Geopolitik Dan Strategi Sultan Agung Menuju Kejayaan Nusantara Di Pentas Dunia
Geopolitik Dan Strategi Sultan Agung Menuju Kejayaan Nusantara Di Pentas Dunia
1
peperangan pun siap dilakukan. Maka, terciptalah kultur Mataraman pelayaran dunia, dan letak Jawa merupakan batas akhir dari pelayaran
yang terbiasa dengan pertempuran atas politik kerajaan dengan aksi dunia.
kampanye militer untuk melebarkan kekuasaan dan teritori Mataram. Lantas, kalau memahami potensi kemaritiman seperti itu, mengapa
Ketika Sultan Agung memimpin, duplikasi dan resepsi kebudayaan kerajaan Mataram tidak dipindahkan ke pesisir Utara Jawa yang
islam dan muslim dunia mampu diakulturasikan ke dalam wadah langsung berhadapan dengan laut, tetapi justru dipertahankan di
kultural jawa pra Islam. Sinkretisme budaya telah menjadi satu dari pedalaman yang memunggungi laut.
peristiwa besar Islam ke dalam bentuk baru budaya Islam Mataraman. Pertanyaan tersebut terjawab, bahwa Sultan Agung sadar, VOC telah
Dalam hal ini, Sultan Agung telah menciptakan model Jawa baru merangsek ke Nusantara dengan massivnya. Sebelumnya, Portugis
sebagai Jawa Kejawen, yang mana Jawa saat ini merupakan warisan telah mengawali dan mempelopori rute pelayaran dunia termasuk
bentukan dari masa Sultan Agungan, dan telah melahirkan sebuah kawasan Asia Tenggara, yaitu wilayah Nusantara.
definisi Jawa, dari akar Jawa Majapahit dan Demak. VOC telah berhasil menggeser hegemoni Portugis di selat Malaka dan
Pertanyaannya? dimana letak strategi politik Sultan Agung yang wilayah Nusantara Timur, seperti wilayah kebudayaan Ambon
sebenarnya. Apa maksud tujuan Sultan Agung anti VOC? Apakah (Ternate-Tidore) dan sekitarnya dalam kebudayaan Melayu Timur dan
Sultan Agung mengenal kebudayaan maritim? Itu hal-hal yang harus Melanesia. Bahkan, VOC telah berhasil memindahkan markas
dipecahkan atas kebijakan dan pemikiran besar seorang pemimpin, dagangnya dari Ambon ke Banten yaitu wilayah Sunda Kelapa atau
yaitu Sultan Agung Hanyakrakusuma. Jayakarta yang kemudian menjadi nama Batavia.
Sultan Agung sadar, corak dan pendekatan kerajaan berbasis maritim Atas dasar pemetaan tersebut, Sultan Agung mengaplikasikan dalam
oleh Demak harus memulai hal baru lagi dengan berpindahnya pusat memimpin Mataram ke dalam kebijakan dalam negri dan politik luar
kerajaan di pedalaman selatan Jawa (Pajang) yang berbasis agraris negeri. Kebijakannya jelas, meski sulit dipahami, yaitu; agar VOC tidak
oleh Hadiwijaya di kerajaan Pajang. terus merangsek ke Jawa bagian tengah dan timur, maka strategi
Atas dasar kesejarahan tersebut, Sultan Agung yang lahir dari kultur Sultan Agung mengurung Jawa dengan tidak memberikan akses
wilayah gunung (sebagai dikotomi agraris-maritim, segara-gunung), kepada VOC.
tidak langsung begitu saja mengabaikan potensi kemaritiman. Justru Akses tersebut berupa sumber daya kemaritiman, melalui jalur
yang unik, Mataram yang bercorak agraris namun mendesain pelayaran di pantai utara Jawa dari Sunda Kelapa hingga Hujung Galuh
tatanannya berasa negara maritim. Pada pemahaman saat ini, Sultan (Surabaya) sebagai mobilitas perdagangan dunia, oleh Sultan Agung
Agung telah memetakan politiknya dengan strategi poros maritim. sengaja ditutup bahkan dimatikan. Demi menghalau VOC agar tidak
Memang agak aneh, Mataram tidak terlalu menampakkan masuk ke Jawa, seluruh bandar dan pelabuhan dagang di pesisir utara
pembangunan infrastruktur kelautan tetapi berporos pada sektor Jawa di matikan. Bahkan, wilayah pantai utara Jawa yang sudah ramai
maritim. Bagaimana ini bisa terjadi! oleh para pedagang pan muslim turut dimatikan.
Pemetaan Sultan Agung tepat, ternyata Sultan Agung belajar dari Hal yang paling kontradiksi lagi ketika Sultan Agung membubarkan
pendahulunya kala Majapahit mempunyai pelabuhan Hujung Galuh dewan perwalian Islam yang menghegemoni di Pantura, sedangkan
yang besar dengan armada militernya yang kuat, sementara Demak Sultan Agung sendiri menggunakan bendera Islam dalam membangun
punya industri galangan kapal di Semarang bahkan bertempur dengan kerajaan Mataram. Bahkan politik luar negerinya pun telah
Portugis di Selat Malaka. Secara navigasi Sultan Agung memahami bekerjasama dengan Kesultanan Turki Utsmaniyah, serta Sultan Agung
poros maritim yang dimaksud bahwa wilayah Nusantara adalah jalur sendiri yang telah di baiat sebagai pemimpin Islam di Mekkah.
2
Ternyata alasannya, Sultan Agung benar-benar protektif pada jalur Sultan Agung mengurung Jawa dengan tidak memberikan akses
akses di Pantura agar VOC benar-benar tidak bisa masuk ke Jawa dari kepada VOC.
basecamp di Batavia. Serta mensterilkan Jawa dari lalu lintas Akses tersebut berupa sumber daya kemaritiman, melalui jalur
kebudayaan dunia agar tidak menginfiltrasi Jawa. Sekalipun resikonya pelayaran di pantai utara Jawa dari Sunda Kelapa hingga Hujung Galuh
perdagangan menjadi lumpuh, kota-kota dagang menjadi sepi dan (Surabaya) sebagai mobilitas perdagangan dunia, oleh Sultan Agung
Jawa bak kota mati. sengaja ditutup bahkan dimatikan. Demi menghalau VOC agar tidak
masuk ke Jawa, seluruh bandar dan pelabuhan dagang di pesisir utara
Jawa di matikan. Bahkan, wilayah pantai utara Jawa yang sudah ramai
oleh para pedagang pan muslim turut dimatikan.
Lantas, kalau Hal yang paling kontradiksi lagi ketika Sultan Agung membubarkan
memahami dewan perwalian Islam yang menghegemoni di Pantura, sedangkan
potensi Sultan Agung sendiri menggunakan bendera Islam dalam membangun
kemaritiman kerajaan Mataram. Bahkan politik luar negerinya pun telah
seperti itu, bekerjasama dengan Kesultanan Turki Utsmaniyah, serta Sultan Agung
mengapa sendiri yang telah di baiat sebagai pemimpin Islam di Mekkah.
kerajaan Mataram Ternyata alasannya, Sultan Agung benar-benar protektif pada jalur
tidak dipindahkan akses di Pantura agar VOC benar-benar tidak bisa masuk ke Jawa dari
ke pesisir Utara basecamp di Batavia. Serta mensterilkan Jawa dari lalu lintas
Jawa yang kebudayaan dunia agar tidak menginfiltrasi Jawa. Sekalipun resikonya
langsung berhadapan dengan laut, tetapi justru dipertahankan di perdagangan menjadi lumpuh, kota-kota dagang menjadi sepi dan
pedalaman yang memunggungi laut. Jawa bak kota mati.
Pertanyaan tersebut terjawab, bahwa Sultan Agung sadar, VOC telah Sultan Agung tentu sudah punya kalkulasi politik sebagai dampak dari
merangsek ke Nusantara dengan massivnya. Sebelumnya, Portugis dimatikannya Jawa pada sektor kemaritiman, seperti hilangnya potensi
telah mengawali dan mempelopori rute pelayaran dunia termasuk ekonomi. Itu tidak menjadi persoalan dan pembenar! Alasannya, Jawa
kawasan Asia Tenggara, yaitu wilayah Nusantara. cukup kuat, dengan kondisi geografi yang beraneka keadaan
VOC telah berhasil menggeser hegemoni Portugis di selat Malaka dan morfologinya; gunung, laut dan sungai-sungainya serta hutan dan
wilayah Nusantara Timur, seperti wilayah kebudayaan Ambon potensi pertaniannya, lebih dari cukup untuk mencukupi kebutuhan
(Ternate-Tidore) dan sekitarnya dalam kebudayaan Melayu Timur dan pangan rakyat Jawa. Pada pokoknya, Jawa yang gemah ripah loh
Melanesia. Bahkan, VOC telah berhasil memindahkan markas jinawi cukup membuat rakyat makmur meskipun tidak punya lagi
dagangnya dari Ambon ke Banten yaitu wilayah Sunda Kelapa atau bandar perdagangan di pesisir serta dibiarkannya infrastruktur
Jayakarta yang kemudian menjadi nama Batavia. kelautan yang sudah cukup berkembang menjadi lumpuh.
Atas dasar pemetaan tersebut, Sultan Agung mengaplikasikan dalam Lantas, apa proyeksi dan strategi selanjutnya bila sektor kelautan
memimpin Mataram ke dalam kebijakan dalam negri dan politik luar sudah dimatikan? Fokus Sultan Agung menata dalam negeri Mataram
negeri. Kebijakannya jelas, meski sulit dipahami, yaitu; agar VOC tidak diberbagai sektor sambil menyiapkan skenario menjadikan Jawa
terus merangsek ke Jawa bagian tengah dan timur, maka strategi berkiprah di Nusantara dan dunia. Dengan catatan, aman dari bidikan
3
VOC karena jalur laut dan darat telah di blokade. Blokade yang berisi orang-orang kuat dan digdaya, berpengalaman di semua model
dimaksud mematikan hubungan dagang dalam pokok industri kelautan pertempuran dengan landasan aneka spirit yang mendarah daging.
atau kemaritiman Jawa Sebelumnya, ambisi Sultan Agung untuk mewujudkan cita-cita
Namun demikian, infrastruktur kelautan yang dimaksud sebatas tersebut, sudah dimulai dengan serangkaian kerjasama dengan
mobilitas perdagangan, selebihnya lebih terkonsentrasi pada kerajaan di Nusantara. Seperti hubungannya dengan Sultan
infrastruktur kemaritiman militer yang diserahkan kepada kadipaten- Hasanuddin dan kerajaan-kerajaan yang bertumpu di Selat Malaka dari
kadipaten milik Mataram. Mengingat pusat kota Mataram yang berada kerajaan Malaka sendiri hingga Aceh. Artinya, komunikasi Sultan
di Samudra Hindia bukan jalur pelayaran. Agung sudah sebegitu lebar dengan penguasa di barat dan timur
Setelah menata Jawa selama 15 tahun dengan melanjutkan ekspansi Nusantara. Dugaannya, mereka sudah sepakat berdirinya Kerajaan
eyangnya, Sultan Agung telah berhasil mengalahkan Surabaya dan Nusantara.
terus merangsek ke tatar Sunda. Satu hal besar yang menjadikan pemikiran saat ini adalah, bahwa
Dirasa Jawa sudah cukup kuat, kultur Mataraman telah terbentuk bentuk pembangunanisme itu tidak selamanya benar atau sebagai
padu, dan aneka infrastruktur darat dan laut telah dibangun dengan alasan pembenar. Sederhananya, bila sumber daya alam suduh cukup
desain militer, maka salah satu cara untuk mewujudkan ambisi Jawa memenuhi hajat hidup rakyat ihwal sandang pangan dan papan,
mempersatukan Nusantara menuju pentas dunia tak lain hanya Mengapa? harus membuat infrastruktur untuk kepentingan yang bukan
menyingkirkan VOC atau tinggal menundukan Banten yang terhalang menjadi kebutuhan dalam negeri! Apakah Sultan Agung salah? tidak
oleh VOC. mau ribet? bahkan kolot tidak paham globalisasi? dengan membuatkan
Sultan Agung memutuskan menyerang VOC di Batavia yang akses (infrastruktur) yang jelas-jelas tidak di butuhkan rakyatnya. Pada
sebelumnya VOC membujuk Sultan Agung dengan aneka proposal akhirnya hanya memberikan kemudahan dan kemanfaatan bahkan
kerjasama. Sultan Agung tetap kekeh bahwa VOC hanya bersiasat akses eksploitasi para kolonialis dan imperialis.
dalam rangka menyatukan Nusantara juga. Dengan demikian,
geopolitik dan strategi keduanya sama. Bagi VOC penghalangnya
adalah Sultan Agung, sebaliknya VOC menghalangi upaya Mataram
dalam ambisi besarnya.
Sultan Agung menunggu momentum yang tepat untuk menyerang
Batavia selama 15 tahun, dan VOC pun juga sama, menunggu waktu
yang pas untuk menguasai Jawa. VOC sudah berhitung, sadar akan
kekuatan sumber dayanya, bahkan VOC keder dan minder menghadapi
Jawa. VOC hanya mengendap-endap melihat Jawa dari Batavia
sembari menunggu lemahnya Mataram “ngenteni lenane.” Selain VOC
tidak mau terkuras finansialnya pasca menyingkirkan Portugis.
VOC menyadari bahwa menghadapi Jawa adalah berat. Sadar akan
watak dan mental rakyat Jawa yang sudah di tempa oleh pengalaman
kultural dari jaman Medang, Singosari-Majapahit dan Demak, pastilah
4
1. Bu
atl
ah