Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ilmu Jurnalistik

Volume x, Nomor x, xxxx, xx-xx


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/jurnalistik

Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi


Lia Julyanti1*, Enjang AS1, Dono Darsono1
1Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung
Djati, Bandung

*Email : Liajulyanti05@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep manajemen


redaksional Majalah Sunda Mangle dalam menghadapi era disrupsi. Metode
penelitian menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada pemaparan
peristiwa dan tidak menjelaskan dan tidak mecari hipotesis serta tidak membuat
prediksi. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif yaitu untuk
mengungkapkan fakta, keadaan atau fenomena yang terjadi dengan menyajikan
data secara apa adanya. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen redaksi
Majalah Sunda Mangle menggunakan konsep POAC. Konsep POAC yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Acting (Penggerakan
dan pelaksanaan), Controlling ( Pengawasan atau evaluasi). Majalah Sunda
Mangle membuat inovasi baru yaitu membuat mangle online dan mangle.id
untuk menghadapi era disrupsi ini.
Kata Kunci : Manajemen; Manajemen Redaksi; Media Lokal; Era Disrupsi

ABSTRACT
This paper aims to find out how the editorial management concept of Sunda Mangle Magazine
in dealing with the era of disruption. The research method uses a qualitative method that
focuses on explaining events and does not explain and does not look for hypotheses and does
not make predictions. This research uses a descriptive study, namely to reveal facts,
circumstances or phenomena that occur by presenting the data as they are. The results showed
that the editorial management of Sunda Mangle Magazine used the POAC concept. The
POAC concept is Planning (Planning), Organizing (Organizing), Acting (Moving and

Diterima: Bulan Tahun. Disetujui: Bulan Tahun. Dipublikasikan: Bulan Tahun 1


Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

implementing), Controlling (Supervision or evaluation). Sunda Mangle Magazine made a new


innovation, namely making online mangle and mangle.id to face this era of disruption.
Keywords : Management, Editorial management, Local Media, Era of Disruption

PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya tekonologi informasi dan komunikasi semakin membuat
maraknya persaingan industri media masa sebagai sarana komunikasi massa. Dampak
dari ketatnya persaingan indusri media massa tersebut menimbulkan era baru, yaitu era
disrupsi. Menurut KBBI, disrupsi merupakan hal tercabut dari akarnya. Di dalam
kehidupan sehari-hari bisa disebut juga perubahan yang mendasar. Seperti yang kita
tahu, dalam dunia kejurnalistikan dan media massa awal sejarahnya yaitu berawal dari
media cetak. Namun setelah adanya era disrupsi ini memunculkan media-media baru
yaitu media elektronik ( Televisi dan radio) dan sekarang semakin berkembang dengan
adanya media online serta media sosial yang dapat membagikan suatu berita yang
berasal dari berbagai sumber pada dunia maya.
Hal ini mengubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa menikmati hasil karya
jurnalistik seperti berita dari koran, radio maupun televisi memilih suatu informasi
atau hasil jurnalistik dari media online bahkan dari media sosial yang belum tentu
jelas bahwa berita tersebut valid atau tidak. Namun pada dasarnya media-media massa
besar telah mengikuti hal tersebut memiliki media onlinenya masing-masing. Hal ini
yang menimbulkan suatu permasalahan terhadap banyak media massa khususnya pada
media cetak, apakah media cetak tersebut dapat bertahan mengikuti arus disrupsi atau
tidak.
Media cetak seperti majalah, Koran dan surat kabar dapat memberikan segala
informasi yang sedang hangat terjadi di kehidupan sekitar kita. Di daerah Jawa Barat
sendiri, media cetak sunda sudah berkembang sejak lama, bahkan pada 1920-an Kota
Bandung sudah memiliki koran atau surat kabar yang bernuansa dan berbahasa sunda
yaitu “Sora-Merdika” atau surat kabar “Soenda-Berita. Pada saat Jepang menguasai
Indonesia, semua koran yang terdapat di Bandung dan Jawa Barat tidak beroperasi
lagi. Semua menjadi satu kesatuan menjadi surat kabar “ Tjahaja”. Setelah kekuasaan
Jepang berhenti, di Bandung terdapat surat kabar dan Koran bernama Soeara Merdeka
yang pemimpinnya adalah Burhanudin.
Setelah Indonesia merdeka, mulai banyak surat kabar dan Koran yang ada di
beberapa daerah Jawa Barat seperti Surat kabar Sinar Majalengka (1948) di
Majalengka, Surat kabar Warga (1954) di Bogor, Surat kabar Kalawarta Kudjang
(1956) di Bandung. Ajip Rosidi menerbitkan Majalah Sunda Mangle pada awal tahun

2 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

1960. Untuk pertama kalinya, Majalah sunda Mangle terbit di Bogor pada tahun
1957. Kemudian pindah ke Bandung pada penghujung tahun 1962.
Media cetak di Indonesia memang masih sangat berkembang misalnya di
Kota Bandung. Ada banyak media cetak yang masih beroperasi yaitu Pikiran
Rakyat, Galamedia, Tribun Jabar, Bandung Ekspress dan masih banyak lagi.
Namun untuk media cetak berbahasa Sunda sudah sangat jarang ada yang masih
beroperasi sampai sekarang. Ada cukup banyak media cetak berbahasa Sunda
yang sempat beroperasi di Kota bandung diantaranya Kalawarta Kudjang,
Gondewa, Giwangkara, Galura ( grup dari Pikiran Rakyat) dan Majalah Sunda
Mangle.
Namun semakin berkembangnya zaman, beberapa media cetak sunda
yang ada di Bandung mengalami penurunan. Satu persatu media cetak Sunda
tersebut hilang dan tidak aktif lagi sampai sekarang. Apalagi surat kabar
Kalawarta kudjang, Gondewa dan Giwangkara sudah vacum bertahun-tahun
yang lalu. Sedangkan untuk Galura yang termasuk grup dari Pikiran Rakyat saja
yang media cetaknya masih aktif sampai sekarang, terakhir aktif yaitu pada tahun
2018 lalu. Lain halnya dengan Majalah Sunda Mangle, mereka masih aktif dari
sejak 62 tahun yang lalu sampai sekarang, bahkan sudah memiliki media online
sendiri yaitu mangle-online.com yang tetap bertahan dengan bahasa yang sama
yaitu Bahasa Sunda. Dengan cara tersebut Majalah Sunda Mangle dapat
mempromosikan bahasa dan budaya orang Sunda yang kini kian tergantikan
oleh budaya asing/luar.
Majalah Manglé membuat strategi dalam melestarikan budaya Sunda yaitu
dengan selalu mempertahankan eksistensinya sebagai satu-satunya majalah
Sunda yang masih bertahan sampai saat ini. Karena kebudayaan Sunda tidak
akan pernah hilang oleh orang Sunda itu sendiri. Sehingga Manglé selalu
memunculkan strategi-strategi baru dalam mempertahankan eksistensinya di era
Disrupsi ini. Dalam sejarah media bahasa Sunda, Manglé termasuk paling eksis.
Mangle terbit pertama kali pada tanggal 21 Oktober 1957 di Bogor dengan oplag
500 eksemplar. Namun edisi perdananya sendiri baru diedarkan tanggal 21
November 1957, itupun dibagikan secara gratis. Tanggal 21 Nopember itulah
yang kemudian ditetapkan sebagai titimangsa (hari kelahiran) Manglé. Di usianya
sampai sekarang, Manglé mampu bertahan hingga kini dengan oplag 10.000
eksemplar. Meskipun di era disrupsi ini lembaga Pers Sunda sudah semakin
kalah dengan lembaga pers nasional, Mangle masih akan terus berkembang
meskipun pasti ada kelemahan dan kelebihannya. Untuk bisa menjadi media
Sunda yang bisa bertahan ditengah era disrupsi ini, tentu dibutuhkan strategi

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 3
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

pengaturan yang baik agar majalah Manglé bisa tetap mempertahankan eksistensinya.
Pengaturan tersebut dilakukan dalam bentuk manajemen. Untuk itu sebuah
manajemen pers sangatlah penting, sehingga mampu menciptakan, memelihara dan
menerapkan sistem kerja yang proporsional diantara sesame anggota.
Penerapan manajemen redaksional yang tepat dalam kegiatan pers dapat
memberikan solusi dengan mengetahui sejauh mana keberhasilan kekuatan dan
kelemahan sebelumnya kea rah yang lebih baik sehingga kegiatan pers tersebut akan
lebih terorganisir secara efektif dan efesien. Merujuk dari persoalan itu, peneliti ingin
mengetahui dan melakukan penelitian tentang bagaimana strategi manajemen
redaksional seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan atau penggerakan dan
pengawasan Majalah Sunda Mangle dalam menghadapi era disrupsi.
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas mengenai manajemen
redaksi Majalah Sunda Mangle, namun hal baru yang terdapat dalam penelitian ini
yaitu sudah membahas tentang mangle online dan mangle.id. Dimana keduanya itu
adalah inovasi terbaru dari Mangle untuk menghadapi era disrupsi ini.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kantor Mangle yang bertempat di Jalan
Wirangrong/Ladrang No.2 Bandung 40264 . Telp.0228732984. Sebelum pindah ke
daerah ini, kantor Mangle berada di Jalan Pangkur no.15 Buah Batu, Lengkong Jawa
Barat.
Fokus penelitian ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
penelitian yang di dasarkan dari latar belakang. Untuk itu peneliti membuat pertanyaan
penelitian sebagai berikut : 1) Bagaimana perencanaan manajemen redaksional Majalah
Sunda Mangle di Era Disrupsi? 2) Bagaimana pengorganisasian manajemen
redaksional Majalah Sunda Mangle di Era Disrupsi? 3) Bagaimana penggerakan dan
pelaksanaan manajemen redaksional Majalah Sunda Mangle di Era Disrupsi? 4)
Bagaimana pengawasan dan evaluasi Majalah Sunda Mangle di Era Disrupsi?
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode
deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan fakta, keadaan atau fenomena yang terjadi
dengan menyajikan data apa adanya.

LANDASAN TEORITIS
Penelitian ini menggunakan konsep manajemen menurut Henry Fayol ) salah satu
pelopor dan tokoh classical Organization Theory (Teori Organisasi Klasik.
Manajemen adalah proses menginterpretasikan, mengordinasikan sumber daya
manusia, sumber dana dan sumber-sumber lain untuk mencapai tujuan dan sasaran
melalui tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan
dan penilaian (Djuroto, 2004:96). Menurut Fayol, ada 14 asas dalam manajemen yaitu
Pembagian tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab, Disiplin, Kesatuan Perintah,
4 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Kesatuan pengarahan, Ketertiban, Keadilan , Prakarsa, Stabilitas Masa Jabatan,


Kesatuan, Jenjang Kepangkatan, Penggantian pegawai, Pemindahan wewenang,
dan pengutamaan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.” Dari 14
asas tersebut , Menurut Henry Fayol fungsi manajemen pers yaitu Planning,
Organizing, Acting, Controling atau disingkat menjadi POAC” (Safroni,
2012:47)
Planning diartikan sebagai penetapan tujuan, penetapan aturan,
penyusunan rencana dan sebagainya. Tahapan planning atau perencanaan adalah
persiapan SDM serta sarana dan prasarana, penyusunan atau penetapan visi,
misi, nama, logo, desain halaman, pemilihan jenis huruf, dan lain sebagainya.
Penyusunan rencana pemasaran, termasujk strategi penjualan, distribusi, dan
sebagainya, Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian, pembagian tugas,
pengelompokan pegawai, dan lain-lain. Dalam memproduksi suatu penerbitan
pers, masing-masing bidang memiliki tanggung jawab, peran serta tujuan yang
sama. Untuk itu manajemen pers harus mampu menciptakan, memelihara dan
menerapkan sistem kerja yang proporsional dengan menjalin hubungan yang
baik, serta menumbuhkan kebersamaan antar sesame anggota. Untuk
kepentingan itu, diperlukan suatu tatanan kerja dalam oraginasasi perusahaan
pers tersebut. (Djuroto,2004:110)
Tahap perencanaan merupakan kegiatan atau proses untuk menentukan
isi dari berita yang akan diterbitkan esok hari, serta membahas berita-berita yang
membutuhkan tindak lanjut. Proses dari pencarian serta penciptaan dari berita
biasanya dimulai dari ruang redaksi. Perencanaan dalam manajemen media
menyangkut apa yang harus dilakukan, siapa saja yang seharusnya melakukan hal
tersebut, dan kapan hal tersebut harus dilakukan di masa yang akan datang.
Sebagai contohnya di lembaga media yaitu melakukan rapat seminggu tiga kali.
Rapat pertama membahas perencanaan, rapat kedua mengevaluasi pembahasan
yang direncanakan rapat pertama dan diujung minggu membahas perencanaan
edisi selanjutnya. (Putranto, 2020 : 8 )
Pengorganisasian dalam manajemen dapat diartikan sebagai kegiatan-
kegiatan penyusunan struktur organisasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Di dalam organisasi media ada berbagai pekerjaan yang diatur dalam
struktur pembagian kerja. Pembagian kerja ini bisa dilakukan dengan
berdasarkan pada divisi atau departemen yang dikelompokksn pada jenis atau
bentuk pekerjaannya.

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 5
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Aktivitas organisasi yang sifatnya sejenis dikelompokkan dalam divisi atau


departemen yang sama. Sebagai contoh dalam manajemen media cetak, aktiovitas
organisasi yang berkaitan pencarian berita dimasukkan ke dalam divisi pemberitaan.
Aktivitas yang berkaitan dengan proses editing menjadi divisi penyuntingan. Aktivvitas
yang berkaitan dengan tata letak ( layout ) media cetak masuk dalam divisi lay out.
Aktivitas untuk mencari pengiklanan dimasukkan dalam divisi marketing iklan.
Aktivitas untuk menmdistribusikan media dimasukan dalam divisi sirkulasi. Agar
pembagian kerja menjadi lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh tiap individu
organisasi maka dibuatlah job description ( deskripsi pekerjaan ) Deskripsi pekerjaan
ini berisi paparan kerja yang harus dilakukan dan menjadi tanggungjawab dari setiap
posisi di organisasi.
(Putranto, 2020 : 9 )
Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian , pembagian tugas,
pengelompokan pegawai, dan lain-lain. Dalam memproduksi suatu penerbitan pers,
masing-masing bidang memiliki tanggung jawab, peran serta tujuan yang sama. Untuk
itu manajemen pers harus mampu menciptakan, memelihara dan menerapkan sistem
kerja yang proporsional dengan menjalin hubungan yang baik, serta menumbuhkan
kebersamaan antar sesame anggota. Untuk kepentingan itu, diperlukan suatu tatanan
kerja dalam oraginasasi perusahaan pers tersebut. (Junaedi, 2012 : 21)
Pengorganisasian dalam manajemen dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan
penyusunan struktur organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Di dalam
organisasi media ada berbagai pekerjaan yang diatur dalam struktur pembagian kerja.
Pembagian kerja ini bisa dilakukan dengan berdasarkan pada divisi atau departemen
yang dikelompokksn pada jenis atau bentuk pekerjaannya. Aktivitas organisasi yang
sifatnya sejenis dikelompokkan dalam divisi atau departemen yang sama. Sebagai
contoh dalam manajemen media cetak, aktiovitas organisasi yang berkaitan pencarian
berita dimasukkan ke dalam divisi pemberitaan. (Putranto, 2020 : 10 )
Aktivitas yang berkaitan dengan proses editing menjadi divisi penyuntingan.
Aktivvitas yang berkaitan dengan tata letak ( layout ) media cetak masuk dalam divisi
lay out. Aktivitas untuk mencari pengiklanan dimasukkan dalam divisi marketing iklan.
Aktivitas untuk menmdistribusikan media dimasukan dalam divisi sirkulasi. Agar
pembagian kerja menjadi lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh tiap individu
organisasi maka dibuatlah job description ( deskripsi pekerjaan ) Deskripsi pekerjaan
ini berisi paparan kerja yang harus dilakukan dan menjadi tanggungjawab dari setiap
posisi di organisasi. (Putranto, 2020 : 10 )

6 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Acting terbagi atas melaksanakan tugas, memproduksi, mengemas produk,


menjual produk dan sebagainya. Tahapan Acting yaitu: Semua bagian bekerja
sesuai perencanaan dan pengorganisasian yang telah disusun, Bidang redaksi
melakukan tahapan dalam news processing, news planning, hunting, writing,
layouting, lalu dilimpahkan pada bagian produksi atau percetakan. (Junaedi, 2012
: 23) Fungsi pelaksanaan ini meliputi bagaimana manajer memberikan
pengarahan dan pengaruhnya pada individu- individu dalam organisasi untuk
melakukan kewajiban mereka masing-masing sesuai paparan pekerjaannya.
Dengan pelaksanaan, visi dan misi organisasi berusaha dicapai dengan
langkah-langkah kongkret. Visi dan misi organisasi tidak akan tercapai jika tidak
ada pelaksanaan dari perencanaan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai ini, manajer harus memberikan pengarahan pada tiap individu yang
berada di organisasi tersebut. Pengarahan ini bisa tertulis melalui surat-surat
resmi organisasi, rapat-rapat organisasi dan interaksi dengan individu-individu
lain di level yang berada dibawahnya.
Controlling meliputi melihat pelaksanaan tugas, menyeleksi produk,
mengevaluasi pekerjaan dan sebagainya. Tahapan Controling atau pengawasan
yaitu : Pengawsan dan evaluasi hasil mengacu pada visi, misi, style book, kode
etik jurnalistik, dan tata tertib, Pemberian penghargaan dan hukuman terhadap
wartawan/ karyawan (Junaedi, 2012 : 23)
Tahap pengawasan merupakan kegiatan atau proses manajemen dalam
media cetak yang bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksana kerja telah
sesuai dengan rencana semula atau tidak. Pada tahap ini, sangat penting menjaga
agar rubric yang dibuat tetap sesuai dengan kaidah jurnalistik. Pengawasan
melibatkan adanya pemberian penghargaan bagi individu organisasi karena
mampu mencapai atau bahkan melampaui indicator pekerjaan. Dalam
manajemen media massa pengawasan menjadi sangat penting agar
kualitaslembaga tetap terjaga. Berkurangnya kualitas media massa dapat
menyebabkan kekecewaan khalayak yang bisa jadi akan membuat khalayak
berpaling pada media massa yang lain. (Putranto, 2020 : 14)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada hasil penelitian ini guna mendapatkan hasil yang tepat, peneliti melakukan
wawancara mendalam (indept interview) kepada informan di Kantor Mangle
yaitu bertempat di jalan Wirongrang/Ladrang No.2 Kota Bandung Jawa Barat..
Informan terdiri dari tiga orang diantaranya pemimpin redaksi, dewan redaksi,
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 7
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

dan sekretaris redaksi. Observasi ini dilanjutkan dengan wawancara kepada informan
yang dilakukan secara online. Waktu observasi hingga wawancara dilakukan selama
kurang lebih dua minggu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti,
maka majaemen redaksi Majalah Sunda Mangle ini menggunakan Konsep POAC,
yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), Acting (Penggerakan dan
pelaksanaan), Controlling (Pengawasan dan Evaluasi)
Perencanaan Manajemen Redaksional Majalah Sunda Mangle di Era Disrupsi
Bidang redaksi Mangle dalam melakukan perencanaan yaitu dengan menetapkan
tujuan dan sasaran diterbitkannya media cetak ini. Menurut Nickels dan McHugh
dalam buku “Pengantar Manajemen”, kegiatan yang terkait dengan fungsi
perencanaan adalah menetapkan tujuan dan target, merumuskan strategi untuk
mencapai suatu tujuan, menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan dan
menetapkan standar/ indicator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target
(Nickels Hugh, 2009)
Tahap awal yang dilakukan Majalah Sunda Mangle yaitu yang pertama
membuat rancangan. Dimana rancangan tersebut berisi daftar wartawan yang akan
bertugas, daftar rubric yang harus diselesaikan, dan daftar narasumber yang akan di
wawancarai di lapangan. Membuat rancangan ini akan menjadikan kegiatan yang akan
dilakukan itu menjadi teratur dan terarah. Tahap kedua yang dilakukan manajemen
redaksi majalah sunda mangle yaitu melakukan rapat redaksi. Rapat redaksi ini
dilakukan seminggu sekali yaitu pada Hari Kamis.
Kang Enca selaku pemimpin redaksi mengungkapkan bahwasannya Mangle
melakukan rapat redaksi setiap seminggu sekali yaitu pada hari Kamis atau hari
Jum’at. Rapat redaksi ini membahas isu-isu apa saja yang akan dibahas. Adapun isu-
isu yang dibahas tidak jauh dari permasalahan kebudayaan dan kesenian Sunda
ataupun isu yang sedang hangat. Rapat redaksi dilakukan setiap hari kamis. Rapat
redaksi membahas tentang hal-hal yang penting seperti merumuskan isi, merumuskan
rencana, membuat rubric laporan. Membuat rubric laporan ini harus sangat
dipersiapkan dari mulai akan membuat laporan apa, siapa yang akan meliput, tamu
siapa saja yang akan di wawancara (Wawancara pada hari Kamis 28 Oktober 2021).
Rapat redaksi adalah foreplay bagi pegiat pers untuk melakukan kegiatan
jurnalistik. Dalam rapat redaksi kita akan menentukan tema, penentuan sumber
berita, segmentasi berita, rubrikasi dan pembagian kerja. Penentuan tema berfungsi
sebagai pedoman kita dalam membuat berita.Sebisa mungkin berita yang disampaikan
harus sesuai dengan tema yang telah dtentukan. Tema menjadi hal vital dalam suatu

8 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

penerbitan media, karena ia akan menentukan arah penulisan dan isi dari media
tersebut. (Drojo,2004:96)
Dalam rapat redaksi ini, para reporter, juru kamera, redaktur, bisa
mengajukan usulan-usulan topik liputan. Usulan itu sendiri bisa bersumber dari
berbagai sumber. misalnya: undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers,
siaran pers, berita yang sudah dimuat atau ditayangkan dimedia lain, hasil
pengamatan pribadi si jurnal, masukan dari nara sumber/informan, dan
sebagainya
Setelah itu, majalah Manglé telah melakukan riset agar mengetahui apa
yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat. Fellin, Tripodi dan Meyer
(1969) riset adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan,
memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan
(dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain. Pada dasarnya riset
adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Menurut Clifford
Woody riset adalah suatu pencarian yang dilaksankan dengan teliti untuk
memperoleh kenyataan-kenyataan atau fakta atau hukum-hukum baru. Di
dalamnya terdapat usaha dan perencanaan yang sungguh-sungguh yang relatif
makan waktu yang cukup lama.
Menurut Melvein De Fluer dan Sandra J. Ball Rokeach dalam bukunya
Theories of Mass Communication( (1989) ada salah satu dari lima revolusi
Komunikasi massa yaitu zaman penggunaan tanda dan isyarat sebagai alat
komunikasi massa ( The age of signs and signals) Peran insting sangat kuat
dibandingkan dengan rasio dalam berkomunikasi. Hal itu terjadi karena
kemampuan kapasitas otak masih sangat lamban.
Menurut pendapat Kang Unay, selaku dewan redaksi Majalah Sunda
Mangle Ia menyebutkan bahwa untuk menghadapi era disrupsi ini mangle harus
mampu bersaing dengan media online maupun elektronik.
“Media cetak sendiri di era disrupsi tidak dapat berjalan sendiri yang dengan
jelas harus berjalan dengan online, maka mangle sendiri sudah memiliki 2
platfrom untuk menyiasatinya agar produk media dapat di senangi pembaca
dengan berita yang berkualitas dan actual”.
Maka di rapat redaksi pun yang dibahas bukan penentuan topik dan isu
untuk media cetak saja akan tetapi penentuan topic dan isu untuk media online
juga. Bahkan sekarang Mangle aktif di beberapa media social seperti Facebook
yang fanpage nya memiliki sekitar 100.000 pengikut dari tahuun 2013. Mangle
juga aktif di Twitter, instagram, dan Tiktok. Adapun sasaran rapat redaksi yaitu
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 9
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

pertama, Untuk mengkoordinasi kebijakan redaksi dan liputan. Kedua, Untuk


menjaga kelancaran komunikasi antara staf redaksi (komunikasi antara reporterjuru
kamera, staf riset, redaktur,dan sebagainya). Ketiga, Untuk memecahkan masalah
yang timbul sedini mungkin (potensi hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan
sarana/alatuntuk peliputan, keamanan dalam peliputan,dan sebagainya). Keempat,
Untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas.
Dari rapat redaksi ini, di tentukan topik, yang mau di liput, sekaligus di tunjuk
reporter (plusjuru kamera) yang harus meliputnya. dalam pembahasan yang lebih
rinci, bisa dibahas juga angle (sudut pandang) yang dipilih dari topik liputan
bersangkutan, serta narasumber yang harus di wawancarai. Untuk kelengkapan data,
staf riset bisa diminta mencari data tambahan guna menyempurnakan hasil liputan
nantinya. Dikutip dari buku D.S.Hasibuan yang berjudul Manajemen Sumber Daya
Manusia, Tahapan planning atau perencanaan adalah Pertama, Persiapan SDM serta
sarana dan prasarana. Kedua, Penyusunan atau penetapan visi, misi nama,
logo,desain halaman, pemilihan jenis huruf, dan lain sebagainya. Ketiga, Penyusunan
rencana pemasaran, termasujk strategi penjualan, distribusi, dan sebagainya.
Pengorganisasian Manajemen Redaksional Majalah Sunda Mangle di Era
Disrupsi
Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian , pembagian tugas,
pengelompokan pegawai, dan lain-lain. Dalam memproduksi suatu penerbitan pers,
masing-masing bidang memiliki tanggung jawab, peran serta tujuan yang sama. Untuk
itu manajemen pers harus mampu menciptakan, memelihara dan menerapkan sistem
kerja yang proporsional dengan menjalin hubungan yang baik, serta menumbuhkan
kebersamaan antar sesame anggota. Untuk kepentingan itu, diperlukan suatu tatanan
kerja dalam oraginasasi perusahaan pers tersebut (Drojo,2004:110)
Menurut George R. Terry pengorganisasian adalah Pembentukan hubungan
perilaku yang efektif diantara orang-orang sehingga mereka dapat bekerja sama secara
efektif dan mendapatkan kepuasan pribadi dalam melakukan tugas-tugas yang dipilih
dibawah kondisi lingkungan yang diberikan untuk mencapai tujuan dan sasaran
tertentu. Pengorganisasian dalam manajemen media merupakan tahapan yang sangat
penting dalam mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian dalam kegiatan
manajemen yaitu melakukan penyusunan struktur organisasi dan sumber daya yang
ada di organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Aktifitas manajemen redaksional
dalam tahap pengorganisasian diantaranya adalah: Menentukan anggota tim redaksi,
Menentukan tugas dan fungsi dari masing-masing anggota tim redaksi , Melakukan
penggantian anggota tim redaksi jika diperlukan, Memberikan pengarahan kepada

10 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

anggota tim redaksi. (Junaedi 2014: 42) Untuk itu manajemen pers harus
mampu menciptakan, memelihara dan menerapkan sistem kerja yang
proporsional dengan menjalin hubungan yang baik, serta menumbuhkan
kebersamaan antar sesame anggota. Untuk kepentingan itu, diperlukan suatu
tatanan kerja dalam oraginasasi perusahaan pers tersebut
Adapun bagian yang ada di dalam bidang redaksi antara lain pemimpin
redaksi, Sekertaris Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Wartawan dan
Koresponden. Dengan adanya struktur organisasi dan pembagian tugas di
bidang redaksi, akan membuat produk jurnalistik yang akan dihasilkan menjadi
berkualitas dan banyak menarik pembaca. Meskipun ketua bidang pemasaran
dan ketua bidang iklan di majalah Manglé dipegang oleh satu orang. Tidak
membuat tugas pemsaran dan iklan terbengkalai. Karena dibawah bagian iklan
ada korespon dan wartawan yang ikut terlibat mencari iklan. Begitu pun di
pemasaran ada bagian yang bertugas untuk memasarkan dan mendistribusikan
majalah Manglé sampai ke tangan pembaca. Bagian tersebut adalah sirkulasi
dan distribusi.
Kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas bidang redaksi yaitu :
Pemimpin redaksi
Pemimpin redaksi bertanggungjawab atas semua tugas dibidang redaksi
termasuk isi majalah Manglé. Pemimpin redaksi harus bisa mengatur dan selalu
berkoordinasi dengan bagian-bagian yang lain. Pemimpin redaksi juga yang
mengawasi pekerjaan yang sedang dilakukan oleh bagian-bagian yang ada
di redaksi. Pemimpinlah yang memiliki wewenang untuk menyetujui atau
tidaknya topik yang ditentukan dalam rapat redaksi.
Tugas dan wewenang pemimpin redaksi adalah sebagai Memimpin rapat
redaksi, Berkoordinasi dengan bagian-bagian lain, Menetapkan isi penerbitan
yang akan dating, Menyelenggarakan kegiatan yang ada kaitannya dengan
bidang redaksi, Membuat kebijakan umum tentang redaks, Membuat kebijakan
umum tentang isi majalah, Melakukan usaha-usaha kreatif dalam
pengembangan isi majalah.. Dewan redaksi pula yang mengatasi permasalah
penting redaksional, misalnya menyangkut berita yang sangat sensitif atau sesuai
tidaknya berita yang dibuat tersebut dengan visi dan misi penerbitan yang sudah
disepakati.
Redaktur Pelaksana
Redaktur Pelaksana bertanggung jawab pada seluruh kegiatan harian
yang menjadi lingkup operasional redaksi antara lain : Mengatur aktivitas yang
dilakukan oleh beberapa unit manajerial yang berada dibawah nya, Aktivitas
penjabaran dan pengawasan setiap pelaksanaan konsep media yang telah
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 11
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

digariskan dan disepakati dalam rapat perencanaan peliputan dimulai dari proses
penulisan hingga penyajiannya, Mengadakan rapat evaluasi bersama beberapa unit
manajerial minimal sekali dalam seminggu.
Sekertaris Redaksi
Sekertaris redaksi bertanggung jawab melakukan pengadaan tenaga dan sarana
pendukung yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional yang berlangsung di redaksi.
Apabila ada kegiatan monitoring prestasi wartawan serta membuat dokumentasi
evaluasi hasil kerja wartawan dan koresponden yang terkoneksi dengan perusahaan
maka sekertaris yang bertanggung jawab untuk mengaturnya.Sekertaris juga harus
turut hadirn di berbagai macam rapat redaksional untuk menangani kebutuhan
administrasi dari setiap agenda keredaksian serta melakukan perencanaan peliputan
dan mempertanggungjawabkan seluruh kinerjanya kepada pemred dan redaktur
pelaksana sebagai atasannya Majalah Manglé memiliki sekretaris redaksi yang
bertugas untuk mencatat semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh bidang redaksi.
Seperti membuat surat jalan, mencatat topik yang diutamakan dan menjadi notulen
rapat. Sekretaris juga bertanggungjawab ketika ada wawancara yang berhubungan
dengan redaksi.
Desain/Layout
Seorang layouter bertugas untuk mendesain majalah mulai dari cover sampai
halaman terakhir majalah. Saat proses layout ditemukan adanya kekurangan isi, maka
layouter akan memberikan tugas kepada ilustrator untuk menambahkan gambar agar
halaman tersebut terisi penuh.
Ilustrator
Ilustrator memiliki tugas membuat gambar ilustrasi saat dibutuhkan untuk
memenuhi halaman yang masih kosong atau ada kekurangan. Tugas ini akan
dilakukan setelah mendapatkan tugas dari layouter yang sudah berkoordinasi terlebih
dahulu dengan redaktur pelaksana, pemimpin redaksi, dan sekretaris redaksi.
Penanggungjawab Rubrik
Majalah Manglé memiliki penanggungjawab rubrik yang bertugas untuk
mencari dan menentukan topik apa yang akan diangkat untuk edisi selanjutnya.
Penanggungjawab rubrik merangkap jabatannya sebagai korektor. Korektor ini
memiliki tugas untuk mengkoreksi, membenarkan, mengkonfirmasi kepada wartawan
jika ada sesuatu yang diragukan. Seorang penanggungjawab rubrik bisa memegang
lebih dari satu rubrik.

12 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Wartawan
Wartawan adalah orang yang mencari berita dilapangan. Selain mencari,
wartawan juga akan menulis beritanya. Jumlah wartawan di majalah Manglé
tidak banyak. Tak jarang, yang mendapat jabatan pun harus menjadi wartawan.
Koresponden
Koresponden adalah penulis tidak tetap yang tersebar diseluruh wilayah
di Jawa Barat. Koresponden akan mengirimkan informasi kepada bagian
dokumentasi untuk kemudian ditentukan layak atau tidak dimuat dalam
majalah.
Penanggung jawab media online dan media social
Penanggung jawab media online dan media social bertugas untuk
menyajikan berita berupa mangle klasik di mangle online dan berita modern di
mangle id. Untuk penanggung jawab media online memang berbeda jajaran
dengtan redaksi majalah mangle, tetapi masih ada keterkaitan satu sama lain.
Sedangkan untuk penanggungjawab media social sendiri masih dari jajaran
redaksi majalah mangle, meskipun orang-orangnya merangkap jabatan.
(Wawancara bersama Kang Unay 28 Oktober 2021)
“Mangle pada awal tahun 2021 sudah hadir di ranah digital, dengan
nama mangle-online.com tetapi pengelolanya berbeda dengan majalah
mangle tetapi satu sama lain masih berhubungan terutama untuk
postingan mangle klasik” (Wawancara bersama Kang Yadi 28 Oktober
2021)

“Sebenarnya majalah Manglé memiliki bagian-bagian redaksi yang sama


dengan media lain. Namun, masih ada kekurangan dimana masih ada
rangkap jabatan. Sehingga hal ini menjadi salah satu kendala yang harus
dihadapi Manglé.” (Wawancara bersama Kang Unay 28 Oktober 2021)

“Sumber daya manusia lah yang menyebabkan program Mangle agak


sedikit kurang efektif. Namun meskipun rangkap jabatan mereka selalu
berusaha menyelesaikan tugasnya masing-masing dengan sangat baik”
(Wawancara bersama Kang Enca 28 Oktober 2021)

Pada umumnya, Majalah Mangle memiliki bagian-bagian redaksi yang


sama dengan media lain. Namun masih ada kekurangan dimana masih ada
rangkap jabatan. Sehingga hal ini menjadi salah satu hambatan yang harus
dihadapi. Meskipun ada rangkap jabatan, tanggung jawab dan tugas-tugas yang
dipegang bias dilakukan dengan baik.

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 13
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Penggerakan dan pelaksanaan Manajemen Redaksional Majalah Sunda


Mangle di Era Disrupsi.
Acting terbagi atas melaksanakan tugas, memproduksi, mengemas produk, menjual
produk dan sebagainya. Tahapan Acting yaitu: Semua bagian bekerja sesuai
perencanaan dan pengorganisasian yang telah disusun, Bidang redaksi melakukan
tahapan dalam news processing, news planning, hunting, writing, layouting, lalu
dilimpahkan pada bagian produksi atau percetakan. (Junaedi, 2012 : 23)
Proses penggerakan di Mangle ini tidak terlalu dilakukan, karena karyawan-
karyawan redaksi Manglé sudah memahami akan tanggungjawabnya sesuai dengan
tugas yang diberikan. Bahkan Manglé tidak memiliki cara untuk mempertahankan
wartawannya. Karena wartawan yang bekerja di Mangle sudah memiliki panggilan
jiwa, dedikasi, dan idealisme sebagai wartawan Sunda. Acting terbagi atas
melaksanakan tugas, memproduksi, mengemas produk, menjual produk dan
sebagainya. Tahapan Acting yaitu: Semua bagian bekerja sesuai perencanaan dan
pengorganisasian yang telah disusun, Bidang redaksi melakukan tahapan dalam news
processing, news planning, hunting, writing, layouting, lalu dilimpahkan pada bagian
produksi atau percetakan .Peliputan merupakan pengumpulan data dan informasi
di lapangan yang dilakukan oleh wartawan atau jurnalis. Dalam proses ini,
biasanya berupa pemantauan langsung atau mencatat sebuah peristiwa yang terjadi.
Selain itu, proses ini bisa dilakukan dalam bentuk wawancara dengan sejumlah
narasumber. Ada beberapa rubric mangle hasil dari kerjasama dengan instansi
pemerintah dan pendidikan.
Rubrik mangle itu makin lama makin banyak yang bekerjasama dengan instansi yaitu
ada Rubrik Beja ti Negara bekerjasama dengan kementrian informatika, rubric
aweuhan pasundan bekerjasama dengan paguyuban pasundan, rubric balebat
padjajaran bekerjasama dengan Unpad, rubric USB bekerjasama dengan
sanggabuana, rubric Atikan Siliwangi bekerjasama dengan UPI, rubric gedong sate
dengan gubernur, rubric katumbiri dengan pemerintahan daerah Jawa barat. Jadi
rubric yang bekerjasama seperti ini
wartawan meliput langsung, ada juga yang menunggu rilis (Wawancara 28 Oktober
2021)
Tahap penggerakan atau pelaksanaan pada manajemen media cetak
merupakan aktivitas untuk menggerakan individu- individu yang ada di
lembaga organisasi tersebut agar menghasilkan produk jurnalistik. Tahap
proses penggerakan meliputi : Peliputan yaitu proses mencari berita atau
kegiatan meliput bahan berita dengan menggunakan teknik reportase,

14 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

wawancara, maupun riset kepustakaan, Penulisan berita dengan menggunakan


teknik melaporkan ( to report ) yang merujuk pada pola piramida terbalik serta
mengacu pada konsep 5W+1H, Penyuntingan yaitu kegiatan memperbaiki
atau menyempurnakan tulisan agar lebih logis, mudah dipahami, tidak rancu,
dan tetap memperhatikan fakta dan juga data agar tetap terjaga keakuratannya.
(Putranto, 2020 : 12)
Meski dirasa masih bisa bertahan dalam bentuk majalah cetak, mangle tetap
memperhatikan perkembangan zaman:
Seperti dalam peribahasa sunda yaitu ngindung ka waktu, ngabapa ka jaman.
Mangle pun merambah ke dunia digital dengan mendirikan mangle online
dengan nama Mangle-online.com. Mangle online ini berdiri pada awal tahun
2021 dengan mengambil momen Hari Bahasa Ibu Internasional. Mangle-
online.com ini kebanyakan menyajikan berita yang berisi hari-hari besar
nasional dan hari-hari penting saja. (Wawancara 28 Oktober 2021)
Seiring berkembangnya zaman media-media baru bermunculan seperti media
social meskipun memang media social ini bukan termasuk media massa. Akan
tetapi, Mangle harus tetap mampu mengikiuti perkembangan zaman agar bias
tetap bertahan tentu dengan menyajikan berita-berita yang berkualitas.
”Fanpage facebook memang sudah ada dari sejak dulu bahkan pengikutnya
sekarang sudah mencapai 100.000 orang. Kadang saya juga mengelola
fanpage tersebut dengan menyajikan berita.
Pada tanggal 21 Februari, lahir lah Mangle.id. Mangle.id sendiri di khususkan
untuk media social Mangle. Sekarang selain aktif di Facebook, Mangle pun
aktif di beberapa media soasial yakni Twitter, Youtube, Instagram, dan Tiktok.
Sebenarnya sasaran kami mendirikan mangle.id ini adalah untuk menarik
perhatian anak muda. Karena sudah pastinya anak muda zaman sekarang
kalau tidak punya medsos pasti dibilang ketinggalan zaman, otomatis mereka
pasti aktif di berbagai medsos itu. Mangle secara tidak langsung ingin
mengingatkan kepada generasi muda tentang pentingnya kebudayaan sunda,
seperti itu (Wawancara 28 Oktober 2021)
Mangle.id memproduksi konten dengan segmentasi lebih ke anak muda
dengan tajuk “Manglenials” kata yang didapat dari kata kaum milenial seperi
anak muda zaman sekarang. Sekaligus juga mengubah stigma bahwa mangle
hanya disukai kalangan tua saja.

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 15
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Pengawasan dan Evaluasi Manajemen Redaksional Majalah Sunda Mangle


di Era Disrupsi
Pengawasan dapat di definisikan sebagai cara suatu organisasi mewujudkan kinerja
yang efektif dan efisien serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi
organisasi. Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan untuk
mengetahui apakah pelaksanaan kerja bidang redaksional telah sesuai dengan
rencana semula atau tidak. (Milta,2015:653)
Tahap pengawasan dalam bidang redaksional merupakan kegiatan penting
karena adanya evaluasi dan penyuntingan hasil aktivitas sebuah berita yang akan
diterbitkan. Pada tahap pengawasan hasil kerja bidang redaksional akan disesuaikan.
Pengawasan akan berlangsung efektif apabila memiliki berbagai ciri yang dibahas
yaitu :
Pertama, pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang
diselenggarakan. Yang dimaksud ialah bahwa teknik pengawasan harus sesuai, antara
lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan
kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut.
Kedua, pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan
adanya deviasi dari rencana .Ketiga, pengawasan harus menunjukkan pengecualian
pada titik-titik strategis tertentu. Keempat, Objektivitas dalam melakukan
pengawasan, Salah satu komponen dalam rencana ialah standar prestasi kerja yang
diharapkan dipenuhi oleh para pelaksana kegiatan operasional tersebut. Standar
tersebut harus jelas terlihat bukan saja dalam prosedur dan mekanisme kerja,
melainkan rangkaian kriteria yang menggambarkan persyaratan baik kuantitatif dan
kualitatif. Dengan adanya kreteria tersebut, pengawasan dapat dilakukan lebih
objektif.
Kelima, Keluwesan pengawasan. Pengawasan sebaiknya bersifat fleksibel
sehingga jika terjadi desakan untuk melakukan perubahan-perubahan pada
pelaksanaan, perubahan itu dapat dilakukan tanpa harus mengganti pola dasar
kebijaksanaan dan rencana organisasi. Keenam, Pengawasan harus
memperhitungkan pola dasar organisasi. Ketujuh, Efisiensi pelaksanaan
pengawasan. Pengawasan dilakukan supaya keseluruhan organisasi bekerja dengan
tingkat efisiensi yang semakin tinggi. Kedelapan, Pemahaman sistem pengawasan
oleh semua pihak yang terlibat. Dengan mengatasnamakan kecanggihan sistem
pengawasan, dewasa ini banyak digunakan dan dikembangkan berbagai teknik untuk
membantu para manajer melakukan pengawasan secara efektif seperti berbagai
rumus matematika, bagan-bagan yang rumit, analisis yang rinci dan data-data
statistik.

16 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Sembilan, Pengawasan mencari apa yang tidak beres. Artinya,


pengawasan yang baik menemukan siapa yang salah dan faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut kemudian memperbaiki
kesalahan tersebut.
Sepuluh, Pengawasan harus bersifat membimbing. Dalam sebuah media
massa, pasti harus selalu melakukan penilaian dalam bentuk evaluasi. Majalah
Manglé melakukan proses evaluasi setiap satu minggu sekali. Adapun bahan
yang dievaluasi ini bersumber dari dalam majalah Manglé itu sendiri maupun
pembaca. Evaluasi dari pihak Manglé biasanya mengenai kendala- kendala
yang dirasakannya.
Kegiatan pada fungsi pengendalian antara lain : Mengevaluasi
keberhasilan dan target dengan cara mengikuti standar indikator yang sudah
ditetapkan, Melakukan klarifikasi dan koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan, dan Memberi alternatif solusi yang mungkin bisa mengatasi
masalah yang terjadi. Salah satu kendala yang dirasakan bidang redaksi Manglé
ada dalam proses penulisan beritanya yang sulit. Hal ini dikarenakan informasi
yang disampaikan harus menggunakan bahasa Sunda yang tingkat
kesulitannya lebih tinggi. Selain itu, majalah Manglé juga mengalami kesulitan
dalam hal pencarian bahan informasi yang sesuai dengan visi dan misi Manglé.
Kurangnya Sumber Daya Manusia juga menjadi kendala redaksi Manglé,
inilah mengapa terjadi rangkap jabatan.Semua kendala ini disampaikan dalam
proses evaluasi dengan tujuan bisa menemukan solusi. Adapun salah satu
solusinya dengan selalu melatih diri dalam hal penulisan berita. Tak hanya itu,
Manglé selalu mengadakan perekrutan terhadap orang-orang yang kompeten
dalam hal penulisan bahasa Sunda. Meskipun memang tak jarang banyak yang
mengundurkan diri sesuai dengan seleksi alam.
Dengan melakukan proses evaluasi, majalah Manglé juga bisa
mengetahui bagaimana cara menghadapi era disrupsi ini karena persaingan dengan
media- media nasional semakin ketat. Menurut Kasali, disruption adalah sebuah
inovasi, yang akan menggeser seluruh sistem lama dengan system baru.
Disruption menggunakan teknologi yang canggih dan baru lalu menggantikan
teknologi lama yang serba manual. Era disrupsi ini menjadikan masyarakat
merubah pola aktivitas yang dilakukan di dunia nyata menjadi di dunia maya.
Rheinald Kasali, menjelaskan bahwa ada tiga cara mengatasi era disrupsi
yaitu:
Pertama, jangan bangga menjadi orang “pemenang”. Organisasi yang selalu
berasumsi bahwa pelanggan mereka sudah sangat loyal. Padahal ketika sudah
terjadi perubahan saat ini belum tentu kosumen akan tetap bertahan.

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 17
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Kedua, jangan takut menghancurkan produk sendiri. Cara yang sepertinya sangat
sadis padahal maksud disini yaitu menghancurkan produk sendiri dengan
menggantikannya dengan produk baru yang jauh lebih bagus kualitasnya.Ketiga,
membentuk ulang sesuatu atau membuat sesuatu yang baru. Melakukan inovasi
dengan memodifikasi produk yang sudah ada sebelumnya dengan bentuk lain agar
organisasi semakin bertahan. Sebagai contohnya semakin berkembangnya zaman,
media-media baru bermunculan seperti media elektronik dan media online. Media
online inilah yang sedikit demi sedikit mengubah pola aktivitas yang biasanya
dilakukan di dunia nyata menjadi di dunia online agar lebih praktis. Di era disrupsi
ini kita harus mempunyai pilihan, membentuk ulang atau menciptakan sesuatu yang
baru. Jika kita memilih untuk membentuk ulang, maka kita bisa melakukan inovasi
dari produk atau layanan yang sudah kita miliki dengan sebagus mungkin.
Sedangkan jika ingin membuat yang baru, kita harus berani memiliki inovasi yang
sesuai dengan kebiasaan konsumen yang mulai berbubah.
Strategi yang dilakukan Mangle di Era Disrupsi ini yaitu dengan selalu
meningkatkan kemampuan agar majalah Manglé tetap berkenan dihati pembaca.
Jadilah Mangle sebagai obat pelipur lara, obat kerinduaan bagi orang asli sunda,
khusus bagi urang Sunda yang bermukim nun jauh dari tanah kelahirannya,
membaca Mangle menjadi salah satu cara mengobati kerinduan pada kampung
halaman. Maka, salah satuhal yang menjadi kekuatan sekaligus ciri khas dari majalah
Manglé adalah panineungan, sesuatuyang menjadi kenangan kuat.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Rheinald Kasali diatas dapat kita ketahui bahwa
Mangle mampu mengatasi era Disrupsi ini. Mangle sampai saat ini bias bertahan
salah satunya yaitu dengan selalu berusaha mengikuti zaman dan terus berinovasi.

PENUTUP
Manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk sebuah mendirikan sebuah
media. Oleh karena itu diperlukan proses manajemen yang sangat baik. Karena
apabila proses kegiatan manajemen tersebut tidak berjalan dengan baik, maka semua
tidak akan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dari awal.
Berdasarkan hasil penelitian maka, simpulan yang diperoleh adalah Pertama,
perencanaan. Mangle membuat rancangan terlebih dahulu lalu melakukan rapar
redaksi. Rapar redaski dilakukan setiap sati minggi sekali yaitu pada Hari Kamis.
Tujuan dari rapat redaksi yaitu untuk menentukan topic dan isu untuk berita di
mangle cetak, mangle online dan mangle.id.
Kedua, pengorganisasian. Majalah Mangle membagi pengorganisasian tidak
dengan divisi permberitaan dan divisi penyuntingan dikarenakan ada beberapa
dewan redaksi yang merangkap menjadi divisi tersebut. Meskipun Majalah Sunda
18 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Mangle masih menggunakan system rangkap jabatan, mereka selalu bekerja


dengan sangat baik sesuai jobdesk masing-masing. Ketiga, penggerakan dan
pelaksanaan. Tahap awal Mangle dalam melakukan penggerakan yaitu
memberikan motivasi dan dorongan kepada anggotanya untuk selalu focus
dan bekerja dengan baik. Mangle beroperasi sesuai dengan alur pembuatan
naskah yakni dari mulai pencarian berita, penyuntingan berita, pencetakan
berita dan sampai kepada bagian sirkulasi dan distribusi.
Keempat, pengawasan dan evaluasi. Pemimpin redaksi mengawasi dan
mengkoreksi apa yang masih memiliki kekurangan di pencapain sebelumnya
dan berusaha lebih baik di waktu ke depannya. Tahap evaluasi dilakukan setiap
satu minggu sekali dengan merencanakan ulang apa yang akan menjadi tujuan
untuk selanjutnya danmendiskusikan bagaimana cara menghadapi era disrupsi
ini. Penelitian selanjutnya harus meniliti lebih mendalam strategi mangle dalam
mempertahanakan eksistensinya di era disrupsi ini tak hanya di bagian redaksi
saja, akan tetapi bagian iklan, bagian sirkulasi atau yang lainnya. Mangle
harus lebih memperhatikan SDM agar tidak terjadi rangkap jabatan dan
Mangle harus mampu keluar dari zona nyamannya yaitu dengan terus
berinovasi agar tetap bias bertahan di era disrupsi ini

DAFTAR PUSTAKA
Bungin Burhan S. M. (2009). Penelitian Kualitatif Komunikasi Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
D. S. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Effendy, O.U (2009).Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Junaedi, F. (2014). Manajemen Media Massa. Yogyakarta: Buku Litera
Jurnal Vol.XI.V No119. Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan
Agung, Jakarta, 11-13
Juroto,T. M. (2004). Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja
M. Emzir (2010). Analisis data : Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
NSutrisno, D. E. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fajaar

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 19
Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

Interpratama Offset.
Pace, Wayne, dan Faules, Don F, 2001 Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan
kinerja perusahaan. Ed. Deddy Mulyana. Bandung Remaja Rosdakara Offset
Rakhmat, J. (1993). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset
Samsudin, S. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Soehoet, A. M. Hoeta. 2002. Manajemen Media Massa. Jakarta : Yayasan Kampus
Tercinta –ISIIP Jakarta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sukarna (2011). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung:CV. Mandar Maju
Urhadi. R (2015). Teori-teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.akarya.
Yunus, D. S. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Majalengka: Unit
Penerbitan Universitas Majalengka.

20 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx

Anda mungkin juga menyukai