Anda di halaman 1dari 33

Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

Di Kota Bandar Lampung

“Untuk Keadilan”

SURAT
TANGGAPAN
Kejaksaan Negeri
Bandar Lampung Di Kota Bandar
Lampung
“Untuk Keadilan”

TANGGAPAN PENUNTUT UMUM ATAS NOTA KEBERATAN 3


PENASIHAT HUKUM DAN TERDAKWA TEGAR SAPUTRA bin NASIR
UTOMO ATAS
DAKWAAN PENUNTUT UMUM
REGISTRASI PERKARA NOMOR : PDM-12/Tjk/05/2021
DALAM PERKARA PIDANA NOMOR : 195/Pid.B/2021/PN.Tjk
PADA PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG

A. PENDAHULUAN

Yth. Ketua dan Anggota Majelis Hakim,


Yth. Sdr, Tim Penasehat Hukum dan Saudara Terdakwa
Serta Hadirin Sidang Yang Kami Muliakan

Sebelumnya marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan


Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat dan rahmat-nya kepada kita semua
sehingga dapat hadir di ruang sidang yang mulia ini dalam keadaan sehat walafiat.----

Kami selaku Penuntut Umum mengucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim yang
telah memberikan kesempatan kepada Kami selaku Penuntut Umum pada Kejaksaan
Negeri Bandar Lampung untuk memberikan tanggapan atau pendapat atas Keberatan
(eksepsi) Penasihat Hukum maupun TERDAKWA TEGAR SAPUTRA bin NASIR
UTOMO pada tanggal 25 November 2021:---------------------------------------------------

1
Bagi Penuntut Umum, Surat Dakwaan merupakan sebuah mahkota dalam suatu
proses penuntutan. Oleh karena itu, di dalam membuat suatu Surat Dakwaan,
terpenuhinya semua aspek baik aspek formal maupun aspek material menjadi
perhatian utama, dengan harapan dapat dipenuhinya sebuah standar dakwaan yang
dapat diterima baik secara yuridis maupun ilmiah. Namun demikian, apa yang
dilakukan oleh Penuntut Umum tidak otomatis dapat diterima oleh semua pihak,
terutama dari sisi TERDAKWA/Penasihat Hukum TERDAKWA, karena diantara
Penuntut Umum dan Penasihat Hukum, meskipun memiliki tujuan objektif yang sama
akan tetapi diantara keduanya dalam posisi yang berbeda, yang pada akhirnya
memberikan pendapat berbeda terhadap satu permasalahan yang sama.
---------------------------------------------

Kami menyadari sepenuhnya adanya suatu perbedaan antara kami Penuntut Umum
dengan Penasihat Hukum dan TERDAKWA di lain sisi, karena oleh aturan yang
adapun dibuka peluang demikian, mengingat begitu sulitnya memberikan definisi
yang konkrit tentang bagaimana sebenarnya Surat Dakwaan yang cermat, jelas dan
lengkap itu, bahkan di antara para ahli sekalipun ada yang berpendapat bahwa:
------------------

“Tentang bilamana suatu uraian mengenai suatu tindak pidana yang didakwakan di
dalam Surat Dakwaan itu dipandang sebagai cermat, jelas dan lengkap, kiranya sulit
bagi penulis untuk dapat memberikan suatu pedoman yang singkat dan dapat
diperlukan secara umum…..” (Drs, PAF.LAMINTANG, S.H., “KUHAP dengan
Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan
Pidana”, Sinar Baru, Bandung, 1984 hal:
319).--------------------------------------------

Selaku Penuntut Umum, kami akan mencoba memberikan tanggapan atau pendapat
atas nota keberatan dari TERDAKWA maupun Tim Penasihat Hukum
TERDAKWA, yang kiranya dapat menjadi pertimbangan oleh Majelis Hakim dalam
mengambil putusan sehubungan dengan adanya eksepsi atau keberatan Terdakwa dan
Penasihat Hukum terhadap Surat Dakwaan kami
tersebut.----------------------------------------------

Majelis Hakim yang Terhormat,


Sdr. penasihat Hukum yang kami hormati.

2
Sebelum Kami menguraikan pendapat atas Keberatan Penasihat Hukum
TERDAKWA dimaksud, terlebih dahulu Kami akan mengutip ketentuan yang
mengatur tentang materi pokok keberatan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

3
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara pidana, yaitu Pasal 156 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berbunyi sebagai berikut ---------------

“Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan Keberatan bahwa


Pengadilan Tidak Berwenang Mengadili Perkaranya atau Dakwaan tidak dapat
diterima atau Surat Dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan
kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya, Hakim mempertimbangkan
keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan.”
-----------------------------

Berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) tersebut, dapat dipahami bahwa materi pokok Keberatan telah
ditentukan secara limitatif meliputi tiga hal, yaitu:-------------------------------------------

1. Kewenangan Pengadilan dalam Mengadili Perkara;------------------------------------


2. Surat Dakwaan batal demi hukum;
3. Surat Dakwaan tidak dapat diterima.

Menurut Yahya Harahap, S.H., terhadap penerapan Keberatan yang mana telah
diatur oleh Pasal 156 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
terdapat tiga (3) jenis isi Keberatan yang sah dalam peradilan pidana, yaitu: Yahya
Harahap, S.H., Pembahasan Permasalahan dan Penerapan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana bagian Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan
Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 124 - 133) ----------------------

1. Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara dalam bentuk:------------------------


a. Tidak berwenang secara absolut;
b. Tidak berwenang secara relatif.

2. Surat Dakwaan batal demi hukum (null and void) karena tidak memuat unsur
yang ditentukan atau tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b jo.
Pasal 143 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang mana
keberatan ini dapat diajukan, bilamana Surat Dakwaan tidak memenuhi syarat-
syarat materiil, yaitu:
a. Tidak menguraikan Locus Delicti dan Tempus Delicti secara jelas;---------------
b. Tidak menguraikan secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana
yang dilakukan oleh Terdakwa.

4
3. Surat Dakwaan tidak dapat diterima disebabkan karena: --------------------------------

5
a. Dalam Pasal 76 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, karena yang
didakwakan kepada TERDAKWA telah pernah dituntut oleh Penuntut Umum
dan telah ada putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (ne bis in
idem);-
b. Termasuk delik aduan, namun tidak ada surat pengaduan (tidak memenuhi
syarat Klacht Delict);
c. Tindak pidana yang didakwakan sedang tergantung pemeriksaannya (exceptio
letis petendis/ exceptio subjudice);
d. Orang yang diajukan sebagai Terdakwa keliru (error in persona).---------------

Dengan berpedoman pada ketentuan tersebut maka apabila di dalam Keberatan


berisikan hal-hal lain diluar dari 3 (tiga) hal sebagaimana tersebut diatas maka kami
selaku Penuntut Umum tidak perlu menanggapinya dan selayaknya menolak atau
mengesampingkan keberatan yang seperti itu.
------------------------------------------------

Bahwa apabila dalam Keberatan Penasihat Hukum terdapat hal-hal yang menyangkut
materi pokok perkara maka hal ini menunjukkan bahwa Penasihat Hukum
TERDAKWA tidak memahami tugasnya dalam memberikan advokasi terkait dengan
hak-hak Terdakwa untuk menyampaikan Keberatan. Demikian pula halnya jika
Keberatan yang diajukan hanya berisi hal-hal yang sifatnya membangun opini bahwa
TERDAKWA tidak bersalah sebelum perkara pokoknya diperiksa menunjukkan
bahwa Penasihat Hukum Terdakwa tidak memahami ketentuan Pasal 156 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut dan seolah-olah Penasihat
Hukum TERDAKWA ingin mendahului kewenangan Majelis Hakim dalam
memutus perkara in casu. Keberatan yang menyangkut materi pokok perkara dan
pernyataan pernyataan yang bersifat opini adalah di luar materi Keberatan yang
diperkenankan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan sudah ditolak
atau dikesampingkan.

Selanjutnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada


Majelis Hakim yang terhormat yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada
kami Penuntut Umum untuk menyampaikan tanggapan terhadap Nota Keberatan Tim
Penasihat Hukum dan TERDAKWA TEGAR SAPUTRA bin NASIR UTOMO
yang disampaikan dalam sidang pada tanggal ( 25 November 2022 )
---------------------------

6
Sebelum membahas eksepsi dari Penasihat Hukum TERDAKWA TEGAR
SAPUTRA bin NASIR UTOMO terlebih dahulu perlu kiranya diuraikan secara
singkat beberapa hal yang berkaitan dengan syarat-syarat Surat Dakwaan dan eksepsi
sebagaimana diatur

7
dalam KUHAP dan perundang-undangan lainnya dengan maksud dan tujuan agar kita
semua selaku penegak hukum senantiasa bertindak di atas landasan hukum yang tepat
dan benar.

Syarat-Syarat Surat Dakwaan


Pasal 143 ayat (2) KUHAP menyebutkan: ---------------------------------------------------
“Penuntut Umum membuat Surat Dakwaan yang diberi tanggal, dan ditandatangani
serta berisi :

a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan;--------------------------------
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan;-

Meskipun Undang-Undang menghendaki perumusan secara cermat, jelas dan lengkap


tetapi KUHP sendiri tidak mengatur bagaimana suatu uraian tindak pidana dalam
Surat Dakwaan itu telah cermat, jelas dan lengkap. Untuk menentukan kriteria tentang
suatu perumusan tindak pidana dalam Surat Dakwaan itu sudah cermat, jelas dan
lengkap hanyalah dapat ditentukan secara kasuistis dan oleh karena itu untuk
mendapat kejelasan tentang hal tersebut perlu kiranya kita menyimak kembali doktrin
dan Yurisprudensi Rakernas Mahkamah Agung RI Tahun 1986 sehubungan
dengan ketentuan Pasal 143 ayat (2) KUHAP, Mahkamah Agung RI memberikan
petunjuk sebagai berikut:

“Maksud Pasal 143 ayat (2) KUHAP dengan kalimat uraian secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan, adalah bahwa dalam Surat
Dakwaan itu harus disebut apa sesungguhnya dilakukan oleh Terdakwa yang
memenuhi unsur delik yang didakwakan, sehingga tidak cukup hanya menyebut unsur
deliknya saja”.

Kemudian dalam buku Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan terbitan Kejaksaan


Agung RI Tahun 1985, hal 14-16 dirumuskan pengertian cermat, jelas dan lengkap
tersebut sebagai berikut:

a. Yang dimaksud dengan “cermat” adalah ketelitian Jaksa Penuntut Umum


mempersiapkan Surat Dakwaan yang didasarkan pada undang-undang yang

8
berlaku bagi TERDAKWA serta tidak terdapat kekurangan dan atau kekeliruan
yang dapat mengakibatkan batalnya Surat Dakwaan;---------------------------------
b. Yang dimaksud dengan “Jelas” adalah Jaksa Penuntut Umum harus mampu
merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan, sekaligus memadukan dengan
perbuatan materiil (fakta) yang dilakukan oleh TERDAKWA dalam Surat
Dakwaan;
c. Yang dimaksud dengan “lengkap” adalah uraian Surat Dakwaan harus
mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan Undang-Undang secara
lengkap.-------------

Selanjutnya mengenai pencantuman waktu dan tempat dilakukan tindak pidana


dimaksud untuk memperjelas perumusan tindak pidana yang dirumuskan. Dalam hal
ini Dr. ANDI HAMZAH, S.H. dalam bukunya Pengantar Hukum Acara Pidana
Indonesia, tahun 1985 halaman 173 menyebutkan bahwa Menurut Minkenhof Hoge
Raad tidak banyak menuntut syarat-syarat penguraian tentang tempat dan waktu.
Suatu uraian yang luas seperti “Di Rotterdam atau salah satu tempat di Nederland,
atau di Antwerpen, atau salah satu tempat di Belgia dan didalam atau sekitar tahun-
tahun 1920 sampai dengan tahun 1926 dipandang cukup memadai asal ternyata
TERDAKWA tidak dirugikan dalam pembelaannya”.
--------------------------------------

Dalam praktek syarat-syarat yang berkaitan dengan formalisasi seperti tanggal, tanda
tangan dan identitas lengkap TERDAKWA disebut syarat formil. Sedangkan syarat
yang berkaitan dengan isi/materi dakwaan yaitu uraian tentang tindak pidana yang
didakwakan dan waktu serta tempat tindak pidana yang dilakukan disebut syarat
materiil. Pencantuman syarat formal dan materiil dalam 7 penyusunan Surat Dakwaan
itu sendiri sebagai dasar pemeriksaan sidang pengadilan, dasar tuntutan pidana dasar
pembelaan diri bagi TERDAKWA dan merupakan dasar penilaian serta dasar
putusan pengadilan.

Sebagai akhir pembahasan Surat Dakwaan ini kami cantumkan Yurisprudensi


Mahkamah Agung RI tanggal 23 Agustus 1969 Nomor: 36K/Kr/1968 yang pada
intinya memuat kaidah bahwa: “Walaupun surat tuduhan menyebutkan fakta dan
keadaan yang menyertai perbuatan yang dituduhkan tidak secara lengkap
tergambar, tidak dengan sendirinya mengakibatkan batalnya Surat Dakwaan”;
----------------------

2. Syarat-Syarat Eksepsi/ Keberatan

9
Pasal 156 ayat (1) KUHAP menyebutkan:--------------------------------------------------
Dalam hal TERDAKWA atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan bahwa

10
pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima
atau Surat Dakwaan dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada Penuntut
Umum untuk menyatakan pendapatnya, Hakim mempertimbangkan keberatan
tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan.

Bahwa yang dimaksud dengan Eksepsi adalah suatu upaya untuk mengajukan
keberatan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada TERDAKWA/Penasihat
Hukum setelah Penuntut Umum selesai membacakan Surat Dakwaan.
-------------------

Demikian itulah sekilas mengenai pengertian atau batasan tentang Eksepsi yang mana
menurut M. YAHYA HARAHAP, S.H. dalam bukunya yang berjudul Pembahasan
Permasalahan dan Penerapannya KUHAP Jilid II halaman 661 dinyatakan bahwa
“Eksepsi belum boleh memasuki masalah yang bersangkutan dengan hukum materiil,
karena Eksepsi merupakan upaya yang bersifat hukum formil”.---------------------------

Selanjutnya LEIDEN MARPAUNG, S.H. dalam buku Proses Penanganan


Perkara Pidana tahun 1992 halaman 328 menyebutkan bahwa batasan ruang
lingkup materi eksepsi tersebut, ialah bahwa eksepsi hanya dapat ditujukan terhadap
dakwaan atau kewenangan pengadilan. Eksepsi tidak diperkenankan menyentuh
materi perkara yang akan diperiksa dalam sidang pengadilan yang bersangkutan.
Dengan perkataan lain, eksepsi hanya ditujukan kepada aspek formil yang berkaitan
dengan penuntutan atau pemeriksaan perkara tersebut oleh Pengadilan. Sedangkan
aspek materiil perkara tersebut tidak berada dalam lingkup eksepsi
--------------------------------------------------

Ditinjau dari segi materi dan alasan suatu eksepsi, maka eksepsi dapat
dikelompokkan menjadi dua bentuk eksepsi yaitu eksepsi yang mengambil dasar dan
alasan yang bersifat formil dan eksepsi yang menggunakan dasar atau alasan yang
bersifat materiil.

Dalam hal ini H. HAMRAT HAMID, S.H. dan HARUN M. HUSEIN, S.H. dalam
buku Pembahasan Permasalahan Kuhap Bidang Penuntutan dan Eksekusi, tahun
1991 halaman 140 dan 141 menyebutkan bahwa Eksepsi yang dapat dipertimbangkan
pengadilan hanyalah Eksepsi yang diajukan terhadap dakwaan atau kewenangan
Pengadilan. Jadi eksepsi yang didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat materiil
akan ditolak oleh Pengadilan karena Eksepsi yang demikian melampaui lingkup
eksepsi yang ditentukan dalam Pasal 156 ayat (l) KUHAP. Biasanya eksepsi yang

11
demikian menjangkau atau memasuki materi atau pokok perkara yang diperiksa,
selanjutnya adalah merupakan hal yang wajib bilamana Penasihat Hukum berusaha

12
sedemikian rupa untuk mencari celah-celah hukum dalam usahanya melemahkan
Surat Dakwaan Penuntut Umum. Sepanjang memungkinkan dalam usahanya
meringankan beban kliennya, sedangkan bagi Penuntut Umum akan berusaha
meluruskan perbedaan pendapat/persepsi yang timbul dengan harapan usaha
penegakan hukum tetap berjalan sesuai rencana menuju tegaknya keadilan dan
kebenaran. ----------------------------------

II. MATERI POKOK KEBERATAN PENASIHAT HUKUM TERDAKWA

Bahwa Penasihat Hukum TERDAKWA telah mengajukan Keberatan tertanggal 18


November 2021, yang pada intinya berisi:

ALASAN DAN KEBERATAN

1. PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG TIDAK BERWENANG


MENGADILI PERKARA TERDAKWA TEGAR SAPUTRA BIN NASIR
UTOMO DIKARENAKAN PENUNTUT UMUM TIDAK TEPAT DALAM
MENENTUKAN LOCUS DELICTI (RELATIF COMPETENCE);-------------
2. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT
DITERIMA (NULL AND VOLD)
a. SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA
DIKARENAKAN TIDAK TERPENUHINYA HAK-HAK
TERDAKWA SELAMA PROSES PENYIDIKAN (NEIT
ONVANKELIJK VERKLAARD)---
b. SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA
DIKARENAKAN PENUNTUT UMUM DALAM HAL INI KELIRU
DALAM MELAKUKAN PEMISAHAN BERKAS
PERKARA.--------------------
c. SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA
DIKARENAKAN JAKSA PENUNTUT UMUM TIDAK CERMAT
DALAM MENENTUKAN SUBJEK HUKUM YANG DAPAT
DIMINTAKAN PERTANGGUNGJAWABAN (ERROR IN
PERSONA);--------------

3. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM

13
KARENA TIDAK CERMAT, TIDAK JELAS DAN TIDAK LENGKAP
(OBSCUUR LIBLE) DALAM MENGKLASIFIKASIKAN PERBUATAN
TERDAKWA SEBAGAI TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN
KEKERASAN.

14
III. PENDAPAT PENUNTUT UMUM

Yth. Ketua dan Anggota Majelis Hakim,


Yth. Sdr, Tim Penasehat Hukum dan Saudara
Terdakwa Serta Hadirin Sidang Yang Kami Muliakan

Setelah membaca, menelaah, dan mempelajari keberatan dari Penasihat Hukum


Terdakwa yang dibacakan di persidangan pada hari 18 November 2021. Kami selaku
Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung menyatakan tetap pada
Surat Dakwaan Kami. Oleh karena itu, terhadap materi Keberatan yang disampaikan
Penasihat Hukum Terdakwa, Kami akan mengajukan pendapat-pendapat secara
berurutan sesuai dengan pokok Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa sebagai
berikut:

1. PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG TIDAK BERWENANG


DALAM MENGADILI PERKARA TERDAKWA TEGAR SAPUTRA BIN
NASIR UTOMO DIKARENAKAN PENUNTUT UMUM TIDAK TEPAT
DALAM MENENTUKAN LOCUS DELICTI (RELATIF COMPETENCE)

Tim Penasihat Hukum TERDAKWA dalam Nota Keberatan halaman 10 pada


pokoknya mengemukakan :

Menurut M. Yahya Harahap mengatakan bahwa Locus Delicti didasarkan atas


tempat terjadinya tindak pidana.di tempat mana dilakukan tindak pidana atau di
daerah hukum pengadilan negeri tersebut yang berwenang mengadili.
-------------------------------------

Setelah membaca dan menelaah materi Keberatan A quo dari Penasihat Hukum
Terdakwa, Kami menyatakan tidak sependapat dengan materi Keberatan A quo.
Berdasarkan Pasal 84 ayat (2) yang mana Pasal 84 ayat 2, berbunyi : Pengadilan
negeri yang di dalam daerah hukumnya Terdakwa bertempat tinggal, berdiam
terakhir, di tempat ia ditemukan, atau ditahan, hanya berwenang mengadili perkata
Terdakwa tersebut, apabila tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil
oleh dekat pada tempat pengadilan negeri itu dari pada tempat kedudukan
pengadilan negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukan. Kami
berpendapat bahwa pengadilan Negeri Mesuji tidak berwenang dalam mengadili
perkara ini, karena terdapat banyak saksi yang beralamat di daerah Bandar Lampung

15
oleh karena itu seharusnya yang berhak mengadili perkara pidana ini adalah
Pengadilan Negeri Tanjung Karang.’’

16
Dalam penjelasan pasal tersebut terdapat unsur-unsur pengadilan negeri yang
berwenang mengadili perkara TERDAKWA yaitu pengadilan negeri yang dekat
dengan tempat tinggal TERDAKWA, atau tempat dimana TERDAKWA berdiam
terakhir, atau tempat dimana ditemukannya dan ditahannya TERDAKWA, dalam hal
ini telah jelas perbuatan TERDAKWA memenuhi unsur dalam pasal tersebut. --------

Selain itu berdasarkan “Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan” yang tercantum
Menurut UU Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, pada Pasal
2 ayat (4), yaitu:

1. Sederhana juga dapat dimaknai sebagai suatu proses yang tidak berbelit-belit,
tidak rumit, jelas, lugas, non interpretable, mudah dipahami, mudah dilakukan,
mudah diterapkan.
2. Cepat, harus dimaknai sebagai upaya strategis untuk menjadikan sistem peradilan
sebagai institusi yang dapat menjamin terwujudnya/ tercapainya keadilan dalam
penegakan hukum secara cepat oleh pencari keadilan. ---------------------------------
3. Biaya ringan juga mengandung makna bahwa mencari keadilan melalui lembaga
peradilan tidak sekedar orang yang mempunyai harapan akan jaminan keadilan di
dalamnya tetapi harus ada jaminan bahwa keadilan tidak mahal, keadilan tidak
dapat di materialisasikan dan keadilan yang mandiri serta bebas dari nila-nilai lain
yang merusak nilai keadilan itu sendiri.

Setelah membaca dan memahami materi keberatan a quo dari Penasihat Hukum
TERDAKWA, Kami selaku Penuntut Umum menyatakan tidak sependapat dengan
Nota Keberatan Tim Penasehat Hukum Terdakwa, karena Terdakwa bertempat
tinggal di Kota Bandar Lampung dan sebagian besar saksi pada kenyataannya
berdomisili di Kota Bandar Lampung (SULTAN SALIM, AZIZAH, MICO
ALFATIH TRI SUTISNO, BILLAR, TIRTA CIPENG). Selain itu,
berdasarkan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan tersebut kami
sebagai penegak hukum harus memudahkan proses pencarian keadilan itu dengan
cara membuat keterjangkauan lokasi pengadilan, kemudahan dalam menyelesaikan
perkara, dan juga memikirkan aspek sosiologis masyarakat dengan menghemat biaya.
----------

Berdasarkan keterangan saksi serta ahli dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) pada
tingkat penyidikan, kami selaku Penuntut Umum mendapati bahwa sebagian besar

17
saksi yang dipanggil berada di wilayah Kota Bandar Lampung, yaitu dengan data
sebagai berikut :

1. Saksi, SULTAN SALIM yang bertempat tinggal Jln. Mekarsari, No 01,


Langkapura, Bandar Lampung, Lampung (Berdasarkan alamat kediaman
saksi pada identitas di Berita Acara Pemerikasan hari Jum’at, 23 Juli 2021
bertempat di Polresta Bandar Lampung, Jln. Mayjen MT Haryono, Gotong
Royong, Kec Tj Karang Pusat, Kota Bandar Lampung 35119.----------
2. Saksi, MICO ALFATIH yang bertempat tinggal di Jln. Rumah Damai No.
15, Kec. Sari Malam, Kota Bandar Lampung, Lampung (Berdasarkan
Alamat Kediaman saksi pada identitas di Berita acara Pemeriksaan hari
Selasa, 27 Juli 2021 bertempat di Polresta Bandar Lampung, Jln. Mayjen MT
Haryono, Gotong Royong, Kec Tj Karang Pusat, Kota Bandar Lampung
35119.----------
3. Saksi, TRI SUTISNO yang bertempat tinggal di Jln. Lukman Hakim No. 6,
Kec. Bumi Waras, Kota Bandar Lampung, Lampung (Berdasarkan Alamat
Kediaman saksi pada identitas di Berita acara Pemeriksaan hari Senin, 2
Agustus 2021 bertempat di Polresta Bandar Lampung, Jln. Mayjen MT
Haryono, Gotong Royong, Kec Tj Karang Pusat, Kota Bandar Lampung
35119.
4. Saksi, BILLAR yang bertempat tinggal di Jln. Matahari Terbit No. 12,
Kec.Panjang, Kota Bandar Lampung, Lampung (Berdasarkan Alamat
Kediaman saksi pada identitas di Berita acara Pemeriksaan hari Rabu, 18
Agustus 2021 bertempat di Polda Metro Jaya Lampung, Jln. W. R. Supratman
No.1, Kupang Kota, Kec. Tlk. Betung Utara, Kota Bandar Lampung,
Lampung 35212.
5. Saksi,AZIZAH Yang bertempat tinggal di Jln. Tirtayasa No.02, kec.
gedong meneng, kota Bandar Lampung, Lampung, (Berdasarkan Alamat
Kediaman saksi pada identitas di Berita acara Pemeriksaan hari Rabu, 18
Agustus 2021 bertempat di Polda Metro Jaya Lampung, Jln. W. R. Supratman
No.1, Kupang Kota, Kec. Tlk. Betung Utara, Kota Bandar Lampung,
Lampung 35212.
6. Saksi Ahli, TIRTA CIPENG yang bertempat tinggal di jln. Sari Wangi No.
13, kec. Ratu Basa, Kota Bandar Lampung, Lampung, (Berdasarkan
Alamat Kediaman saksi pada identitas di Berita acara Pemeriksaan hari Rabu,
18 Agustus 2021 bertempat di Polda Metro Jaya Lampung, Jln. W. R.
Supratman No.1, Kupang Kota, Kec. Tlk. Betung Utara, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35212.

18
Berdasarkan data daftar saksi serta ahli dalam perkara a quo telah jelas bahwa
sebagian besar saksi bertempat tinggal di wilayah Kota Bandar Lampung maka
pengadilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo adalah
Pengadilan Negeri Tanjung Karang.

Bahwa berdasarkan argumentasi Kami diatas, maka sudah selayaknya materi


Keberatan Tim Penasihat Hukum TERDAKWA dinyatakan TIDAK DAPAT
DITERIMA. --------------------------------------------------------------------------------------

2. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT


DITERIMA

A. SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA DIKARENAKAN


TIDAK TERPENUHINYA HAK-HAK TERDAKWA SELAMA
PROSES PENYIDIKAN (NEIT ONVANKELIJK VERKLAARD)

Tim Penasihat Hukum TERDAKWA dalam Nota Keberatan halaman 12 pada


pokoknya mengemukakan:

Sebagai Tim Penasihat Hukum TERDAKWA telah mengajukan pembantaran


kepada pihak penyidik. Namun, pihak penyidik menolak pengajuan pembantaran dari
kami. Dalam hal ini, kami menilai bahwasannya tindakan Penyidik telah melanggar
hak Terdakwa.

Untuk itu, kami menilai bahwa Penyidik telah lalai dan telah melanggar hak-hak
terdakwa yang menimbulkan ketidakadilan bagi dirinya sebagaimana yang telah
diatur dan ditetapkan dalam kitab undang undang hukum acara pidana (KUHAP).
Kami selaku tim penasihat hukum TERDAKWA TEGAR SAPUTRA berpendapat
bahwa telah terjadi cacat secara prosedur atau error in prosedure selama proses
penegakan hukum pada perkara a quo sehingga surat dakwaan Tidak Dapat
Diterima. --------------------

Padahal fakta kronologi yang terjadi selama penyidikan dan penyelidikan tersebut,
Tim penyidik sudah memenuhi hak terdakwa, untuk menghubungi dokter pribadinya
sebagaimana tertuang dalam Pasal 58 KUHP dan sudah memintanya datang, hanya
saja dari pihak dokter pribadi Terdakwa sendirilah yang tidak bisa mengunjunginya
dengan alasan bahwa sedang berada di luar negeri. Oleh karena itu, Penasihat Hukum
Terdakwa tidak perlu memberikan pernyataan bahwa kami telah lalai dalam

19
melakukan

20
tugas karena pernyataan tersebut tidak berdasar dan bahkan kami turut membantu
dalam pemulihan kejiwaan Terdakwa. Dengan begitu, terlihat jelas Penasihat Hukum
Terdakwa hanya mencari- cari kesalahan yang telah dilakukan oleh tim penyidik. -----

Kami selaku Jaksa Penuntut Umum berpendapat bahwa Penasihat Hukum


TERDAKWA hanya mencari kesalahan dalam menanggapi surat dakwaan, sehingga
terlihat bahwa Tim Penasihat Hukum telah kehabisan akal dalam mengajukan
keberatan yang dibungkus manis dalam nota keberatan, ------------------------------------

B. SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA DIKARENAKAN


PENUNTUT UMUM DALAM HAL INI KELIRU DALAM
MELAKUKAN PEMISAHAN BERKAS PERKARA

Tim Penasihat Hukum TERDAKWA dalam Nota Keberatan halaman 14 pada


pokoknya mengemukakan:

Andi Hamzah menyatakan biasanya splitsing dilakukan dengan membuat berkas


perkara baru dimana para tersangka saling menjadi saksi, sehingga untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan baru, baik terhadap tersangka maupun saksi. Jika terdakwa
lebih dari satu orang maka dilakukan pemisahan perkara yang kemudian para
Terdakwa dijadikan saksi dan saling bersaksi untuk perbuatan pidana yang
didakwakannya atau yang sering disebut saksi mahkota. Saksi mahkota sebenarnya
menunjukan pada terdakwa yang berstatus menjadi saksi dalam perkara terdakwa
yang lain yang sama-sama melakukan yaitu dalam hal diadakan splitsing dalam
pemeriksaannya.

Menurut Totok Bambang yang merupakan seorang jaksa, dalam artikel Splitsing
Memungkinkan Pelanggaran Azas Hukum, splitsing kasus adalah hak jaksa.
Pemisahan itu dapat dilakukan jika jaksa menerima satu berkas perkara yang memuat
beberapa tindak pidana. Kejahatan itu juga melibatkan beberapa orang tersangka.
Dengan kata lain, lebih dari satu perbuatan dan pelaku. Splitsing bisa dilakukan
karena peran masing-masing terdakwa berbeda. Selain peran, bisa juga dilihat dari
locusnya.

Kami mendapati adanya ketidaktepatan yang dilakukan Penuntut Umum dalam


berkas perkara a quo. Bahwa pemisahan berkas perkara antara Klien kami dan
TERDAKWA SULTAN SALIM tidak bisa dibenarkan.Merujuk pada Asas Trilogi
Peradilan yang mewajibkan pemeriksaan perkara ditingkat pengadilan bersifat

21
sederhana, cepat, dan biaya ringan yang secara tegas diatur dalam pasal 4 ayat (2) UU

22
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan pada Penjelasan Umum No. 3
huruf E KUHAP “Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana, dan biaya
ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen dalam
seluruh tingkat peradilan Pemisahan berkas perkara juga menimbulkan para pelaku
harus saling bersaksi dalam perkara masing-masing(nonself incrimination).Dalam
satu perkara pelaku memiliki dua kedudukan, baik sebagai saksi maupun sebagai
terdakwa. Akibatnya timbul saksi mahkota yang mengakibatkan pengadilan tidak
dilaksanakan berdasarkan hukum acara (due proecss of law) karena dalam
memberikan keterangan saksi harus disumpah. Artinya dia tidak boleh berbohong.
Sementara dalam kapasitas terdakwa, pelaku tidak disumpah. Ia mempunyai hak
ingkar. Kondisi itu sangat tidak adil bagi Klien kami. Sementara tujuan dari
penegakan hukum, tidak hanya menegakkan hukum tetapi juga keadilan.

Kami selaku Penasihat berpendapat bahwa Penuntut Umum harus melihat lagi
ketentuan pemisahan perkara yaitu harus terdiri dari beberapa tindak pidana
yang berbeda namun dilakukan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama.
Dimana dalam kasus ini Klien kami telah diduga melakukan tindak pidana dengan
orang lain yang menjadi TERDAKWA dipersidangan lain dengan perkara,
locus dan tempus yang seharusnya dalam hal ini Surat Dakwaan Penuntut Umum
Tidak Dapat Diterima.
----------------------------------------------------------------------------------

Menurut kami selaku Penuntut Umum , mengacu pada pasal 142 KUHAP bahwa
dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang memuat beberapa
tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa tersangka yang tidak termasuk dalam
pasal 141, penuntut umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing- masing
secara terpisah.

Dalam hal ini antara TERDAKWA TEGAR SAPUTRA dan SULTAN SALIM
pengaturannya tidak termasuk dalam pasal 141 KUHAP karena SULTAN SALIM
melakukan tindak pidana penculikan yang tertera dalam pasal 328 KUHP sementara
Tegar Saputra melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang tertera
dalam pasa 365 ayat (2) ke 1,2 dan 4 dan Pemerasan yang tertera dalam pasal 368
ayat (1) KUHP.

Sehingga dapat dilakukan pemisahan berkas perkara antara keduanya. ------------------

C. SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA DISEBABKAN

23
JAKSA PENUNTUT UMUM TIDAK CERMAT DALAM

24
MENENTUKAN SUBJEK HUKUM YANG DAPAT DIMINTAKAN
PERTANGGUNGJAWABAN (ERROR IN PERSONA)

Tim Penasihat Hukum TERDAKWA dalam Nota Keberatan halaman 16 pada


pokoknya mengemukakan:

“seharusnya menurut kami sebagai tim Penasihat Hukum yang seharusnya menjadi
TERDAKWA ialah Sultan Salim bin Sapta Nugroho, karena yang menjadi otak
dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan terhadap Mico Alfatih bin Halim
adalah Sultan Salim bin Sapta Nugroho penasihat hukum beranggapan bahwa
sehingga Surat Dakwaan tersebut tidak dapat diterima 2”, ------

Tim Penasihat Hukum TERDAKWA TEGAR SAPUTRA memandang, karena jaksa


penuntut umum tidak cermat dalam menentukan subjek hukum yang dapat
dimintakan pertanggungjawaban (error in persona), sehingga uraian Surat
Dakwaan Surat Dakwaan Tidak Dapat Diterima.

Kami selaku Penuntut Umum beranggapan kalau TERDAKWA TEGAR SAPUTRA


bin NASIR UTOMO merupakan pelaku utama dari tindak pidana pencurian dengan
kekerasan yang dilakukan oleh TERDAKWA. Dikarenakan berdasarkan bukti-bukti
yang ada, lebih merujuk kepada TERDAKWA TEGAR SAPUTRA bin NASIR
UTOMO sebagai pelaku dari tindak pidana tersebut.
--------------------------------------------------

Dengan ini kami selaku Jaksa Penuntut Umum berpendapat bahwa Penasihat
Hukum TERDAKWA hanya mencari kesalahan dalam menanggapi surat dakwaan,
sehingga terlihat bahwa Tim Penasihat Hukum telah kehabisan akal dalam
mengajukan keberatan yang dibungkus manis dalam nota keberatan.
-----------------------------------

Menurut M. Yahya Harahap dalam bukunya berjudul, “Pembahasan,


Permasalahan dan Penerapan KUHAP” jilid II, cetakan ke-III, Penerbit Pustakan
Kartini, halaman 663- 664 pada intinya menyatakan, bahwa "mengenai alasan
keberatan surat dakwaan batal, bukan dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat
diterima, akan tetapi yang harus dibatalkan adalah surat dakwaan, yaitu dimana
surat dakwaan tidak memenuhi syarat formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal
143 ayat (2) huruf a Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana dan syarat
materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.” ----------

25
Sebelumnya akan kami jelaskan mengenai Surat Dakwaan batal demi hukum (null
and void), Pasal 143 ayat (2) jo. Pasal 143 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana yang mana keberatan ini dapat diajukan, bilamana Surat Dakwaan
tidak memenuhi syarat-syarat materiil, yaitu:

a. Tidak menguraikan Locus Delicti secara cermat jelas, dan lengkap mengenai
Tindak Pidana yang didakwakan;
b. Tidak menguraikan secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana
yang dilakukan oleh Terdakwa.

Penasihat Hukum TERDAKWA beranggapan bahwa Surat Dakwaan ini batal demi
hukum karena menurut Penasihat Hukum Surat dakwaan yang dibuat oleh tim
Penuntut Umum “tidak cermat, tidak jelas, tidak lengkap.
---------------------------------

dalam menguraikan unsur-unsur pasal pencurian dengan kekerasan” serta “surat


dakwaan tidak jelas dalam menerangkan waktu dan letak secara spesifik saat tindak
pidana dilakukan”

Berdasarkan pengertian “Surat Dakwaan harus dibatalkan” maka kami berpendapat


bahwa surat dakwaan Penuntut Umum telah memenuhi syarat materiil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana yaitu uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan,
sehingga cukup beralasan untuk dijadikan dasar oleh Majelis dalam memeriksa,
mengadili dan memutus perkara in casu.

Tidak Cermat Dalam Menerapkan Undang - Undang sendiri bukanlah bagian yang
dapat menyebabkan dakwaan “batal demi hukum” tetapi salah dalam menentukan
“Kewenangan mengadili absolut”. Selain itu berdasarkan Asas Oportunitas
Dakwaan yang diberikan oleh Penuntut Umum merupakan hak yang diberikan oleh
negara sebagai Wakil Negara untuk melakukan Penuntutan kepada TERDAKWA.
Oleh karena itu, Penasihat Hukum tidak perlu mempertanyakan kredibilitas kami
dalam menentukan Undang-Undang dalam perkara ini.
-------------------------------------------

Kami selaku Jaksa Penuntut Umum tidak akan memberikan pendapat lebih lanjut
mengenai hal tersebut karena sudah menyentuh pokok perkara, sehingga perlu

26
dibuktikan lebih lanjut dalam sidang pembuktian.
-------------------------------------------

27
3. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM
KARENA TIDAK CERMAT, TIDAK JELAS DAN TIDAK LENGKAP
(OBSCUUR LIBLE) DALAM MENGKLASIFIKASIKAN PERBUATAN
TERDAKWA SEBAGAI TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN
KEKERASAN

Tim Penasihat Hukum TERDAKWA dalam Nota Keberatan halaman 18 pada


pokoknya mengemukakan:

Tim penasihat Hukum berpendapat Pada Surat Dakwaan yang diajukan Penuntut
Umum menguraikan bahwa Klien kami merampas mobil milik MICO ALFATIH
beserta harta didalamnya, sedangkan dalam Surat Dakwaan, Penuntut Umum
mendakwakan atas pasal 365 ayat (2) ke 1, 2, dan 4 KUHP yang berisi tentang
kejahatan pencurian dengan kekerasan dan Penuntut Umum tidak cermat dalam
menguraikan pasal juncto tentang penyertaan. Penuntut Umum hanya mendakwakan
juncto Pasal 55 ayat (1) namun tidak menjelaskan pada ayat ke berapa dan jenis
penyertaan yang seperti apa, sehingga kami memandang Penuntut Umum tidak
cermat dalam mendakwakan perbuatan TERDAKWA.
---------------------------------------------

Kami tidak sependapat dengan Penasihat Hukum TERDAKWA, surat dakwaan


sudah di uraikan dengan sangat jelas, cermat dan terperinci dan Berdasarkan Pasal 55
ayat (1) ke 1 yang menjelaskan bahwa:

“mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan “

Sedangkan dalam pasal 55 ayat (1) ke 2 yang menjelaskan bahwa: ----------------------

“mereka yang dengan memberi atau menjajikan sesuatu, dengan menyalahgunakan


kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain
supaya melakukan perbuatan. “

Maka berdasarkan uraian pasal diatas, kami selaku Penuntut Umum menyakini bahwa
Tindakan yang dilakukan oleh Terdakwa jelas kepada unsur unsur yang terdapat di
dalam pasal 55 ayat (1).

Oleh karena itu, kami selaku Tim Penasihat Hukum TERDAKWA TEGAR
SAPUTRA menilai bahwa Penuntut Umum telah keliru dalam menguraikan
perbuatan Terdakwa sehingga Surat Dakwaan menjadi tidak cermat, jelas, dan

28
lengkap serta kabur atau

29
Obscuur Libel dalam menguraikan perbuatan Terdakwa sehingga Surat Dakwaan
Penuntut Umum seharusnya Batal Demi Hukum. ------------------------------------------

Menurut kami Penuntut Umum , TERDAKWA TEGAR SAPUTRA bin Nasir


Utomo dan terkait keterangan BAP saksi SULTAN SALIM bahwa TERDAKWA
TEGAR SAPUTRA bin Nasir Utomo yang meminta untuk tetap membawa Rani,
dan sedangkan Saksi SULTAN SALIM menolak untuk membawa Rani.

IV. KESIMPULAN
Majelis Hakim yang Terhormat,
Saudara Penasihat Hukum dan Terdakwa yang
Kami Hormati, Hadirin Sidang yang Kami Muliakan

Berdasarkan seluruh pendapat Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandar


Lampung sebagaimana termaksud di atas, Kami selaku Jaksa Penuntut Umum sampai
pada kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa beberapa materi Keberatan dari Penasihat Hukum TERDAKWA telah


melampaui lingkup Keberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. ---------------------------------------
2. Bahwa materi Keberatan dari Penasihat Hukum TERDAKWA terlalu
mencari- cari kesalahan dari Surat Dakwaan Penuntut Umum dan banyak
kekeliruan dalam isi keberatan.
3. Bahwa Surat Dakwaan telah disusun secara cermat, jelas, dan lengkap dan
telah memenuhi syarat formil dan materiil sesuai dengan ketentuan Pasal 143
Ayat
(2) huruf a dan huruf b KUHAP.

Terlepas dari perbedaan pandangan antara Penasihat Hukum TERDAKWA dengan


Penuntut Umum, hendaklah kita dapat menempatkan diri sesuai dengan tugas dan
kewenangan masing-masing sekaligus menghargai kedudukan Majelis Hakim Yang
Terhormat yang oleh Undang-Undang diberi kewenangan untuk menilai perbedaan-
perbedaan tersebut untuk kemudian dijadikan pertimbangan dalam Putusannya.--------

30
Oleh karena hal tersebut di atas, maka Kami mohon kepada Majelis Hakim yang
mengadili perkara ini untuk memutus dalam Putusan Sela dengan amar sebagai
berikut:

1. Menetapkan Nota Keberatan dari Penasehat Hukum TERDAKWA TEGAR


SAPUTRA bin Nasir Utomo tidak dapat diterima atau ditolak untuk
seluruhnya.
2. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan dengan Nomor Register Perkara: PDM-
12/Tjk/05/2021 yang dibacakan di persidangan tanggal 18 November 2021
adalah sah menurut hukum karena telah memenuhi syarat formil dan materiil
sesuai de ngan ketentuan Pasal 143 Ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP
sehingga dapat dijadikan dasar dalam pemeriksaan perkara atas nama
TERDAKWA TEGAR SAPUTRA bin Nasir Utomo;
-------------------------------------
3. Menerima Surat Dakwaan dengan Nomor Register Perkara: PDM-
12/Tjk/05/2021 yang dibacakan di persidangan tanggal 18 November 2021
atas nama TERDAKWA TEGAR SAPUTRA bin Nasir Utomo.
-----------------------------
4. Menyatakan agar pemeriksaan terhadap TERDAKWA untuk dilanjutkan. ----

Demikian Pendapat Penuntut Umum atas Keberatan Penasihat Hukum TERDAKWA.


Kami bacakan dan diserahkan pada persidangan hari 25 November 2021. ---------------

Kota Bandar Lampung, 25 November 2021

HORMAT KAMI,

JAKSA PENUNTUT

UMUM

KEJAKSAAN NEGERI BANDAR LAMPUNG

M. HAFIZT ANANTA, S.H., M.H.

NIP 19820902 200512 1 001

31
FATHUSSALIM WIJAYA, S.H.,
M.H.

NIP 19830103 200102 1 002

32

Anda mungkin juga menyukai