Anda di halaman 1dari 36

Quick UploadExplore

 Features

 Example

 Support

 Pricing

Sign In

Sign Up

 Enrichment

 Business

 Books

 Art

 Lifestyle

 Religion
 Home

 Science
The words you are searching are inside this book. To get more targeted content,
please make full-text search by clicking here.

HomeExploreRESUME AGENDA 1, 2 DAN 3 (27)


View in Fullscreen
RESUME AGENDA 1, 2 DAN 3 (27)
Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!

 dhinafiliani50

 http://anyflip.com/ijzmb/vzvl/

Download PDF

Share
Related Publications

View
LKPD HIKAYAT

View
Handout Menulis Teks Cerpen

View
LKPD

View
MEDIA PEMBELAJARAN

View
LKPD TEKS EKSPLANASI

Explore More

Discover the best professional documents and content resources in


AnyFlip Document Base.

Search

Published by dhinafiliani50, 2022-11-22 19:30:59

RESUME AGENDA 1, 2 DAN 3 (27)

Pages:
 1 - 27
RESUME AGENDA 1, 2 DAN 3 (27)

TUGAS MOOC
RINGKASAN AGENDA 1, 2, DAN 3

Disusun Oleh:
Dhina Dwi Filiani, S.Pd.
NIP 198910252022212006
Ahli Pertama-Guru Bahasa Indonesia

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


SMA NEGERI 2 PURBALINGGA
TAHUN 2022

AGENDA 1.1: WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

I. WAWASAN KEBANGSAAN
A. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Pergerakan bangsa Indonesia dimulai dari 20 Mei 1908 yaitu saat berdirinya organisasi
Budi Oetomo. Organisasi ini dipimpin oleh Soetomo. Organisasi ini bertujuan untuk

memajukan pendidikan dan kebudayaan di Hindia Belanda. Pada tahun 1908 mahasiswa

Indonesia juga mendirikan Indische Vereeniging yang bertujuan memajukan kepentingan


Bersama Hindia Belanda dan menjaga hubungan Hindia Timur Belanda. Pada tahun 1925
Indische Vereeniging mengubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Pada tanggal
2 Mei 1926 dilakukan kongres pemuda I yang menghasilkan adanya kongres pemuda II
yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928. Lagu Indonesia Raya pertama kali
dikumandangkan pada saat Kongres Pemuda 1, dan syair Indonesia Raya dipublikasikan

pada tanggal 10 November 1928. 17 Agustus 1945 ditetapkan sebagai hari kemerdekaan
bangsa Indonesia, bukan hal yang mudah untuk mencapai kemerdekaan. Ada beberapa
peristiwa yang mengiringinya. Misalnya saja peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu

yang terjadi tanggal 14 Agustus 1945. Setelah Jepang menyerah pada sekutu, Syahrir
berpendapat bahwa peristiwa menyerahnya Jepang pada sekutu merupakan kesempatan
yang baik bagi Bung Karno untuk mengumumkan kemerdekaan melalui siaran radio,
namun Bung Karno menolak dengan alasan hal tersebut adalah hak PPKI. Pada tanggal 15
Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta menemui Laksamana Maida untuk menanyakan
kebenaran bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu dan Laksamana Maeda membenarkan
berita tersebut. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Soekarni dan rekan-rekannya mendesak

dwitunggal Bung Soekarno dan Bung Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan


Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat itu juga tepatnya pukul 15.00
Dwitunggal dibawa ke Rengasdengklok untuk melanjutkan pemerintahan, namun pada
pukul 18.00 dibawa Kembali ke Jakarta oleh Mr. Soebardjo. Pada pukul 22.30 Dwitunggal

menemui Nisimura. Nisimura mengatakan bahwa pemerintah Jepang harus tunduk pada
perintah Sekutu untuk menjaga status QUO. Tentunya hal ini membuat Dwitunggal marah.
Dwitunggal mengadakan rapat Bersama panitia kecil untuk merumuskan teks proklamasi,
Beliau juga mengingatkan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 akan dibacakan teks
proklamasi di depan rakyat, pembacaan dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Bersamaan dengan pembacaan teks proklamasi Sang Saka Merah Putih juga dikibarkan dan
lagu Indonesia Raya pun dikumandangkan sebagai pertanda bahawa negara Indonesia telah
merdeka dan berdaulat.
B. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa dan kesadaran

terhadap sistem nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD RI 1945, NKRI, dan Bhinka
Tunggal Ika guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, Makmur, dan sejahtera. Empat konsensus dasar
berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
C. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, Lagu Kebangsaan

Bendera negara adalah Sang Merah Putih. Bahasa NKRI disebut Bahasa Indonesia.
Lambang negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Lagu
kebangsaan adalah Indonesia Raya.

II. NILAI-NILAI BELA NEGARA


Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia
dan Negara dari berbagai ancaman.
Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat 3, nilai-nilai dasar Bela Negara meliputi: cinta tanah air, sadar
berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk
bangsa dan negara, kemampuan awal Bela Negara.
III. SISTEM ADMINISTRASI NKRI
Kuntjoro Purbopranoto (1981) menyatakan bahwa sejarah administrasi di Indonesia dimulai
sejak tahun 1816, setelah pemerintahan diambil alih oleh Belanda dari pihak Inggris, segera
dibentuk suatu aturan pemerintah tersendiri. Pada tahun 1905 mulai diterapkan sistem
desentralisasi, namun sistem ini tidak berjalan dengan baik.
Kemudian pada tanggal 1 Maret 1942 pasukan jepang mendarat di Pulau Jawa. Hal ini
mengakibatkan perubahan dalam perkembangan tata pemerintahan yang ditandai dengan
ditetapkannya UU No. 37 yang berlaku secara efektif mulai tanggal 8 Agustus 1942. Pada
awal masa kemerdekaan, perubahan sistem administrasi negara di Indonesia masih dalam
keadaan darurat, karena adanya transisi pemerintahan. Sehingga belum dibentuk susunan
administrasi yang dikehendaki. Bangsa Indonesia memulai sejarah sebagai bangsa Indonesia
yang merdeka setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. PPKI ditugasi untuk
mempersiapkan kemerdekaan. Pada awal berlakunya UUD 1945 sistem ketatanegaraan
belum terbentuk dengan sempurna. Saat itu baru ada presiden dan wakil presiden yang
ditunjuk oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Kemudian ditetapkan Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang
meningkatkak kedudukan komite nasional menjadi badan legeslatif yang berkedudukan
sejajar dengan DPR. Setelah negara-negara bagian menjadi nerara boneka, akhirnya pada
tahun 1949 terbentuk negara serikat.
Hubungan Indonesia Belanda makin buruk setelah terjadi agresi kedua. Atas jasa PBB maka
diadakan Konferensi Meja Bundar di Den Hag antara pemerintah Belanda dan Indonesia pada
tanggal 23Agustus-2 November 1949. Sejak pelaksanaan KMB Indonesia resmi berubah dari
negara kesatuan menjadi negara serikat dengan konstitusi RIS (KRIS) 1949 sebagai Undang-
Undang Dasar. Pada tanggal 19 Mei Tahun1950 telah disepakati bersama untuk Kembali
mewujudkan neegara kesatuan dengan memberlakukan UUDS 1950.Untuk menyelamatkan
bangsa dan negara karena macetnya siding konstituante, maka pada tanggal 5 Juli Tahun
1959 dikeluarkan Dekrit Presiden yang berisi pemberlakuan Kembali UUD 1945,
membubarkan konstituante dan tidak memberlakukan UUDS 1950.
Sebagaimana disebutkan dalam bab 1, pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
“Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.” Organisasi
pemerintahan negara Indonesia bersifat unitaris, walaupun dalam penyelenggaran
pemerintahan kemudian terdesentralisasikan. Berdasarkan hal tersebut maka NKRI dibagi
atas daerah-daerah provinsi, dan provinsi dibagai atas kabupaten dan kota.
Prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yaitu prinsip Bhineka Tunggal Ika,
Nasionalisme Indonesia, kebebasan yang bertanggung jawab, wawasan nusantara, dan
persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-cita reformasi.
Nasionalisme merupakan sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan menganggap semua
bangsa sama derajatnya. Sikap patriotism adalah sikap rela berkorban segala-galanya
termasuk nyawa sekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri patriotism
yaitu cinta tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, menempatkan
persatuan dan kesatuan di atas kepentingan pribadi, berjiwa pembaharu, tidak kenal
menyerah dan putus asa.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara baik dalam arti
sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. UUD 1945 yang bagi NKRI disebut UUD

1945 hasil amandemen 1, 2, 3, dan 4 terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan
hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945,
merupakan tempat dikenangkannya berbagai norma dasar yang melatarbelakangi, kandungan
cita-cita luhur dari pernyataan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena
itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi batang tubuh
UUD 1945 maupun bagi UUD RI.
Berdasarkan pasal 11 UU ASN, tugas pegawai ASN adalah melaksanakan kebijakan publik
yang dibuat oleh pejabat Pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas,
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.

AGENDA 1.2: ANALISIS ISU KONTEMPORER

I. Perubahan Lingkungan Strategis


A. Konsepsi Perubahan Lingkungan Strategis
Perubahan merupakan hal yang pasti terjadi. Perubahan tidak hanya berorientasi pada
sesuatu yang berbeda, tetapi perubahan harus mampu membawa ke arah yang lebih baik.
Empat lingkungan strategis yang mempengaruhi kesiapan PNS dalam melaksanakan
pekerjaan yaitu individu, keluarga, masyarakat lokal dan regional, nasional, dan dunia.
B. Modal Insani dalam Menghadapi
C. Perubahan Lingkugan Strategis
1. Modal intelektual
2. Modal emosional
3. Modal sosial
4. Modal ketabahan
5. Modal etika/ moral
6. Modal Kesehatan jasmani dan rohani

II. Isu-Isu Strategis Kontemporer

ASN sering kali dihadapkan pada pengaruh eksternal dan internal yang kian lama menggerus
kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu ASN harus memahami berbagai isu
strategis kontemprer diantaranya: korupsi, narkoba, paham radikalisme, money laundry, proxy
war, dan kejahatan komunikasi masal misalnya cyber crime, hate speech, dan hoax.

A. KORUPSI
1. Sejarah Korupsi di Dunia
Dalam sejarah dunia, korupsi telah menjadi masalah serius di berbagai negara
misalnya Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Yunani, dan Romawi Kuno. Selain itu, dalam
buku yang berjudul Food and Money in Ancient China juga mencatat adanya korupsi
di China pada awal berdirinya dinasti Han. Kasusu korupsi itu telah membuat
masyarakan China mengalami kesulitan pangan sehingga setengah dari jumlah
penduduknya meninggal dunia.

Kasus korupsi semakin merebak pasca perang dunia kedua. Hal ini disebabkan oleh
membengkaknya urusan pemerintahan, lahirnya generasi pemimpin yang rendah
martabat moral dan bersikap masa bodoh, dan terjadinya manipulasi serta intrik
melalui politik, kekuatan keuangan dan bisnis asing.

2. Sejarah Korupsi di Indonesia


Zaman kerajaan
Sejarah mencatat bahwa hancurnya kerajaan-kerajan besar di Indonesia karena
perilaku korup para tokohnya. Misalnya Sriwijaya yang hancur karena tidak adanya
generasi penerus. Mataram hancur karena politik pecah belah. Kerajaan Singosari
hancur karena perang saudara memperebutkan kekuasaan. Buku History of Java karya
Rafles menyebutkan bahwa orang Jawa memiliki karakter pasrah pada keadaan tetapi
memiliki keinginan untuk dihargai orang lain. Bangsawan jawa gemar menumpuk
harta, memelihara abdi dalem, bersikap manis untuk menarik perhatian raja. Hal ini
menjadi embrio lahirnya generasi oputunis yang akhirnya melahirkan jiwa yang korup.

Zaman Penjajahan
Prktik korupsi masuk dalam sistem budaya, social, ekonomi, dan politik. Budaya
korupsi berkembang di kalangan tokoh lokal yang dijadikan budak politik (contohny
demang dan temenggung) untuk kepentingan penjajah. Kontribusi zaman penjajahan
dalam budaya korupsi yaitu dengan mempraktikan budaya hegemoni dan dominasi.
Atas dasar kewenangan dan kekuasaan mereka menindas kaumnya melalui sikap yang
korup.

Zaman Modern
Budaya korupsi telah diwariskan dari zaman kerajaan hingga zaman penjajahan,
bahkan sampai saat ini pun masih banyak kasus korupsi yang terjadi. Hal ini perlu
untuk segera diatasi. Pada masa orde lama pemerintah membentuk badan
pemberantasan korupsi yaitu PARAN (Panitia Retooling Aparatur Negara) dan
Operasi Budhi. Pada masa orde baru membentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK),
tetapi TPK mengalami kegagalan sehingga dibentuk Operasi Tertib. Usaha
pemberantasan korupsi berlanjut pada masa pemerintahan presiden B.J Habibie,
Abdurahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono, berbagai peraturan
dan lembaga dibentuk diantaranya: Komisi Penyelidik Kekayaan Penyelenggara
Negara (KPKPN), Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Ombudsmen, dan
TGPTPK. Namun hingga saat ini, lembaga tersebut belum mampu memberantas
korupsi, bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-5 negara paling korup.

Dalam hal pemberantasan korupsi UNCAC memiliki arti penting bagi Indonesia,
yaitu: meningkatkan kerja sama internasional khususnya dalam melacak,
membekukann, menyita, dan mengembalikan asset hasil korupsi yang disimpan di luar
negeri. Meningkatkan kerja sama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik. Meningkatkan kerja sama dalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi, bantuan
hukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana, dan penegakan
hukum. Mendorong terjalinnya kerja sama dalam pertukaran informasi dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi. Harmonisasi peraturan perundang-undangan
nasional.

3. Memahami Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin “corruption” atau “coruptus”. Korupsi dapat
diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Korupsi dapat terjadi karena faktor individu dan lingkungan. Faktor individu yang
menyebabkan korupsi diantaranya yaitu: sifat tamak, moral yang lemah, dan gaya

hidup konsumtif. Faktor lingkungan yang memicu terjadinya korupsi yaitu: factor
sikap masyarakat terhadap korupsi, ekonomi, politis, dan organisasi.

Setiap bentuk Tindakan korupsi diancam dengan sanksi sebagaimana diatur dalam UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20
Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999, yaitu betuk Tindakan:
a. Melawan hukum, memperkaya diri orang/ badan lain yang merugikan keuangan/

perekonomian negara (pasal 2)


b. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/ kedudukan yang dapat merugikan

keuangan/ perekonomian negara (pasal 3)


c. Penyuapan (pasal 5, 6, 11)
d. Penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9, 10)
e. Pemerasan dalam jabatan (pasal 12)
f. Berkaitan dengan pemborongan (pasal 7)
g. Gratifikasi (pasal 12B dan 12 C)

Menurut SH Atlas, secara tipologi korupsi dibedakan menjadi korupsi transaktif,


korupsi yang memeras, korupsi investif, korupsi perkerabatan, korupsi defensif, dan
korupsi dukungan.
4. Dampak korupsi
Korupsi dapat menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara diberbagai bidang misalnya bidang social budaya, ekonomi, dan psikologi
masyarakat.

5. Membangun sikap antikorupsi


Berbagai tindakan yang mampu membangun sikap antikorupsi diantaranya:
a. Bersikap jujur.
b. Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak.
c. Menghindari konfik kepentingan.
d. Melaporkan kepada penegak hukum jika menjadi korban korupsi.

B. NARKOBA
1. Pengertian, Penggolongan, dan Sejarah Narkoba
Narkoba adalah akronim dari Narkotika, Psikotripika, dan bahan adiktif lainnya.
Narkotika zat atau obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilang rasa, mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:
a. Golongan I, ditujukan untuk ilmu pengetahuan, bukan untuk pengobatan, dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
b. Golongan II, untuk pengobatan dan berpotensi tinggi menyebabkan
ketergantungan. (Morfin, Petidin)
c. Golongan III, untuk pengobatan dan berpotensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. (kodein)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah atau sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan
menjadi:

a. Golongan I, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, tidak untuk terapi, dan


berpotensi mengakibatkan ketergantungan. (ekstasi, LSD)

b. Golongan II, untuk pengobatan, berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.


(amfetamin, shabu, metilfenidat, retalin.

c. Golongan III, untuk pengobatan dan berpotensi sedang mengakibatkan


ketergantungan. (pentobarbital, flunitrazepam.

d. Golongan IV, untuk pengobatan dan berpotensi ringan mengakibatkan


ketergantungan. (diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam)
Zat akdikif lainnya yaitu:
a. Minuman berakohol, mengandung etanol etil alcohol yang berpengaruh menekan

saraf pusat.
b. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut). Contoh lem, thinner, cat

kuku dll.
c. Tembakau

Pada zaman dahulu narkotika digunakan untuk obat-obatan dan bumbu masakan.
Hingga akhirnya pada tahun 1806 dr. Friedrich Wilhelim menemukan narkotika jenis
morphin, hasil modifikasi candu dan amoniak. Candu juga dapat digunakan sebagai
senjata nirmiliter dalam peperangan misalnya perang candu 1 pada tahun 1839-1842,
perang candu 2 tahun 1856-1860. Di Amerika morphin digunakan untuk perang
saudara yaitu untuk penghilang rasa sakit jika ada yang terluka akibat senjata api.
Di Indonesia, orang Jawa sudah menggunakan opium sejak abad ke-17. Pada saat itu
terjadi perang antara pedagang Inggris dan VOC memperebutkan pasar opium di Pulau
Jawa. Pasar opium teramai berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2. Tindak Pidana Narkoba


Ancaman tindak pidana di Indonesia sudah berada di level yang memprihatinkan yaitu
level kritis. Berdasarkan hal tersebut presiden Ir. Joko Widodo menyatakan bahwa
Indonesia Darurat Narkoba dan kemudian memerintahkan BNN sebagai agen
pelaksana atau motor penggerak dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Indonesia, dengan
melakukan penanggulangan atau tanggap darurat sebagai akibat dari darurat narkoba.

3. Membangun Kesadaran Anti Narkoba


Membangun kesadaran anti narkoba dapat dilakukan melalui beberapa hal. Misalnya,
dengan meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di berbagai media. Membentuk
relawan anti narkoba di berbagai lingkungan untuk membangun kesadaran dan
kepedulian dalam menjaga diri, lingkungan, dan masyarakat dari penyalahgunaan
narkoba.

C. TERORISME DAN RADIKALISME


1. Terorisme
Terorisme merupakan bentuk kekerasan terhadap penduduk sipil/ non kombatan untuk
mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil jika dibandingkan dengan perang.
Potensi-potensi terorisme di Indonesia:
a. Terorisme yang dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan.
b. Terorisme yang dilakukan oleh warga negara yang tidak puas atas kebijakan
negara.

c. Terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan dogma dan ideologi tertentu.
d. Terorisme yang dilakukan oleh kaum kapitalis ketika memaksakan pola binsis dan

investasi kepada masyarakat.


e. Terror yang dilakukan oleh masyarakat pada dunia usaha.

Terorisme tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi secara internasional.
Terorisme internasional adalah bentuk kekerasan politik yang melibatkan warga atau
wilayah lebih dai satu negara. Empat tipe kelompok teroris yang beroperasi di dunia,
yaitu:
a. Teroris sayap kiri merupakan kelompok yang menjalin hubungan dengan komunis.
b. Teroris sayap kanan merupakan kelompok yang terinspirasi dari fasisme.
c. Etnonasionalis atau teroris sparatis merupakan gerakan separatis yang mengiringi

gelombang dekonsiliasi setelah perang dunia II.


d. Teroris keagamaan merupakan kelompok yang mengatasnamakan agama.
Upaya pemberantasan terorisme internasional yaitu dengan mengeluarkan Resolusi
Dewan Keamanan PBB No. 1373 pada 28 September 2001. Selain itu, PBB juga
mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1377 pada November 2001.

2. Radikal dan radikalisme


radikalisme dapat diartikan sebagai tantangan politik yang bersifat mendasar atau
ekstrem terhadap tatanan yang sudah mapan. Penyebaran radikalisme berkembang
pesat baik dalam hal kegiatan maupun penjaringannya. Hal ini menjadi ancaman besar
bagi bangsa Indonesia, sehingga perlu adanya penanggulangan. Penanggulangan
terorisme dibagi menjadi dua yaitu pendekatan keras dan pendekatan lunak.

Pola penyebaran Radikalisme dapat dilakukan melalui berbagai saluran seperti media
massa, komunikasi langsung (dalam bentuk dakwah, diskusi, dan pertemanan),
hubungan kekeluargaan (pernikahan, kekerabatan, keluarga inti), lembaga Pendidikan
di sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi. Radikalisme memiliki berbagai
keragaman, antara lain radikal gagasan, milisi, sparatis, premanisme, terorisme.

Radikalisme memiliki hubungan yang erat dengan terorisme. Radikal terorisme adalah
suatu aksi atau gerakan brutal yang mengatasnamakan agama, biasanya dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menjadikan agama sebagai senjata untuk menyerang
kelompok lain yang berbeda pandangan. Beberpa faktor pendorong munculnya
radikalisme yaitu faktor social politik, emosi keagamaan, kultural, ideologi anti
westerenisme, dan kebijakan pemerintah.

Dampak radikalisme diantaranya yaitu perubahan kepercayaan terhadap pelaku-


pelaku ekonomi di dalam dan di luar negeri, masyarakat mersa tidak aman di negerinya
sendiri, situasi politik di dalam negeri tidak stabil, negara kehilangan devisa dari sector
pariwisata. Beberapa langah yang perlu dilakukan agar ancaman terror tidak terjadi
yaitu dengan pencegahan, penindakan, dan pemulihan.

D. MONEY LAUNDRY
Money laundry/ pencucian uang/ pemutihan uang. Pencucian uang adalah suatu perbuatan
kejahatan yang melibatkan upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/

harta kekayaan dari hasil tindak pidana/ kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-
olah dari aktivitas yang sah.

Beberapa hal yang menyebabkan pencucian uang yaitu kurangnya koordinasi antarinstansi
pemerintah dalam suatu negara, penegakan hukum yang tidak efektif, minimnya pengawasan,
sistem pengawasan yang tidak efektif, kerja sama dengan pihak internasional yang terbatas.

Dampak negatif pencucian uang yaitu merongrong sektor swasta yang sah, merongrong
integritas pasar keuangan, hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi,
timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi, hilangnya pendapatan negara dari sumber
pembayaran pajak, risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi, merusak
reputasi negara, dan menimbulkan biaya social yang tinggi.

Metode yang biasanya dilakukan dalam pencucian uang diantaranya adalah buy and sell
conversion, offshore conversion, legitimate business conversion. Pencucian uang dilakukan
melalui 3 tahap yaitu penempatan, pemisahan, dan penggabungan. Pemberantasan pencucian
uang diatur dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Tindak Pidana Pencucian
Uang. Di Indonesia tindak pidana pencucian uang diatur dalam pasal 3, pasal 4, dan pasal 5.

E. PROXY WAR
1. Sejarah Perang Proksi
Perang proksi telah ada sejak zaman dahulu sampai sekarang, perang ini dilakukan oleh
negara-negara besar dengan aktor negara maupun non negara. Zaman dahulu bangsa
Indonesia masih berupa kerajaan-kerajaan, dengan melihat pejuangan pada masa lalu atau
pada masa kerajaan dapat disimpulkan bahwa perjuangan yang bersifat kelompok tidak
akan mencapai tujuan bangsa. Kemudian seiring berjalannya waktu lahirlah Pancasila.
Setelah negara Indonesia terbentuk dihadapkan pada permasalahan yang tidak jauh
berbeda yaitu adanya perkembangan teknologi ditengah keterbatasan sember daya alam
dan adanya tuntutan kepentingan kelompok, hal ini yang menciptakan perang proksi
(proxy war).
2. Proxy War Modern
Proxy War merupakan konflik di antara dua negara, tetapi kedua negara tersebut tidak
terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan proxy atau kaki tangan. Perang
proksi telah terjadi di Indonesia dalam berbagai bentuk misalnya investasi besar-besaran
di Indonesia, menyebarkan black campign, menguasai pembuat kebijakan dan legeslatif,
mengadu domba aparatur negara, membuat fakta-fakta perdagangan guna menekan
produk Indonesia, menguasai dan membeli media massa, menciptakan konflik domestic,
menguasai sarana informasi dan komunikasi strategis, merusak generasi bangsa, dan
menghasut para pelajar.

3. Membangun kesadaran anti proksi dengan mengedepankan kesadaran bela negara


melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila
Pancasila merupakan ideologi bangsa yang terbentuk berdasarkan kondisi bangsa
Indonesia. Sehingga Pancasila memberikan ciri khas dalam kebudayaan masyarakat yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Pengamalan Pancasila untuk
membangun kesadaran anti proxy war dapat dilakukan melalui beberapa hal, yaitu:
a. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan bela negara yang dijiwai semangat gotong
royong.

b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan bela negara yang dijiwai dengan nilai spiritual
ketuhanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

c. Berpedoman pada Pancasila sebagai pandangan hidup dalam mewujudkan cita-cita


bangsa.

d. Meyakini bahwa ideologi Pancasila dapat mempersatukan bangsa.

F. KEJAHATAN MASS COMMUNICATION


1. Pengantar
Perkembangan komunikasi massa berdasarkan penggunaan media komunikasi sebagai
indikatornya yaitu:
a. Penggunaan tanda dan isyarat.
b. Penggunaan bahasa dan percakapan
c. Penggunaan tulisan
d. Penggunaan media cetak
e. Penggunaan media massa.

Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang. Ciri pokok komunikasi massa menurut Noelle-Neumann yaitu tidak
langsung, satu arah, terbuka, publik tersebuar secara geografis. Komunikasi massa
berfungsi untuk menyampaikan pesan secara umum kepada publik, untuk melakukan
transmisi pengetahuan, nilai, norma, maupun budaya kepada publik yang menerima pesan.
Komunikasi massa memerlukan adanya elemen pemberi pesan, media penyampai pesan,
penerima pesan, anonimitas, komunikasi satu arah, dan waktu penyampaian yang serentak.

Media massa merupakan segala bentuk sarana komunikasi untuk mempublikasikan berita
kepada masyarakat. Dalam konteks jurnalistik, media massa terbagi atas tiga jenis media,
yaitu media cetak, elektronik, dan online.

2. Bentuk Tindak Kejahatan dalam Komunikasi Massa


a. White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)
Tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh kelomok orang dengan status social
yang tinggi.
b. Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)
Tindakan melawan hukum yang tidak menimbulkan penderitaan secara langsung pada
korban.
c. Organized Crime (Kejahatan Terorganisir)
Kejahatan yang dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan dengan
dukungan sumber daya dan menggunakan berbagai cara untuk mendpatkan sesuatu
yang diinginkan.
d. Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)
Kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan
keuntungan dan menekan kerugian.

Beberapa jenis kejahatan yang paling sering terjadi pada konteks komunikasi massa yaitu
cyber crime, hate speech, dan hoax. Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk
kejahatang yang terjadi di dunia maya dengan menggunakan computer, jaringan computer,
dan internet. Terdapat beberapa jenis cyber crime yaitu unauthorized access, illegal
contents, penyebaran virus, cyber esplonage, sabotage, and ekstortion, carding, hacking
and cracker, cybersquatting and typosquatting, cyber terrorism.

Hate speech merupakan bentuk tindak kejahatan dalam komunikasi massa yang berupa
ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang disampaikan oleh
individu ataupun kelompok di muka umum atau ruang publik. Hoax adalah berita atau
pesan yang isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan dan bersifat mengadu domba.

Beberapa tips dalam menggunakan media sosial agar terhindar dari pelanggaran hukum
yaitu dengan memahami regulasi yang ada, menggunakan etika bersosial media,
memasang identitas asli diri dengan benar, cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang
akan dibagikan, berhati-hati dalam memosting data pribadi.

III. TEKNIK ANALISIS ISU


A. Memahami Isu Kritikal
isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah sumber daya yang
memerlukan pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik akan isu tersebut. Isu
kritikal terbagi menjadi tiga jenis yaitu isu saat ini, isu berkembang, dan isu potensial.

B. Teknik-Teknik Analisis Isu


1. Teknik tapisan isu
Teknik tapisan isu dilakukan dengan menetapkan rentang penilaian 1-5 pada kriteria
actual, kekhalayakan, problematic, dan kelayakan.
2. Teknik analisis isu
Beberapa alat bantu untuk menganalisis isu yaitu mind mapping, fishbone diagram,
analisis SWOT.
3. Analisis kesenjangan atau gap analysis.
Gap analysis adalah perbandingan antara kinerja aktual dengan kinerja potensial.
Metode ini merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan
kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan.

AGENDA 1.3: KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

I. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara


A. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan bela negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap secara sadar dan ikhlas dengan disertai kerelaan
berkorban jiwa dan raga yang dilandasi kecintaan terhadap NKRI.
B. Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar CPNS
Kesiapsiagaan bela negara dalam latsar CPNS diartikan sebagai kemampuan CPNS dalam
memahami dan melaksanakan kegiatan oleh rasa, olah piker dan olah tindak dalam
pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamnya meliputi pengaturan tata tempat, tata
upacara, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
Nilai-nilai dasar bela negara:
1. Cinta tanah air
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban demi bangsa dan negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdault adil dan Makmur.
C. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara

1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan peraturan lain.


2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa cinta pada bangsa dan patriotisme.
5. Melatih jiwa leadership.
6. Membentuk iman dan taqwa pada agama yang dianut.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif.
10. Membentuk prilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antarsesama.
D. Keterkaitan Modul 1, Modul 2, Dan Modul
Modul 1, 2, dan 3 saling berkaitan karena modul 1 membahas wawasan kebangsaan dan
nilai-nilai dasar bela negara yang akan membuka wawasan mengenai bela negara yang
akan dibahas lebih lanjut dalam modul 3. Modul 2 membahas isu kontemporer dan cara
menganalisis isu kontemporer, untuk menghadapi hal-hal tersebut diperlukan
kesiapsiagaan bela negara yang dijelaskan dalam modul 3.

II. Kemampuan Awal Bela Negara


Kemampuan awal bela negara meliputi Kesehatan jasmani dan mental; kesiapsiagaan jasmani
dan mental; etika, etiket, dan moral; kearifan lokal.
A. Kesehatan jasmani dan mental
Kesehatan jasmani
Kesehatan jasmani adalah kemampuan dan kesanggupan untuk melakukan kerja atau
aktivitas, mempertinggi daya kerja tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Sebagai ASN tidak hanya membutuhkan jasmani yang sehat tetapi juga jasmani yang
bugar. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan,
aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan serta memiliki cadangan tenaga untuk
menikmati waktu senggang dan untuk melakukan keperluan yang mendadak. Komponen
kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan yang dapat diukur yaitu
komposisi tubuh, kelenturan/ fleksibilitas tubuh, kekuatan otot, daya tahan jantung dan
paru, daya tahan otot.
Kebugaran jasmani sangat dipengaruhi oleh pola hidup sehat. Kebiasaan baik dalam pola
hidup sehat yaitu makan sehat, aktifitas sehat, berpikir sehat, lingkungan sehat, istirahat
sehat. Beberapa ciri jasmani yang sehat yaitu, normalnya fungsi alat-alat tubuh; memiliki
energi yang cukup untuk melaksanakan tugas harian; kondisi kulit, rambut, kuku yanga
sehat; memiliki pemikiran yang tajam.
Kesehatan mental berkaitan dengan interaksi antara pikiran dan emosi manusia. Salah satu
cara mendapat kendali diri yang baik yaitu dengan memelihara kesehatan otak.
B. Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental
Kesiapsiagaan jasmani
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan
tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Manfaat kessiapsiagaan jasmani
yaitu memiliki postur yang bai, memberikan penampilan yang berwibawa, memiliki
ketahanan melakukan pekerjaan yang berat tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan
memiliki ketangkasan yang tinggi. Sasaran kesiapsiagaan jasmani yaitu tenaga, daya
tahan, kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, dan
fleksibilitas.
Kesiapsiagaan mental
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental,
perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan. Sasaran

kesiapsiagaan mental adalah dengan memaksimalkan kekuatan mental dengan


memperhatikan modal insani diantaranya modal intelektual, emosional, social, ketabahan,
dan moral.
C. Etika, Etiket, dan Moral
Secara etomologis, etika mempunyai arti sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etiket merupakan bentuk aturan tertulis maupun tidak
tertulis mengenai aturan tata krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam hubungan
sesame manusia dengan cara yang baik sehingga dapat diterima dan menimbulkan
komunikasi. Bentuk etiket secara umum yaitu etiket kerapihan diri dan tata cara
berpakaian, etiket berdiri, etiket duduk, etiket berjalan, etiket berkenalan dan bersalaman,
etiket berbicara, etiket dalam jamuan.
Moral adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau
sekelompok orang yang mengatur tingkah lakunya.
D. Kearifan Lokal
kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat ia
hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan lokal
dapat berupa ucapan, cara, Langkah kerja, alat, bahan, dan perlengkapan yang dibuat
manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan.
III. RENCANA AKSI BELA NEGARA
Aksi nasional bela negara merupaka bentuk sinergi setiap warga negara guna mengatasi
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur
bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
IV. KEGIATAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
A. Peraturan Baris Berbaris
PBB merupaka bentuk Latihan fisik untuk menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup
dalam rangka membangun kerja sama dengan orang lain.
B. Keprotokolan
Keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma mengenai tata cara agar suatu
tujuan yang telah disepakati dapat dicapai. Esensi dari tatanan tersebut yaitu:
a. Tata cara (tindakan yang harus dilakuka)
b. Tata krama (menentukan kata-kata, ucapan, dan perbuatan yang sesuai dengan

jabatan).
c. Rumus-rumus dan aturan tradisi/ kebiasaan yang telah ditentukan secara universal

ataupun dalam bangs aitu sendiri.


C. Kewaspadaan Dini

Kemampuan kewaspadaan dini adalah kemampuan yang dikembangkan untuk


mendudkung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter
secara optimal.
Berdasarkan UU RI No. 17 Tahun 2011, intelijen memiliki tiga fungsi yaitu penyelidikan,
pengamanan, dan penggalangan.
D. Membangun Tim
Pada materi ini peserta latsar akan diarahkan untuk melakukan berbagai permainan yang
di dalamnya terkandung berbagai macam latihan kesiapsiagaan baik jasmani maupun
mental.
E. Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara
Cara malam bertujuan menanamkan kedisiplinan, keberanian, semangat, loyalitas, dan
kemampuan peserta latsar dalam melaksanakan tugas dengan melewati berbagai bentuk
godaan, cobaan, dan kemampuan memegang rahasia organisasi dan rahasia negara.

AGENDA 2.1 BERORIENTASI PELAYANAN

I. KONSEP PELAYANAN PUBLIK


A. Pengertian Pelayanan Publik
Menurut UU Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam pasal 4 UU
Pelayanan Publik yaitu kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak,
keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan,
keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan
waktu, kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Prinsip pelayanan publik yang baik yaitu partisipatif, transparan, responsif, tidak
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, berkeadilan.
B. Membangun Budaya Pelayanan Prima
Pelayanan publik yang baik harus berorientasi pada pemenuhan kepuasan pengguna
layanan. Budaya pelayanan yang baik akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi
dengan mekanisme sbb:
1. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun kerja tim di dalam
internal organisasi.
2. Pemahaman terhadap pelayanan prima.
3. Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada kemajuan organisasi.

Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas, yaitu:
1. Komitmen pemimpin yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas.

2. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat.


3. Penerapan dan penyesuaian standar pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan

publik.
4. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan

masyarakat.
5. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,

fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana.


6. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara

pelayanan publik.
C. ASN Sebagai Pelayan Publik

Tugas ASN sebagai pelayan publik yaitu, melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
Pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, mempererat persatuan dan
kesatuan NKRI. Beberapa perilaku pelaksana pelayanan publik yaitu adil dan tidak
diskriminatif, cermat, santun dan ramah, tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang
berlarut-larut, profesional, tidak mempersulit, patuh pada atasan, menjunjung tinggi nilai
akuntabilitas dan integritas, tidak membocorkan informasi dan dokumen yang
dirahasiakan, terbuka dalam mengamil Langkah, tidak menyalahgunakan sarana dan
pasarana serta fasilitas pelayanan publik, tidak memberikan informasi yang salah, tidak
menyalahgunakan jabatan dan wewenang, sesuai dengan kepantasan, tidak menyimpang
dari prosedur.
D. Nilai berorientasi pelayanan dalam core values ASN
Dalam rangka penguatan budaya kerja, pemerintah telah meluncurkan core values (nilai-
nilai dasar) ASN berAKHLAK (Berorientasi pelayanan, Akuntabel, kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, Kolaboratif) dan employer branding (bangga melayani bangsa).

II. BERORIENTASI PELAYANAN


A. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
Panduan perilaku/ kode etik dari nilai berorientasi pelayanan sebagai pedoman bagi ASN
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari yaitu:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan.
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
B. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai tantangan baik
tantangan eksternal mapun tantangan internal. Tantangan eksternal diantaranya yaitu
kondisi geografis yang sulit, infrastuktur yang belum memadai, masyarakat yang tinggal
di pedalaman dengan adat dan sikap yang kolot, masyarakat yang tinggal di perkotaan
dengan kebutuhan yang dinamis dan terus berubah-ubah. Tantangan internal diantaranya
yaitu anggaran yang terbatas, kurangnya jumlah SDM yang kompeten, belum
terbangunnya sistem pelayanan yang baik.

AGENDA 2.2: AKUNTABEL

I. POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI


A. Potret Layanan Publik di Indonesia
Baik sadar atau tidak, kenyataan layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh
“oknum” pemberi layanan untu mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok.
B. Tantangan Layanan Publik
UU No. 25 Tahun 2009 pasal 4 menyebutkan bahwa asas pelayanan publik meliputi:
kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban,
keprofesionalan, partisipasif, persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif, keterbukaan,
akuntabelitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu,
kecepatan, kemudahan, keterjangkauan. Setelah diterbitkannya UU No. 25 Tahun 2009
dampaknya sudah mulai terasa di banyak layanan.
C. Keutamaan Mental Melayani
“Bangga Melayani Bangsa” menadi angin segar perbaikan dan peningkatan layanan publik.
Namun, mental dan pola piker berada di domain pribadi, individual. Jika dilakukan oleh
semua ASN tentunya akan memberikan dampak yang sistemik.

II. KONSEP AKUNTABILITAS


A. Pengertian Akuntabilitas
Dalam konteks ASN akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindakannya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga Pembina, dan lebih
luas kepada publik.
B. Aspek-aspek akuntabilitas yaitu:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan antara individu/kelompok/institusi dengan
negara dan masyarakat.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil, yaitu perilaku apparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil, dan inovatif.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laoran kinerja.
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja.

C. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu untuk menyediakan control
demokratis, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu:
1. Akuntabilitas personal, mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang.
Misalnya, kejujuran, integritas, moral, dan etika.
2. Akuntabilitas individu, mengacu pada hubungan antara individu dengan lingkungan
kerja.
3. Akuntabilitas kelompok, Kerjasama sebuah biasanya dilakukan atas kerja sama
kelompok.
4. Akuntabilitas organisasi, mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai.
5. Akuntabilitas stakeholder (masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak
yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.

III. PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL


A. Akuntabilitas dan integritas
Akuntabilitas dan integritas adalah dua konsep yang menjadi landasan dasar dari sebuah
administrasi negara. kedua prinsip tersebut dipegang teguh oleh semua unsur pemerintah
dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
B. Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara harifah,
integritas diartikan sebagai bersatunya ucapan dengan perbuatan. Jika ucapan mengatakan
anti korupsi maka perbuatannya pun sama.
C. Mekanisme akuntabilitas
mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum,
proses, program, dan kebijakan. Di Indonesia terdapat 3 alat akuntabilitas diantaranya
yaitu perencanaan strategis, kontrak kerja, dan laporan kinerja. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel yaitu kepemimpinan,
transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan,
konsistensi,
Beberapa Langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di
lingkungan kerja PNS diantaranya yaitu menentukan tujuan yang ingin dicapai dan
tanggung jawab yang harus dilakukan, melakukan perencanaan atas apa yang perlu
dilakuakan untuk mencapai tujuan, melakukan implementasi dan memantau kemajuan
yang sudah dicapai, memberikan laporan hasil secara lengkap.
D. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan diartikan sebagai suatu situasi di mana seseorang seperti petugas
publik, seorang pegawai, atau seorang profesional, memiliki kepentingan privat atau
pribadi denngan mempengaruhi tujuan dan pelaksanaan dari tugas-tugas kantornya. Dua
jenis konflik kepentingan yaitu keuangan (penggunaan sumber daya lembaga untuk
keuntungan pribadi), non keuangan (penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu
diri sendiri atau orang lain).
Konsekuensi kepentingan konflik yaitu hilangnya/ berkurangnya kepercayaan,
memburuknya reputasi pribadi atau institusi, tindakan indisipliner, pemutusan hubungan
kerja, dihukum baik pidana maupun perdata.

E. Pengelolaan gratifikasi yang akuntabel


Gratifikasi yaitu pemberian hadiah baik berupa uang, barang, diskon, komisi dll yang
diberikan kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang terdapat konflik
kepentingan baik pada saat pelayanan, terhadap kepentingan publik ataupun karena
melihat kedudukan atau kewenangan yang melekat pada jabatan.

IV. AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN


A. Transparansi dan Akses Informasi
Ketersediaan informasi publik telah mewujudkan transparansi tata Kelola keterbukaan
informasi publik. Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan undang-undang dan
informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
B. Praktik Kecurangan dan Perilaku Korup
Perilaku yang berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif yaitu ASN
tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi, ASN dilarang untuk melakukan penipuan
yang menyebabkan kerugian keuangan aktual atau potensial untuk setiap orang atau
institusinya, ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan
mereka untuk kepentingan pribadi, ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau
korup, ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka, ASN akan
memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor publik.
C. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
Dalam penggunaan sumber daya milik negara, PNS harus memastikan bahwa
penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku, pengguaannya dilakukan
secara bertanggung jawab dan efisien, pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggung
jawab.
D. Penyimpanan dan penggunaan dan informasi pemerintah
Perilaku yang berkaitan dengan penyimpanan dan penggunaan data serta informasi
pemerintah yaitu ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan, ASN
menjamin penyampaian informasi yang bersifat rahasia, ASN mematuhi perencanaan
yang telah ditetapkan, ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi
dan kreativitas, ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara, ASN
memberikan informasi dengan benar, ASN tidak menyalahgunakan informasi.

AGENDA 2.3 : KOMPETEN

I. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS


Beberapa tantangan lingkungan strategis yaitu:
a. VUCA world yaitu dunia yang penuh gejolak disertai penuh ketidakpastian.
b. Disrupsi teknologi, di mana terjadi perubahan teknologi yang tidak diimbangi dengan
kesiapan pemanfaatan kemajuan teknologi.
c. Kebijakan pembangunan nasional.

II. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR


a. Merit sistem yaitu kesesuaian kualifikasi, kompetensi, kinerja, dengan perlakuan tidak
diskriminatif dari aspek-aspek subyektif, seperti kesamaan latar belakang agama, daerah,
dan aspek subjetivitas lainnya.
b. Pembangunan aparatur RPJM 2020-2024, reformasi birokrasi diharapkan menghasilkan
karakter birokrasi yang berkelas dunia, dicirikan dengan beberapa hal yaitu pelayanan
publik yang semakin berkualitas, dan tata kelolayang semakin efektif dan efisien.

c. Karakter ASN, yaitu integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT, Bahasa
asing, hospitaly, networking, entrepreneurship.

III. PENGEMBANGAN KOMPETENSI


Standar kompetensi ASN meliputi:
a. Kompetensi teknis (pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku yang dapat diukur, diamati,
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan budang teknis jabatan).
b. kompetensi manajerial (pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan atau mengelola organisasi).
c. Kompetensi sosial kultural (pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
msyarakat majemuk).

Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa terdapat hak pengembangan
pegawai, sekurang-kurangnya 20 jam pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 jam pelajaran bagi
PPPK. Hak pengembangan tersebut meliputi pengembangan kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural.

Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk


mengembangkan kompetensinya yaitu klasikal dan non klasikal. Dalam menentukan
pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box pengembangan, di mana
kebutuhan pengembangan pegawai sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box
tersebut.

IV. PERILAKU KOMPETEN


Beberapa perilaku kompeten yang harus dimiliki ASN diantaranya yaitu:
a. Berkinerja dan Berakhlak.
b. Learn (belajar hal baru), unlearn (meninggalkan hal-hal yang tidak relevan), relearn
(menerima fakta baru).
c. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah.
d. Membantu orang lain belajar.
e. Melaksanakan tugas terbaik.

AGENDA 2.4: HARMONIS

I. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA


Bangsa Indonesia terdiri dari bebagai suku bangsa, Bahasa, dan agama. Keanekaragaman suku
bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek kesenian,
religi, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem ekonomi, sistem teknologi, dan bahasa.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Membangun rasa nasionalisme dan persatuan kebangsaan sangat penting dilakukan agar
bangsa Indonesia tidak mudah terpecah belah dan tidak mudah dijajah bangsa lain. Belajar dari
pengalaman bangsa pada zaman kerajaan.
Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan yaitu alira
modernis, primodialis, dan perenialis.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang besar bagi negara
Indonesia. Beberpa potensi tantangan yang muncul dapat ditandai dengan beberapa hal yaitu:
a. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok.
b. Norma-norma sosial tidak berfungsi denngan baik.
c. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat.
d. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang tidak tegas/lemah.
e. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak sesuai dengan norma yang berlaku.

f. Terjadi proses disosiatif.


g. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakat.
h. Stereotip terhadap suatu kelompok.

II. MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA DAN


MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA MASYARAKAT
Tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman dan
berenergi positif, yaitu membuat tempat kerja yang berenergi, memberikan keleluasaan untuk
belajar dan memberikan kontribusi, berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus,
sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis.
Peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan udaya harmoni dalam pelaksanaan
tugas dan kewajibannya yaitu bersikap netral dan adil, mengayomi kepentingan kelompok
minoritas, memiliki sikap toleran atas perbedaan, memiliki sikap suka menolong, menjadi
teladan di lingkungan masyarakat.

AGENDA 2.5: LOYAL


I. KONSEP LOYAL
Loyal memiliki arti sebagai mutu dari sikap setia. Loyalitas berarti kepatuhan atau kesetiaan.
Loyalitas pegawai dapat diukur berdasarkan beberapa hal yaitu: taat pada peraturan, bekerja
dengan integritas, tanggung jawab pada organisasi, kemauan untuk bekerja sama, rasa memiliki
yang tinggi, hubungan antarpribadi, kesukaan terhadap pekerjaan, keberanian mengutarakan
ketidaksetujuan, menjadi teladan bagai pegawai lain.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menciptakan dan membangun perilaku loyal terhadap
organisasi yaitu, membangun rasa kecintaan dan memiliki, meningkatkan kesejahteraan,
memenuhi kebutuhan rohani, memberi kesempatan peningkatan kair, melakuakan evaluasi
secara berkala.
ASN harus memiliki wawasan kebangasaan dan sikap nasionalisme sebagai wujud loyalitas
pada bangsa dan negara. nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

II. PANDUAN PERILAKU LOYAL


Beberapa panduan perilaku loyal di antaranya yaitu:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, setia pada NKRI serta pemerintahan yang
sah,
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan instansi, dan negara.
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara

III. LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH


Loyal dalam konteks organisasi pemerintah dilakukan dengan komitmen pada sumpah/ janji
sebagai wujud loyalitas PNS, penegakan disiplin sebagai wujud loyalitas PNS, pelaksanaan
fungsi ASN sebagai wujud loyalitas PNS, aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai wujud
loyalitas PNS.

AGENDA 2.6: ADAPTIF

I. MENGAPA ADAPTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup.
Beberapa nilai adaptif yang perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas di sector publik
yaitu:
a. Perubahan lingkungan strategis
b. Kompeisi di sector publik
c. Komitmen mutu
d. Perkembangan teknologi
e. Tantangan praktek administrasi publik
f. Diskusi

II. MEMAHAMI ADAPTIF


A. Uraian Materi
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul.
B. Kreativitas dan Inovasi
Kreatifitas dan inovasi merupakan dua hal yang erat berkaitan, sebuah inovasi biasanya
lahir dari sebuah kretifitas. Beberapa dimensi kreativitas antara lain: kefasihan/ kelancaran,
fleksibilitas, elaborasi, orisinalitas.
C. Organisasi Adaptif
Pondasi organisasi adaptif dibentuk dari 3 unsur yaitu landskap, pembelajaran, dan
kepemimpinan. Sembilan elemen budaya adaptif yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah
organisasi akan mempraktekannya yaitu prupse, cultural value, vision, corporate values,
corporate strategy, structure, problem solving, partnership working, rules.
Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada pembentukan budaya organisasi
berkinerja tinggi dengan ciri:
1. Organisasi yang memiliki tujuan yang jelas dan tidak ambigu, terbangun suasana
kepercayaan berbagi tanggung jawab untuk kesuksesan masa depan organisasi.
2. Terdapat prilaku yang menunjukkan tanggung jawab psikologis.
3. Adanya ASN yang bekerja ekstra, dan adanya pemimpin yang memberikan tantangan
kepada ASN.
4. Sebuah organisasi yang didorong menuju kesuksesan organisasi dan pribadi.

D. Adaptif Sebagai Nilai dan Budaya ASN


Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi dimana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelenggaraan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan. Untuk memastikan agar organisasi terus mampu memiliki pengetahuan
mutakhir, maka organisasi dituntut untuk melakukan lima disiplin yaitu:
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuan hingga ke tingkat akhir.
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap satu visi atau cita-cita yang akan dicapai Bersama.
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan.
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan visinya.
5. Pegwainya harus selalu berpikir sistemik.

Ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain yaitu: dapat
mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, mendorong jiwa
kewirausahaan, memanfaatkan peluang yang berubah-ubah, memperhatikan kepentingan
yang diperlukan antara instansi mitra dan masyarakat, terkait dengan kinerja instansi

Jeff Boss menulis ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan atau karakter adaptif
diantaranya yaitu eksperimen orang yang beradaptasi, melihat peluang di mana orang lain
melihat kegagalan, memiliki sumber daya, selalu berpikir ke depan, tidak mudah mengeluh,
orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan, tidak mencari popularitas, memiliki rasa
ingin tahu, beradaptasi, memperkuat sistem, membuka pikiran, memahami apa yang sedang
diperjuangkan.

III. PANDUAN PERILAKU ADAPTIF


A. Uraian Materi
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan bercirikan
ancaman VUCA. Kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menanggapi ancaman
VUCA (VUCA prime) yaitu vision, understanding, clarity, agility. Jhansen menyarankan
pemimpin organisasi melakukan hal-hal berikut:
1. Hadapi volatility dengan vision
2. Hadapi Uncertainity dengan understanding
3. Hadapi complexity dengan clearity
4. Hadapi ambiguity dengan agility
B. Perilaku Adaptif lembaga/ organisasi
Organisasi adaptif adalah organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Organisasi adaptif tidak terlepas dari budaya adaptif. Budaya adaptif adalah budaya
organisasi di mana karyawan menerima perubahan, termasuk organisasi penyelamatan
yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses internal berkelanjutan.
Chang dan Lee membagi tipe budaya organisasi menjadi 4 yaitu budaya adaptif, budaya
misi, budaya klan, dan budaya birokratik.
C. Perilaku Adaptif Individual
SDM yang adaptif semakin dibutuhkan dalam dunia kerja ataupun industri yang makin
kompetitif. Seorang ASN harus mampu bersikap adaptif terhadap berbagai keadaan. Agar
dapat memberikan pelayanan yang excellent maka ASN harus mampu beradaptasi dengan
perkembangan IT, sehingga dalam bekerja dapat memaksimalkan pemanfaatan pesatnya
teknologi informasi untuk menuju reformasi birokrasi.
D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif
Organisasi adaptif baik disektor publik maupun bisnis dapat dibangun dengan beberapa
preskripsi antara lain yaitu membuat tim yang diarahkan sendiri, menjembatani silo
melalui keterlibatan karyawan, menciptakan tempat dimana karyawan dapat berlatih
berpikir adaptif.

IV. ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH


A. Pemerintahan yang Adaptif
pemerintahan yang adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu,
organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat organisasi. Beberapa indicator untuk
mengukur pengembangan kapasitas pemerintah adaptif yaitu pengembangan sumber daya
manusia adaptif, penguatan organisasi adaptif, dan pembaharuan institusional adaptif.
B. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis
Organisasi pemerintah tidak dijamin mampu menghadapi seluruh perubahan yang terjadi
secara cepat dan dinamis, tanpa ikut bergerak secara dimnamis. Organisasi pemerintah
adalah organisasi yang selalu belajar, inovasi, dan perubahan itu sendiri.
C. Pemerintah Sebagai Organisasi Tangguh
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat
organisasi kuat dan imajinatif yaitu kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi,
dan budaya.

V. STUDI KASUS ADAPTIF


A. Visi Indonesia 2045
Visi Indonesia 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia dapat
menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan Makmur saat memperingati 100 tahun
kemerdekaan. Berdasarkan pengamatan dan kajian yang dilakukan bapenas, dieproleh
prediksi tantangan yang dakan dihadapi Indonesia seiring tren masyarakat global pada 25
tahun yang akan datang yaitu demografi global, urbanisasi global, perdangan internasional,
perubahan geo-ekonomi global dan geopolitik, perubahan iklim, pertkembangan teknologi.
B. Aplikasi Peduli Lindungi
Kondisi pandemik membuat pemerintah berupaya mencari solusi paling efektif untuk
memastikan mobilitas pendudukdapat dipantau dan dikendalikan dengan baik. Peduli
lindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk mambantu instasi pemerintah dalam
melakukan pelacakan untuk menghentikan covid-19.
C. Kasus Ponsel Blackberry dan Nokia
Blackberry dan Nokia menjadi contoh organisasi yang tidak adaptif. Blakbarry dan Nokia
pernah merajai pasar ponsel pada eranya. Namun saat ini Blackberry dan Nokia mundur
dari pasar karena tidak mampu beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat saat ini yang
lebih memerlukan android dan IOS.

AGENDA 2.7: KOLABORATIF

I. KONSEP KOLABORASI
Collaborative governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Enam kriteria penting untuk membangun kolaborasi yaitu forum yang diprakarsai oleh
lembaga publik, peserta dalam forum termasuk actor nonstate, peserta terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan, forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif, forum
bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus, fokus consensus adalah kebijakan
publik atau manajemen. Ratner mengungkapkan 3 tahapan yang dapat dilakukan dalam
melakukan assessment terhadap tata Kelola kolaborasi yaitu mengidentifikasi permasalahan
dan peluang, merencanakan aksi kolaborasi, mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Whole of government (WOG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program, dan pelayanan publik.

II. PRAKTIK DAN ASPEK NORMATIF KOLABORASI PEMERINTAH


Beberapa proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu trust building, face of face
dialogue, komitmen terhadap proses, pemahaman Bersama, menetapkan outcame Bersama.
Beberapa factor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antarlembaga pemerintah
adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen, dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
Badan dan atau pejabat pemerintah dapat memberukan bantuan kedinasan kepada badan dan
atau pejabat pemerintah yang meminta dengan syarat keputusan atau tindakan tidak dapat
dilaksanakan sendiri, penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri, tidak

memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri, diperlukannya surat


keterangan dan berbagai dokumen, tidak mampu menanggung biaya yang besar.
Badan dan atau pejabat dapat menolak memberikan bantuan kedinasan apabila mempengaruhi
kinerja badan dan atau pejabat pemerintahan pemberi bantuan, ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak memperbolehkan pemberian bantuan, surat keterangan dan
dokumen yang diperlukan sesuai peraturan perundang-undangan bersifat rahasia.

AGENDA 3.1: SMART ASN

I. Kegiatan Belajar 1: Literasi Digital


Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan yang dirasakan
dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi opini publik melalui
cara tekstual. Gilster mengungkapkan bahwa litersi digital mengacu kepada kemampuan untuk
memahami, mengevaluasi, dan mengintegrasi ke dalam berbagai format dalam bentuk digital.
Keminfo menjabarkan literasi digital menjadi 4 kompetensi yaitu kecakapan menggunakan
media digital, budaya menggunakan digital, etis menggunakan media digital, dan aman
menggunakan media digital.
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation yaitu masyarakat digital yang
dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Dalam Peta Jalan Literasi
Digital 2021-2024 telah dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat
kompetensi yaitu keceakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital.
Saat ini, tingkat penetrasi internet di Indonesia sebesar 73,7%, sisanya 26,3% masyarakat
Indonesia belum mendapatkan layanan internet. Penguatan literasi digital di Indonesia
dilakukan dengan pengurangan kesenjangan litersi digital dan penguatan literasi digital.

II. Kegiatan Belajar 2: Pilar Literasi Digital


Empat pilar lietrasi digital yaitu etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia
digital. Etika bermedia digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital adalah kemampuan individu
dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Aman
bermedia sosial yaitu kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, nemimbang, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari. Lima indikator atau kompetensi yang perlu ditingkatkan dalam membangun area
kompetensi keamanan digital yaitu, pengamanan perangkat digital, pengamanan identitas
digital, mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak digital, dan memahami
keamanan digital bagi anak. Cakap bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam
mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat jeras dan piranti lunak TIK serta sistem
operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan bermedia digital tampak pada
penggunaan perangkat lunak dan keras, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan
media sosial, dompet digital, loka pasar, dan transaksi digital.

III. Kegiatan Belajar 3: Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya


A. Lanskap Digital
lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras dan perangkat lunak karena lanskap
digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs daring, perangkat
selular dll. Contoh perangakat keras yaitu computer dan sejenisnya. Internet merupakan
jaringan komputer yang memungkinkan satu komputer saling berhubungan dengan
komputer lain.
Komputer dapat terkoneksi karena adanya perusahaan penyedia jasa jasa internet yang
menyediakannya. Kita perlu mendaftar agar memperoleh jasa koneksi internet dari

penyedia jasa internet di sekitar. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
jasa internet yaitu kecepatan akses, stabilitas, pelayanan terhadap pelanggan,
menyesuaikan biaya jasa internet dengan kemampuan dan kebutuhan kita.
B. Mesin Pencarian Informasi, Cara Penggunaan, dan Pemilihan Data
Internet banyak digunakan salah satunya untuk mengakses mesin pencarian. Di Indonesia
masyarakat mayoritas menggunakan mesin pencarian berupa Google jika dibandingkan
dengan lainnya. Untuk menggunakan mesin pencarian informasi yang lebih sesuai, kita
dapat menggunakan tips berikut:
1. Menggunakan tanda hubung (-) untuk menghilangkan kata khusus yang tidak

diinginkan.
2. Menggunakan tanda petik (“ “) untuk mencari kata atau frasa yang lebih spesifik.
3. Menggunakan istilah OR untuk menemukan salah satu informasi yang dibutuhkan.
4. Menggunakan sinonim dari kata kunci.
5. Mencari dalam sebuah situs.
6. Menggunakan tanda bintang (*) untuk informasi yang tidak lengkap.
7. Mencari informasi di antara dua nilai menggunakan symbol dua titik (.. ) dengan

diakhiri spasi.
C. Aplikasi Percakapan dan Media Sosial

Menurut data Hootsuite & We Are Social aplikasi pesan terbesar masih dikuasai oleh
WhatsApp, disusul oleh Facebook Masenger, WeChat, QQ, Snapchat, dan telegram.
Media sosial yang sering digunaka diantaranya Faebook, Instagram, Twitter, dan
YouTube.

D. Aplikasi Dompet Digital, Loka Pasar, dan Transaksi Digital

Dompet digital hadir sebagai upaya dalam mewujudkan metode pembayaran nontunai
untuk berbagai keperluan atau kebutuhan. Dompet digital pertam di Indonesia yaitu
DOKU. Lima dompet digital yang paling digemari di Indonesia yaitu ShoopeePay, OVO,
GoPay, Dana, dan LinkAja. Lokapasar (marketplace) adalah satu platform yang
menawarkan produk dan layanan dari banyak penjual yang dapat dibeli oleh
klien/pembeli. Sebagian poduk dan layanan yang dijual berasal dari perusahaan eksternal,
meskipun beberapa platform juga menawarkan produk mereka sendiri.

E. Etika Berinternet
Internet dapat memberikan dampak psitif maupun dampak negative, sehingga dalam
penggunaannya diperlukan etika. Beberapa etika berinternet yaitu jangan menggunakan
huruf besar/ kapital, menutip informasi dari internet seperlunya, memperlakukan email
sebagai pesan pribadi, berhati-hati dalam melanjutkan email ke orang lain, biasakan
menggunakan format plain text dan jangan sembarangan menggunakan Html, jangan
mengirim file berukuran beasr melalui attachment tanpa izin terlebih dahulu dari penerima
pesan.
Etiket berinternet yaitu menulis email dengan ejaan yang benar dan kalimat sopan, tidak
menggunakan huruf kapital semua, membiasakan menuliskan subject email untuk
mempermudah penerima pesan, menggunakan BCC, tidak mengirim email berupa spam,
surat berantai, surat promosi, dan surat lainnya yang tidak berhubungan dengan mailing
list, menghargai hak cipta orang lain, menghargai privasi orang lain, jangan menggunakan
kata-kata jorok dan vulgar.

F. Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi, Perundungan, dan Konten Negatrif


Lainnya

Hoax dapat diartikan sebagai berita bohong. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk
melindungi diri dari hoax yaitu evaluasi, google it, Dapatkan berita dari sumber berita,
bedakan opini dengan fakta.
Perundungan di dunia maya diartikan sebagai tindakan agresif dari seseorang atau
sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah (fisik/mental) dengan
menggunakan media digital. Bentuk perundungan dapat berupa doxing (membagikan data
personal seseorang ke dunia maya, cyberstalking (mengintip dan memata-matai seseorang
di dunia maya), revenge porn (membalas dendam melalui penyebaran foto/video intim/
vulgar seseorang.
Ujaran kebencian (hate speech) adalah ungkapan atau ekspresi yang menganjurkan ajakan
untuk mendeskriditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan
membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan diskriminasi kepada orang atau kelompok
tersebut.
G. Pengetahuan Dasar Berinteraksi, Partisipasi, dan Kolaborasi di Ruang Digital yang
Sesuai dengan Kaidah Etika Digital dan Peraturan yang Berlaku
Interaksi merupakan proses komunikasi dua arah antarpengguna terkait mendiskusikan
ide, topik, dan isu dalam ruang digital. Hasil yang diharapkan adalah interaksi yang sehat
dan menghangatkan seperti menjalin relasi atau pertemanan pada umumnya.
Partisipasi merupakan proses terlibat aktif dalam berbagi data dan informasi yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Proses ini berakhir pada penciptaan konten
kreatif dan positif untuk menggerakan lingkungan sekitar.
Kolaborasi merupakan proses kerja sama antarpengguna untuk memecahkan masalah
bersama. Kompetensi ini mengajak peseta untuk berinisiatif dan mendistribusikan
informasi yang jujur, akurat, dan etis dengan bekerja sama dengan kelompok masyarakat
dan pemangku kepentingan lainnya.
H. Berinteraksi dan Bertransaksi secara Elektronik di Ruang Digital Sesuai dengan
Peraturan yang Berlaku
Transaksi elektronik (transaksi daring) adalah transaksi atau pertukaran barang/ jasa atau
jual beli yang berlangsung di ranah digital. Jenis pembayaran atau transaksi daring yaitu
transfer bank, dompet digital, COD, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit. Beberapa
tips yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya yang mengintai yaitu periksalah
koneksi Https; meneliti akun penjual, menggunakan metode pembayaran yang aman;
simpan Riwayat transaksi; hindari memberikan data penting pada siapa pun; jangan
menggunakn tanggal lahir, nomor ponsel, nama teman/hewan/saudara sebagai kata sandi;
berhati-hati dengan pesan scam melalui surel dan situs web yang mencurigakan; berhati-
hati menggunakan computer umum yang digunakan untuk transaksi online.
I. Fitur Proteksi Perangkat Keras
Perlindungan perangkat keras dibagi menjadi tiga kategori yaitu perlindungan CPU,
perlindungan memori, dan perlindungan 1/0.
J. Proteksi Identitas Digital dan Data Pribadi di Platform Digital
Beberapa tips perlindungan data pribadi:
1. Gunakan sandi yang kuat, gunakan secara berbeda di setiap akun platform digital yang

dimiliki, dan perbaharui secara berkala.


2. Pahami dan pastikan pengaturan privasi di setiap akun platform digital yang dimiliki

sesuai dengan tingkat keamanan yang dibutuhkan.


3. Hati-hati mengunggah data pribadi di platform digital karena keamanan data pribadi
kita tidak selalu terjamin.
4. Hindari untuk membgikan data pribadi kita.
5. Hindari berbagi data pribadi orang lain baik keluarga, teman, maupun kenalan di dunia

maya sebab data mereka adalah privasi mereka,

6. Hindari memasukkan data pribadi yang penting saat berinteraksi dalam platform
digital dengan menggunakan WI-FI gratis di tempat publik.

7. Pahami dan pilih aplikasi yang dipasang di gawai hanya mengakses data yang
dibutuhkan dan bukan data pribadi kita lainnya.

8. Selalu lakukan pembaruan perangkat lunak yang digunakan dalam gawai untuk
meminimalisisr resiko ada celah kebocoran.

9. Waspada jika ada komunikasi atau aktivitas mencurigakan baik dari akun dengan
identitas digital yang kita kenal maupun bukan.

K. Penipuan Digital
Empat bentuk penipian digital yaitu scam, spam, phising, dan hacking. Scam merupakan
permainan atau tindakan untuk menipu kepercayaan seseorang yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan dengan cepat. Spam adalah segala jenis komunikasi digital yang
tidak diinginkan dan tidak diminta yang dikirim secara masal. Phising adalah penipuan
yang melibatkan penjahat mengirim pesan yang menyamar sebagai organisasi yang sah,
menargetkan ratusan juta organisasi setiap hari. Hacking mengacu pada penyalahgunaan
perangkat seperti komputer, ponsel cerdas, tablet, dan jaringan untuk menyebabkan
kerusakan atau sistem yang rusak, mengumpulkan informasi pengguna, mencuri data dan
dokumen, atau mengganggu aktivitas terkait data.

L. Rekam Jejak Digital di Media


Japelidi telah mengembangkan 10 Kompetensi Digital untuk memudahkan mengelola
jejak digital:
1. Kemampuan mengakses internet.
2. Mengasah pemahaman.
3. Mengetahui bentuk-bentuk rekam jejak digital.
4. Menyeleksi apa saja yang akan diunggah.
5. Melakukan verifikasi.
6. Melakukan evaluasi atas berbagai kegiatan darig yang dilakukan.
7. Berhati-hati dalam pendistribusian informasi.
8. Meningkatkan kemampuan kita dalam memproduksi rekam jejak.
9. Berbagi informasi mengenai rekam jejak.
10. Berkolaborasi menjaga rekam jejak digital.
M. Minor Safety (catfishing)
Catfishing diartikan sebagai seseorang yang berpura-pura menjadi orang lain dengan
menciptakan identitas baru di internet, terutama di SNS.

N. Nilai-Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Landasan Kecakapan Digital
dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa, dan Bernegara
Melandasi diri kita berpartisipasi dan berkolaborasi dengan nilai Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika akan mengarahkan kita pada komunitas digital yang Pancasilais dan pilihan
kegiatannya.

O. Digitalisasi Kebudayaan melalui Pemanfaatan TIK


Salah satu cara pertisipasi literasi digital dalam seni tradisional dan kontemporer yaitu
bergabung dengan berbagai kelompok seni budaya tradisional dan kontemporer, serta
menjadi bagian dari kelompok penjaga dab pelestari Bahasa daerah di masing-masing
daerah.

P. Mendorong Perilaku Mencintai Produk dalam Negeri dan Kegiatan Produktif


Lainnya
Cinta produk dalam negeri merupakan salah satu bentuk bela negara yaitu sikap
patriotisme.

Q. Digital Rights (Hak Digital Warganegara)

Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warganegara untuk mengakses,
menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital.

AGENDA 3.2: MANAJEMEN ASN


I. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajban, dan Kode Etik ASN

ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik. ASN berfungsi, bertugas, dan berperan untuk melaksanakan kebajikan yang
dibuat oleh pejabat Pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, mempererat
persatuan dan kesatuan NKRI. Hak PPPK yaitu memperoleh gaji dan tunjangan, cuti,
perlindungan, dan pengembangan kompetensi.
II. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN
Sistem Merit adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang menggambarkan diterapkannya
obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada
pertimbanagn kemampuan dann prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaannya.
III. Mekanisme Pengelolaan ASN
Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu dengan penyusunan dan penetapan
kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,
mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin. Manajemen PPPK
meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan kerja dan
perlindungan.

Click to View FlipBook Version

Anda mungkin juga menyukai