Anda di halaman 1dari 9

JAK PUBLIK (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik)

Vol. 1, No. 1 Bulan Maret 2020,


ISSN: 2722-2438

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2019


DI KABUPATEN CIAMIS

Beni Hartanto1*
1STIA YPPT Priatim Tasikmalaya
*benihart1973@gmail.com

ABSTRAK
Artikel Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019 secara umum
Diterima: Februari 2020
Artikel menunjukkan partisipasi masyarakat meningkat dibandingkan
Dipublikasikan: Maret 2020 tahun 2014. Pemilu yang diselenggarakan meliputi pemilihan
Kata kunci: Presiden dan Wakil Presiden, Anggota DPR RI, DPRD Provinsi,
Partisipasi masyarakat dan DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Studi penelitian ini
Pemilu dilaksanakan di Kabupaten Ciamis dimana partisipasi
masyarakat dalam melakukan pencoblosan meningkat
dibandingkan pemilu sebelumnya. Penelitian ini digunakan
metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, studi dokumentasi dan wawancara. Informan kunci
dalam penelitian ini yaitu Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Kabupaten Ciamis. Teknik analisis data dilakukan sepanjang
proses penelitian sejak penelitian memasuki lapangan untuk
mengumpulkan data hingga penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukan meningkatnya partisipasi masyarakat
dalam Pemilu 2019 di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor sosial ekonomi masyarakat,
berkembangnya teknologi informasi, kemampuan mengelola isue
yang digulirkan oleh para intelektual politik maupun dari
kelompok kepentingan maupun dari para pendukung dari
masing-masing pendukung calon presiden maupun calon
anggota legislatif. Faktor terpenting meningkatnya partisipasi
masyarakat Kabupaten Ciamis dalam Pemilu 2019 yaitu calon
presiden yang merupakan pertarungan ulang pada pemilu
sebelumnya sehingga masing-masing pendukung sangat antusias
salam memenangkan capres pilihannya. Peran KPU Ciamis juga
memiliki peran penting dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dengan melalukan sosialisasi kepada seluruh lapisan
ABSTRACT
Key word: The general elections of 2019 generally showed increased public
Community participation and participation compared to 2014. The general elections held
elections included the election of the President and Vice President,
Members of the House of Representatives of the Republic of
Indonesia, Provincial Regional House of Representatives, Regency
/ City Regional House of Representatives, and Regional House of
Representatives . This research study was conducted in Ciamis
Regency where public participation in voting increased compared
to the previous General Election. This research used a qualitative
method, with data collection techniques through observation,

49
documentation studies and interviews. The key informant in this
study was the Chairperson of the Ciamis Regency Election
Commission. The data analysis technique was carried out
throughout the research process since the research entered the
field to collect data until drawing conclusions. The results showed
increased public participation in the 2019 General Election in
Ciamis Regency was influenced by several factors, including
social economic factors, the development of information
technology, the ability to manage issues rolled out by political
intellectuals and from interest groups and from the supporters of
each supporter presidential candidates and legislative candidates.
The most important factor for the increased participation of the
people of Ciamis Regency in the 2019 General Election is the
presidential candidate which is a re-fight in the previous General
Election so that each supporter is very enthusiastic in winning the
presidential election of his choice. The role of the Ciamis Election
Commission also has an important role in increasing public
participation by conducting socialization to all layers.

PENDAHULUAN
Pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2019 atas dasar Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 sebagai dasar hukum penyelenaggaraan Pemilu DPR, DPD, DPRD dan
Pilpres tahun 2019 yang diselenggarakan secara serentak. Pemilu dilaksanakan
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dan dalam
menyelenggarakan pemilu, penyelenggara pemilu harus melaksanakan Pemilu
berdasarkan pada -asas sebagaimana dimaksud, dan penyelenggaraannya harus
memenuhi prinsip mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional,
profesional, akuntabel, efektif, dan efisien.
Pesta demokrasi yang telah dilaksanakan berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya,
dimana untuk pertama kali dalam sejarah, Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan
Presiden (Pilpres) diselenggarakan secara serentak yaitu pada tanggal 17 April 2019. Pada
tahun 2014, Pileg digelar lebih dahulu pada 9 April 2014 untuk menentukan apakah parta
peserta pemilu bisa lolos ke parlemen atau tidak, selain itu juga untuk menentukan
berapa persen suara yang didapatkan masing-masing partai. Hasil Pileg itu, menjadi
landasan untuk menentukan komposisi koalisi partai dalam mengusung calon presiden
dan calon wakil presiden pada Pilpres yang digelar tiga bulan setelahnya, 9 Juli 2014.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pilpres (kini sudah
dibatalkan), partai atau koalisi partai bisa mengusung capres-cawapres apabila memiliki
20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional. Dengan adanya Pemilu
serentak 2019 itu, para pemilih mencoblos 5 surat suara sekaligus di bilik suara. Lima
surat suara itu untuk memilih anggota DPRD tingkat kabupaten/kota, anggota DPRD
tingkat provinsi, anggota DPR, anggota DPD, serta calon presiden dan wakil presiden.
Pelaksanaan Pemilihan Umum 2019 secara nasional telah dilaksanakan dengan
baik, dan berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Kementerian Koordinator
Bidang Politik Hukum dan Keamanan menyebut partisipasi pemilih di Pemilu serentak
2019 sangat tinggi, yakni mencapai 80,90 persen dengan jumlah total pemilih di dalam
negeri sebanyak 190.779.969 pemilih, sedangkan jumlah pemilih di luar negeri total
50
2.086.285 pemilih.. Angka tersebut, lebih tinggi dari target yang ditetapkan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia yakni sebesar 77,5 persen, hal tersebut
menunjukkan keterpilihan presiden maupun legislatif yang terpilih, memiliki legitimasi
yang tinggi.
Partisipasi masyarakat dalam pemilu 2019 untuk Provinsi Jawa Barat mencapai 75
persen lebih tinggi dibandingkan dengan Pemilu 2014 yang mencapai sebesar 70 persen,
sedang pada Pemilihan Gubernur pada tahun 2018 mencapai 73,74 persen. Hal tersebut
menunjukan adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam menyalurkan hak
pilihnya, dimana pada Pemilu 2019 dilakukan pemilihan serentak antara pemilihan
presiden dan pemilihan legislatif, baik untuk tingkat daerah, provinsi dan pusat.
Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang
umumnya dilaksanakan secara berkelompok untuk mencapai suatu tujuan. Istilah
partisipasi dalam lingkungan masyarakat, merupakan keterlibatan dalam kegiatan yang
secara bersama-sama untuk dalam suatu kegiatan. Definisi tentang partisipasi
dikemukakan oleh Sumaryadi (2010:46) dengan menyatakan “Partisipasi dapat diartikan
sebagian pengikutsertaan/peran serta atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama”.
Uphoff, Kohen, dan Goldsmith dalam Nasution (2009: 16) memberikan definisi tentang
partisipasi dengan menyatakan bahwa: ”partisipasi merupakan istilah deskriptif yang
menunjukan keterlibatan beberapa orang dengan jumlah signifikan dalam berbagai
situasi atau tindakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka”.
Mikkelson (2011: 58) memberikan pengertian tentang partisipasi dengan menyatakan
beberapa pendapat sebagai berikut:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut
serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau
kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan hal itu.
4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf
yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampakdampak sosial.
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukan sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan,
dan lingkungan mereka.
Soetrisno dalam Nasution (2009:16) mengemukakan terdapat dua jenis definisi
partisipasi yang beredar di masyarakat yaitu : pertama, Partisipasi adalah dukungan
masyarakat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan tujuannya
ditentukan perencana; Kedua, partisipasi masyarakat dalam pembangunan, merupakan
kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan,
melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
merupakan keterlibatan seseorang dalam lingkungan masyarakat dalam suatu kegiatan
atau program kemasyarakatan yang diadakan oleh masyarakat sendiri, yang dapat

51
dimulai dari perencanaan, proses pelaksanaan, dan pelaksanaan pengawasan terhadap
kegiatan atau program yang dilaksanakannya tersebut.
Partisipasi masayarakat dalam pembangunan tentu memiliki arti luas, hal tersebut
dapat dilihat dari partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,
partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maupun partisipasi masyarakat dalam
politik sebagai upaya membangun pemerintahan yang demokratis, dan menuju
pemerintahan yang lebih baik. Keterlibatan masyarakat sangat penting dari berbagai
aspek, karena tanpa adanya partisipasi masyarakat segala aspek pembangunan tidak
akan berjalan secara optimal Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, menurut
Mubyarto dalam Sumaryadi (2010: 49) menjelaskan bentuk partisipasi masyarakat
tersebut terdiri dari:
1. Kegiatan sasaran pembangunan masyarakat, yaitu perbaikan kondisi dan
penigkatan taraf hidup masyarakat, pembangkitan partisipasi masyarakat, dan
penumbuhan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri, tidak
berdiri sendiri, melainkan diusahakan agar yang satu berkaitan dengan yang lain,
sehingga ketiganya dapat dianggap sebagai satu paket usaha.
2. Peningkatan taraf hidup masyarakat diusahakan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan swadaya masyarakat, dan juga sebagai usaha
menggerakan partisipasi masyarakat.
Selain partisipasi pembangunan, masyarakat juga memiliki partisipasi masyarakat
dalam konteks pembangunan sosial politik. Menurut Budiardjo dalam Sumaryadi (2010:
52) partisipasi masyarakat dalam berpolitik didasarkan pada pertimbangan berikut:
“bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat yang melaksanakannya melalui kegiatan
bersama untuk menetapkan tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk
menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan untuk masa
berikutnya”.
Partisipasi politik masyarakat menurut Riwu Kaho dalam Sumaryadi (2010:52)
mengemukakan bahwa “konsepsi partisipasi terkait secara langsung dengan ide
demokrasi, di mana prinsip dasar demokrasi “dari, oleh, dan untuk rakyat”. Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat memiliki hak untuk dipilih dan
memilih dalam sistem demokrasi, dimana proses demokrasi tersebut dari, oleh dan untuk
rakyat.
Menurut Budiarjo dalam Cholisin (2007: 150) memberikan pernyataan tentang
partisipasi politik masyarakat dengan menyatakan bahwa :
Partisipasi politik secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau
sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan
memilih pemimpin Negara dan langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
publik (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam
pemilihan umum, mengahadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau
kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah
atau anggota perlemen, dan sebagainya.
Nelson dan Huntington (1997: 3) mengemukakan bahwa “partisipasi politik sebagai
kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud sebagai
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,

52
terorganisir atau spontan, mantap atau secara damai atau kekerasan, legal atau illegal,
efektif atau tidak efektif”.
Partisipasi politik merupakan suatu aktivitas masyarakat yang tentunya dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Surbakti (2006: 140) menyebutkan dua variable penting
yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang. Pertama,
aspek kesadaran politik terhadap pemerintah (sistem politik). Yang dimaksud dalam
kesadaran politik adalah kesadaran hak dan kewajiban warga negara. Misalnya hak
politik, hak ekonomi, hak perlindungan hukum kewajiban ekonomi, kewajiban sosial dll.
Kedua, menyangkut bagaimana penilaian serta apresiasi terhadap kebijakan pemerintah
dan pelaksanaan pemerintahnya. Selain hal tersebut ada faktor yang berdiri sendiri
(bukan variable independen). Artinya bahwa rendah kedua faktor itu dipengaruhi oleh
faktor- faktor lain, seperti status sosial, afiliasi politik orang tua, dan pengalaman
beroganisasi. Yang dimaksud status sosial yaitu kedudukan seseorang berdasarkan
keturunan, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
Selanjutnya masih menurut Surbakti (2006: 144-145) menyatakan status ekonomi
yaitu kedudukan seseorang dalam lapisan masyarakat, berdasarkan pemilikan kekayaan.
Seseorang yang mempunyai status sosial dan ekonomi tinggi diperkirakan tidak hanya
mempunyai pengetahuan politik, akan tetapi memiliki minat serta perhatian pada politik
dan kepercayaan terhadap pemerintah.
Partisipasi politik di pengaruhi oleh beberapa hal, dimana menurut Myron Weimer yang
dikutip oleh Mas’oed dan MacAndrews (2011:56-57), faktor-faktor tersebut terdiri dari :
1. Modernisasi
Modernisasi disegala bidang akan berimplikasi pada komensialisme pertanian,
industrial, meningkatkan arus urbanisasi, peningkatan kemampuan baca tulis,
perbaikan pendidikan dan pengembangan media massa atau media komunikasi secara
luas.
2. Terjadi perubahan struktur kelas sosial
Terjadinya perubahan kelas struktur kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya
kelas menengah dan pekerja baru yang meluas era industralisasi dan modernisasi.
3. Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi massa modern Ide-ide
baru seperti nasionalisme, liberalisme, membangkitkan tuntuntan-tuntutan untuk
berpartisipasi dalam pengambilan suara.
4. Adanya konflik diantara pemimpin-pemimpin politik
Pemimpin politik yang bersaing merebutkan kekuasaan sering kali untuk mencapai
kemenangannya dilakukan dengan cara mencari dukungan massa.
5. Keterlibatan pemerintah yang semakin luas dalam unsur ekonomi,sosial dan budaya
Meluasnya ruang lingkup aktivis pemerintah ini seringkali merangsang timbulnya
tuntutan-tuntutan organisasi untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembuatan
keputusan politik.
Menurut Milbrath yang dikutip oleh Althof (1989:168) memberikan alasan
bervariasi mengenai partisipasi seseorang, yaitu:
Pertama, berkenaan dengan penerimaan perangsang politik. Keterbukaan dan
kepekaan seseorang terhadap perangsang politik melalui kontak- kontak pribadi,
organisasi dan melalui media massa akan memberikan pengaruh bagi keikutseertaan
seseorang dalam kegiatan politik.

53
Kedua, berkenaan dengan karekteristik sosial seseorang. Dapat disebutkan bahwa
status ekonomi, karekter suku, usia jenis kelain dan keyakinan (agama). Karakter
seseorang berdasarkan faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang relatif cukup besar
terhadap partisipasi politik
Ketiga, yaitu menyingkat sifat dan sistem partai tempat individu itu hidup.
Seseorang yang hidup dalam negara yang demokratis, partaipartai politiknya cenderung
mencari dukungan massa dan memperjuangkan kepentingan massa, sehingga massa
cenderung berpartisipasi dalam politik.
Keempat, yaitu adanya perbedaan regional. Perbedaan ini merupakan aspek
lingkungan yang berpengaruh terhadap perbedaaan watak dan tingkah laku individu.
Dengan perbedaan regional itu pula yang mendorong perbedaan perilaku politik dan
partisipasi politik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat memberikan kesimpulan
bahwa partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
memiliki hak dipilih dan memilih. Dalam melaksanakan hak tersebut banyak faktor-
faktor yang dapat mempengaruhinya, sehingga masyarakat dapat melaksanakan hak
politiknya dalam membangun bangsa dan negaranya ke arah yang lebih baik
Selanjutnya untuk Kabupaten Ciamis berdasarkan informasi yang diperoleh dari
Ketua KPU Kabupaten Ciamis, tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2019
mencapai 80,6 persen lebih tinggi dibandingkan dengan Pemilu pada tahun 2014 yang
hanya mencapai tingkat partisipasi masyarakat sebesar 73,61 persen, dan lebih tinggi dari
target yang ditetapkan KPU Kabupaten Ciamis dalam Pemilu 2019 sebesar 77,5%. Sebagai
catatan angka partisipasi masyarakat pemilih pada Pilkada tahun 2018 baik untuk Pilgub
maupun Pilbup di Kabupaten Ciamis mencapai angka 77,4 persen dari target 80 persen.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan
dengan partisipasi masyarakat dalam hal ini partisipasi politik masyarakat dalam
Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di Kabupaten Ciamis yang telah dilaksanakan secara
serentak untuk pemilihan Presiden dan pemilihan anggota legislatif untuk tingkat daerah
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif, dan penelitian
ini termasuk dalam studi kasus intrinsik (intrinsic case study), yaitu penelitian yang hanya
fokus pada kasus yang menjadi kajian dalam penelitian ini, yaitu mengenai partisipasi
politik sebagai hak yang dimiliki oleh masyarakat yang memiliki hak dipilih dan memilih
dalam Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 2019 di Kabupaten Ciamis.
Analisis data menurut Patton (dalam Moleong, 1999: 103) menyatakan: “Proses
mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
urutan dasar”. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang penelitian
berlangsung. Creswell (1998: 65) menyatakan: “Analisis data kualitatif dalam hal ini
dilakukan melalui deskripsi data penelitian, penelaahan tema-tema yang ada, serta
penonjolan-penonjolan pada tema tertentu”. Teknik analisis data dilakukan sepanjang
proses penelitian sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data hingga
penarikan kesimpulan.

54
HASIL DAN PEMBAHASAN

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ciamis menetapkan jumlah penduduk Ciamis


yang masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 920.858 orang tersebar di 27
kecamatan. Para pemilih itu terdiri dari 458.015 laki-laki dan 462.843 perempuan. Pemilih
terbanyak di Kecamatan Ciamis (70.138 orang), menyusul Pamarican (52.298 orang) dan
Banjarsari (52.157 orang). Paling sedikit di Kecamatan Cimaragas (12.451 pemilih) dan
Kecamatan Cidolog (14.963 pemilih). Dibandingkan dengan DPS hasil pemutakhiran data
pemilih (coklit) yakni sebanyak 921.928 orang, jadi jumlah warga Ciamis yang tidak
masuk DPT berkurang sebanyak 1.070 orang. Pengurangan jumlah tersebut dikarenakan
meninggal dunia, pindah domisili, dan lima orang di antaranya karena tidak memenuhi
syarat (terdaftar dalam DPS tapi usianya belum mencukupi dan belum menikah).
Kabupaten Ciamis dengan 4.362 TPS pada Pemilu Serentak tanggal 17 April 2019,
terbukti menjadi salah satu daerah lumbung kemenangan pasangan 02, Prabowo-Sandi.
Dari perhitungan resmi KPU Ciamis hasil rapat pleno terbuka rekap perhitungan suara
hasil Pemilu Serentak 2019 sejak Selasa (30/4) sampai Kamis (2/5) malam diketahui
pasangan 02 Prabowo-Sandi meraih 440.240 suara (59,21%). Pasangan 01 Jokowi-Maruf
mendapat 303.323 suara (40,79 %). Selisih suara kemenangan pasangan Prabowo-Sandi di
Ciamis mencapai 18,42%.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui dari rekap perhitungan suara Pemilu
Seretak 2019 diketahui partisipasi pemilih di Ciamis cukup tinggi yakni 80,63% dari target
sebesar 80 %, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan partisipasi pemilih pada Pilkada
Serentak 2018 yakni 78,41%. Selanjutnya dari
4.213 pemilih dari kalangan difabel yang masuk DPT (2.137 laki-laki dan 2.076
perempuan), sementara terdapat 1.508 orang yang tidak melakukan pemungutan suara.
Hampir sepertiga kalangan difabel pemilik suara di Ciamis tidak mencoblos pada Pemilu
Serentak tersebut, yang terdiri dari 794 laki-laki dan 714 perempuan. Partisipasi
masyarakat yang meningkat dalam pemilihan umum tahun
2019, khususnya di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
pertama tidak bisa dipungkiri pesat perkembangan teknologi informasi melalui media
sosial yang secara terus menerus menyampaikan informasi terkait Pemilu, khususnya
berkaitan dengan pemiihan presiden. Meningkatnya ekonomi masyarakat memudahkan
setiap masyarakat memiliki smarphone yang dapat mengakses maupun menerima
berbagai informasi berkaitan dengan Pemilu.
Hasil penelitian dan observasi lapangan menunjukan kemampuan masyarakat dari
aspek ekonomi, pendidikan dan berkembangnya teknologi informasi memudahkan
masyarakat mendapatkan informasi baik melalui media resmi maupun sosial media
mendapatkan berbagai informasi terkait dengan Pemilu 2019 yang diadakan secara
serentak. Namun demikian yang menjadi daya tarik dari masyarakat untuk ikut serta
berpartisipasi dalam pemilu 2019 yaitu adanya Pemilihan Presiden yang dianggap
sebagai sebuah pertarungan ulang Pemilihan Presiden tahun 2014, sementara untuk
pemilihan legislatif, masyarakat kurang memiliki responden yang baik.
Partisipasi dan keikutsertaan masyarakat dalam Pemilu 2019 dapat dilihat dari
aspek pemilih murni dan partisipasi masyarakat karena adanya mobilisasi yang
dikendalikan oleh para intelektual politik. Masyarakat yang memiliki kemampuan dalam
berpolitik secara aktif mensosialisasikan atas dukungannya terhadap partai yang menjadi

55
pilihannya dan calon presiden yang didukungnya. Meningkatkan struktur sosial
masyarakat menjadikan salah satu faktor pendorong meningkatkanya partisipasi
masyarakat di Kabupaten Ciamis dalam Pemilu Serentak pada tahun 2019.
Pelaksanaan Pemillu 2019, tidak dapat dipungkiri kental terhadap politik identitas
yang dinilai menjadi faktor utama terpecahnya masyarakat, dimana hal tersebut
dikendalikan oleh para intelektual politik maupun kelompok masyarakat yang memiliki
kepentingan. Kaum intelektual melalui keberadaan perangkat digital (smartphone) dan
akses internet yang terjangkau membuat berbagai kalangan masyarakat dapat
memperoleh informasi dengan cepat dan mudah. Penyebaran informasi pada saat ini
tidak bisa dipisahkan dari semakin eksisnya penggunaan media sosial yang
mempengaruhi pilihan masyarakat dalam Pemilu 2019.
Faktor lain yang meningkatkan partisipasi Pemilu di Kabupaten Ciamis khususnya
pemilihan presiden yaitu dengan adanya kandidat yang dianggap sangat menarik
dikarenakan merupakan suatu pertarungan ulang, sehingga para pendukung masing-
masing calon memiliki ketakutan capres yang didukungnya mendapatkan kekalahan,
sehingga kedua pendukung capres berbondong-bondong mengikuti pemilihan dengan
mendatangi TPS. Meleknya masyarakat terhadap teknologi informasi, digunakan oleh
setiap capres melakukan kampanye untuk lebih mencari dukungan massa yang lebih
banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui keaktifan para
pendukungnya melalui media sosial.
Meningkatnya partisipasi masyarakat di Kabupaten Ciamis dalam Pemilu 2019,
tidak terlepas dari peran pemerintah melalui KPU Ciamis yang secara terus menerus
melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Ketua KPU
Ciamis, berbagai sosialisasi telah dilakukan diantaranya melalui sosialisasi pemilih
pemula ke sekkolah-sekolah menengah di Kabupaten Ciamis, sosialisasi ke kaum
disabilitas, sosialisasi ke Lapas, sosialisasi kepada kaum perempuan, sosialissi melalui
ibu-ibu Persit dan Bhayangkara, sosialisasi kepada organisasi kemasyarakatan, dan
sosilaisasi kepada para Kepala Desa.

KESIMPULAN
Peningkatan partisipasi masayrakat dalam Pemilu 2019 di Kabupaten Ciamis
dibandingkan dengan Pemilu 2014, dari hasil penelitian menunjukan banyak faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya faktor kemampuan masyarakat dalam ekonomi dan
pengetahuan dalam penggunaan teknologi informasi, dimana salah satunya kemampuan
masyarakat untuk memiliki smartphone yang dijadikan media informasi saat ini, yang
begitu hiruk pikuknya informasi mengenai Pemilu 2019. Faktor kedua yang menonjol
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu adanya kaum intelektual politik
maupun kelompok kepentingan yang dengan begitu aktif dan gencar mengkampanyekan
calon presiden yang didukungannya.
Partisipasi masyarakat dalam pemilu 2019 di Kabupaten Ciamis tidak terlepas dari
pemilihan presiden, dimana calon presiden merupakan pertarungan ulang pada pemilu
sebelumnya, sehingga mendorong masing-masing pendukung untuk melakukan
pencoblosan dengan kekhawatiran calon presiden dukungannya mendapatkan
kekalahan, sementara untuk pemilihan calon anggota legislatif menunjukan masyarakat
kurang memiliki pengetahuan atas partai maupun calon anggota legislatifnya. Faktor

56
yang paling penting meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemilu 2019, yaitu
peran pemerintah melalui KPU Ciamis yang secara gencar melakukan sosilaisasi ke
sekolah-sekolah menengah, masyarakat, Kepala Desa maupun kepada organisasi
kemasyarakatan

DAFTAR PUSTAKA

Althoff, Michael Rush. 1989. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT. Rajawali.

Cholisin, dkk. 2007. Ilmu Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mas'oed, Mohtar. McAndrews, Colin. 2008. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Mikkelsen, Britha. 2011. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya. Pemberdayaan.


Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nasution, Z. 2009. Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyarakat Desa Transisi: Suatu
Tinjauan Sosiologis. Malang: UMMI Press.

Nelson, Joan & Samuel P. Huntington. 1997. Partisipasi Politik di Negara Berkembang.
Jakarta: Rineka Cipta.

Sumaryadi, I Nyoman. 2010, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan


Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama.
Surbakti, Ramlan. 2006. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Dokumen :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum.

57

Anda mungkin juga menyukai