NIM 2372011033
Fakultas/Prodi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Psikologi
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen
UJIAN TENGAH SEMESTER
No Materi Uraian
1. Ruang lingkup mata a) Konsep dan Landasan pendidikan Pancasila di Perguruan
kuliah pendidikan Tinggi
Pancasila di Pancasila merupakan falsafah bangsa Indonesia.
Perguruan Tinggi Pancasila mengandung lima sila atau dasar yaitu Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan (musyawarah mufakat)
dan keadilan sosial. Kelima sila tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh atau mono pluralis. Hal demikian berarti
kelima sila dalam Pancasila harus selalu dimaknai dan
dilaksanakan secara utuh.
Di dalam perkembangannya, Pancasila diberikan
fungsi dan kedudukan istimewa yaitu sebagai dasar negara,
falsafah bangsa, ideologi negara, sumber tertib hukum dan
sebagai konsensus final.
Keberadaan Pancasila sangat menentukan gerak dan
dinamika berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
Pancasila harus senantiasa dipahami dan dilaksanakan
dalam setiap tatanan atau aspek penggerak negara.
Khazanah pendidikan harus diakui sebagai salah satu
penggerak negara, sehingga sudah barang tentu sangat
membutuhkan pemahaman dan pelaksanaan Pancasila. Atas
dasar pertimbangan inilah, dalam dunia pendidikan
khususnya perguruan tinggi memiliki satu mata kuliah wajib
dengan nama pendidikan Pancasila.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan
nasional, mempunyai tujuan mempersiapkan mahasiswa
sebagai calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi tinggi,
dan bermartabat agar:
a. Menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa;
b. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan
berbudi pekerti luhur;
c. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan
bertanggung jawab sesuai hari nurani;
d. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni;
serta
e. Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan
berkesejahteraan bagi bangsanya.
Tujuan pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah
untuk:
2) Suap-Menyuap
Korupsi jenis ini merupakan korupsi yang sering terjadi.
Korupsi dengan tindakan berupa pemberian uang atau
menerima uang yang dilakukan oleh penyelenggara negara
untuk melakukan sesuatu yang melawan hukum.
Oh ya, UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi gak
cuma mengatur tentang larangan suap bagi pegawai negeri
dan penyelenggara negara, UU Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi juga mengatur larangan suap kepada hakim
dan advokat.
3) Penggelapan Dalam Jabatan
Penggelapan dalam jabatan yang dimaksud dalam rumusan
pasal-pasal UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
merujuk kepada penggelapan dengan pemberatan, yaitu
penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memiliki
pekerjaan atau jabatan. Misalnya dengan jabatannya,
seseorang pegawai negeri/penyelenggara negara melakukan
penggelapan dengan membuat laporan keuangan palsu,
tentu saja untuk keuntungan diri sendiri dan merugikan
negara.
4) Pemerasan
Ketentuan Pasal 12 huruf e UU Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi menjelaskan bahwa pemerasan adalah
tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh pegawai
negeri/penyelenggara negara untuk maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang untuk memberi sesuatu, membayar atau
menerima pembayaran dengan potongan atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
5) Perbuatan curang
Korupsi jenis ini berlaku untuk pemborong, pengawas
proyek, rekanan TNI/POLRI, pengawas rekanan
TNI/POLRI yang melakukan kecurangan dalam pengadaan
barang atau jasa, yang merugikan orang lain dan merugikan
negara dan membahayakan keselamatan negara saat perang.
Gak cuma seseorang yang melakukan perbuatan curang
yang dapat dijerat dengan kasus korupsi, bahkan seorang
pengawas proyek, pengawas rekanan TNI/POLRI yang
membiarkan terjadinya perbuatan curang juga dapat dijerat
dengan tindak pidana korupsi. Jadi, gak selamanya diam itu
emas ya man teman.
6) Benturan kepentingan dalam pengadaan
Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah adalah situasi dimana seorang pegawai
negeri/penyelenggara negara, baik langsung maupun tidak
langsung sengaja turut serta dalam pengadaan barang/jasa.
Benturan kepentingan ini sering kita lihat dalam kasus-
kasus korupsi yang melibatkan keluarga terdekat dari
penyelenggara negara, misalnya seperti kasus korupsi yang
menjerat Ratu Atut Chosiyah dan adik kandungnya Tubagus
Chaeri Wardana terkait korupsi pengadaan alat kesehatan.
7) Gratifikasi
Gratifikasi merupakan jenis korupsi berupa pemberian
hadiah. Bisa uang, barang, bahkan sampai layanan sex
seperti yang aku bahas sebelumnya. Gratifikasi ini mirip-
mirip dengan suap.
Dalam Pasal 12 huruf b UU Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dijelaskan bahwa setiap gratifikasi (pemberian
hadiah) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap sebagai pemberian suap, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
dan tugasnya dengan ketentuan:
Kalo nilainya Rp10 juta atau lebih, maka penerima
gratifikasi harus membuktikan bahwa gratifikasi/hadiah
tersebut bukan suap.
Kalo nilainya kurang dari Rp10 juta, maka pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut adalah suap dilakukan oleh
penuntut umum.
5. Pemberantasan a. Konsep pemberantasan korupsi
korupsi di Indonesia Konsep pemberantasan korupsi adalah hasil gagasan atau
ide yang menjadi wacana untuk memberantas tindak pidana
korupsi. Konsep ini meliputi berbagai potensi dan upaya,
seperti menyusun peraturan perundang-undangan khusus,
membentuk komisi dan peradilan khusus, melakukan
reformasi birokrasi, penyelamatan aset, kerjasama
internasional, dan pelaporan. Konsep ini juga mengandung
tiga model pemberantasan korupsi, yaitu pencegahan,
penindakan, dan pendidikan antikorupsi
b. Upaya penanggulang an kejahatan (korupsi) dengan hukum
pidana
Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman
koruptor besar dengan efek jera.
Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang
diprioritaskan untuk diberantas.
Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara
korupsi dalam sistem peradilan pidana secara terus
menerus.
c. Strategi pemberantasan antikorupsi (Trisula)
"Dalam rangka memberantas korupsi, KPK menggunakan
tiga strategi atau sering disebut senjata trisula yaitu
pendidikan antikorupsi, pencegahan dan penindakan.
Namun ketiga strategi tersebut tentunya tidak akan berjalan
efektif jika masyarakat tidak turut berperan serta dalam
pemberantasan korupsi,” ujarnya.
Kumbul menjelaskan pendidikan antikorupsi kepada
masyarakat bertujuan agar masyarakat tidak mau korupsi.
Kemudian, pencegahan dilakukan dengan perbaikan sistem
tata kelola pemerintah daerah, yang bertujuan menutup
celah korupsi. Dan terakhir, penindakan atau penegakan
hukum bertujuan memberikan efek jera bagi pelaku tindak
pidana korupsi.
6. Tantangan Pancasila a) Sumber yuridis Pancasila sebagai dasar negara
sebagai dasar negara Pengertian Pancasila secara yuridis. Dikutip dari jurnal
dalam Pancasila sebagai Landasan Hukum di Indonesia (2017)
menanggulangi karya Wawan Fransisco, secara yuridis, Pancasila adalah
faktor penyebab dasar negara Republik Indonesia, sebagaimana yang
korupsi tercantum pada Pembukaan UUD (Undang-Undang Dasar)
1945.
b) Sumber historis pancasila sebagai dasar negara
Piagam Jakarta Piagam Jakarta merupakan dokumen
penting yang menunjukkan sumber historis Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia.
Piagam Madinah Sebagai salah satu sumber historis
Pancasila, Piagam Madinah memiliki peran penting
dalam membentuk dasar negara Indonesia.
Undang-Undang Dasar 1945
Amanat Hati Nurani Rakyat
c) Sumber politis Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia memiliki
sumber politis yang berasal dari beberapa aspek, di
antaranya adalah:
1. Proklamasi Kemerdekaan
2. Pancasila sebagai dasar negara
3. Pancasila dalam UUD 1945
4. Ketetapan MPR
5. Pemikiran para pendiri bangsa
d. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai dasar negara
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti pengakuan dan
penghormatan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan ajaran agama masing-masing, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai ketaqwaan, toleransi, dan
kerukunan antarumat beragama.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang berarti
penghargaan terhadap martabat, hak, dan kewajiban
manusia sebagai makhluk sosial yang beradab, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan,
kesetaraan, dan persaudaraan antarsesama manusia.
Persatuan Indonesia, yang berarti kesadaran dan
kebanggaan terhadap identitas nasional sebagai bangsa
Indonesia yang berdaulat, bersatu, berbhineka tunggal
ika, serta menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme,
patriotisme, loyalitas, dan integritas terhadap negara
kesatuan Republik Indonesia.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, yang berarti
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara demokratis
dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dalam
penyelenggaraan negara, serta menjunjung tinggi nilai-
nilai demokrasi, partisipasi, representasi, akuntabilitas,
dan transparansi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang
berarti kesejahteraan sosial yang merata bagi seluruh
rakyat Indonesia tanpa diskriminasi dan penindasan,
serta menjunjung tinggi nilai-nilai kesejahteraan,
keadilan sosial, keselamatan, ketertiban, dan
keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
7. Perkembangan tindak a) Tindak pidana korupsi
pidana korupsi Tindak pidana korupsi di Indonesia adalah tindak
pidana melawan hukum yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan tentang tindak pidana korupsi
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (UU KPK).
b) Gratifikas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gratifikasi
adalah pemberian yang diberikan karena layanan atau
manfaat yang diperoleh. Pengertian serupa juga ditulis dalam
situs resmi KPK.
Dalam laman tersebut dijelaskan, yang dimaksud dengan
gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang rabat (diskon), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Pengertian tercantum dalam menurut UU Nomor
20/2021 penjelasan pasal 12b ayat 1.
Perbedaan Gratifikasi dengan suap
1) Gratifikasi yang dianggap suap diberikan kepada pegawai
negeri dan pejabat negara yang dianggap tidak sesuai dengan
kode etik untuk mempercepat proses pelayanan atau
menjamin proses pelayanan selesai tepat pada waktunya atau
untuk mempengaruhi keputusan.
2) Gratifikasi yang tidak dianggap suap dapat diberikan
kepada pegawai negeri dan pejabat negara yang dianggap
tidak berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
c) Tindak pidana pencucian uang
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau money
laundering merupakan kegiatan pengolahan uang yang
terorganisir dimana uang hasil kejahatan atau bisnis yang
illegal ditempatkan ke dalam sistem keuangan penyedia jasa
dan kemudian melapisi uang tersebut dengan beberapa
transaksi, seperti melakukan investasi pada bisnis legal untuk
menutupi atau mengaburkan asal usul uang yang didapatkan
d) Obstruction of justice
Secara harfiah, Obstruction of Justice artinya suatu tindakan
menghalangi proses hukum. Tindakan ini termasuk
perbuatan kriminal karena jelas menghambat jalannya
proses penegakan hukum serta merusak citra lembaga pen
Mengutip jurnal Perbuatan Menghalangi Proses Peradilan
Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Pasal 21 UU No. 31
TAHUN 1999 Juncto UU No. 20 Tahun 2001 susunan
Markhy S. Gareda (2015), Obstruction of Justice biasanya
dilakukan oleh pihak yang berkepentingan. Mereka biasa
memanfaatkan jaringan atau koleganya untuk menghindari
proses hukum yang sedang dihadapi. egaknya.
e) Whistle blower dan Justice Collaborator
Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4
Tahun 2011, justice collaborator disebut juga sebagai saksi
pelaku yang bekerja sama. Sementara itu, whistleblower
adalah orang yang mengungkapkan fakta mengenai sebuah
tindak pidana yang terjadi. Whistleblower disebut pula
sebagai pelapor tindak pidana.
f) Saber pungli
Istilah pungli merupakan singkatan dari pungutan liar.
Pungli adalah tindakan pegawai negeri atau pejabat negara
yang menawarkan jasa atau meminta imbalan
kepada masyarakat dengan maksud membantu mempercepat
tercapainya tujuan, walau melanggar prosedur.
Dr. Syarief Makhya dalam buku Krisis Pemerintahan: Esai
Tentang Politik Kebijakan dan Urusan Publik (2019)
menjelaskan, pungli adalah upaya yang dilakukan oleh
aparat pemerintah untuk meminta imbalan atau uang
tambahan di luar biaya resmi yang dikeluarkan oleh
Pemerintah. Biasanya, pungli dilakukan saat sedang
melayani masyarakat, seperti saat mengurus perizinan,
pembuatan KTP, membuat SIM, dan sebagainya. Tindakan
pungli akhirnya menjadi alat untuk mencari penghasilan
tambahan di luar gaji yang diterima.