id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Olahraga merupakan segala aktifitas fisik yang dilakukakan secara
kompetitif dengan tujuan untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran
fisik pada tubuh. Olahraga dibagi menjadi berbagai cabang salah satunya
adalah rock climbing. Rock climbing atau panjat tebing adalah cabang
olahraga ekstrim yang biasanya dilakukan di alam bebas dengan teknik serta
peralatan khusus. Olahraga ini merupakan bagian dari kegiatan
mounteneering yang dilakukan dengan cara memanjat tebing untuk mencapai
puncak gunung tertentu, yang tidak bisa dilalui dengan berjalan kaki. Panjat
tebing dilakukan di daerah berkontur batuan tebing yang memiliki kemiringan
lebih dari 45o dengan kesulitan yang berbeda tiap bidangnya.
Seiring perkembangan zaman rock climbing atau panjat tebing
mengalami kemajuan pada peralatan yang digunakan hingga prosedur
keselamatan saat berkegiatan. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk
olahraga ini tumbuh dan berkembang diseluruh dunia. Saat masuk di
Indonesia panjat tebing awalnya digunakan untuk pelatihan para anggota TNI.
Kemudian orang-orang yang menyukai olahraga ekstrim dan petualangan
mencoba memanjat tebing tebing di Indonesia dengan pengetahuan dan teknik
seadanya. Hingga sekitar tahun 1977 dibentuk SKYGERS-Amateur Rock
Climbing yang merupakan wadah bagi para peminat panjat tebing mendapat
pengetahuan dasar dan panduan lebih lanjut tentang olahraga ini. Panjat
tebing terus berkembang sebagai olahraga ekstrim yang menantang. Banyak
instansi serta kelompok pecinta alam melakukan ekspedisi pemanjatan tebing
di dalam maupun luar negeri. Hingga di tahun 1988 seorang instruktur panjat
dari Perancis memperkenalkan dinding panjat untuk pertama kalinya.
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Hal ini membuat panjat tebing semakin diminati karena dapat dilakukan
ditengah kota sekalipun dengan venue yang telah disediakan dan lebih dikenal
dengan wall climbing.
Awalnya wall climbing atau panjat dinding identik dengan olahraga
yang hanya bisa dilakukan oleh laki-laki. Namun seiring berjalannya waktu
banyak kaum wanita dewasa maupun anak-anak yang menaruh minat pada
wall climbing atau rock climbing. Wall climbing yang awalnya hanya
dijadikan sebagai hobi kini menjadi salah satu cabang olahraga yang
diperlombakan baik di kancah regional, nasional, maupun internasional.
Banyak sekolah yang menjadikan wall climbing sebagai salah satu pilih
ekstrakulikuler. Selain itu hampir semua perguruan tinggi memiliki organisasi
mapala yang didalamnya terdapat bidang wall climbing atau rock climbing.
Diluar instansi terdapat komunitas independent wall climbing yang menjamur
hampir diseluruh pelosok Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa olahraga ini
berkembang dan cukup diminati masyarakat walaupun olahraga ini tergolong
ekstrim dan menantang adrenalin.
Perkembangan dan eksistensi dari cabang olahraga wall climbing atau
rock climbing ditandai dengan terus meningkatnya peminat dan atlet panjat
tebing di Jawa Tengah. Pada tahun 2018 salah satu atlet panjat tebing Jawa
Tengah yang mampu menembus kancah Internasional pada cabang olahraga.
Di Kota Surakarta sendiri atlet panjat tebing berada dibawah naungan FPTI
(Federasi Panjat Tebing Indonesia). Tak hanya menaungi atlet professional
FPTI Surakarta juga menaungi atlet-atlet panjat tebing tingkat pelajar yang
biasanya diperoleh dari seleksi ekstrakulikuler panjat tebing disekolah-
sekolah. FPTI Surakarta juga dipercaya untuk menjadi panitia dalam
pagelaran POPPROV pada tahun 2018 di Manahan,Solo. Venue panjat tebing
Manahan juga sering digunakan untuk latihan dan lomba baik regional
maupun provinsi. Ketua Umum Pengkot FPTI (Federasi Panjat Tebing
Indonesia) Surakarta menuturkan, program yang dirancang untuk
dilaksanakan pada tahun ini antara lain sirkuit-sirkuit panjat tebing (SPT) dan
kejuaraan terbuka nasional. Upaya menggali bibit-bibit atlet potensial juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
1.4. Tujuan
Tujuan dari perancangan proyek ini antara lain :
1.5. Manfaat
a. Bagi Pemerintah dan Masyarakat
1. Memberikan alternatif desain sarana olahraga wall climbing di Kota
Surakarta.
2. Memberikan alternatif solusi mengenai minimnya fasilitas wall
climbing center di Kota Surakarta.
b. Bagi Desainer
1. Mengenal dan menambah wawasan mengenai desain interior
perancangan wall climbing center yang memenuhi kriteria bangunan.
2. Mengembangkan daya imajinasi, ide dan gagasan mengenai system
interior yang berkaitan dengan bangunan jamak, yang edukatif,
informatif serta rekreatif.
3. Mengembangkan kreatifitas desainer dalam perancangan dan
perencanaan interior bangunan, desain furniture, pemanfaatan ruang,
dan pengelolaan landscape menjadi kesatuanyang estetis dan sesuai
fungsinya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
1. Programming
Pada tahapan ini dikembangkan konsep umum desain berdasarkan pada
tujuan desain yang sudah ditetapkan serta kebutuhan penggunanya. Setelah
topik proyek ditetapkan, kemudian dilanjutkan pengumpulan data sesuai
langkah-langkah berikut :
a. Survey
Survey dilakukan di beberapa fasilitas wall climbing di sekitar Kota
Surakarta dan home visit terkait dengan jenis kegiatan yang dilakukan
serta kebutuhan ruang pengguna.
b. Wawancara
Wawancara atau interview dilakukan untuk mendapatkan informasi dan
data secara langsung dari beberapa penggiat olahraga, atlet, pengurus
berkaitan dengan kebutuhan ruang, sirkulasi, serta pembagian ruang.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan penulis untuk mendapatkandata
lapangan terkait fasilitas sejenis yang telah adatermasuk untuk
menangkap suasana interior yang terwujud. Pada percangan ini hampir
semua kegiatan observasi dilakukan secara online karena terkendala
pandemic Covid-19.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar
objek dengan kamera ponsel terkait dengan ruangan yang
dibutuhkan pada perancangan Wall Climbing Center.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
2. Analisa Data
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa untuk kemudian disusun skema
sistematik terdiri dari :
a. Zooning
Pada perancangan wall climbing center dibagi menjadi 3 kategori ruang
antara lain, private, public, semi-public, dan service.
b. Grouping
1) Private area merupakan ruangan personal untuk pengguna tertentu.
2) Semi-public merupakan ruang yang boleh digunakan atau dimasuki
oleh pengguna yang berkepentingan.
3) Public area merupakan ruang yang dapat digunakan oleh seluruh
pengguna fasilitas.
c. Besaran Ruang
Pada perancangan ini besaran ruang disesuaikan berdasarkan asumsi
jumlah pengguna, besaran ruang, besaran furniture, serta kebutuhan
furniture.
d. Organisasi Ruang
Pada perancangan Wall Climbing Center ini menggunakan bentuk
organisasi ruang radial yang merupakan kombinasi dari organisasi linear
dan terpusat. Organisasi linear mengarah ke luar ruangan sedangkan
organisasi terpusat mengarah ke dalam ruang.
e. Alur Sirkulasi
Alur sirkulasi yang digunakan pada perancangan ini adalah pola sirkulasi
campuran. Pada pola ini pengguna bebas untuk memilih ruangan yang
hendak dituju untuk berkegiatan.
f. Pola Hubungan Antar Ruang
Pola hubungan antar ruang pada perancnagan ini disusun secara
berdekatan dengan pertimbangan fungsi ruang.
3. Pengembangan Ide Gagasan
Pada peracangan Wall Climbing Center digunakan gaya pop art yang dipilih
berdasarkan analisa pengguna. Visualisasi dari gaya ini identik dengan warna-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
warna kontras dan mencolok serta penggunaan gambar dan lukisan bertema
pop art. Pada bentuk yang diaplikasikan mengambil bentuk geometri, bentuk
dari batik kawung sebagai representasi dari kota Surakarta.
4. Metode Desain
Pengembangan desain pada proyek ini dilakukan menggunakan media
komputer dengan aplikasi gambar SketchUp 2019 dan aplikasi render
Enscape 3.0. Langakah pengembangan desain yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Membuat denah interior sesuai dengan denah yang telah dipilih.
b. Membuat variasi interior dan furniture pada aplikasi SketchUp 2019.
c. Membuat komponen ruang dengan aplikasi SketchUp 2019.
d. Memilih dan menetapkan material serta warna.
e. Melakukan render ruang dengan aplikasi Enscape 3.0.
f. Melakukan alternatif untuk melakukan konsutasi ke dosen pembimbing.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini penulis menjabarkan hasil dari survei dan observasi
lokasi yang menjadi acuan desain.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisa data, evaluasi
konsep, perancnagan dan perencanaan serta keputusan desain dari konsep
perencanaan.