Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TENTANG
BERBUAT BAIK ATAS SEGALA SESUATU

DOSEN PEMBIMBING :
Dr .Lukmanul Hakim M.Ag

DISUSUN OLEH :
NAMA : RIVALDI RAMADHAN
NIM : 2115060011

PRODI ILMU HADIST


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS NEGERI IMAM BONJOL PADANG
BP 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Memiliki segala apa yang di langit
dan apa yang di bumi ini, tanpa bantuanNya Penulis tak mungkin dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.
Sholawat dan salam tak lupa Penulis sanjungkan kepada baginda yang mulia,
yang mudah mudahan kita senantiasa selalu di barisanNya dan sesuai dengan apa
yang di ajarkanNya, sehingga menjadi umat yang menjadi kebanggaanNya dan
mendapat syafa’atNya.
Penulis berharap makalah ini yang membahas tentang “Berbuat Baik Atas
Segala Sesuatu” dapat memberikan pemahaman baru kepada pembaca /
pendengar, walaupun terdapat banyak sekali kekurangan dalam segi bahasa
maupun tulisan, oleh karna itu Penulis mohon kritik dan sarannya agar Penulis
dapat menjadi lebih baik lagi dalam mengerjakannya.
Akhir kata Penulis ucapkan terimakasih dan mudah mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Ujung Gading, Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar belakang masalah..............................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Arti Hidup Bersikap baik Terhadap Sesama..............................................2
B. Saling Tolong Menolong...........................................................................2
C. Saling Menasehati......................................................................................4
D. Memelihara Kelestarian Alam Sekitarnya.................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Islam telah di gambarkan proses kejadian manusia yang sejalan
dengan hasil penelitian di bidang ilmu pengetahuan modern. Menurut asal
kejadiannya manusia itu adalah bersaudara. Semua manusia terdiri dan unsur
jasmasni dan rohani. Jasmani adalah unsur yang dapat dilihat dan disentuh oleh
panca Indera, sedangkan rohani merupakan unsur yang tidak dilihat dan disentuh
panca indera. Jamani adalah bagian manusia yang melakukan gerakan fisik seperti
: bernafas, makan, minum, berjalan dll. Sedangkan rohani melakukan aktifitas
berfikir, yang mendorong manusia membedakan yang baik dan yang buruk.
dalam kenyataannya terjadi perbedaan dalam taraf kehidupannya. hal ini
disebabkan ada perbedaan dalam kekuatan fisik, kecerdasan, akal, pendidikan, dan
juga usahanya. Namun demikian perbedaan yang ada menjadikan mereka itu
saling membantu, tolong menolong dalam hal kebaikan .
Dalam Al-Qur’an manusia menempati kedudukan yang istimewa dalam
alam semesta ini untuk menguasainya atau mengusahakan kebutuhannya, manusia
dianugrahi oleh Allah Kesempurnaan sebagai khalifah dimuka bumi. Dengan itu
manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dan
beribadah kepada Allah SWT. Karena kebutuhan hidup itu harus diusahakan,
maka berbagai sarana dan prasarana yang mengacu kepada terpenuhinya
kebutuhah itu harus diusahakan pula, seperti pendidikan, gedung sekolah, untuk,
makanan adalah pabrik makanan, dan sebagainya Manusia
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah Apa yang dimaksud
dengan berbuat baik atas segala sesuatu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Dari dari makalah ini adalah Untuk mengetahui
bagaimana arti berbuat baik atas segala sesuatu

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Arti Hidup Bersikap baik Terhadap Sesama


Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak mungkin
dapat melepaskan hubungannya dengan sesama manusia. Sebagai contoh manusia
dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, kita memerlukan orang lain
yang menyiapkan makanan dan pakaian itu untuk kita dengan cara menukar
(barter) membeli dan sebagainya. mungkin dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan, kita memerlukan orang yang lebih ahli untuk mengajar kita, karena
tidak mungkin suatu keahlian datang dengan sendirinya tanpa kita belajar dari
orang lain. Manusia sebagai makhluk Zone Politicon tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain hubungan ini akan selalu saling terkait tidak mungkin
dapat dipisahkan dari berbagai kebutuhan hidup manusia.
B.Saling Tolong Menolong
Tolong-menolong tersebut terbatas kepada hal-hal yang bersifat positif
saja, tidak pada yang negatif. Misalnya kita tidak boleh menolong si penjahat
untuk memudahkan ia melakukan kejahatannya. Demikian pula kita tidak boleh
menolong orang lain menunjukkan tempat yang di dalamnya terdapat
kemaksiatan. Karena menolong yang demikian sama artinya dengan kita
menjerumuskan orang lain, bahkan menjerumuskan diri sendiri.
Tolong-menolong akan lebih diperlukan lagi dalam hidup bertetangga,
baik tetangga di tempat kita tinggal, di kantor, di tempat bermain, dan sebagainya.
Dalam hidup bertetangga misalnya kita memerlukan pertolongan orang lain ketika
di rumah kita terdapat musibah kebakaran, kematian dan sebagainya. Alangkah
sedihnya manakala kita mendapat musibah sementâra tetangga kita malah
menertawakannya atau malah sengaja menambah beban. Ini semua memerlukan
pertolongan orang lain. Pertolongan itu baru akan tercipta manakala kita juga mau
menolong orang lain. Karena itu kita tidak hanya mengharapkan pertolongan
orang lain saja, melainkan kita juga harus mau menolongnya. Untuk itu, maka

2
perlu saling menolong. Dengan cara seperti itu, maka berbagai kesulitan yang
dialami oleh sesama manusia akan dapat diatasi.
dapat kita lihat ayat Al Quran berikut :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi inereka (yang diolok-olok,)
lebih baik dan mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olokkan) wanita yang lain (karena) boleh Jadi wanita (yang diolok-
olokkan,) lebih baik dan wanita (yang mengolok-olokkan,) dan Janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan julukan-
Julukan yang buruk’. (Q.S. 49: 11).
Pada terjemahan ayat di atas terdapat larangan saling mengolok-olokkan,
karena hal itu dapat merenggangkan hubungan di antara sesama manusia, dan
akhirnya juga mempersulit dirinya masing-masing. Orang yang mengolok-olok
tidak selamanya dalam kejayaan, demikian pula orang yang diolok-olok pun tidak
pula selamanya hidup susah. Suatu saat bisa saja keadaannya berbalik. Jika ini
terjadi, maka yang mengolok-olok tadi akan merasa malu dan kesulitan meminta
bantuan kepada orang yang pernah diolok-olok.
Mengolok-olok itu biasa dilakukan dengan kata-kata, karena kata-kata
memang amat mudah diucapkan, dan seringkali menjadi sumber pertengkaran dan
permusuhan. Larangan tersebut dimaksudkan agar manusia justru
mengembangkan sikap saling mengormati. Dalam hal ini terdapat aturan-aturan
yang harus dilakukan, yaitu seorang siswa hormat kepada tetangganya, seorang
penduduk suatu tanah air, hormat pada tanah ainya, dan sebagai suatu bangsa
hormat pada bangsanya, dan sebagai penganut agama, hormat pada agamanya,
demikian seterusnya.
Hormat kepada guru, karena dialah yang mengajar seseorang membaca, menulis,
memberikan ilmu pengetahuan, mendidik jiwa, melatib otak, menunjuki kepada
kebaikan dan kebahagiaan.
Adapun hormat kepada kedua orang tua, karena keduanya memelihara
jasad seseorang, merawat badan, memberi makan, membiayai pendidikan,
memberikan tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lainnya. Sedangkan hormat

3
kepada sahabat atau teman, karena teman tempat seseorang mengadukan
masalahnya, dimintai pendapatnya, meminta pengakuannya, dan menolongnya di
kala dalam kesusahan. Demikian pula hormat kepada tetangga karena tetanggalah
orang yang terdekat dengan kita di mana kita berada. Tetanggalah yang pertama
kali memberikan pertolongan terhadap kesulitan yang kita jumpai. Seseorang juga
harus hormat kepada tanah airnya, karena tanah airnya itulah yang memberikan
kepadanya tempat untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hormat kepada
bangsa, karena bangsa itulah yang telah ikut memberikan pengorbanan bagi
keselamatannya. Seseorang hormat kepada agamanya karena agama itulah yang
telah menunjukkan kcpadanya tentang cara hidup yang baik dan bermoral guna
mencapai tujuan hidupnya bahagia dunia dan akhirat. Inilah makna atau arti hidup
yang hakiki, yaitu hidup dalam suasana saling menghormati dengan sesamanya
dan dengan berbagai unsur lainnya yang telah ikut serta memberikan bantuan
terhadap pencapaian kebutuhan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya. Tanpa
mengembangkan sikap saling menghormati, maka yang terjadi adalah ketegangan-
ketegangan dan konflik yang dapat membahayakan dirinya masing-masing.
C. Saling Menasehati
Saling menasihati sebenarnya termasuk bagian dan saling menolong. Menasehati
Namun saling menasihati sifatnya lebih khusus kepada saling tolong-menolong
kepada hal-hal yang lebih bersifat pemikiran dan gagasan-gagasan guna
memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi. firman Allah berikut:
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan
nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya
menetapi kesabaran “
Terjemahan ayat di atas dapat kita melihat bahwa seseorang siapa pun dia, akan
merugi, kecuali apabila ia mempercayai adanya Tuhan (beriman), beramal salih,
dan saling menasihati.
Padangan Islam mengenai arti hidup, sangat berlainan dengan pandangan orang-
orang yang berpandangan kebendaan semata-mata (materialistis). Menurut ajaran
Islam yang bersumber pada Al Quran dan Hadis, bahwa pandangan Islam

4
mengenai arti bidup itu datang untuk menenteramkan pikiran manusia, dan
menuntun hidup secara hakiki, hidup jasmani dan hidup rohani. Sekaligus
memberi jawaban, bahwa hidup secara jasmani tidak lebih sebagai sarana,
sedangkan hidup secara rohani adalah sebagai arah yang dituju. Dengan demikian
tujuan hidup manusia menurut Islam adalah mengarahkan diri untuk mencapai
kebahagiaan dunia akhirat, jasmani dan rohani, yang dalam pelaksanaannya,
materi sebagai alat, sedangkan rohani sebagai pengarah.
Bila tujuan hidup manusia hanya semata-mata materi, atau dunia, maka
membimbing anak tidak terlalu penting ditujukan kepada pendidikan moral.
Karena bila harta dunia telah kita capai, apakah gunanya kepentingan moral dan
etika ? Moral dan etika hanyalah sekedar basa-basi saja. Yang penting adalah
kecerdasan dan intelektual serta kesenangan duniawi dan kemasyuran. Setelah
tujuan tersebut kita capai, orang lain pasti menaruh hormat dan menundukkan
kepala kepada kita.
Tetapi bila tujuan hidup kita baik dunia maupun akhirat demi keridhaan Allah,
maka membimbing anak merupakan suatu hal yang teramat penting, dan tentu
saja pendidikan anak kita tujukan terhadap titik tumpu dan tujuan yang diridhoi
Allah, yakni agar menjadi manusia yang taqwa dan selamat sejahtera dunia
akhirat.
Dengan demikian, maka bimbingan mestinya sinkron, antara dua tujuan, yaitu
dunia dan akhirat, karena sabda Rasulullah SAW.
Artinya: “Bukan orang yang balk yang meninggalkan dunianya, karena meneari
akhirat dan bukan orang yang baik yang meninggalkan akhirat karena
dunianya. Artinya Orang yang baik ialah yang mengumpulkan (menggabungkan)
dunia dan akhirat. Sebaik baik alat penghubung yang dapat menyampaikan kamu
ke akhirat ialah dunia. Dan janganlah kamu merepotkan orang lain.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir).
Dengan demikian, kalau seseorang mempunyai anak dengan tujuan sekedar
pelampiasan nafsu biologis saja, maka apakah bedanya dengan bangsa binatang?
Orang yang baik selalu memperhitungkan laku perbuatannya di dalarn
membimbing anaknya. Apakah Ia telah mengikuti garis lurus ataukah

5
menyimpang dan jalan yang benar. Karena anak adalah suatu proyek dan sebagian
hidup kita.
Jelaslah sudah bahwa tujuan hidup kita ialah lahirnya manusia-manusia yang
bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk mencapai tujuan ini, maka bimbingan kepada
manusia, sejak kanak-kanak merupakan syarat mutlak bagi suatu keluarga. Beban
ini tidak bisa tawar-menawar lagi, karena merupakan sebagian dan hidup dan
merupakan sebagian dan bukti ketaqwaannya kepada Allah SWT. Dalam hal ini,
ia berarti telah melaksanakan fungsinya, yaitu beribadah kepada Allah SWT,
dalam arti yang seluas-luasnya, sesuai dengan firrnan Allah SWT:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan fin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (Q.S. 51 . 56).
Dengan melihat uraian atas, Anda telah memahami tujuan hidup manusia yang
dalam pencapaian tujuan tersebut ternyata pendidikan memegang peranan amat
penting, terutama pendidikan yang berkaitan dengan moral, etika, dan budi pekerti
yang luhur.
Masalah berikutnya adalah bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang harus
ditempuh dalam mewujudkan tujuan tersebut melalui pendidikan.
Untuk mencapai kebutuhan hidup, manusia mau tidak mau ia harus menjalin
hubungam dengan orang lain yaitu melakukan kerjasama, tolong-menolong,
saling menghormati dan menasihati. Hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang
sudah diatur dalam agama seperti adab kesipanan atau akhlakul karimah dengan
tetangga, guru, orang tua,: teman dan sebagainya.
Dengan cara demikian, manusia akan mencapai arti dan hakekat idupnya berupa
kebahagtaan yang hakiki, lahiriah dan batiniah Dengan itu kemudian manusia
dapat dengan tenang melaksanakan tujuan hidupnya yaitu melakukan
penmgabdian kepada Allah
D. Memelihara Kelestarian Alam Sekitarnya
Alam dan isinya diciptakn Allah untuk kepentingan manusia Allah maha adil lagi
maha bijaksana. Sebelum menciptakan manusia Ia telah menciptakan langit dan
bumi lengkap dengan isinya untuk kepentingan manusia. Selain itu Allah telah
pula melengkapi manusia dengan akal. Dengan akal manusia dapat memanfaatkan

6
alam lingkungannya dan untuk kesejahteraan hidupnya. Dengan demikian
manusia dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelah.
Di negara kita yang subur ini Allah telah menganugerahkan berbagai jenis
tumbuhan dan binatang yang dapat kita manfaatkan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk tumbuhan dapat kita ambil obat-obatan, rumah,dan
makanan sehari-hari dan sebagainya. Allah menyediakan kekayaan yang tidak
terdapat di daerah lain, semua di serahkan kepada manusia. Allah sudah
memberikan akal kepada manusia. Mampu dan maukah manusia menggunakan
akalnya ? jawabnya ada pada manusia itu sendiri
“ Sesungguhnya Penulis telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan
Penulis adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan”.
Allah telah menurunkan nikmatnya begitu banyak tidak mungkin manusia dapat
menghitungnya. Oleh karena itu manusia wajib bersyukur kepada-Nya dengan
cara menjaganya agar kelestariannya tetap terjaga. Jika salah satu bagian
terganggu maka akan mempengaruhi bagian yang lain.
Manusia dapat memanfaatkan alam sekitarnya untuk kebutuhan hidupnya dengan
tanpa merusaknya agar Allah tetap lestari. Jika kita syukuri maka akan limpahkan
nikmat Allah kepada kita.

BAB III

7
PENUTUP

A.Kesimpulan
Masih terlalu banyak hal-hal yang belum terpenuhi dari kebutuhan
manusia di muka bumi ini sebagai mana sifat manusia yang tidak pernah merasa
puas dengan hasil kerja kerasnya, hal ini adalah salah satu Qodrat manusia yang
diciptakan untuk tidak saling melepaskan antara satu dengan yang lainnya,
keterkaitan ini adalah merupakan simbol bahwa manusia itu diciptakan agar saling
mengenal, menyanyangi, mengayomi, memberikan bantuan kepada yang
membutuhkan. Sebagai makhluk yang paling sempurna yang dilengkapi akal dan
fikiran maka sangat wajar jika manusia juga memikirkan sesama dan alam
sekitarnya. Untuk kelangsungan hidup yang lebih mapan tanpa harus saling
menjatuhkan dan menindas kaum yang lemah.

B. Kritik dan saran


Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekeliruan didalamnya serta tidak terstrukturnya
pola pembahasan yang Penulis paparkan. Satu hal yang Penulis pahami bahwa
tiada manusia yang sempurna tanpa kesalahan dengan segala yang dimilikinya.
Oleh karena itu demi kesempurnaan isi makalah ini, dengan segala kerendahan
hati Penulis memerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun, berpijak dari
itu makalah yang sederhana ini dapat menambah wawasan keilmuan terutama
generasi Islam di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

8
https://www.duniapelajar.com/2010/02/20/makalah-tentang-makna-berbuat-baik-
dalam-kehidupan-manusia/

https://www.scribd.com/document/440219635/makalah-berbuat-kebaikan

Anda mungkin juga menyukai