Anda di halaman 1dari 14

KONTRA MEMORI PENINJAUAN KEMBALI

ATAS
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 23 K/PDT/2021, TANGGAL 18 FEBRUARI 2021
Antara :
RAHMATIA alias TIA, dkk.
(Para Termohon Peninjauan Kembali)
Melawan :
JUKI, dkk.
(Para Pemohon Peninjauan Kembali)

Watampone, 21 Februari 2022

Kepada
Yth. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
di -
Jl. Medan Merdeka Utara No. 13
Jakarta Pusat

Melalui
Yth. Ketua Pengadilan Negeri Kelas IA Watampone
di -
Watampone

Assalamu'alaikum wr. wb.


Mempermaklumkan dengan segala hormat, kami yang bertanda
tangan di bawah ini : -------------------------------------------------------------------
------------------------ Dr. H. FIRMAN BATARI, S.H.,M.H. -----------------------
Adalah Advokat/Pengacara pada Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
“Citra Keadilan”, berkantor di Jl. Kalimantan No. 18 Watampone – dahulu
di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 40 A Watampone. Berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal, 10 Februari 2022 yang terdaftar pada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kelas IA Watampone, Nomor
38/SK/II/2022/PN.Wtp, tertanggal 14 Februari 2022 -- bertindak untuk
dan atas nama Para Termohon Peninjauan Kembali (PK) atas Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Nomor 23 K/Pdt/2021, tanggal 18
Februari 2021, sebagai berikut : ------------------------------------------------------

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-1 -
------ 1. Per. A. RAHMATIA alias TIA, --------------- sebagai Termohon PK I;
2. Per. CAHAYA, --------------------------------- sebagai Termohon PK II;
3. Per. INONG, ----------------------------------- sebagai Termohon PK III;
4. Per. SUHARNI, ------------------------------- sebagai Termohon PK IV;
5. Per. HASNAH, --------------------------------- sebagai Termohon PK V;
6. Per. FATMAWATI alias PETE, ------------ sebagai Termohon PK VI;
7. Lel. SOI, -------------------------------------- sebagai Termohon PK VII.
Dalam hal ini, kesemuanya memilih tempat kediaman hukum
(domisili) di kantor kuasanya sebagaimana tersebut di atas, yang
selanjutnya disebut sebagai Para Termohon Peninjauan Kembali (Para
Termohon PK). --------------------------------------------------------------------
Melawan : --------------------------------------------------------------------------------
------ 1. Lel. Juki; bertempat tinggal di Dusun Balang, Desa Ulubalang,
Kecamatan Salomekko, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi
Selatan, sebagai Pemohon PK I -- semula Penggugat I/Terbanding
I/Termohon Kasasi I; -------------------------------------------------------
1. Per. Ondeng; bertempat tinggal di Dusun Balang, Desa Ulubalang,
Kecamatan Salomekko, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi
Selatan, sebagai Pemohon PK II – semula Penggugat II/
Terbanding II/Termohon Kasasi II; ------------------------------------
2. Per. Hj. Nurbaya; bertempat tinggal di Jalan Komura Blok V
Nomor 130, Desa Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang,
Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, dengan alamat di
Kabupaten Bone di Dusun Balang, Desa Ulubalang, Kecamatan
Salomekko, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai
Pemohon PK III -- semula Penggugat III/Terbanding III/Termohon
Kasasi III; ---------------------------------------------------------------------
3. Per. Ratna; bertempat tinggal di Jalan Komura Blok V Nomor 130,
Desa Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, dengan alamat di
Kabupaten Bone di Dusun Balang, Desa Ulubalang, Kecamatan
Salomekko, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai
Pemohon PK IV – semula Penggugat IV/Terbanding IV/Termohon
Kasasi IV; ---------------------------------------------------------------------
Selanjutnya, kesemuanya secara bersama-sama disebut sebagai Para
Pemohon PK – semula Para Penggugat/Para Terbanding/Para
Termohon Kasasi. ----------------------------------------------------------------
Bahwa Para Termohon PK menyampaikan Kontra Memori
Peninjauan Kembali (PK) terhadap Memori Peninjauan Kembali (PK),

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-2 -
tertanggal 03 Februari 2022 yang diajukan oleh Para Pemohon PK
atas Putusan Mahkamah Agung RI, Nomor 23 K/Pdt/2021, tanggal 18
Februari 2021, yang amarnya sebagai berikut : ----------------------------
---------------------------------- M E N G A D I L I : ----------------------------------
------ 1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi
1. TIA, 2. Cahaya, 3. Inong, 4. SUHA, 5. HASNA, 6. PETE, 7. SOI,
tersebut; ----------------------------------------------------------------------
2. Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Makassar Nomor
5/Pdt/2019/PT MKS., tanggal 11 Maret 2019 yang menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Watampone Nomor 14/Pdt/2018/PN
Wtp, tanggal 17 September 2018; ---------------------------------------

---------------------------- MENGADILI SENDIRI : ----------------------------


Dalam Eksepsi :
- Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV,
Tergugat V, Tergugat VI dan Tergugat VII; ---------------------------------
Dalam Pokok Perkara :
1. Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya; -----------------
2. Menghukum Para Termohon Kasasi untuk membayar biaya
perkara dalam semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat
kasasi sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); -------------

Bahwa sebelum Para Termohon PK menyampaikan Kontra Memori PK


sebagai bentuk perlawanan terhadap Memori PK dari Para Pemohon PK
berkenaan dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, No. 23
K/Pdt/2021, tanggal 18 Februari 2021 tersebut, terlebih dahulu Para
Termohon PK menyampaikan penegasan, sebagai berikut : ---------------------
1. Bahwa Para Termohon PK menyampaikan Kontra Memori PK
berdasarkan Penyataan Peninjauan Kembali (PK) dan Memori PK atas
Putusan Mahkamah Agung RI No. 23 K/Pdt/2021, tanggal 18
Februari 2021 yang diajukan oleh Para Pemohon PK, memori mana
diterima oleh Para Termohon PK pada tanggal 7 Februari 2022 melalui
Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Watampone, sehingga waktu
penyerahan Kontra Memori PK oleh Para Termohon PK telah sesuai
dengan waktu yang ditentukan dalam Pasal 72 ayat (2) Undang-
Undang No. 14 Tahun 1985 Jo Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
Jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah
Agung; -------------------------------------------------------------------------------

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-3 -
2. Bahwa, Para Termohon PK menyampaikan Kontra Memori PK Kepada
Ketua Mahkamah Agung RI yang akan memeriksa dan memutus
perkara aquo melalui Ketua Pengadilan Negeri Watampone.
Karenanya telah sesuai yang ditentukan dalam Pasal 72 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Jo Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Mahkamah Agung; ----------------------------------------------------------------

3. Bahwa maksud dari Para Termohon PK menyampaikan Kontra Memori


PK ini adalah sebagai berikut : --------------------------------------------------
a. Membenarkan dan sependapat dengan pertimbangan hukum Juris
Factie dan amar putusan dalam Putusan Mahkamah Agung RI No.
23 K/Pdt/2021, tanggal 18 Februari 2021; ------------------------------
b. Menolak seluruh alasan Para Pemohon PK dalam mengajukan
Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Mahkamah Agung RI
Nomor 23 K/Pdt/2021, tanggal 18 Februari 2021 sebagaimana
terurai dalam surat Memori Peninjauan Kembali (PK), yaitu : --------
(1) Adanya bukti baru atau novum (vide : Pasal 67 huruf b UU
No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5
Tahun 2004, dan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung); --------------------------------------------------------------------
(2) Adanya suatu kehilapan Hakim atau suatu kekeliruan yang
nyata ((vide : Pasal 67 huruf f UU No. 14 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004, dan
UU No. 48 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung); ---------------
Bahwa adapun Kontra Memori Peninjauan Kembali (PK) sebagai
tanggapan perlawanan Para Termohon Peninjauan Kembali terhadap
Memori Peninjauan Kembali yang diajukan Para Pemohon Peninjauan
Kembali, adalah sebagai berikut : ----------------------------------------------------

A. Tentang Novum yang Tidak Memenuhi Syarat Hukum sebagai Alasan


Peninjauan Kembali
Bahwa salah satu dasar dan alasan Para Pemohon Peninjauan
Kembali (PK) dalam mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas Putusan
Mahkamah Agung RI Nomor 23 K/Pdt/2021, tanggal 18 Februari
2021 adalah adanya 11 (sebelas) jenis bukti surat sebagai bukti baru
(novum) sebagaimana disebutkan dan diuraikan oleh Para Pemohon PK
dalam surat Memori PK tertanggal 3 Februari 2022.
Bahwa jika mencermati substansi dan keberadaan dari 11
(sebelas) bukti surat yang dimaksud oleh Para Pemohon PK sebagai

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-4 -
bukti baru tersebut, sesungguhnya tidaklah dapat dikategorikan sebagai
bukti baru (novum) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b UU
No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun
2004, dan UU No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung. Sebab, yang
dimaksud bukti baru (novum) dalam ketentuan tersebut adalah “apabila
setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan”.
Selanjutnya, oleh M. Yahya Harahap, dalam bukunya berjudul
“Kekuasaan Mahkamah Agung; Pemeriksaan Kasasi dan Peninjauan
Kembali Perkara Perdata”, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hal. 57 – telah
menjelaskan bahwa dalam ketentuan tersebut terdapat 4 (empat) bagian
yang harus dipenuhi suatu bukti surat untuk disebut sebagai bukti
baru (novum) dalam mengajukan peninjauan kembali, yaitu :
a. Penerapan bukti baru tersebut terbatas hanya pada bentuk Alat
Bukti Surat;
b. Alat Bukti Surat, harus bersifat menentukan;
c. Hari dan tanggal alat bukti surat itu ditemukan, harus dinyatakan di
bawah sumpah dan disahkan penjabat yang berwenang;
d. Alat bukti surat itu telah ada sebelum proses pemeriksaan perkara.
Bahwa jika pengertian bukti baru (novum) tersebut di atas,
dihubungkan dengan bukti surat yang diajukan Para Pemohon PK
sebagaimana dalam Memori PK-nya, maka jelaslah bahwa ke-11
(sebelas) bukti surat tersebut tidak memenuhi syarat sebagai novum
dalam Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Para Pemohon PK,
dengan alasan : ---------------------------------------------------------------------
1. Bukti surat berupa Foto Copy AFFIDAVIT, tertanggal 03
Desember 2021 yang ditemukan pada tanggal 10 Desember
2021 (vide: Bukti PK-1);
Bahwa bukti surat yang diklaim sebagai novum tersebut,
sesungguhnya dibuat atas inisiatif dan rekayasa Para Pemohon PK
setelah perkara asal memiliki keputusan berdasarkan Putusan
Mahkamah Agung RI dengan putusan No. 23/Pdt/2021 tanggal 18
Februari 2021, putusan mana telah berkekuatan hukum tetap
setelah diterimanya/ditandatanganinya Relas Pemberitahuan
Putusan Kasasi pada tanggal 11 Oktober 2021. Oleh karena itu,
bukti surat Foto Copy AFFIDAVIT tersebut tidak dapat disebut
“ditemukan”, melainkan yang lebih tepat adalah “dibuat”, karena
tidak pernah ada sebelum perkara asal berproses, melainkan adanya
adalah setelah perkara asal diputuskan dan berkekuatan hukum
tetap.

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-5 -
Selain itu, substansi dari Foto Copy AFFIDAVIT tersebut, tidak
lain adalah bersifat keterangan dari orang yang bernama APPEMA
dan ISYA, sementara ISYA sendiri telah diajukan oleh Para
Penggugat asal/Para Pemohon PK sebagai saksi dan memberi
keterangan yang sama dalam perkara asal (vide: Putusan Pengadilan
Negeri Watampone No. 14/Pdt.G/2018/PN.Wtp, hal. 33).
Sedangkan APPEMA tidak lain adalah suami dari Mase Binti
Baco Bolong, berarti ayah dari Para Penggugat/Para Pemohon PK
(vide: bukti 11, Pernyataan dan Keterangan Ahli Waris, hal. 3, poin 7).
Karena itu, substansi dari bukti surat Foto Copy AFFIDAVIT adalah
tidak bernilai hukum dan tidak bersifat menentukan.
Bukan hanya itu, yang lebih ironis adalah kesalahan dalam
‘meletakkan’ sumpah yang dimaksud dalam Pasal 67 huruf b UU No.
14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun
2004, dan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung).
Sebab kenapa?
Sumpah yang dimaksud dalam ketentuan tersebut adalah
sumpah untuk menguatkan kebenaran adanya penemuan bukti
baru (novum) dalam bentuk bukti surat. Sedangkan sumpah yang
dilakukan pada Foto Copy AFFIDAVIT adalah sumpah untuk
menjastifikasi keterangan orang atas suatu peristiwa. Bukan
sumpah mengenai adanya penemuan ‘surat bukti’ (baru). Karena itu,
tidak relevan dengan kehendak Pasal 67 huruf b UU No. 14 Tahun
1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004, dan
UU No. 48 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.
Lagi pula, ketentuan Pasal 67 huruf b tersebut menghendaki
bahwa sumpah harus diberikan dihadapan pejabat yang berwenang.
Artinya, jika keterangan orang dalam bentuk persaksian yang
mau/akan dinilai sebagaimana halnya substansi dalam Foto Copy
AFFIDAVIT, maka pejabat yang berwenang menilainya adalah Hakim,
bukan Notaris. Sebab, hanyalah hakim yang dapat menilain dan
mempertimbangkan kebenaran suatu keterangan kesaksian atas
suatu peristiwa berdasarkan hukum acara.
Bahwa oleh karena Bukti PK-1 incasu Foto Copy AFFIDAVIT
tidak sesuai dengan Pasal 67 huruf b UU No. 14 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004, dan UU
No. 48 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, maka Bukti Surat
tersebut tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai bukti baru
(novum) dalam Peninjauan Kembali terhadap putusan perkara a quo;

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-6 -
2. Bukti Surat berupa Foto Copy Daftar Himpunan Ketetapan
Pajak (DHKP) Desa Ulubalang, Kecamatan Salomekko yang
sudah disahkan aslinya pada tanggal 27 Oktober 2012,
ditemukan tanggal 12 Oktober 2021 (vide: Bukti PK-2).
Bahwa kendatipun Bukti PK-2 tersebut tidak diajukan sebagai
alat bukti pada perkara asal, namun tidak berarti bukti PK-2 tersebut
adalah merupakan novum yang bersifat menentukan. Sebab, pada
proses pembuktian perkara asal, telah diajukan bukti surat yang
substansinya sama dengan bukti PK-2 tersebut, yaitu Foto Copy
Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Desa Ulubalang,
Kecamatan Salomekko Tahun 2015 (DHKP 2015), DHKP 2017 dan
DHKP 2018 (vide : Bukti P-14, P-18, P-20 dalam Putusan PN
Watampone No. 14/Pdt.G/2018/PN.Wtp, hal. 25), namun bukti-bukti
surat yang sama dengan ‘bukti PK-2’ tersebut, tidak mempengaruhi
pertimbangan hukum dan putusan Judex Juris. Dengan demikian,
‘bukti PK-2’ - tidak bersifat menentukan, karenanya, tidak
memenuhi syarat untuk disebut sebagai bukti baru (novum) dalam
perkara a quo; -------------------------------------------------------------------
3. Bukti Surat berupa Foto Copy Surat Pemberitahuan Pajak Bumi
dan Bangunan Tahun 2021 (SPPT-PBB 2021)-(bukti PK-3), SPPT-
PBB 2020 (bukti PK-4), SPPT-PBB 2019 (bukti PK-5), SPPT-PBB
2021 (bukti PK-6), SPPT-PBB 2021 (bukti PK-7), SPPT-PBB 2004
(bukti PK-8), SPPT-PBB 2004 (bukti PK-9), dan SPPT-PBB 1992
(bukti PK-10);
Bahwa bentuk dari ‘Bukti PK-3’ s/d ‘Bukti PK-10’ adalah
seluruhnya merupakan Surat Pemberitahuan Pajak Bumi dan
Bangunan. Bahwa kendatipun bukti-bukti tersebut tidak diajukan
dalam persidangan perkara asal, namun tidak berarti bahwa bukti-
bukti surat tersebut adalah bersifat menentukan dan dapat disebut
novum.
Sebab kenapa?
Substansi yang sama dari bukti-bukti surat tersebut, telah
diajukan pula dalam perkara asal, dalam bentuk bukti-bukti surat
berupa bukti pembayaran pajak/Sima, Foto copy Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang – Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT-
PBB)-(vide: Bukti Surat P.1 s/d P-13, P-15 s/d P-17, P-19 dan P-23,
dalam Putusan Pengadilan Negeri Watampone No. 14/Pdt.G/2018,
hal. 23-26), namun bukti-bukti surat berupa SPPT-PBB tersebut,
tidak mempengaruhi pertimbangan hukum dan putusan Judex Juris
dalam memutus perkara asal.

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-7 -
Apatah lagi, atas nama Wajib Pajak dalam SPPT-PBB atas
tanah objek sengketa sebelum “Mase Binti Baco Bolong”, adalah
terdaftar atas nama “Pailleng Dg Pasellu” adalah saudara kandung
dari Batjo Bolong. Kemudian, beralih nama Wajib Pajak menjadi
“Batjo Bolong Bin Batjitji” (ayah kandung dari suami Tergugat II
asal, Tergugat III, Tergugat VI asal, Tergugat VII asal dan juga ayah
dari ibu Para Penggugat asal) - (vide: Bukti Surat T.1 s/d T-22, dalam
Putusan Pengadilan Negeri Watampone No. 14/Pdt.G/2018/PN.Wtp.,
hal. 39-40).
Bahwa sesungguhnya bukti surat T.1 s/d T.22 yang diajukan
Para Tergugat asal/Termohon PK --- pada dasarnya lebih memiliki
kadar/nilai pembuktian dibandingkan dengan Bukti Surat P-1 s/d
P-25 yang diajukan Para Penggugat. Sebab, bukti surat T-1 s/d T-22
tersebut, selain relevan dengan keterangan kesaksian Andi
BAHARUDDIN (mantan kepala Desa Ulu Balang), Saksi MUH. JAHRI
(mantan Sekretaris Desa Ulu balang), dan Saksi A.M. Taslim (Camat
Salomekko), juga di dukung oleh fakta lapangan dalam bentuk
penguasaan dan pengelolaan tanah sengketa oleh Para Tergugat
asal/Para Termohon PK (vide: Keterangan Saksi, dalam Putusan
Pengadilan Negeri Watampone Nomor 14/Pdt.G/2018/PN.Wtp.,
hal. 44-52).
Berbeda halnya dengan bukti surat yang diajukan Para
Penggugat asal/Para Pemohon PK --- tidak relevan dengan fakta
penguasaan tanah sengketa oleh Para Penggugat asal. Sebab, pada
kenyataannya, Para Penggugat asal tidak pernah menguasai tanah
objek sengketa. Karena itu, realitas ini sekaligus membuktikan
bahwa perubahan nama wajib pajak dari Batjo Bolong B Batjitji
kepada nama “Mase Bin Baco Boleng” adalah sebuah rekayasa dan
tindakan manipulasi yang dilakukan oleh Para Penggugat asal,
karena perubahan nama Wajib Pajak atas tanah sengketa tersebut
dilakukan dengan tanpa sepengetahuan Para Tergugat asal/Para
Termohon PK selaku ahli waris dari Batjo Balong.
Terlepas dari itu, SPPT-PBB bukanlah bukti pemilikan atas
suatu objek tanah (vide: Jurisprudensi MARI Nomor 34 K/Sip/1060),
Dengan demikian, bukti SPPT-PBB tidaklah bersifat menentukan,
karenanya, ‘Bukti PK-3’ s/d ‘Bukti PK-10’ berupa Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan -
sesungguhnya tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai bukti
baru (novum) dalam perkara a quo; -----------------------------------------

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-8 -
4. Surat Pernyataan dan Keterangan Ahli Waris dari Almarhum
Baco Bolong pada tanggal 10 Januari 2021, ditemukan pada
tanggal 25 Desember 2021 (vide: Bukti PK-11).
Bahwa seperti halnya dengan Bukti PK-1 incasu Foto Copy
AFFIDAVIT, Bukti PK-11 incasu Surat Pernyataan dan Keterangan
Ahli Waris – tidak pula memenuhi syarat sebagai bukti baru (novum)
karena dibuat setelah perkara tengah berproses, bahkan menjelang
putusan akhir oleh Mahkamah Agung. Lagi pula, orang yang
memberikan pernyataan dalam bukti surat tersebut adalah hanyalah
cucu yang dilahirkan oleh sebahagian dari anak Batjo Bolong.
Karena itu, keterangan yang dipernyatakannya – tidaklah
menentukan untuk mempengaruhi putusan a quo; ----------------------
Bahwa dengan berdasar pada uraian-uraian yang dikemukakan
di atas, maka sangatlah nyata dan jelas bahwa seluruh bukti surat
yang diajukan sebagai alasan dalam Peninjauan Kembali (PK) aquo,
sesungguhnya tidak memenuhi syarat hukum untuk disebut sebagai
bukti baru (novum) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b UU
No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun
2004, dan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung. Karena
itu, sangat beralasan hukum jika Permohonan Peninjauan Kembali yang
dilakukan Para Pemohon PK dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima. ------------------------------------------------

B. Tentang Putusan Jedex Juris (Nomor 23 K/Pdt/2021) Telah Benar


Menurut Hukum
Bahwa mencermati pertimbangan hukum dan putusan Judex Juris
dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 23 K/Pdt/2021 tanggal 18
Februari 2021 sesungghunya telah benar menurut hukum.
Betapa tidak?
Judex Juris telah memutus perkara berdasarkan kronologis tanah
objek sengketa sebagaimana yang didalilkan oleh Para Penggugat
(asal)/Para Pemohon Peninjauan Kembali sendiri, yang menyatakan
bahwa tanah sengketa seluas ± 2,6 HA pada mulanya adalah kepunyaan
Pailleng Bin Pasellu, dimana Pailleng Bin Pasellu tidak memiliki anak
selaku ahli waris, kecuali saudara kandungnya bernama Batjo Bolong
(almarhum) selaku ahli warisnya.
Bahwa karena Pailleng Dg. Pasellu sebagai asal tanah objek
sengketa -- tidak memiliki anak, dan Batjo Bolong telah pula meninggal
dunia, maka secara hukum pada diri anak-anak dari Batjo Bolong
melekat hak mutlak (legietieme portie) atas tanah objek sengketa. Karena

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-9 -
itu, pertimbangan hukum Judex Juris dalam putusan Mahkamah Agung
RI Nomor 23 K/Pdt/2021 yang membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi
Makassar Nomor 5/Pdt/2019/PT.MKS., jo Putusan Pengadilan Negeri
Watampone Nomor 14/Pdt.G/2018/PN.Wtp., adalah sangat tepat dan
benar dengan menyatakann : -----------------------------------------------------
“bahwa tanpa alasan sah Judex Factie Pengadilan Tinggi Makassar
menghilangkan hak mutlak para ahli waris lain selain Penggugat
atas peninggalan atas almarhum Pailleng Dg. Pasellu yang tidak
mempunyai anak”.
Dengan demikian, pertimbangan hukum Judex Juris dalam
memutus perkara a quo, sesungguhnya merupakan putusan yang
sangat adil dan bijaksana serta bersesuaian dengan hukum.
Sedangkan mengenai dalil Para Penggugat (asal)/Para Pemohon PK
yang menyatakan bahwa Mase Binti Batjo Bolong adalah anak angkat
Pailleng Dg. Pasellu, dan tanah objek sengketa adalah telah diberikan
Pailleng Bin Pasellu (khusus) kepada Mase Bin Bolong sebagai anak
angkat dan sebagai hadiah perkawinannya dengan Lel. Appema.
Sesungguhnya dalil-dalil Para Penggugat asal/Para Pemohon PK
tersebut adalah tidak terbukti, dengan alasan : -------------------------------
1. Tidak ditemukan adanya bukti sempurna menurut hukum yang
dapat dipercaya untuk menguatkan dalil-dalil Para Penggugat
asal/Para Pemohon PK mengenai kebenaran Mase Bin Batjo Bolong
sebagai anak angkat Pailleng Dg. Pasessu, dan pemberian tanah
sengketa oleh Pailleng Dg. Pasellu kepada Mase Bin Batjo Bolong
sebagaimana didalilkan oleh Para Penggugat asal/Para Pemohon PK,
kecuali keterangan saksi yang diajukan oleh Para Penggugat
asal/Para Pemohon PK, yaitu saksi A. Muhammad Bin Mappiare,
saksi Andi Anwar Bin Palongi, saksi Isyah Binti Muhammad, dan
saksi Nuhrah Binti Pamadeng -- yang mempernyatakannya dalam
persidangan aquo (vide: Keterangan Saksi, dalam Putusan Pengadilan
Negeri Watampone Nomor 14/Pdt.G/2018/PN.Wtp., hal. 26-38)
Namun bentuk dan sifat pengetahuan dari keterangan
kesaksian Para Saksi mengenai Mase Binti Batjo Bolong sebagai
anak angkat, dan tanah objek sengketa sebagai pemberian Pailleng
Dg. Pasessu kepada Mase Binti Batjo Bolong – tidak memenuhi
syarat hukum pembuktian, karena keterangannya hanyalah berupa:
(1) kesaksian yang bersifat testimonium de auditu; (2) saksi masih
kecil ketika terjadinya peristiwa hukum yang dimaksud; (3)
sebahagian saksi tidak mengetahui sama sekali latar belakang tanah
sengketa. Karena itu, keterangan Para saksi tersebut, harus
dinyatakan tidak bernilai pembuktian hukum. Karenanya, Para

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-10-
Penggugat asal/Para Pemohon PK harus dinyatakan telah gagal
membuktikan dalil-dalilnya mengenai Mase Binti Batjo Bolong
sebagai anak angkat dari Pailleng Dg. Pasellu, dan pemberian tanah
objek sengketa dari Pailleng Bin Pasellu kepada Mase Bin Bolong.
Karenanya, Peninjauan Kembali a quo harus dinyatakan ditolak atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima; -----------------------
2. Jika sekiranya Pailleng Dg. Pasellu adalah benar telah memberikan
tanah objek sengketa kepada Mase Binti Batjo Bolong, maka sudah
pasti perubahan nama Wajib Pajak yang telah terjadi atas tanah
sengketa sepeninggal Pailleng Dg Pasellu adalah perubahan dari
nama Pailleng Dg. Pasellu kepada Mase Binti Batjo Bolong. Apatah
lagi, Mase Binti Batjo Bolong ketika itu sudah memenuhi syarat
hukum menjadi Wajib Pajak, karena telah kawin dengan Lel.
Appema. Akan tetapi, pada kenyataannya – tidaklah demikian yang
terjadi. Melainkan, sepeninggal Pailleng Dg. Pasellu – nama Wajib
Pajak berubah dari Pailleng Dg. Pasellu menjadi Batjo Bolong B
Batjitji, Bukan Mase Binti Batjo Bolong.
Sesungguhnya, realitas perubahan nama dari Pailleng Dg.
Pasellu menjadi Batjo Bolong B Batjitji sebagai wajib pajak atas
tanah sengketa adalah suatu bukti bahwa tanah sengketa tidak
pernah diberikan kepada Mase Binti Batjo Bolong.
Bahwa mengenai adanya SPPT-PBB atas nama Mase B Baco
Bolong tahun 1993, sesungguhnya sangat diragukan kebenarannya.
Sebab, berdasarkan Bukti Surat T-11 yang diajukan Para Tergugat
dalam persidangan gugatan asal adalah an. Batjo Bolong B Batjitji
(vide: Bukti Surat, poin 11, dalam Putusan Pengadilan Negeri
Watampone Nomor 14/Pdt.G/2018/PN.Wtp., hal. 39).
Demikian juga, perubahan SPPT-PBB atas tanah sengketa
sejak tahun 2004, sesungguhnya berdasarkan fakta persidangan
perkara gugatan asal telah terbukti sebagai bentuk rekayasa,
spekulasi dan manipulasi yang dilakuka oleh Para Penggugat
asal/Para Pemohon PK. Sebab, merujuk pada keterangan saksi
Baharuddin, S.Pd Bin Massarappi (selaku Kepala Desa ketika itu)
dan saksi Muhammad Jahri Bin Yaming (selaku Sekdes sekaligus
kolektor pajak ketika itu), tidak tahu sebab-musabab dan tidak
pernah ada permohonan serta proses perubahan nama Wajib Pajak
yang dilakukannya (vide: Keterangan Saksi, dalam Putusan
Pengadilan Negeri Watampone Nomor 14/Pdt.G/2018/PN.Wtp., hal.
44-49).
Bahwa dengan fakta-fakta hukum yang dikemukakan di atas,
maka sesungguhnya nama Mase B Baco Bolong sebagai Wajib Pajak

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-11-
dalam SPPT-PBB tidaklah merupakan bukti sebagai pemberian
tanah objek sengketa dari Pailleng Dg. Pasellu kepada Mase B Baco
Bolong. Karena perubahan nama Wajib Pajak menjadi Mase B Baco
Bolong adalah perubahan dari Batjo Bolong B Batjitji.
Bahwa oleh karena Para Penggugat asal/Para Pemohon PK
tidak dapat (gagal) membuktikan bahwa Mase Binti Batjo Bolong
adalah anak angkat dari Pailleng Dg. Pasellu, demikian juga tanah
objek sengketa tidak dapat dibuktikan sebagai pemberian Pailleng
Dg. Pasellu kepada Mase Binti Batjo Bolong, maka pertimbangan
hukum Judex Juris dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 23
K/Pdt/2021 tanggal 18 Februari 2021 menyatakan: “Bahwa
kedudukan orang tua Para Penggugat sebagai anak angkat almarhum
Pailleng Dg. Pasellu tidak didukung dengan bukti yang kuat serta
bertentangan dengan hak mutlak (legietieme portie) para ahli waris
lainnyaincasu para Tergugat dan Turut Tergugat”, sesungguhnya
adalah benar dan tepat menurut hukum. Karena itu, dalil-dalil Para
Pemohon PK yang menganggap Judex Juris telah hilaf dan keliru
dalam pertimbangan hukumnya – harus dikesampingkan. -------------
3. Bahwa oleh karena Para Penggugat asal/Para Pemohon Peninjauan
Kembali telah mendalilkan dalam gugatannya (gugatan asal) bahwa
Mase Binti Baco Bolong adalah anak angkat Pailleng Dg. Pasellu, dan
tanah sengketa adalah pemberian dari Pailleng Dg. Pasellu kepada
Mase Binti Baco. Karena itu, Para Penggugat asal/Para Pemohon
Peninjauan Kembali berkewajiban membuktikan dalil-dalil
gugatannya tersebut sebagaimana yang dikehendaki Pasal 163
HIR/283 RBg, jo Jurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1121
K/Sip/1971, Tanggal 15 April 1972, jo Putusan Mahkamah Agung RI
Nomor 1974 K/Pdt/2017, Tanggal 9 Oktober 2017, bahwa “barang
siapa mengatakan mempunyai barang suatu hak, atau mengatakan
suatu perbuatan untuk meneguhkan haknya atau untuk membantah
hak orang lain, haruslah membuktikan hak itu atau adanya perbutan
itu”.
Bahwa oleh karena Para Tergugat (asal)/Para Termohon PK
tidak dapat atau gagal membuktikan dalil-dalil gugatannya tersebut,
maka Judex Juris tidak salah dan tidak keliru memutus perkara
a quo dengan menolak gugatan Para Penggugat asal seluruhnya.
Dalam hal ini, tidak ada lagi urgensinya untuk mempertimbangkan
dalil-dalil Para Tergugat asal sebagaimana yang dikehendaki oleh
Para Penggugat asal/Para Pemohon PK dalam memutus perkara
a quo.

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-12-
Dengan demikian, pertimbangan hukum Jedex Juris dalam
putusan perkara a quo adalah sudah benar dan tepat menurut
hukum. Karena itu, dalil Para Pemohon PK dalam hal ini adalah
menyesatkan, karenanya tidak dapat dipertimbangkan sebagai
alasan dalam mengajukan Peninjauan Kembali terhadap Putusan
Mahkamah Agung RI Nomor 23 K/Pdt/2021 tanggal 18 Februari
2021. -----------------------------------------------------------------------------
Bahwa dengan mencermati fakta-fakta hukum yang terurai sebagai
dalil-dalil perlawanan Para Termohon PK sebagaimana dikemukakan di
atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa alasan-alasan Para Pemohon PK -
memohon PK atas Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 23 K/Pdt/2021
tanggal 18 Februari 2021, adalah sebagai berikut : -------------------------------
1. Bahwa bukti-bukti surat yang diajukan oleh Para Pemohon PK sebagai
alasan melakukan Peninjauan Kembali atas Putusan Mahkamah Agung
RI Nomor 23 K/Pdt/2021 tanggal 18 Februari 2021, sesungguhnya tidak
ada yang memenuhi syarat hukum menurut ketentuan Pasal 67 huruf b
UU No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5
Tahun 2004, dan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung; ----
2. Bahwa Mase Binti Baco Bolong yang diklaim sebagai anak angkat dari
Pailleng Dg. Pasellu, sesungguhnya tidak didukung dengan alat bukti
yang benar menurut hukum, karenanya dalil-dalil Para Pemohon PK
mengenai hal tersebut, harus dinyatakan tidak terbukti; -------------------
3. Bahwa dalil Para Penggugat asal/Para Pemohon PK yang mengklaim
tanah sengketa sebagai pemberian Pailleng Dg. Pasellu kepada Mase
Binti Baco Bolong, sesungguhnya tidak didukung dengan alat bukti yang
benar menurut hukum, karenanya dalil-dalil Para Pemohon PK
mengenai hal tersebut, harus dinyatakan tidak terbukti; -------------------
2.  Bahwa pada dasarnya dalil-dalil yang dibangun dalam Memori
Peninjauan Kembali oleh Para Pemohon PK, sesungguhnya hanyalah
mengulang –ngulangi saja dalil-dalil yang telah dikemukakannya dalam
perkara tingkat pertama, karenanya tidak memenuhi syarat untuk
alasan Peninjauan Kembali; ------------------------------------------------------
Bahwa berdasarkan pada uraian dan kesimpulan diatas, Para
Termohon Peninjauan Kembali memohon Kepada Majelis Hakim Agung
Mahkamah Agung RI yang memeriksa dan mengadili perkara aquo agar
kiranya berkenan memutus, sebagai berikut : -------------------------------------

MENGADILI

1. Menolak Permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan Para Pemohon


Peninjauan Kembali untu seluruhnya; ------------------------------------------

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-13-
2. Menguatkan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 23 K/Pdt/2021,
tanggal 18 Februari 2021; ---------------------------------------------------------
4. Menghukum Para Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar
semua biaya yang timbul dalam perkara Peninjauan Kembali a quo. ------
Bilamana Majelis Hakim Agung berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono). -----------------------------------------------------
Akhirulkalam, Pemohon menyampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

HORMAT KUASA HUKUM


PARA TERMOHON PK,

Dr. H. FIRMAN BATARI, S.H., M.H.

ARIKA RIZKI RISHALATUL JANNAT, S.H., M.H.

Citra Keadilan – Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum


-14-

Anda mungkin juga menyukai