Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah subhanahu wata'ala
atas nikmat yg Allah berikan kepada kita.
Nikmat iman, nikmat islam, nikmat rasa aman, nikmat akses untuk beribadah dan
bertaqorub kpd Allah, semua itu adalah kenikmatan yg sangat mulia, sangat besar,
dan melahirkan PR yang bernama bersyukur.
Oleh krn itu marilah kita bersyukur kpd robbul’alamiin.
Dan bersyukur memang cukup mudah untuk diucapkan, tapi sangat sulit untuk
dipraktikan dan diapliksikan. Maka mintalah selalu pertolongan Allah untuk selalu
bersyukur dan mohon ampun atas segala kekhilafan, atas kekurangan kita dlm
bersyukur kpd robbul’aalamiin.
Sbgmn kita meminta kpd Allah agar memberikan kita ilmu nafi’ dan melindungi kita
dari ilmu yg tdk bermanfaat.
Dan kita minta kpd Allah agar Allah senantiasa menjaga kita, menolong kita,
keluarga kita, org2 yg kita cintai, guru2 kita, ulama2 kita, umat di manapun berada,
khususnya yg terzalimi, teraniaya, tersakiti di Palestina dan di berbagai macam
tempat. Semoga Allah berikan taufiq untuk senantiasa bersabar, memberikan
pahala besar bagi mereka, memaafkan dan mengampuni segala khilaf, mengangkat
derajat, dan memberikan husnul khotimah bagi yg wafat, dan semoga Allah
subhanahu wata’ala menolong kita. Aamiin ya robbal’alamiin.
Kita kembali ke Riyaadush Shoolihin karya Al Imam Yahya bin Syarof bin Muri Abu
Zakaria atau yg biasa di kenal dgn Al Imam An Nawawi rahimahullahu ta’ala.
Kita akan menyelesaikan hadits Abu Mas’ud
Pelajaran berikutnya:
Hadits ini memberikan pelajaran kpd kita hendaknya kita mendudukan
manusia sesuai dgn kedudukannya.
Jd kita harus dudukan seseorang sesuai dgn kedudukannya, bahkan ulama
mengatakan:
“Mendudukan seseorang sesuai dgn kedudukannyaa itu adalah hal yg sangat urgent
di dalam agama kita, di dlm tatanan kehidupan kita.”
Knp demikiaan?
Krn klo ini sudah hilang, ada bahaya besar dlm kehidupan sosial dan nilai2 kebaikan
akan hilang, akan lenyap. Tdk ada lagi semangat mengejar kebaikan dan memiliki
kemuliaan.
Knp?
krn org berpikir “ga perlu kemuliaan pun saya dpt semuanya nanti.”
Ustadz tanya “klo misalnya tanpa belajar tanpa ngerti seorang murid bisa dpt nilai 9,
bisa dpt beasiswa, bisa dpt previlege yg lain, kira2 akan ada semangat belajar apa
engga?”
“Ga ada.”
“aku aja udh bgus tanp ngapa2in. Aku dpt ini, dpt itu,dan yg lain2”
Jadi adanya mendudukan seseorang sesuai dgn kedudukannya, itu
dampaknya ke mana2, bukan sebatas personal aja.
Misalnya bapak A adalah orang tua matang, punya kedudukan, seorang tokoh, lalu
berilmu, lalu kita dudukan beliau sesuai dgn kedudukannya, kita hormati dan lain
sebagainya.
“Itu bkn hanya tntg berbuat baik kpd bapak A,tapi itu membangun sebuah konsep
sosial, membangun tatanan. “ kata para ulama.
“itu sekaligus sebuah triger, motivasi, cambuk penyemangat untuk selalu tumbuh
dan berkembang, dan memiliki value2 yg bagus”
Dan ada upaya untuk maju krn dia akan dptkan kedudukan.
Kaya di kantor, klo baru masuk tanpa ada prestasi, tanpa ada kinerja, tanpa ada
disiplin, bisa menempati pos pos tertinggi di dlm perusahaan, kira2 gimn
perusahaan?
Hancur berantakan.
Lo ngapin sih serius bgt bekerja? Kaya gue nih cum sekedar ngopi, ngobrol, naik
kedudukan.
Jadi ini bkn tntg reward kpd org yg mempunyai kedudukan, tp ini membangun
sebuah tatanan sosial.
Makanya klo agak bingung dgn konsep ini, naikin aja org suka2, kasih kedudukan
kpd semua org, termasuk yg ga perform, yg suka bolos, taruh kedudukan buat
mereka, dan yg kerja keras jungkir balik taruh di bawah mereka.
Sukses?
Hancur!
Nilai dan valuenya sangat tepat diterapkan di bidang manapun, itulah nabi kita
shallallahu’alaihi wasalam.
Dan ini real, bkn seperti super hero yg fiksi ga bisa ditiru, yg klo anda tiru apa yg
dilakukannya dlm sebuah film anda akan mati.
Misalnya dia bisa terbang pas di film, tp anda kan bakal mati klo loncat dari gedung
tinggi misalnya.
Ini nabi shallallahu’alaihi wasalam tuh real bgt dan klo anda terapkan, anda akan
berhasil di dunia maupun di akhirat, makanya dimuliakan.
Knp ada bab memuliakan ulama, memuliakan ahli ilmu, memuliakan guru,
memuliakan orng2 yg berpengalaman, memuliakan orang2 yg punya kedudukan,
memuliakan orng tua dan harus ditunjukkan, itu bab dr imam an nawawi
rahimahullah.
Bahkan dijelaskan oleh para ulama seperti Imam Azarnuji rahimahullaahu ta’ala:
Memuliakaan ulama, ahli ilmu, dan guru itu di antaranya adalah memuliakan anak2
mereka. Dan yg ada hubungnanya dgn mereka, seperti istri mereka, keluarga
mereka, itu satu paket.
Syaikhul islam Burhanuddin Ali bin Abi Bakr pemilik kitab Hidayah, seorang pakar
fiqh dan pakar hadits, beliau menceritakan bahwa imam besar di bukhari sedang
duduk di majelis dan beliu suka berdiri di tengah2 maajelis.
Kenapa engkau kalau saat di majelis itu suka berdiri lalu beranjak keluar?
Bkn berdiri terus duduk lagi, tapi keluar, lalu nanti balik lagi.
Kata beliau: “anak dr guruku itu bermain dgn teman2 sepentarannya, terkadang klo
mereka lagi main suka berada di dpn pintu masjid, dan klo saya lihat anak dr guru
saya itu, maka saya akan berdiri menghampiri dia, knp?”
“Krn memuliakan bapaknya. Krn bapaknya guru saya.”
Lihat bgmn sikap para ulama dulu yg membuat peradaban kita kuat krn begini.
Jadi tuh anak di sapa, padahal ini udh jadi guru, udh punya nama bsr tp tetep tau
bgmn memuliakan gurunya, bahkan keluarga gurunya.
Dan itu praktik ulama2 bsr yg ngerti value, yg ngerti bgmn mendudukan seseorang.
Oleh krn itu kita harus mengerti hal ini dan ini menunjukkan betapa tingginya ajaran
yg Allah turunkan. Betapa mulianya sunnah rasulillah shallallahu’alaihi wasalam
Makanya simple aja, klo anak kita ingin tau bgmn berbakti kpd kita, didik
mereka agama, suruh mereka ngaji, suruh mereka belajar, jgn justru di halang-
halangi!
Klo ingin agar istri kita ngerti bgmn mendudukan kita sbg suami didik dia atau
klo kita ga bisa didik, suruh dia ngaji, belajar yg benar supaya dia mengerti.
Klo kita ingin suami kita mendudukan kita, memuliakan kita sbg istri, support
suami kita untuk belajar, dan dukung. Krn dgn begitulah kita ngerti. Klo ga,
maka ga ngerti kita.
“knp ya anak saya kok ga berbakti, kurang ngajar, ga ngerti kedudukan ortu?”
lalu dicek
Itu sama saja berharap anak jago B.inggris, semua bahasa dikursuskan tapi kecuali
b.inggris. Yaa ga bisa lah! Ini gimana sih, berharap anak bisa b.arab, semua bahasa
dikursusin kecuali B. Arab.
Ga ada yg mengejutkan.
Klo kita ingin anak/ istri. Suami/ keluarga kita ngerti bgmn mendudukan
seseorang, maka isi dgn agama.
Ulama senior keluar menyapa anak kecil, bkn dia yg manggil anak itu, “krn bapaknya
guru saya.”
Semoga Allah berikan taufiq kpd kita semua dan semoga Allah berikan kita taufiq
untuk bisa mendudukan seseorang sesuai dengan kedudukannya, dan menghormati
orang serta menghargai orang. Semoga Allah memaafkan segala khilaf kita,
kekurangan kita, krn kita memang harus belajar lagi.
Artinya: Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu
Baarakallahu fiikum
semoga Allah berikan kita ilmu yg bermanfaat melindungi dari ilmu yg tdk
bermanfaat, dan semoga Allah mudahkan kita untuk mengamalkan ilmu yg
telah kita pelajari
aamiin ya robbal’alamiin