Anda di halaman 1dari 4

HKUM4202.

59

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Wahyu Agustian

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043793221

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4202.59/ Hukum Perdata

Kode/Nama UPBJJ : 47 / Pontianak

Masa Registrasi : (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
HKUM4202.59
NASKAH TUGAS MATA
KULIAH UNIVERSITAS
TERBUKA SEMESTER:
(2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4102.59/ Hukum Perdata
Tugas :2
No. Soal
1. Jelaskan mengapa dalam masyarakat masih marak terjadinya perkawinan di bawah umur,
padahal UU tentang Perkawinan telah mengatur mengenai syarat perkawinan!
2. Jelaskan akibat hukum pengangkatan anak !
3. Jelaskan arti pentingnya pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak !

Jawaban:

1. Pernikahan usia dini disebabkan banyak faktor. Faktor internal terdiri dari pendidikan,
pengetahuan responden, dan agama. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan orang tua, social ekonomi keluarga, wilayah/tempat tinggal, kebudayaan,
pengambilan keputusan, akses informasi, pergaulan bebas.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan sudah disahkan pada tahun 2019. Dalam undang-undang
tersebut telah mencantumkan perubahan usia minimal perkawinan dari 16 tahun bagi
perempuan menjadi 19 tahun. Hal ini telah mengakomodasi prinsip kesetaraan dan juga
bentuk afirmasi yang progresif. dengan adanya peningkatan batas usia perkawinan akan
membuat praktik perkawinan anak berkurang, atau bahkan tidak ada. Namun, faktanya
tidaklah demikian. Oleh karenanya, menjadi penting untuk melakukan sosialisasi kepada
masyarakat terkait Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan agar
masyarakat dapat mengedukasi lingkungannya, terutama terkait batas usia perkawinan. UU
Perkawinan sebenarnya tidak mengenal adanya perkawinan anak atau pernikahan dewasa.
UU Perkawinan hanya memberi batasan minimal usia ideal bagi warga negara untuk
menikah, yaitu setelah berumur 21 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Hanya saja, UU
Perkawinan membolehkan laki-laki berumur di bawah 19 tahun dan perempuan di bawah 16
tahun untuk menikah, selagi mendapat dispensasi dari pengadilan, dalam hal ini Pengadilan
Agama. ada sejumlah regulasi yang mendefenisikan anak dengan batasan usia di bawah 18
tahun. Sebut saja UU Perlindingan Anak, UU Kesehatan, UU Pendidikan Nasional dan
sekitar 20 regulasi lainnya, semua mendefiniskan anak dalam pengertian tersebut. Dengan
demikian, peristiwa menikah di bawah 18 tahun disebut sebagai perkawinan anak.
HKUM4202.59
2. Akibat hukum pengangkatan anak yaitu timbul hubungan keperdataan meliputi nafkah,
pemeliharaan anak dan waris antar anak yang ia angkat dengan orangtua angkat. Sejak
zaman dahulu pengangkatan anak telah dilakukan dengan cara dan motviasi yang berbeda -
beda sejalan dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta berkembang
didalam masyarakat dari hal-hal tersebut dipastikan bahwa manusia sebagai makhluk sosial
dalam kehidupan keluarga yang merupakan kelompok masyarakat terkecil belum merasa
lengkap dan bahagia apa bila tidak terdiri dari bapak, ibu, dan anak atau dengan kata lain
masyarakat memang membutuhkan lembaga pengangkatan anak . dalam Undang-Undang
sendiri sampai saat ini belum mengatur secara khusus tentang pengangkatan anak, akan
tetapi praktik pengangkatan anak di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat telah
melembaga dan menjadi bagian dari budaya yang hidup ditengah-tengah masyarakat
Indonesia.
3. Arti penting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan benda dimaksud, yaitu:
-Jika benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus secara nyata dari
tangan ke tangan.
-Jika benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannya harus dilakukan
dengan balik nama.
Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat dipindahkan (Ps.509 BWI). Benda
bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda
bergerak (Ps.511 BWI), misalnya hak memungut hasil atas benda bergerak, hak memakai atas
benda bergerak, saham saham perusahaan. Benda tidak bergerak adalah benda yang
menurut sifatnya tidak dapat dipindah-pindahkan, seperti tanah dan segala bangunan yang
berdiri melekat diatasnya. Benda tidak bergerak karena tujuannya adalah benda yang
dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda pokoknya, untuk tujuan tertentu, seperti
mesin mesin yang dipasang pada pabrik. Tujuannya adalah untuk dipakai secara tetap dan
tidak untuk dipindah-pindah (Ps.507 BWI). Benda tidak bergerak karena undang undang
adalah hak hak yang melekat pada benda tidak bergerak tersebut, seperti hipotik, crediet
verband, hak pakai atas benda tidak bergerak, hak memungut hasil atas benda tidak bergerak
(Ps.508 BWI).
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak pada:
• penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yang
menguasai benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini
tidak berlaku bagi benda tidak bergerak.
• penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan secara
nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama;
HKUM4202.59
• kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa,
sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa: dalam hal ada alas hak,
daluwarsanya 20 tahun; dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
• pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai,
sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik.
• dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk menuntut
kembali barangnya), hanya dapat dilakukan terhadap barang barang bergerak.
Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus
dilakukan terlebih dahulu terhadap barang barang bergerak, dan apabila masih belum
mencukupi untuk pelunasan hutang tergugat, baru dilakukan executoir terhadap
barang tidak bergerak.
• Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis
Pembedaan ini penting artinya dalam hal pembatalan perjanjian. Pada perjanjian yang
obyeknya adalah benda yang dipakai habis, pembatalannya sulit untuk mengembalikan seperti
keadaan benda itu semula, oleh karena itu harus diganti dengan benda lain yang sama /
sejenis serta senilai. Pada perjanjian yang obyeknya adalah benda yang tidak dipakai habis
tidaklah terlalu sulit bila perjanjian dibatalkan, karena bendanya masih tetap ada, dan dapat
diserahkan kembali.

Sumber: -Buku Materi Pokok (BMP) HKUM4202.59 modul 1


- https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2822/menteri-pppa-perkawinan-
anak-harus-dihentikan
- https://kemenag.go.id/opini/mengurai-problematika-hukum-perkawinan-di-bawah-umur-
di-indonesia-ora7t4
-https://ninyasminelisasih.com/2011/08/14/teorihukumbenda/

Anda mungkin juga menyukai