Anda di halaman 1dari 5

PERANAN MARITIM KERAJAAN KALINYAMAT

JEPARA DALAM KEKUASAAN RATU KALINYAMAT

NAMA : Valentino Itaqquinoor Rosolino Castiglione


KELAS : XI IPS 1
PRESENSI : 30

Kerajaan Kalinyamat(dikenal sebagai Kerajaan Jepara) adalah sebuah


kerajaan Islam di sisi utara Pulau Jawa yang meliputi Jepara, Pati, Kudus, Juwana,
dan Rembang pada periode waktu modern sekarang. Kerajaan ini muncul dan
berkembang dari tahun 1527-1599. Kalinyamat dan Jepara awalnya hanyalah
sebuah kadipaten(wilayah bawahan suatu kerajaan) yang terpisah dan tunduk
kepada Kerajaan Demak. Setelah meninggalnya pangeran Trenggana yaitu raja
ke-3 Kerajaan Demak, Kalinyamat mendapatkan Jepara, Pati, Kudus, Juwana, dan
Rembang (DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, 2000, 40).

Secara historis, Jepara cukup terkenal pada masa pelayaran dan


perdagangan Nusantara sejak awal abad ke-15 hingga akhir abad ke-16. Hal ini
bisa dilihat dari kemakmuran dan suburnya Jepara, hal ini juga tidak terlepas dari
sejarah pemimpinnya, yakni Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat sangat dikenal
terutama di kalangan masyarakat Jawa Tengah. Ia tidak hanya bermuka cantik,
tetapi juga berkepribadian gagah dan berani (Rejeki, 2019, 175).

Puncak kejayaan Kerajaan Kalinyamat terjadi pada pertengahan abad


ke-16 pada saat dipimpin oleh seorang ratu bernama Retna Kencana yang
kemudian bergelar Ratu Kalinyamat pada tahun 1549-1579. Pada masa periode itu
terjadi banyak perdagangan, kemiliteran, dan ekspedisi pada sisi kemaritimannya.
Hal inilah yang akan menjadi topik utama pada esai ini. Sebelum menjelaskan
masa kejayaan kemaritiman, perlu adanya suatu latar belakang.

1
Wilayah Kerajaan Kalinyamat memiliki area yang meluas dengan
perkiraan 18 km ke arah pedalaman Jepara. Pada abad ke-16 wilayah tersebut
menjadi lokasi dimana pemerintahan kota pelabuhan Kerajaan Kalinyamat berada.
Berdasarkan naskah, Kerajaan Kalinyamat didirikan oleh seorang nahkoda asal
Tiongkok bernama Wintang(sesudah dijawakan), Wintang yang kapalnya rusak
kemudian bertepi di pantai Jepara. Setelah di Jepara, ia kemudian dibantu
masyarakat setempat dalam berbahasa daerah oleh sebangsanya yang telah masuk
agama islam lebih dahulu dan ia juga kemudian di islamkan oleh Sunan Kudus,
setelah diislamkan, namanya berubah menjadi Rakit. Beberapa waktu kemudian,
ia mendirikan sebuah pendukuhan atau dukuh di tepi jalan antara Kudus dan
Jepara yang secara bertahap berkembang pesat. Ia kemudian mengabdi kepada
Sultan Trenggana dari Kerajaan Demak dan menikahi salah satu dari putri dari
Sultan Trenggana. Putri tersebut dikenal sebagai Ratu Aria Jepara atau dalam
Babad Tanah Jawi, disebut Ratu Kalinyamat (Graaf, 2020, 173-174).

Pada tahun 1549, keluarga Sunan Prawata(sultan ke-4 demak)dibunuh oleh


suruhan Arya Perangsang yang merupakan adipati Jipang panolan. Setelah
mengetahui itu, Ratu Kalinyamat berangkat ke kudus untuk meminta penjelasan,
namun sesampainya disana Sunan Kudus mendukung Arya Penangsang dalam
konflik perebutan tahta setelah Sultan Trenggana meninggal. Sunan Kudus
menjelaskan bahwa dulu Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Sekar Seda
ing Lepen, yaitu ayah Arya Penangsang. Oleh karena itu, Sunan Kudus
melihatnya sebagai balasan yang setimpal. Hal ini mengakibatkan turunnya tahta
Ratu Kalinyamat. Setelah kematian Arya Perangsang Ratu Kalinyamat dilantik
menjadi penguasa Jepara(Kerajaan Kalinyamat). (DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL, 2000, 11-12 )

Pada masa penguasaan Ratu Kalinyamat, terlihat jelas dari luas wilayah
dan pengaruhnya yang besar. Kekuasaannya menjangkau sampai daerah Banten
dan pengaruhnya sampai daerah pantai utara Jawa sebelah barat. Sumber utama
kekayaan pada masanya bisa dilihat dari perdagangan, kemiliteran, dan ekspedisi

2
nya dalam bidang maritim, hal ini juga didukung oleh pelabuhan di Jepara yang
terkenal besar dan termasuk paling baik pada waktunya.

Pada masa penguasaan Ratu Kalinyamat, kekuatan armada Kalinyamat


telah pulih kembali dalam hanya tiga tahun. Hal ini bisa dilihat dari berita oleh
Kerajaan Portugis yang melaporkan adanya hubungan antara Ambon dengan
Kalinyamat. Diberitakan bahwa para pemimpin Persekutuan Hitu di Ambon
seringkali minta bantuan kepada Kalinyamat, baik untuk memerangi suku Hative
di Maluku, dan juga untuk melawan Kerajaan Portugis (Graaf, 1987, 130).

Pada pertengahan abad ke-16, keharuman pemerintahan Ratu Kalinyamat


antara lain ditunjukkan dengan adanya permohonan dari Raja Johor untuk ikut
serta dalam mengusir Portugis dari Malaka pada tahun 1550. Ratu Kalinyamat
kemudian setuju dan pada tahun 1551 Ratu Kalinyamat mengirimkan sejumlah
pasukan ke Malaka. Dari 200 buah kapal armada persekutuan Muslim, 40 buah
kapal armada diantaranya berasal dari Kerajaan Kalinyamat. Mereka berhasil
merebut kawasan orang pribumi di Malaka (Graaf, 1987, 131). Walau setelah itu
mengalami kemunduran, namun Ratu Kalinyamat tidak berhenti dalam
penaklukannya. Pada tahun 1573, ia kembali mendapat ajakan dari Sultan Aceh,
Ali Riayat Syah untuk menyerang kembali Malaka dari Portugis. Kali ini armada
Kerajaan Kalinyamat lebih besar, yaitu terdiri dari 300 buah kapal layar dan 80
buah di antaranya berukuran besar. Pasukan tersebut terdiri dari 15.000 prajurit
pilihan, yang dilengkapi dengan meriam, dan mesiu.

Dari pengiriman dua ekspedisi tersebut, hal ini merefleksikan bahwa Ratu
Kalinyamat adalah seorang kepala pemerintahan yang sangat berkuasa. Walaupun
ia gagal dalam 2 penaklukannya, namun usaha yang telah diberikan Ratu
Kalinyamat telah melemahkan pengaruh Kerajaan Portugis di Nusantara dan
merupakan salah satu faktor mengapa Kerajaan Portugis meninggalkan Nusantara
pada 1605, dengan begitu Kerajaan Portugis pun juga mengakui kebesaran Ratu
Kalinyamat. Dalam bukunya, Diego de Couto menyebutkan Ratu Kalinyamat
sebagai Rainha da Japara, senhora poderosa e rica, yang berarti Ratu Jepara,

3
seorang wanita yang kaya dan berkuasa. Ia juga disebut oleh sumber Portugis
sebagai De kranige dame artinya yaitu seorang wanita yang pemberani (Romdoni,
2006, dalam Majalah Serambi Jepara).

Di bidang politik dan pertahanan, pelabuhan Jepara merupakan pusat


pengiriman ekspedisi-ekspedisi militer ke Bangka dan ke Kalimantan Selatan
yaitu Tanjungpura dan Lawe. Ratu Kalinyamat juga mempunyai kekuatan armada
yang kuat dalam menjalin kerjasama bersama dengan Ambon. Di bawah Ratu
Kalinyamat, perdagangan Jepara dengan daerah seberang laut juga menjadi
semakin ramai dan meningkat (Romdoni, 2006, dalam Majalah Serambi Jepara).

Dibidang Perdagangan dan perekonomian, Pelabuhan Jepara merupakan


penyuplai beras yang dihasilkan di daerah hinterland. Pelabuhan Jepara juga
merupakan tempat untuk melakukan transit pengeksporan gula, madu, kayu,
kelapa, kapok, dan palawija. Ditambah lagi dengan adanya sistem pelayaran dan
perdagangan pada waktu itu, membuat Kerajaan dan Ratu Kalinyamat semakin
sejahtera, tidak hanya dalam politik, melainkan sebagai pedagang (Qomariyah &
Mukarrom, 2016, 41).

Semua Faktor ini membuat Kerajaan Kalinyamat dibawah pimpinan Ratu


Kalinyamat, menjadi suatu powerhouse yang mengimbangi dan bahkan melebihi
Kerajaan Demak menurut berbagai sejarawan. Sepanjang sejarah kemaritiman di
Indonesia, Kerajaan Kalinyamat di bawah pimpinan Ratu Kalinyamat telah
meninggalkan jejak yang besar dan berisi mengenai keterlibatan perempuan Jawa
yang pada zaman itu dipandang rendah oleh laki-laki. Ratu Kalinyamat berhasil
menumbuhkan hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam lain untuk
bersatu dan menyerang pengaruh Kerajaan Portugis yang semakin membesar dan
merugikan Masyarakat.

Refrensi

4
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. (2000). PERANAN RATU

KALINYAMAT DI JEPARA PADA ABAD XVI (2000th ed., Vol. 2000).

Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan

Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan

Nasional.

Graaf, H. J. d. (1987). Runtuhnya istana Mataram. Grafitipers.

Graaf, H. J. d. (2020). Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati

(V ed.). KITLV bekerja sama dengan MataBangsa.

Qomariyah, L., & Mukarrom, A. (2016, juni 16). Peranan Kerajaan Kalinyamat

dalam Pengembangan Islam di Jepara (1527-1599 M).

http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/9172

Rejeki, S. K. (2019, 8 2). PERANAN RATU KALINYAMAT DALAM

PERKEMBANGAN KOTA JEPARA (1549-1579), 11, No. 2, Agustus 2019,

pp. 174-182. 10.30998/sosioekons.v11i2.3755

Romdoni, A. (2006, November). Ratu Kalinyamat Wudo Soko Rojobrono.

Anda mungkin juga menyukai