(EKSEPSI)
Terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum
Dalam Perkara Pidana Nomor Register PDM-162/BNA/08/2021
Di Pengadilan Negeri Banda Aceh
12 Agustus 2021
DIDAKWA
Dakwaan : Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 363 KUHP tentang
pencurian
I. PENDAHULUAN
-------------- Sebelum memasuki uraian mengenai Surat Dakwaan Penuntut Umum dan
dasar hukum pengajuan serta materi keberatan kami selaku Advokat/penasihat hukum
Terdakwa atas nama DOPI PRANATA terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum,
perkenankanlah kepada kami untuk menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim
atas kesempatan yang diberikan untuk mengajukan EKSEPSI/keberatan
ini.---------------------------------------------------------------
------------- Memang untuk memperoleh konstruksi tentang kebenaran dari suatu kasus
seperti halnya kasus yang Terdakwa alami tidak ada cara lain kecuali memberi
kesempatan yang selayaknya kepada kedua belah pihak, penuntut umum dan
terdakwa, untuk mengemukakan pandangannya masing-masing (du choc des opinions
jaillit la verite).-----------------------
------------- Oleh karena itu dalam Negara Hukum seperti halnya Negara Republik
Indonesia, pengajuan keberatan terhadap surat dakwaan penuntut umum sama sekali
tidak dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan atau memojokkan posisi penyidik atau
penuntut umum yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya telah bekerja
dengan tekun dan gigih serta dengan hati nurani yang
bersih. -------------------------------------------------------
------------- Bukan pula semata-mata memenuhi ketentuan pro forma hanya karena hal
itu telah diatur dalam undang-undang atau sekedar menjalani acara ritual yang sudah
lazimnya dilakukan oleh seorang advokat hanya karena advokat itu telah menerima
sejumlah honor dari kliennya. Pengajuan keberatan itu dimaksudkan semata-mata demi
memperoleh konstruksi tentang kebenaran dari kasus yang sedang Terdakwa hadapi.
Apabila misalnya ternyata dalam surat dakwaan penuntut umum atau dari hasil
penyidikan yang menjadi dasar dakwaan penuntut umum terdapat cacat formal atau
mengandung kekeliruan beracara (error in procedure), maka diharapkan majelis hakim
yang memeriksa perkara dapat mengembalikan berkas perkara tersebut kepada
penuntut umum yang selanjutnya menyerahkan kepada penyidik untuk disidik kembali
oleh karena kebenaran yang ingin dicapai oleh KUHAP tidak akan terwujud dengan
surat dakwaan atau hasil penyidikan yang mengandung cacat formal atau mengandung
kekeliruan beracara (error in procedure). Mustahil pula suatu kebenaran yang
diharapkan akan dapat diperoleh melalui persidangan ini apabila Terdakwa dihadapkan
pada surat dakwaan penuntut umum yang tidak dirumuskan secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan, oleh karena dalam hal demikian
sudah pasti Terdakwa termasuk advokatnya tidak akan dapat menyusun pembelaan
bagi Terdakwa dengan sebaik-baiknya.-----------------------------------------------------------
------------- Oleh karena itu, kami menyampaikan harapan kami yang sangat besar kepada
persidangan ini, yang merupakan benteng tegaknya keadilan, agar dapat selalu kokoh
pada integritasnya.--------------------------------------------------------------------
-------------- Secara khusus kami sampaikan harapan kami kepada Majelis Hakim yang
terhormat, yang merupakan perwakilan Tuhan di muka bumi ini, agar mampu melihat dan
menilai permasalahan dalam kasus ini secara utuh dan menyeluruh, sesuai bukti dan fakta
hukum yang ada dan yang terungkap dalam persidangan perkara ini. Sehingga
padasaatnya nanti kita semua yang menyaksikan persidangan ini dapat melihat bahwa
persidangan ini berjalan semata-mata berdasarkan mekanisme proses hukum (due
process of law), tidak terpengaruh pada tekanan-tekanan, opini-opini ataupun intrik-intrik,
yang dapat merusak citra pengadilan, dan justru menjauhkan kita dari tujuan mulia
persidangan ini, yaitu menemukan kebenaran dan memberikan keadilan kepada semua
pihak. --------------------------------------------
------------ Nota Keberatan yang merupakan hak Terdakwa sebagaimana diatur dalam
Pasal 156 ayat (1) KUHAP ini, kami sampaikan dengan judul “sesungguhnya hukum itu
tidak buta”, karena kami percaya dalam pemeriksaan perkara ini, hukum tidak akan
tinggal diam. ia pasti akan menyingkap segala tabir kegelapan, dan akan mengungkap
segala kebohongan, intrik dan rekayasa yang telah terjadi selama ini. Tuhan yang akan
menuntun kita agar kembali pada kebenaran, sehingga pada akhirnya kasus ini dapat
menemukan titik terang, sesuai fakta yang sebenarnya
terjadi.-------------------------------------------------------------
------------Hal-hal yang kami uraikan tersebut diatas, sengaja kami sampaikan di tahap
awal persidangan ini, untuk mengingatkan kita semua, sekaligus harapan dan untuk
mencegah agar pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan terhadap Terdakwa
sepanjang proses penyidikan, tidak terjadi lagi di dalam persidangan yang mulia ini.
sehingga akibatnya banyak hak-hak hukum Terdakwa yang
dikesampingkan.-------------------------------------
-------------Kami berharap dan percaya pada integritas Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini, yang akan memimpin jalannya persidangan semata-mata
berdasarkan mekanisme hukum, sesuai alat bukti dan fakta hukum yang terungkap. Kami
percaya Majelis Hakim akan menggali secara utuh pokok permasalahan yang sebenarnya
dalam perkara ini.---------
Di lain pihak karena posisi yang berbeda sudah selayaknya pula mempunyai
pendirian yang berbeda, karena :
Dalam persidangan ini kita sudah tentu harus menggunakan pendirian yang
objektif Masalah pendirian yang obyektif dalam perkara ini secara khusus kami
kemukakan, karena kami menganggap penting, mengingat selama ini sangat jelas terlihat
betapa gencarnya upaya-upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak, untuk
menyalahkan Terdakwa. Akibatnya kini hampir sebagian besar masyarakat di luar sana
“telah menghukum” Terdakwa sebagai orang yang sudah pasti bersalah.
Belum lagi melihat Surat Dakwaan Sdr. JPU yang baru saja selesai dibacakan tadi,
yang isinya ternyata sangat “menyudutkan” Terdakwa.
Hal ini sengaja kami sampaikan mengingat Sdr. JPU sepertinya hanya menerima
saja berkas perkara penyidikan, lalu menyusunnya menjadi Surat Dakwaan, dan
melimpahkannya ke pengadilan, tanpa pernah memeriksa lebih lanjut betapa banyaknya
pelanggaran hukum yang terjadi sepanjang proses penyidikan.
Apabila hal ini dibiarkan, atau dengan kata lain apabila Surat Dakwaan Sdr. JPU
diterima dalam persidangan ini, maka persidangan disini pun akan menjadi tersesat
(misleading) karena Surat Dakwaan Sdr. JPU tersebut, merupakan penuntun atau pintu
masuk untuk memulai proses persidangan disini.
Keberatan adalah tangkisan atau pembelaan yang tidak mengenai atau yang
tidak ditujukan terhadap materi pokok surat dakwaan tetapi keberatan atau
pembelaaan yang ditujukan terhadap cacat formal yang melekat pada surat dakwaan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP dan menurut Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku I ada 2 (dua) macam keberatan yang dapat
diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukumnya, adalah sebagai berikut :
Bahwa didalam ketentuan Pasal 143 ayat (2) KUHAP dikatakan bahwa
Surat Dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum harus memenuhi syarat Formil
dan syarat Materiel;
1. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“cermat” mengenai tindak pidana yang didakwakan ;
2. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“jelas“ mengenai tindak pidana yang didakwakan ;
3. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“lengkap“ mengenai tindak pidana yang didakwakan ;
Unsur Objektif, yaitu mengenai bentuk atau macam tindak pidana dan cara-cara
terdakwa melakukan tindak pidana tersebut ;
Bahwa karenanya didalam ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, dinyatakan bahwa
surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan salah satu unsur syarat-syarat
materiel sebagaimana tersebut diatas yang dimaksud dalam pasal 143 ayat (2) huruf
b KUHAP adalah “HARUS DIBATALKAN” atau “BATAL DEMI HUKUM” (null
and void), yang berarti secara yuridis dari sejak semula tidak ada tindak pidana
seperti yang dimaksudkan dalam Surat Dakwaan tersebut.
Bahwa setelah kami Penasihat Hukum meneliti dan mempelajari Surat Dakwaan
Nomor Reg. Perkara : PDM-162/BNA/08/2021 yang diajukan oleh Penuntut Umum
terhadap Terdakwa dan disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang Republik
Indonesia No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), menurut hemat kami, seandainyapun Syarat Formil dari Surat Dakwaan (Ex.
Pasal 143 ayat 2 huruf (a) KUHAP) sudah terpenuhi, akan tetapi Syarat Materielnya
(Ex. pasal 143 ayat 2 huruf (b) KUHAP) adalah Tidak Terpenuhi, sehingga sesuai
dengan ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, surat dakwaan Penuntut Umum yang
demikian haruslah dibatalkan atau dinyatakan batal demi hukum.
Surat Dakwaan harus dibatalkan demi hukum karena berisikan uraian yang
tidak jelas, tidak cermat dan tidak lengkap tindak pidana yang didakwakan
(Dakwaan kabur/obscuur libelle).
2. Bahwa berdasarkan Pasal 140 ayat (1) KUHAP dan ketentuan-ketentuan lain
dalam KUHAP telah membatasi JPU untuk menyusun Surat Dakwaan
berdasarkan keterangan yang ada di Berkas Perkara yang diajukan oleh
Penyidik dan dinyatakan lengkap oleh JPU;
3. Bahwa karena hal-hal yang dikemukakan JPU tersebut tidak diperoleh dari
Berkas Perkara a quo, maka timbul pertanyaan: BERDASARKAN APA JPU
MENYUSUN SURAT DAKWAANNYA?
4. Bahwa karen a hal-hal yang didakwakan JPU tidak berdasarkan pada Berkas
Perkara yang ada maka sudah selayaknya dan sangat beralasan hukum bagi
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menyatakan
Surat Dakwaan JPU BATAL DEMI HUKUM;
2.1. DAKWAAN JPU TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 143 AYAT
(2) HURUF B KUHAP
“Penuntut Umum mebuat Surat Dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani
serta berisi:
Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.”
2. Bahwa Pasal 143 ayat (3) KUHAP menyatakan:
3. Bahwa karena hal-hal yang dimuat dalam Surat Dakwaan tersebut tidak berkaitan
dan justru bertentangan dengan tindak pidana yang didakwakan, maka Dakwaan
tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP
sehingga sudah selayaknya dan sangat beralasan hukum bagi Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menyatakan Surat Dakwaan
JPU BATAL DEMI HUKUM.
III. KESIMPULAN
1. Dakwaan dari saudara Jaksa Penuntut umum Tidak Dapat Diterima karena
tidak memenuhi ketentuan salah satu unsur syarat – syarat materiel atau
surat dakwaan drumuskan secara tidak cermat, jelas dan lengkap oleh
saudara Penuntut Umum;
4. Hal – hal yang dipidanakan yang dimuat dalam Surat Dakwaan tersebut tidak
berkaitan dan bertentangan dengan tindak pidana yang didakwakan maka
Dakwaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf
b KUHAP sehingga sudah selayaknya dan sangat beralasan hukum bagi
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk
menyatakan Surat Dakwaan JPU BATAL DEMI HUKUM.
IV. PENUTUP
Kita bertindak hukum dan berbicara hukum, oleh karena itu : mari kita
temukan kebenaran yang tersembunyi, sekalipun kebenaran itu tersembunyi
di tengah kegelapan karna “dihukumnya seseorang yang tidak bersalah merupakan
urusan semua orang yang berpikir”.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, bersama ini kami mengajukan
permohonan kepada Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh
yang memeriksa dan mengadili perkara ini, agar berkenan memberikan Putusan Sela
dengan amar sebagai berikut :
Demikian Nota Keberatan ini kami sampaikan, dan kami percaya pada saatnya
nanti, Tuhan pasti melihat dan akan memberikan keadilan. Atas perhatian dan
dikabulkannya Keberatan ini, kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, 12 Agustus 2021
Hormat Kami
Tim Penasehat Hukum Terdakwa