0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang insisi area operasi, termasuk pengertian luka insisi, syarat-syarat insisi, macam-macam insisi dan tipe insisi, prinsip tindakan insisi drainase, serta komplikasi yang dapat timbul dari insisi. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang prosedur bedah insisi untuk membuka area operasi, dengan mempertimbangkan aspek anatomi, tujuan, dan risiko komplikasi yang dapat timbul
Dokumen tersebut membahas tentang insisi area operasi, termasuk pengertian luka insisi, syarat-syarat insisi, macam-macam insisi dan tipe insisi, prinsip tindakan insisi drainase, serta komplikasi yang dapat timbul dari insisi. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang prosedur bedah insisi untuk membuka area operasi, dengan mempertimbangkan aspek anatomi, tujuan, dan risiko komplikasi yang dapat timbul
Dokumen tersebut membahas tentang insisi area operasi, termasuk pengertian luka insisi, syarat-syarat insisi, macam-macam insisi dan tipe insisi, prinsip tindakan insisi drainase, serta komplikasi yang dapat timbul dari insisi. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang prosedur bedah insisi untuk membuka area operasi, dengan mempertimbangkan aspek anatomi, tujuan, dan risiko komplikasi yang dapat timbul
Luka insisi adalah luka yang dibuat menggunakan pisau bedah untuk membuka jaringan atau organ yang lebih dalam dengan memperhatikan ukuran, lokasi dan tujuan dari pembuatan luka (Dougherty & Lister, 2015). Luka insisi dengan ukuran ± 2cm dengan kedalaman subcutis dapat sembuh secara spontan pada hari ke-10 (Hubrecht & Kirkwood, 2010). Pada area luka insisi harus selalu dilakukan pengkajian untuk mengetahui proses penyembuhan luka berdasarkan lokasi, ukuran atau dimensi, ada atau tidaknya eksudat, penampakan luka, karakteristik luka, nyeri pada luka, tanda dan gejala dari infeksi (Christensen & Kockrow, 2013). Sebagai seorang perawat, luka tidak hanya dirawat secara intensif tetapi juga dikaji dari berbagai aspek penyembuhan luka karena sangat rentan terjadi infeksi diarea luka insisi. Ada beberapa tujuan dari tindakan insisi, yaitu mencegah terjadinya perluasan abses/infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vakularisasi jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infcksi yang ada dan pemberian antibiotok lebih efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses. Selain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jaringan pulpa nekrotik, atau dengan pencabutan gigi penyebab (Karasutisna, 2001). 2. Syarat-Syarat Insisi a. Memilih daerah yang bebas berdasarkan pertimbangan estetik. b. Harus dapat mengurangi tekanan. c. Tidak mencederai namyak jaringan. d. Tidak menyebabkan banyak perdarahan. e. Didaerah yang mudah dan manfaatkan gravitasi. f. Harus dapat mengeluarkan pus. g. Tidak menimbulkan sakit. 3. Macam-macam Insisi a. Insisi pada daerah yang sehat bila keadaan memungkinkan, insisi pada daerah yang mengalami fluktuasi paling besar akan menyebabkan bekas luka yang sulit hilang. b. Daerah insisi pada daerah yang terlindungi, sehingga bekas sayatan tidak tampak. c. Jika memungkinkan lakukan insisi pada daerah yang terendah dari abses. d. Bersihkan semua eksudat dalam rongga bases. e. Stabilisasi posisi drain dengan jaringan lunak sekitarnya. f. Gunakan dram ekstra oral. g. Jangan gunakan drain yang sama pada waktu yang lama. h. Bersihkan di sekitar luka dari darah dan debris. 4. Tipe insisi a. Insisi middle Insisi midline mengisyaratkan insisi vertikal melalui kulit, lemak subkutan, linea alba dan peritoneum. Sebagian besar serat melintasi linea alba pada arah medio caudal dan medio proksimal dipotong melintang. Sayatan ini mudah untuk dilakukan dan mengakibatkan kehilangan darah yang minimal karena sifat linea alba yang avaskular. Sayatan dapat dibuat secara cepat, rata-rata 7 menit. Terlebih lagi, perut terpapar sangat baik. Jika diperlukan, ekstensi dapat dengan mudah dibuat superior atau inferior, menyediakan akses ke seluruh rongga perut termasuk retroperineum. Keunggulan ini membuat insisi midline sesuai untuk bedah eksplorasi dan emergensi. b. Insisi Paramedian Alternatif dari insisi midline. Dengan teknik ini, linea alba yang relatif avaskular dihindari, sehingga dapat mencegah gangguan penyembuhan luka. Ada 2 variasi yang digunakan : insisi paramedian “medial” konvensional, dimana selubung dan otot rektus di insisi didekat linea alba dan teknik paramedian lateral. Pada insisi paramedian lateral, insisi dilakukan pada batas lateral selubung rektus. Muskulus rektus dibebaskan dari selubung anterior dan ditarik kearah lateral. Retraksi lateral mencegah diseksi atap dalam epigastrium. Akhirnya, selubung rektus posterior (diatas linea arkuata) dan peritoneum dibuka dalam bidang yang sama dengan selubung rektus. Teknik ini lebih rumit dibandingkan insisi secara midline sehingga membutuhkan waktu lebih lama, rata-rata 13 menit dan banyak perdarahan. Pajanan abdomen lebih baik dibagian sisi insisi dibandingkan sisi kontralateral. Kemungkinan memperpanjang insisi ke superior dibatasi oleh kostae. c. Insisi Transversal Insisi transversal supraumbilikal memerikan pajanan terbaik terhadap abdomen bagian atas. Namun, bila area operasi perlu diperluas, pemanjangan insisi lebih sulit dibanding insisi midline dan ekstensi kadang tidak memberi hasil yang diharapkan. Ketika insisi transversal dibuat secara penuh, serabut otot oblikus terpisah dan terpotong sebagian, sedangkan otot transversal terpisah kearah serabutnya. Serat otot rektus terpotong tegak lurus ke arah masing-masing. Atap dalam epigastrik terbagi, namun karena suplai berasal dari bagian bawah dan atas, hal ini bukanlah masalah. Kerusakan arteri segmental dan saraf hanya sedikit. Insisi ini menyebabkan perdarahan lebih banyak daripada insisi midline dan membutuhkan waktu rata-rata 13 menit. Insisi transversal yang kecil dapat dilakukan secara unilateral, membutuhkan waktu lebih sedikit dan tidak merusak atap dalam epigastrium.Insisi transversal infraumbilikal di perut bawah dikenal sebagai insisi Pfannenstiel, sering digunakan pada prosedur ginekologi dan obstetri. Kulit diinsisi secara transversal, sering dengan cembung kebawah untuk menghindari diseksi pembuluh darah dan saraf. Otot dinding abdomen sering dipotong searah dengan insisi kulit, meski beberapa dokter bedah membuka rongga perut secara vertikal, dengan kata lain mengkombinasikan teknik insisi transversal dan vertikal. d. Insisi Oblikus Insisi Kocher atau subkostal adalah insisi oblik yang mengikuti batas kostae dan mengarah ke medio-proksimal. Insisi ini memberikan pajanan baik untuk pembedahan bilier dan bariatrik, serta dapat diperpanjang secara bilateral bila perlu. Banyak pembuluh darah segmental dan saraf yang terpotong bersama serabut otot oblikus eksternal, transversal dan rektus abdominis.Arah dari insisi McBurney atau Gridiron adalah medio-caudal, insisi ini mengikuti arah serabut otot oblikus eksterna, pembuluh segmental dan saraf sehingga kerusakan minimal. Insisi ini juga membagi 3 lapis otot abdomen sejajar dengan arah seratnya. Waktu untuk melakukan insisi dan hilangnya darah sebanding dengan insisi transversal. 3. Prinsip tindakan insisi drainase Prinsip utama tindakan pembedahan berupa insisi drainase adalah untuk pemberian drainase untuk kumpulan pus dan jaringan nekrotik, drainase daan pengeluaran bakteri dari jaringan dibawahnya. Selain itu drainase juga mengurangi ketegangan jaringan sehingga meningkatkan aliran darah dan aliran zat-zat yang berguna untuk pertahanan tubuh lokasi infeksi : a. Insisi pada jaringan yang fluktuasinya paling maksimum b. Insisi pada daerah yang tidak mengganggu estetik dan sejajar pada garis wajah c. Jika mungkin insisi dilakukan pada posisi yang drainasenya diabntu oleh gravitasi d. Diseksi tumpul dilakukan pada jaringan disekitarnya agar sampai pada akar gigi yang merupakan infeksi. e. Drain distabilasi dengan jahitan f. Drain diangkat segera setelah drainase minimal. g. Prinsi tindakan aseptic harus di tererapkan. 4. Komplikasi insisi Infeksi luka operasi yang tidak segera diobati bias menyebabkan komplikasi. Hal ini terjadi karena infeksi beresiko semakin menyebar kebagian tubuh lain. Ada lima jenin komplikasi yang bias terjadi karena akibat infeksi luka operasi. a. Selulitis Infeksi bekas luka operasi bias menyebabkan terjadinya selulitis, kondisi ini terjadi ketika infeksi menyebar kejaringan dibawah kulit dan menimbulkan bekas yang khas. b. Sepsis Salah satu komplikasi infeksi yang harus diwaspadai adalah sepsis. Kondisi ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Kondisi ini terjadi karena bakteri menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh, kemudian menyebabkan perubahan tanda vital, seperti suhu tubuh, tekanan darah, serta frekuensi denyut jantung dan pernapasan. c. Jaringan parut Infeksi yang terjadi karena bekas luka operasi juga bisa menyebabkan munculnya jaringan parut. Tak hanya itu, bekas luka yang mengalami komplikasi juga bisa memicu munculnya kumpulan nanah dan abses pada kulit. d. Infeksi lanjutan Infeksi pada bekas luka operasi juga bisa memicu terjadinya infeksi kulit lainnya, seperti impetigo. Selain itu, infeksi juga bisa menyebabnya perkembangan infeksi lebih lanjut yang disertai dengan tetanus. e. Necrotising Fascitiis Infeksi luka bekas operasi juga bisa menyebabkan komplikasi berupa necrotising fasciitis. Kondisi ini sebenarnya sangat jarang terjadi. Pada necrotising fasciitis, infeksi kulit mengalami kerusakan dan menyebar dengan cepat ke daerah sekitarnya. Salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mencegah terjadinya infeksi pada bekas luka operasi. Setelah menjalani operasi, cobalah untuk bertanya kepada dokter terkait hal-hal yang harus dilakukan untuk merawat luka dan mengurangi risiko infeksi luka operasi.