Anda di halaman 1dari 15

NOTA KEBERATAN

(EKSEPSI)
Terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum
Dalam Perkara Pidana Nomor Register PDM-162/BNA/08/2021
Di Pengadilan Negeri Banda Aceh

Sesungguhnya hukum itu tidak buta

12 Agustus 2021

Untuk dan atas nama Terdakwa :

Nama Lengkap : Dopi Pranata


Tempat / Tanggal Lahir : Batoh, Banda Aceh / 17 April 1982
Umur : 39 Tahun
JenisKelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat tinggal : Jl. Nikasih sayang, Lr. senyumanmu, no.88,
kampung suka kamu, Batoh, Banda Aceh.
Agama : Islam
Pekerjaan : Art
Pendidikan : SMA Sederajat

DIDAKWA

Dakwaan : Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 363 KUHP tentang
pencurian
I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang Terhormat,


Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,
Sidang Yang Mulia,

-------------- Sebelum memasuki uraian mengenai Surat Dakwaan Penuntut Umum dan
dasar hukum pengajuan serta materi keberatan kami selaku Advokat/penasihat hukum
Terdakwa atas nama DOPI PRANATA terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum,
perkenankanlah kepada kami untuk menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim
atas kesempatan yang diberikan untuk mengajukan EKSEPSI/keberatan
ini.---------------------------------------------------------------

-----------------Adanya kesempatan bagi Terdakwa atau Advokatnya untuk mengajukan


EKSEPSI/KEBERATAN setelah Penuntut Umum mengajukan suatu Surat Dakwaan
menjadi bukti nyata bahwa KUHAP sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, dengan cara memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk
mengemukakan pandangannya masing-
masing.--------------------------------------------------------------------

------------- Memang untuk memperoleh konstruksi tentang kebenaran dari suatu kasus
seperti halnya kasus yang Terdakwa alami tidak ada cara lain kecuali memberi
kesempatan yang selayaknya kepada kedua belah pihak, penuntut umum dan
terdakwa, untuk mengemukakan pandangannya masing-masing (du choc des opinions
jaillit la verite).-----------------------

------------- Oleh karena itu dalam Negara Hukum seperti halnya Negara Republik
Indonesia, pengajuan keberatan terhadap surat dakwaan penuntut umum sama sekali
tidak dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan atau memojokkan posisi penyidik atau
penuntut umum yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya telah bekerja
dengan tekun dan gigih serta dengan hati nurani yang
bersih. -------------------------------------------------------
------------- Bukan pula semata-mata memenuhi ketentuan pro forma hanya karena hal
itu telah diatur dalam undang-undang atau sekedar menjalani acara ritual yang sudah
lazimnya dilakukan oleh seorang advokat hanya karena advokat itu telah menerima
sejumlah honor dari kliennya. Pengajuan keberatan itu dimaksudkan semata-mata demi
memperoleh konstruksi tentang kebenaran dari kasus yang sedang Terdakwa hadapi.
Apabila misalnya ternyata dalam surat dakwaan penuntut umum atau dari hasil
penyidikan yang menjadi dasar dakwaan penuntut umum terdapat cacat formal atau
mengandung kekeliruan beracara (error in procedure), maka diharapkan majelis hakim
yang memeriksa perkara dapat mengembalikan berkas perkara tersebut kepada
penuntut umum yang selanjutnya menyerahkan kepada penyidik untuk disidik kembali
oleh karena kebenaran yang ingin dicapai oleh KUHAP tidak akan terwujud dengan
surat dakwaan atau hasil penyidikan yang mengandung cacat formal atau mengandung
kekeliruan beracara (error in procedure). Mustahil pula suatu kebenaran yang
diharapkan akan dapat diperoleh melalui persidangan ini apabila Terdakwa dihadapkan
pada surat dakwaan penuntut umum yang tidak dirumuskan secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan, oleh karena dalam hal demikian
sudah pasti Terdakwa termasuk advokatnya tidak akan dapat menyusun pembelaan
bagi Terdakwa dengan sebaik-baiknya.-----------------------------------------------------------

------------- Oleh karena itu, kami menyampaikan harapan kami yang sangat besar kepada
persidangan ini, yang merupakan benteng tegaknya keadilan, agar dapat selalu kokoh
pada integritasnya.--------------------------------------------------------------------

-------------- Secara khusus kami sampaikan harapan kami kepada Majelis Hakim yang
terhormat, yang merupakan perwakilan Tuhan di muka bumi ini, agar mampu melihat dan
menilai permasalahan dalam kasus ini secara utuh dan menyeluruh, sesuai bukti dan fakta
hukum yang ada dan yang terungkap dalam persidangan perkara ini. Sehingga
padasaatnya nanti kita semua yang menyaksikan persidangan ini dapat melihat bahwa
persidangan ini berjalan semata-mata berdasarkan mekanisme proses hukum (due
process of law), tidak terpengaruh pada tekanan-tekanan, opini-opini ataupun intrik-intrik,
yang dapat merusak citra pengadilan, dan justru menjauhkan kita dari tujuan mulia
persidangan ini, yaitu menemukan kebenaran dan memberikan keadilan kepada semua
pihak. --------------------------------------------
------------ Nota Keberatan yang merupakan hak Terdakwa sebagaimana diatur dalam
Pasal 156 ayat (1) KUHAP ini, kami sampaikan dengan judul “sesungguhnya hukum itu
tidak buta”, karena kami percaya dalam pemeriksaan perkara ini, hukum tidak akan
tinggal diam. ia pasti akan menyingkap segala tabir kegelapan, dan akan mengungkap
segala kebohongan, intrik dan rekayasa yang telah terjadi selama ini. Tuhan yang akan
menuntun kita agar kembali pada kebenaran, sehingga pada akhirnya kasus ini dapat
menemukan titik terang, sesuai fakta yang sebenarnya
terjadi.-------------------------------------------------------------

Sidang Yang Mulia,


------------ Kami ingin menyampaikan kembali dalam persidangan ini, bahwa kasus
pencurian ini adalah sesuatu perbuatan yang keji, serta secara khusus sebagai
penyesalan yang teramat mendalam bagi Terdakwa karna terdakwa sangat
merasa bersalah dan sangat menyesali perbuatan nya
.-----------------------------------------------------------------

Sidang yang mulia,


------------ Tentunya dilihat dari isi Surat Dakwaan Sdr. JPU, menyebabkan pendulum
keadilan tidak lagi bergantung tegak di tengah, namun condong menghukum Terdakwa.
Itulah sebabnya saat ini juga kami langsung membacakan Nota Keberatan, agar
persidangan ini dapat melihat kasus posisi secara utuh dan menyeluruh, sesuai dengan
fakta yang sebenarnya, sehingga pendulum keadilan kembali seimbang, bergantung
tegak, tidak condong ke kiri maupun ke kanan, tidak condong kepada Sdr. JPU dan juga
tidak condong kepada Terdakwa. ---------------------------

Sidang Yang Mulia,

------------Hal-hal yang kami uraikan tersebut diatas, sengaja kami sampaikan di tahap
awal persidangan ini, untuk mengingatkan kita semua, sekaligus harapan dan untuk
mencegah agar pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan terhadap Terdakwa
sepanjang proses penyidikan, tidak terjadi lagi di dalam persidangan yang mulia ini.
sehingga akibatnya banyak hak-hak hukum Terdakwa yang
dikesampingkan.-------------------------------------
-------------Kami berharap dan percaya pada integritas Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini, yang akan memimpin jalannya persidangan semata-mata
berdasarkan mekanisme hukum, sesuai alat bukti dan fakta hukum yang terungkap. Kami
percaya Majelis Hakim akan menggali secara utuh pokok permasalahan yang sebenarnya
dalam perkara ini.---------

Sidang Yang Mulia,

"Bahwa masing-masing pihak dalam suatu persidangan, yaitu Jaksa


Penuntut Umum, Pembela/Penasihat Hukum, dan Hakim adalah mempunyai
fungsi yang sama, meskipun mereka masing-masing mempunyai posisi yang
berbeda, maka sudah selayaknyalah masing-masing pihak memiliki pendirian
yang berbeda pula."

Fungsi yang sama adalah karena pada dasarnya masing-masing pihak :

1. Berusaha mencari kebenaran dengan menyelidiki secara jujur fakta-fakta


perbuatan terdakwa, maksud dan akibatnya, sebagaimana didakwakan dalam surat
dakwaan.

2. Berusaha menilai, apakah fakta-fakta itu memenuhi unsur-unsur pidana


untuk dapat tidaknya mempersalahkan terdakwa sebagaimana disyaratkan
oleh undang-undang.

3. Berusaha menilai hukuman apakah yang seadil-adilnya yang patut


dijatuhkan kepada terdakwa.

Di lain pihak karena posisi yang berbeda sudah selayaknya pula mempunyai
pendirian yang berbeda, karena :

1. Jaksa, meskipun selaku Pejabat Umum ( Openbaar Ambtenaar ) mempunyai posisi


yang obyektif, namun sebagai akibat dari sifat accusatoir daripada proses
peradilan pidana dimana Jaksa dan Terdakwa saling berhadapan dalam
kedudukan yang sejajar (Als heilijkwaardige partijen tegenover elkander), maka
Jaksa sebagai pihak penuntut dengan sendirinya mempunyai pendirian yang
subyektif.
2. Pembela/Penasihat Hukum, oleh karena bukan pejabat Umum, maka dengan
sendirinya mempunyai posisi yang subyektif, akan tetapi karena pada dasarnya
berfungsi mengemukakan pendirian mengenai perbuatan-perbuatan terdakwa yang
ditinjau dari sudut hukumnya (naar de Juridische Betekenis), formil maupun materiil,
pendirian yang demikian itu dikatakan pendirian yang obyektif.
3. Akhirnya Hakim, sebagai Pejabat Umum dengan sendirinya mempunyai posisi
yang obyektif, karena menjalankan fungsi mengadili terhadap masing-masing
pendirian subyektif dari kedua belah pihak yang bertengkar di hadapannya, yaitu
Jaksa Penuntut Umum di satu pihak dan Terdakwa / Penasihat Hukumnya di lain
pihak, oleh karena itu dengan sendirinya wajib atau setidak-tidaknya diharapkan
memegang teguh pendirian yang tidak memihak atau menurut Mr. Trapman
"Pendirian Yang obyektif ".

Sidang Yang Mulia,

Dalam persidangan ini kita sudah tentu harus menggunakan pendirian yang
objektif Masalah pendirian yang obyektif dalam perkara ini secara khusus kami
kemukakan, karena kami menganggap penting, mengingat selama ini sangat jelas terlihat
betapa gencarnya upaya-upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak, untuk
menyalahkan Terdakwa. Akibatnya kini hampir sebagian besar masyarakat di luar sana
“telah menghukum” Terdakwa sebagai orang yang sudah pasti bersalah.
Belum lagi melihat Surat Dakwaan Sdr. JPU yang baru saja selesai dibacakan tadi,
yang isinya ternyata sangat “menyudutkan” Terdakwa.

Sidang Yang Mulia,

Hal ini sengaja kami sampaikan mengingat Sdr. JPU sepertinya hanya menerima
saja berkas perkara penyidikan, lalu menyusunnya menjadi Surat Dakwaan, dan
melimpahkannya ke pengadilan, tanpa pernah memeriksa lebih lanjut betapa banyaknya
pelanggaran hukum yang terjadi sepanjang proses penyidikan.

Berkas perkara Terdakwa merupakan dasar permulaan untuk menyusun Surat


Dakwaan di dalam persidangan ini. Bila mana berkas perkara itu dimuat tidak sesuai
dengan fakta yang sebenarnya, maka surat dakwaan tidak lagi mempunyai tempat
berpijak, seakan-akan menggantung di udara. Dengan kata lain, Surat Dakwaan
telah kehilangan dasar hukumnya, dan oleh karenanya menjadi tidak sah menurut hukum.

Apabila hal ini dibiarkan, atau dengan kata lain apabila Surat Dakwaan Sdr. JPU
diterima dalam persidangan ini, maka persidangan disini pun akan menjadi tersesat
(misleading) karena Surat Dakwaan Sdr. JPU tersebut, merupakan penuntun atau pintu
masuk untuk memulai proses persidangan disini.

II. ALASAN-ALASAN KEBERATAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Sidang Yang Mulia

Keberatan adalah tangkisan atau pembelaan yang tidak mengenai atau yang
tidak ditujukan terhadap materi pokok surat dakwaan tetapi keberatan atau
pembelaaan yang ditujukan terhadap cacat formal yang melekat pada surat dakwaan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP dan menurut Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku I ada 2 (dua) macam keberatan yang dapat
diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukumnya, adalah sebagai berikut :

1. Dakwaan tidak dapat diterima;


2. Keberatan surat dakwaan harus dibatalkan.

Setelah membaca, mendengarkan, dan mempelajari surat dakwaan Penuntut


Umum pada Kejaksaan Negeri Banda Aceh dengan Nomor Register
PDM-162/BNA/08/2021, dikaitkan dengan ketentuan Pasal 156 dan pasal 156 a
dengan Pasal 143 KUHAP, uraian yuridis materi Keberatan kami selaku Penasihat
Hukum adalah sebagai berikut :

1. DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA

Undang-Undang tidak menjelaskan pengertian apa yang dimaksud dakwaan tidak


dapat diterima. Tidak dijelaskan patokan yang dapat dijadikan dasar untuk
menyatakan dakwaan tidak dapat diterima, selain itu juga tidak disebut jenis
keberatan apa saja yang masuk dalam kelompok dakwaan tidak dapat diterima ini.
Pengertian umum yang diberikan terhadap keberatan dakwaan tidak dapat diterima,
adalah apabila dakwaan yang diajukan mengandung “cacat formal” atau
mengandung “kekeliruan beracara” (error in procedure), antara lain mengenai
susunan atau bentuk surat dakwaan yang diajukan penuntut umum salah atau keliru.

1.1. DAKWAAN KESATU JPU BERTENTANGAN DENGAN ASAS PRADUGA TAK


BERSALAH
sudah menjadi pengetahuan bersama, terlebih yang ada di dalam persidangan ini,
patutnya kita menyadari bahwa setiap orang belum di nyatakan bersalah belum
ada putusan hakim yang menyatakan nya bersalah, tetapi tidak dengan dakwaan
jaksa penuntut umum yang menyusun dakwaan nya seakan akan terdakwa telah
terbukti melakukan perbuatan tersebut.

1.2. DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM EROR IN PERSONA


sudah menjadi pengetahuan bersama bila mana terdakwa itu telah di tentukan
maka terdakwa lah yang akan bertanggung jawab atas perbuatannya lalu bagai
mana bila jaksa penuntut umusalah orang adalam menujukan tuntutan nya
apakah ini adil. Menurut hemat kami terdakwa bukan lah orang yang tepat untuk
di jadikan terdakwa karna ia benar benar tidak pernah membuat niat untuk
melakukan hal yang sedemikian rupa.

2. KEBERATAN SURAT DAKWAAN HARUS DIBATALKAN ATAU BATAL DEMI


HUKUM

Sidang yang kami muliakan;

Bahwa didalam ketentuan Pasal 143 ayat (2) KUHAP dikatakan bahwa
Surat Dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum harus memenuhi syarat Formil
dan syarat Materiel;

a) Syarat Formil (Pasal 143 ayat 2 huruf (a) KUHAP):

1. Surat Dakwaan diberi tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa/ Penuntut


Umum;
2. Surat Dakwaan berisi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;

b) Syarat Materiel (Pasal 143 ayat 2 huruf (b) KUHAP):

1. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“cermat” mengenai tindak pidana yang didakwakan ;

2. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“jelas“ mengenai tindak pidana yang didakwakan ;

3. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“lengkap“ mengenai tindak pidana yang didakwakan ;

4. Surat Dakwaan menyebut secara terang atau alternatif tentang “waktu“


(tempus) dan “tempat“ tindak pidana dilakukan (locus delictie).

Bahwa berdasarkan ketentuan yuridis Hukum Acara Pidana Indonesia,


sebagaimana yang dimaksud oleh M. Yahya Harahap, SH (Mantan Hakim Agung-RI)
dalam Bukunya yang berjudul : “Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP”
Jo. “Buku Suplemen Hasil Rapat Kerja Tekhnis Mahkamah Agung - RI dengan Para
Ketua Pengadilan Tingkat Banding dari 4 (empat) Lingkungan Badan Peradilan Seluruh
Indonesia”, yang diterbitkan oleh TUADA PIDUM Mahkamah Agung - RI Tahun 1998
Jo. “Buku Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan oleh Kejaksaan Agung
Republik Indonesia”, dimana dijelaskan :

 Yang dimaksud dengan “ CERMAT ” adalah :

Ketelitian Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang


didasarkan kepada Undang-undang yang berlaku bagi Terdakwa, serta tidak terdapat
kekurangan dan atau kekeliruan yang mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau
tidak dapat dibuktikan, antara lain misalnya :

1. apa ada pengaduan, dalam hal delik aduan ;


2. apakah penerapan hukum / ketentuan pidananya sudah tepa ;

3. apakah terdakwa dapat dipertanggung-jawabkan dalam


melakukan tindak pidana tersebut ;

4. apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah kadaluwarsa ;

5. apakah tindak pidana yang didakwakan itu tidak nebis in idem;

 Yang dimaksud dengan “ JELAS ” adalah :

Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur dari delik


pidana yang didakwakan sekaligus mempadukan dengan uraian perbuatan
materiel (fakta) yang dilakukan oleh Terdakwa dalam surat dakwaannya.
Dengan kata lain surat dakwaan harus jelas memuat semua unsur tindak pidana yang
didakwakan (voldoende en duidelijke opgave van het feit).

 Yang dimaksud dengan “ LENGKAP ” adalah :

Uraian Surat Dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan


undang-undang secara lengkap. Rumusan dari perbuatan-perbuatan yang didakwakan
harus dirumuskan secara tegas, dan dijelaskan unsur-unsur objektif dan unsur
subjektifnya ;

Unsur Objektif, yaitu mengenai bentuk atau macam tindak pidana dan cara-cara
terdakwa melakukan tindak pidana tersebut ;

Unsur Subjektif, yaitu mengenai masalah pertanggungjawaban seseorang menurut


hukum ;

 Selain merumuskan dan memuat uraian secara “ cermat”, “jelas” dan


“lengkap” sebagaimana syarat materiel tersebut diatas, surat dakwaan juga harus
menyebut secara terang atau alternatif tentang “waktu“ dan “tempat“ tindak
pidana dilakukan ( lex temporis et locus delictie );
Mengapa KUHAP memberi persyaratan yang demikian ketat kepada Jaksa Penuntut
Umum dalam membuat Surat Dakwaan karena dalam proses perkara pidana Surat
Dakwaan merupakan dasar sekaligus membatasi lingkup pemeriksaan perkara pidana
di Pengadilan, yang fungsinya :

- Bagi Hakim / Pengadilan, Surat Dakwaan merupakan dasar dan sekaligus


membatasi ruang lingkup pemeriksaan serta dijadikan dasar pertimbangan untuk
menjatuhkan putusan;
- Bagi Terdakwa / Penasehat Hukum, sebagai dasar untuk menyiapkan
pembelaannya, oleh sebab itu Surat Dakwaan yang tidak jelas, membingungkan
dan bertentangan satu dengan lainnya atau Dakwaan yang kabur ( obscuur
libelle ) akan menyulitkan Terdakwa melakukan pembelaan sehingga Dakwaan
semacam itu harus dibatalkan;
- Bagi Jaksa Penuntut Umum, Surat Dakwaan sebagai dasar pembuktian
yuridis dalam melakukan tuntutan pidana terhadap Terdakwa.

Bahwa karenanya didalam ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, dinyatakan bahwa
surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan salah satu unsur syarat-syarat
materiel sebagaimana tersebut diatas yang dimaksud dalam pasal 143 ayat (2) huruf
b KUHAP adalah “HARUS DIBATALKAN” atau “BATAL DEMI HUKUM” (null
and void), yang berarti secara yuridis dari sejak semula tidak ada tindak pidana
seperti yang dimaksudkan dalam Surat Dakwaan tersebut.

Majelis Hakim yang terhormat ; dan


Sidang yang kami muliakan ;

Bahwa setelah kami Penasihat Hukum meneliti dan mempelajari Surat Dakwaan
Nomor Reg. Perkara : PDM-162/BNA/08/2021 yang diajukan oleh Penuntut Umum
terhadap Terdakwa dan disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang Republik
Indonesia No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), menurut hemat kami, seandainyapun Syarat Formil dari Surat Dakwaan (Ex.
Pasal 143 ayat 2 huruf (a) KUHAP) sudah terpenuhi, akan tetapi Syarat Materielnya
(Ex. pasal 143 ayat 2 huruf (b) KUHAP) adalah Tidak Terpenuhi, sehingga sesuai
dengan ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, surat dakwaan Penuntut Umum yang
demikian haruslah dibatalkan atau dinyatakan batal demi hukum.
Surat Dakwaan harus dibatalkan demi hukum karena berisikan uraian yang
tidak jelas, tidak cermat dan tidak lengkap tindak pidana yang didakwakan
(Dakwaan kabur/obscuur libelle).

1. Bahwa Pasal 140 ayat (1) KUHAP menyatakan:


“Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat
dilakukan penuntutan, dia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan. ”

2. Bahwa berdasarkan Pasal 140 ayat (1) KUHAP dan ketentuan-ketentuan lain
dalam KUHAP telah membatasi JPU untuk menyusun Surat Dakwaan
berdasarkan keterangan yang ada di Berkas Perkara yang diajukan oleh
Penyidik dan dinyatakan lengkap oleh JPU;

3. Bahwa karena hal-hal yang dikemukakan JPU tersebut tidak diperoleh dari
Berkas Perkara a quo, maka timbul pertanyaan: BERDASARKAN APA JPU
MENYUSUN SURAT DAKWAANNYA?

4. Bahwa karen a hal-hal yang didakwakan JPU tidak berdasarkan pada Berkas
Perkara yang ada maka sudah selayaknya dan sangat beralasan hukum bagi
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menyatakan
Surat Dakwaan JPU BATAL DEMI HUKUM;

2.1. DAKWAAN JPU TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 143 AYAT
(2) HURUF B KUHAP

1. Bahwa Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP menyatakan:

“Penuntut Umum mebuat Surat Dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani
serta berisi:
Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.”
2. Bahwa Pasal 143 ayat (3) KUHAP menyatakan:

“Surat Dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana


dimaksud Pasal 143 ayat (2) huruf b batal demi hukum.”

3. Bahwa karena hal-hal yang dimuat dalam Surat Dakwaan tersebut tidak berkaitan
dan justru bertentangan dengan tindak pidana yang didakwakan, maka Dakwaan
tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP
sehingga sudah selayaknya dan sangat beralasan hukum bagi Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menyatakan Surat Dakwaan
JPU BATAL DEMI HUKUM.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan hal-hal diatas kami berkeyakinan bahwa:

1. Dakwaan dari saudara Jaksa Penuntut umum Tidak Dapat Diterima karena
tidak memenuhi ketentuan salah satu unsur syarat – syarat materiel atau
surat dakwaan drumuskan secara tidak cermat, jelas dan lengkap oleh
saudara Penuntut Umum;

2. Data-data yang digunakan untuk menyusun Surat Dakwaan tidak


berdasarkan Berkas Perkara yang disusun oleh Penyidik;

3. Kami berkenyakinan bahwa dakwaan Penuntut Umum sangatlah kabur,


karena kami meragukan banyak hal dalam penyusunannya, seperti tidak
sesuainya syarat – syarat formil dalam dakwaan tersebut;

4. Hal – hal yang dipidanakan yang dimuat dalam Surat Dakwaan tersebut tidak
berkaitan dan bertentangan dengan tindak pidana yang didakwakan maka
Dakwaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf
b KUHAP sehingga sudah selayaknya dan sangat beralasan hukum bagi
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk
menyatakan Surat Dakwaan JPU BATAL DEMI HUKUM.
IV. PENUTUP

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Sidang Yang Mulia,

Kita bertindak hukum dan berbicara hukum, oleh karena itu : mari kita
temukan kebenaran yang tersembunyi, sekalipun kebenaran itu tersembunyi
di tengah kegelapan karna “dihukumnya seseorang yang tidak bersalah merupakan
urusan semua orang yang berpikir”.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, bersama ini kami mengajukan
permohonan kepada Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh
yang memeriksa dan mengadili perkara ini, agar berkenan memberikan Putusan Sela
dengan amar sebagai berikut :

1. Menerima Keberatan yang diajukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa

2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini


batal demi hukum atau setidak-tidaknya menyatakan surat dakwaan tidak
dapat diterima;

3. Membebaskan terdakwa dari semua tuntutan hukum;

4. Memulihkan dan merehabilitasi nama baik, harkat dan martabat


Terdakwa;

5. Membebankan biaya perkara kepada Negara;

Demikian Nota Keberatan ini kami sampaikan, dan kami percaya pada saatnya
nanti, Tuhan pasti melihat dan akan memberikan keadilan. Atas perhatian dan
dikabulkannya Keberatan ini, kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, 12 Agustus 2021
Hormat Kami
Tim Penasehat Hukum Terdakwa

Belum diketahui, S.H., M.H. Belum diketahui, S.H., M.H

Anda mungkin juga menyukai