Anda di halaman 1dari 10

Catatan Kitab Riyaadush Shaalihin

Bab 44 | Memuliakan, memprioritaskan, meninggikan, dan menunjukkan kemuliaan


ulama, ahli ilmu, senior, dan orang-orang yang punya keutamaan

1242. TELADAN MULAI DARI DIRI SENDIRI


Jumat, 17 November 2023 Bersama ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafid zahullah

Alhamdulillah atas segala nikmat yg Allah berikan kepada kita. Nikmat yg tdk mungkin bisa
kita hitung, tdk bisa kita kalkulasikan
"Dan jika kalian ingin menghitung nikmat Allah, kalian tdk akan mungkin bisa
menghitungnya" (QS. An Nahl 18)
Khususnya nikmat iman, nikmat hidayah, nikmat diberikan kesempatan untuk bertakwa. Itu
nikmat yg ga bisa kita kalkulasikan dgn angka2 dunia. Maka PR syukur kita sangat besar.
Semoga Allah senantiasa menolong kita dan memaafkan khilaf kita.
Aamiin ya robbal’alamiin
Kita meminta juga ilmu yg bermanfaat dan berlindung kepada Allah dari ilmu yg tdk
beemanfaat.
Allahumma inna nas aluka ilman nafi'an wa naudzu bika min 'ilmin laa yanfa.
Dan kita meminta kepada Allah dgn nama2Nya yg Al Husna dan sifat2Nya yg Maha tinggi,
Maha Sempurna agar Allah menjaga kita, orang2 yg kita cintai, ortu, keluarga, sahabat2 kita,
guru2 kita, para ulama, dan umat di manapun berada, khususnya yg terzalimi di palestina dan
di berbagai macam tempat di dunia.
Semoga Allah subhanahu wata'ala berikan taufiq untuk bersabar, berikan pahala besar
untuk mereka, memberikan keistiqomahan, kekokohan iman, dan smoga Allah sembuhkan
orang2 yg terluka dan berikan husnul khotimah bagi yg wafat. Dan semoga Allah menolong
kita kapanpun dan di manapun berada.
Aamiin ya robbal’alamiin

Kembali dgn kajian rutin kita dan salah satu hal yg harus kita ingat di setiap aktivitas kita,
baik di kajian maupun di kehidupan sehari adalah apa yg Allah firmankan dlm An Najm 42:
"Dan hanya kepada rabbmu lah semua ini akan berakhir. Dan sesungguhnya hanya kepada
rabbmu lah semua ini akan berpulang. Dan hanya kepada rabbmu lah semua ini akan
diselesaikan. Dan hanya kepada Allah subhanahu wata'ala semua ini berakhir. Segala
perkara akan kembali kepadanya dan segala urusan akan kembali kepadaNya cepat atau
lambat dan semua orang akan dibangkitkan dan akan berhadapan dgnNya subhanahu
wata'ala. Maka hanya kepada Allah semua ini akan selesai dan berakhir.”
Mau kita belokan seperti apapun, semua akan kembali kepada Allah subhanahu wata'ala.
Manusia manu menghindari kematian dgn segala cara pun, ia akan mati dan ia akan kembali
kepada Allah.
Kita mau riya seperti apapun, ga ikhlas, cari wajah manusia, cari wajah makhluk dan
orientasinya dunia, semua akan kembali kepada Allah, Allah akan tanya.
Masih ingat orang2 yg riya disebuntukan oleh nabi shallallahu'alaihi wasalam?
Ketika akhirnya mereka ditanya oleh Allah, lalu Allah sebuntukan nikmatNya dan merea
mengakui dan Allah bertanya
"Untuk apa engkau melakukan ini semua?"
Mereka katakan "semua ini dilakukan krn Allah"
Kata Allah "kazabta ! Dusta! Engkau tuh belajar mengajar untuk dptkan tittle
ulama,untuk personal branding engkau, engkau telah dptkan itu."
Dan akhirnya dilemparkan ke api neraka.
Allah juga menyatakan
"Agar kau dikatakan mujahid untuk mendapatkan tittle di masyarakat"
Lalu dilemparkan le api neraka.
"Engkau berinfak agar dikatakan dermawan"
Lalu dilemparkan ke api neraka.
Ini kan pelajaran bahwa semua akan berakhir kepada Allah subhanahu wata'ala.
"semua keindahan akan kembali kepada Allah"
Ilmu itu berakhir di sisi Allah subhanahu wata'ala.
Begitupun dgn kebiasaan, rasa sayang, semua hal.
Maka coba kita coba renungkan kajian kita dan aktivitasa kita sehari2 apakah benar
"Wa ana ila robbika muntaha?"
Apakah arahnya ini kepada Allah?
Apakah arah kajian kita itu kembali dan berakhir ke Allah subhanahu wata'ala?
Aktivitas kita apakah kita arahkan untuk berakhir ke Allah subhanahu wata'ala?
Pekerjaan kita, apakah memang kita arahkan dan kita perjuangkan untuk berakhir ke Allah
subhanahu wata'ala?
Bisnis kita apakah kita arahkan dan tujukan untuk berakhir ke Allah subhanahu wata'ala?
Makanya kan kita tau
"Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil'alamiin."
Sesungguhnya sholatku sesembelihan dan ibadahku, hidupku dan matiku lillah (untuk
Allah subhanahu wata'ala), untuk berakhir ke Allah subhanahu wata'ala.
Ga boleh ada sekutu, ga boleh ada pihak lain. Dan itulah yg diperintahkan kepadaku.
Dan aku orang yg pertama kali berislam.

Oleh krn itu sering kali krn kesibukan kita lupa untuk memikirkan
"sebenarnya ke mana hal ini berakhir?"
Sering kali krn kepadatan schedule atau aktivitas, kita sering lupa memikirkan dan
mengarahkan "sebenernya ke siapa semua ini akan berakhir?"
Ga bisa hanya mengalir begitu saja. Kita harus pastikan apa yg kita lakukan, apa yg kita
kerjakan, apa yg kita perjuangkan akan berakhir untuk Allah subhanahu wata'ala.
Dgn keridhoan kita memang niat kita ke sana krn niat atau ga niat semua akan kembali ke
sana.
Walaupun kita berusaha palingkan, ga akan pernah berhasil.
Maka arahkan kembali kepada Allah dgn segala keridhoan dan keikhlasan.
Sebagaimana orang yg mempersiapkan mati dan tdk mempersiapkan mati semua akan mati.
Maka kalau begitu persiapkanlah!
Krn suka atau ga suka mengarah atau kabur
ۡ َ َٓ َۡ ُ
ُّؕ‫كلُّ نفسُّ ذا ِٕٮقةُّ ال َم ۡوت‬
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati” (QS. Ali Imran 185
Dan nantinya
‫َ َ ٰ َ ِّ َ ۡ ۡ َ ى‬
ُّ‫ك المنت ٰه‬
ُّ ‫ل رب‬
ُّ ‫وانُّ ا‬
“Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu),” (QS. An Najm
42)

Anda akan berakhir ke Allah tabaraka wata'ala.


Semoga Allah berikan taufiq kepada kita

------------------------------------------SESI PERTANYAAN----------------------------------------
1. Saya seorang dosen, setelah mempelajari tentang adab, rasa2nya mahasiswa zaman skrg
banyak yg tdk menerapkan adab menuntut ilmu. Terlebih saya mengajar di fakultas
pendidikan. Yg idealnya mahasiswa sebagai murid dan calon guru perlu memperhatikan dan
menerapkan adab menuntut ilmu termasuk menghormati dan menghargai guru.
Bagaimana ya ustadz sebagai seorang dosen mengajari hal tersebut?
Baiknya mulai dari mana?
Terima kasih.

Jawaban:
Ini menjadi PR kita semua. Marilah kita saling tolong menolong dan mensupport satu sama
lain, dan kalau ditanya mulai dari mana. Nabi shallallahu'alaihi wasalam bersabda
"Mulai dari diri anda."
Dam jgn pernah meremehkan keikhlasan
Ulama mengatakan :
"BETAPA BANYAK AMALAN KECIL YG SCOOPNYA MIKRO DAN DIANGGAP
REMEH TAPI AKAN DIBESARKAN OLEH NIAT YG IKHLAS, AKAN
DIPERLUAS OLEH NIAT YG IKHLAS"
Bukankah keikhlasan Uwais Al Qorni menginspirasi kita sampai hari ini?
Padahal beliau ga punya sistem untuk menyebarkan ilmu sampe skrg.
Bukankah perjuangan imam nawawi rahimahullahu ta'ala dinikmati sampai hari ini?
Padahl ga ada sistem untuk menyebarkan hal itu.
Sebagai contoh saja kitab karya beliau Attibyan krn pertanyaannya tentang adab.
Attibyan itu buku tentang adab penuntut ilmu Al Quran dan pengajar Quran dan itu juga bisa
diterapkan oleh penuntut ilmu secara umum, krn setiap penuntut ilmu pasti berinteraksi dgn
Al Quranul karim. Dan buku itu menjadi salah satu buku induk dan prioritas ketika seseorang
punya ma'had Al Quran, punya ma'had tahfidz atau mengajarkan atau mendidik para penuntut
ilmu atau murid2 yg berinteraksi dgn al quran dan mempelajari al quranul karim dan
diajarkam di berbagai macam belahan dunia. Dan buku itu diterima sampai di Indonesia. Dan
bukan hanya doterima tapo salah satu yg diprioritaskan. Salah satu buku yg dipilih oleh umat
ketika mengajarkan adab kepada murid2 dlm konteks Al quran secara khusus dan konteks
ilmu secara umum.
Pertanyaannya “Knp beliau tulis kitab tersebut?”
Diriwayatkan knp beliau tulis kitab tersebut ubtuk mememenuhi kebutuhan murid2 yg
belajar Al Quran di Damaskus.
Krn pada saat itu buku2 yg dlm konteks yg sama adalah buku2 yg besar2 yg mutawalat yg
pembahasannya itu pjg. Maka dibutuhka buku yg ringkas.maka itulah yg dilakukan oleh
imam annawawi rahimahullahu ta'ala.
Jd tujuan beliau awalnya menulis buku untuk kebutuhan di Damaskus.
Tp apa yg terjadi?
"BETAPA BANYAK AMAL YG KECIL YG SCOOPNYA TERBATAS YG
SCOOPNYA SEMPIT ALLAH LUASKAN DGN NIAT."
Bukan hanya di Damaskus, sampai di Jawa, sumatera, sulawesi, di Indonesia, di Malaysia, di
Mesir, di Afrika, di Timur Tengah, bahkan di Eropa atau di Amerika buku itu tersebar dan
buku itu dikaji. Dan bukan hanya di zaman imam nawawi tp sampai hari ini dikaji.
Ini kan pelajaran bagi kita.
JANGAN PERNAH MEREMEHKAN AMALAN YG DITUJUKAN UNTUK ALLAH.
Penting untuk kita ingat ayat yg dibahas di awal "wa ana illa robbika muntaha"
“Dan hanya kepada robbmu semua ini akan berakhir.”
Pastikan kalau kita berusaha melakukan perubahan dan perbaikan, itu semata2 krn
Allah subhanahu wata'ala. Bukan krn kita ingin dianggap pahlawan berjasa atau nama
kita tercatat atau orang mengingat kita sebagai penemu perubahan, sebagai pendidik,
sebagai orang yg punya jasa.
Semua ini ga boleh berakhir di kita.
Tp ini harus berakhir ke Allah.
Sekali lagi,
APA YG KITA KERJAKAN GA BOLEH BERAKHIR DI KITA,
"Dan hanya kepada Rabbmulah semua ini berakhir, semua ini berkesudahan"
Jadi mulailah dari diri sendiri dan mulai jaga keikhlasan, lalu pelan2 kasih contoh,
kasih qudwah, buka referensi.
Perlihatkan betapa indahnya peradaban kita dan betapa tingginya value kita.
Dan ini butuh keikhlasan butuh kesabaran.
Sekali lagi kalau itu baru 1 contoh dari Al imam an nawawi rahimahullah, itu dampaknya
sudah seperti ini. Kita blm bicara nama2 besar lainnya.

Jd seringkali hari ini, apalagi dlm kondisi "kita punya segalanya", semua fasilitas atau
mayoritas fasilitas kita hari ini ga dimiliki oleh ulama dulu.
Tp knp dampaknya berbeda?
Krn mereka long lasting, mereka sangat solid dan bertahan.
Knp seringkali yg kita kerjakan menguap?
Ini bukan tentang hal2 fisik atau tangible tapi intangible. Ini hal yg bukan kasat mata,
ini hal yg ga keliatan, ini hal yg abstrak.
Ini yg intangible yaitu keikhlasan ketulusan dan itu menjadi PR kita semua termasuk
yg bicara. Dan kita harus banyak minta pertolongan kepada Allah subhanahi wata'ala
agar Allah berikan pertolongannya kepada kita dan kalau kita ikhlas dampaknya akan
sangat bsr.
Wallahu ta'ala alam bishowab

-------------------------------------------PERTANYAAN KEDUA-------------------------------------
Ada seorang saudari muslimah yg pernah mendapati bapaknya berselingkuh kemudian ketika
ia ingin menikah ia merasa takut terkena imbas atau akibat perbuatan bapaknya yg pernah
berselingkuh. Krn baginya zina adalah hutang dan akan berdampak pada anak atai sodaranya.
Bagaimana ustadz apakah ketakutan saudari muslim tersebut benar?
Apakah saudari muslimah tersebut akan menerima akibat atau imbas dari perbuatan
bapaknya?

Jawaban
Pertama, memang di satu sisi "balasan itu tergantung jenis perbuatan"
Kedua, sebagian ulama mengatakan bahwa:
“Apa yg dilakukan oleh ortu di luar itu sering kali akan menyerang anggota keluarga di dlm.
Walaupun anggota keluarga ga ada yg tau apa yg dilakukan oleh orang tersebut suami
tersebut istri tersebut atau ayah tersebut atau ibu tersebut.”

"Balasan tergantung jenis perbuatan"


Akan menyerang anggota keluarga.
Itu memang dijelaskan oleh sebagian ulama. Dan salah satu alasannya, argumentasi mereka
ini yg perlu kita ingat:
"Dlm masalah zina ketika seseorang berzina lalu berdalih ridho sm ridho suka sm
suka. Jgn dipikir itu masalah berhenti sampai di sana!”
Krn dlm masalah zina dijelaskan oleh para ulama seperti syaikhul islam :
"Zina itu berkaitan dgn 2 hak”
1) Hak Allah
2) Hak suami atau hak wali ketika dia blm punya suami
Ini yg dilupakan oleh banyak orang ketika berzina.
Dgn dalih "suka sama suka"
Tdk sesimple itu!
Makanya di dlm hadits Umamah ketika ada seseorang dgn mengejuntukannya minta izin
untuk berzina kepada nabi
" wahai nabi Allah apakah engkau izinkan aku berzina?”
Sontak orang2 pada saat itu berteriak alias kaget permintaan macam apa itu!
Lalu nabi shallallahu'alaihi wasalam dgn tenang mengatakan
"Bawa dia mendekat kepadaku"
Lalu apa kata nabi?
“Apakah engkau suka itu terjadi dgn ibumu?”
Nabi tanya "kalau ibumu ditiduri orang kamu ridho?"
"Engga"
“Begitu juga dgn manusia, mereka juga ga suka kalau ibunya ditiduri manusia. mereka benci
itu!”
"Apakah engkau ridho kalau itu terjadi dgn putrimu?
Kamu nyaman kalau anak perempuanmu ditiduri oleh orang?
Orang itu sontak katakan "Engga. Semoga Allah jadikanku tembusanmu ya rasulullah. Ga
mungkin lah aku ridho"
"Begitupun dgn manusia, mereka benci dan marah kalau itu terjadi pada anak perempuan
mereka."
Lalu ada tambahan
"Apakah engkau rela tantemu ditiduri"
Semua pertanyaan nabi dia jawab "engga"
Dan begitu juga dgn manusia.
Jd bayangkan, nabi shallallahu'alaihi wasalam mengatakan "ibu, anak perempuan, tante,
termasuk kakak dan adik hakikatnya sama."

Ustadz tanya ke jamaah laki2


"Emang nyaman kalau itu terjadi pada wanita di keluarga kalian?
naudzubillah ya jangan sampai terjadi di keluarga kita."

“Atau apabila laki2 yg punya fitrah yg punya kecemburuan. Kalau yg ga punya


kecemburuam jelas diancam neraka krn "dayuts"
Tp yg punya kecemburuan fitrah, emang nyamam itu terjadi dgn keluarganya?
Engga.
Makanya jgn berpikir zina sesama ridho itu urusanmya hanya pelaku dgn pelaku!
Ini pjg urusannya.
Jd artinya kalau seseorang meniduri wanita, dia tuh zalimi bapaknya.
Walaupun wanitanya seneng, dia zalimi bapaknya, dia zalimi kakaknya, kalau
wanitanya udh punya suami lebih pjg lagi urusannya.

Ketika seseorang berzina itu menyerang keluarganya bukan hanya antara pelaku dgn
pelaku walaupun sama2 suka.
Yg anda zalimi itu keluarga. Maka sangat masuk akal kalau ketika seseorang
melakukan itu balasannya ke keluarganya krn yg diserang keluarganya bukan pribadi.
Ini yg dilupakan oleh orang.
Dgn dalih suka sama suka.
Itu yg dijelaskan oleh para ulama.
Jgn lupa itu bukan satu hak.
Ini bukan hak Allah semata. Ini hak Allah lalu hak suami dan wali.
Dan dijelaskan oleh syaikhul islam keduanya dosa independen, artinya
1) Anda lakukan dosa besar kepada Allah krn zina dosa besar.
2) Anda zalimi suaminya kalau dia udh punya suami. Anda zalimi walinya kalau ga
punya suami.
2 dosa besar jd satu itu zina.
Makanya bagi yg berzina apalagi sudah punya suami, suaminya itu punya bbrp hak dlm
hukuman kepada istri yg berbeda dgn yg lain.
Jd hati2 masalah ini. Ini tdk simple!
Namun di sisi lain, kita jg harus tau bahwa kita berinteraksi dan kita beribadah dgn
robbul'alamin.
Rabb yg ahkamul hakimin Yg Maha Bijak dlm memutuskan dan Allah subhanahu wata'ala
telah berfirman:
"Allah ga mungkin zalimi hamba2Nya." (Qs. Ali imran 182)
Allah juga berfirman dlm hadists qudsi
"Aku telah haramkan kezaliman atas diriku. Aku ga mungkin zalim" (HR. Muslim)
Kalau qoddarullah dlm kasus penanya ini ayahmya seperti itu tapi anaknya bener2 taubatan
nasuha bukan taubat krn perilaku ayahnya tp bener2 berusaha membersihkan diri dari dosa2,
banyak istigfar, dkt sm Allah terus minta kepada Allah, dan tdk ridho dgn perbuatan ayahnya.
Bahkan benci dgn maksiat yg dilakukan ayahnya dan ga apatis.
Apalagi kalau anak itu berusaha amar ma'ruf nahi mungkar. Ingatkan ayahnya dgn cara yg
baik dan bijak.
Apalagi kalau anaknya mensupport ayahnya untuk taubatan nasuha.
Terus anaknya berdoa kepada Allah agar apa terjadi ga menimpa dia.
Ingatlah Allah berfirman
"Minta kepadaKu aku akan kabulkan."
Itu kan janji Allah juga.
Dan ingatlah firman Allah
Rahmatku mengalahkan murkaKu.
Maka in syaa Allah ga akan terkena.
Makanya kalau ada seseorang menghadapi itu segera lebih dkt lagi minta sm Allah. Ekstra
dibanding standar krn ini bukan masalah simple.
*CATATAN: KESALAHAN PENULISAN ATAU KESALAHAN PEMAHAMAN
SELAMA PROSES PENCATATAN MATERI INI MURNI KESALAHAN DARI
PENULIS BUKAN BERSANDAR KEPADA USTADZ DAN TIM.
Baarakallahu fiikum
semoga Allah berikan kita ilmu yg bermanfaat melindungi dari ilmu yg tdk
bermanfaat, dan semoga Allah mudahkan kita untuk mengamalkan ilmu yg
telah kita pelajari
aamiin ya robbal’alamiin

Anda mungkin juga menyukai