sering
kambuh kembali.(6)
Gambar . Submasseteric Abscess. (A) Ilustrasi yang Menggambarkan Terkumpulnya Massa
Pus pada Rongga Submasseter; (B) Penampakan Klinis Submasseteric Abscess.6
bengkok ke arah posterior dan lateral hingga berkontak dengan permukaan medial
ramus.6
Insisi drainage dilakukan ekstra oral (seperti pada insisi kasus submandibular
abses) sepanjang 2 cm, dari inferior ke posterior daerah posterior dari body
daerah tersebut. Drain dipasang hingga lubang insisi bertahan 2 – 3 hari. Drainase
dapat dilakukan intraoral tetapi lebih sulit dan beresiko karena tingginya resiko
cabang nervus fasialis. Drainase pus dicapai dengan diseksi tumpul menggunakan
Gambar . Parotid Space Abscess. (A) Ilustrasi yang Menggambarkan Terkumpulnya Massa
Pus dalam Rongga Parotid; (B) Penampakan Klinis yang Memperlihatkan Pembengkakan Ekstra Oral
Regio Retromandibular yang Berwarna Kemerahan.6
Penisilin atau ampisilin dosis tinggi diberikan parenteral. Drainase dapat dilakukan
lebih dari satu tempat untuk evakuasi eksudat. Untuk kasus yang berat, pasien harus
Gambar . Cellulitis yang Terjadi dengan Etiologi Infeksi pada Gigi Mandibula Posterior. (A)
Ilustrasi yang Menggambarkan Regio Pembengkakan Terinflamasi yang Menyebar secara Difus yang
Meluas dari Regio Submandibular ke Infratemporal, dengan Akumulasi Pus pada Jaringan Dibawah
Gigi yang Mengalami Infeksi; (B) Penampakan Klinis Pembengkakan Ekstra Oral Regio Kiri,
Sehingga Wajah Menjadi Asimetri.6
Gambar . Penampakan Klinis Setelah 15 hari Dilakukan Post Op. Penatalaksanaan Insisi dan
Drainase.6
2.9.4.20 Ludwig’s Angina
menggunakan dua macam antibiotik. Terapi bedah harus dapat mengevakuasi semua
pus. Insisi dilakukan bilateral, ekstraoral, sejajar dan inferior dari batas mandibula di
daerah molar dan premolar. Di intra oral insisi dilakukan sejajar dengan duktus
dapat tercapai dengan maksimal. Pasang drain hingga lubang insisi bertahan hingga 3
hari. Apabila terdapat sumbatan jalan nafas, maka harus dilakukan terapi bedah untuk
Gambar . Cellulitis dengan Penampakan Klinis Ludwig’s Angina. (A) Ilustrasi yang
menggambarkan Regio Pembengkakan Terinflamasi yang Menyebar secara Difus pada Regio Anterior
dan Posterior Mandibula (5 Spasia Fasial), dengan Akumulasi Pus pada Jaringan dibawah Gigi yang
Mengalami Infeksi; (B) Penampakan Klinis Pembengkakan Ekstra Oral Regio Submental dan
Submandibular.6
Gambar . (A) Penampakan Klinis Intra Oral yang Memperlihatkan Pembengkakan Regio
Dasar Mulut dan Elevasi Lidah, dan Supurasi Rongga Sublingual (Rentan Terjadi
Asfiksia); (B) Insisi dan Drainase; (C) Pemasangan Drain pada Regio Insisi; (D) Penampakan Klinis 1
Bulan Post Op.6
DAFTAR PUSTAKA
9. Daud ME, Karasutisna T. 2001. Infeksi Odontogenik 1th ed. Bandung. Bagian Bedah
Mulut Fakultas Gigi Unpad. Hal 1-23
11. Topasian dkk. 2004. Oral and Maxillofasial Infection, 4 rd ed., WB saunders company,
Philadelphia, USA. p. 157-176.
12. Pedersen, G. W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih Bahasa:
Purwanto; dan Basoeseno. Editor: L. Yuwono. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. p191-p219.