TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Terbentuknya ulkus diawali dari hasil trauma yang ditunjukkan dengan penyakit
neuropati atau gangguan pada pembuluh darah perifer dengan infeksi sekunder
yang diikuti dengan hambatan pada lapisan epidermis (Ali et al., 2021).
progresif dari diabetes yang menyebabkan hilangnya kontrol gula darah, gangguan
inflamasi yang bersifat kronis. Proses inflamasi dan neovaskularisasi sangat penting
pada proses penyembuhan luka. Pada diabetes melitus terutama pada respon
inflamasi bersifat akut sangat rendah dan proses angiogenesis terganggu sehingga
6
7
oksidatif terhadap sel saraf dan menyebabkan gangguan neuropati. Gangguan saraf
tersebut berasal dari proses yang disebut glycosylation pada protein sel saraf yang
menyebabkan iskemia. Dampak dari sel saraf yang mengalami iskemia yaitu dapat
bermanifestasi pada saraf motorik, otonom, dan sensoris pada ulkus diabetikum.
fleksor dan ekstensor, mempunyai deformitas pada kaki, dan menginduksi ulkus
pada kulit. Kerusakan yang terjadi pada saraf otonom dapat membuat gangguan
fungsi pada kelenjar keringat dan menyebabkan kerusakan lapisan epidermis dan
darah arteri perifer pada kaki. Gangguan sel endotel menyebabkan kadar
pembekuan plasma secara berlebihan pada pembuluh darah arteri perifer yang
Perubahan sistem imun yang terjadi pada ulkus diabetikum tidak hanya dari
aktivitas sitokin proinflamasi yang berlebihan tetapi terjadi defisit aktivitas sitokin
anti inflamasi seperti TNF-β (tumor necrosis factor-β) dan IL-10 (interleukin 10).
Pada keadaan sistemik dalam diabetes terjadi kondisi aktivitas proinflamasi yang
ditandai dengan peningkatan kadar IL-1 (interleukin 1), TNF-α (tumor necrosis
factor α), dan IL-6 (interlekukin 6). Kondisi dengan tingginya aktivitas proinflamasi
juga berada pada jaringan tubuh manusia. Tingginya aktivitas proinflamasi akan
8
mempunyai peran terhadap sistem imun yang adaptif akan merespon sel-sel yang
Peningkatan NET akan menurunkan PDGF (Platelet derived growth factor) dan
TGF-β (transforming growth factor β). Selain itu akibat peningkatan NET,
tidak dapat melewati proses tersebut. (Wijaya, Budiyanto and Astuti, 2019).
remodelling. Salah satu sel yang berperan adalah selain neutrofil adalah limfosit.
Sel limfosit merupakan respon imun yang adaptif yang mempunyai peran penting
terhadap sistem imun. Sel ini berperan terhadap proses penyembuhan dengan
Fase pertama dari penyembuhan luka adalah proses hemostasis. Fase pertama
dari proses penyembuhan luka pada ulkus diabetikum adalah dengan melibatkan
proses aktivasi dari sel trombosit, agregasi, dan adhesi ke endotel yang rusak untuk
fibrin kemudian membentuk suatu trombus dan matriks ekstraseluler. Sel-sel yang
berperan seperti trombosit akan teraktivasi kemudian sel neutrofil dan monosit
Proses inflamasi terjadi pada jaringan yang terluka. Sel neutrofil, makrofag, dan
sel mast memproduksi sitokin inflamasi seperti IL-1, IL-6, TNF-α, IFN-γ
(interferon γ), serta beberapa faktor pertumbuhan seperti PDGF, EGF (epidermal
growth factor), dan IGF-1 (insulin like growth factor 1) yang terlibat dalam proses
tersebut yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Hal itu telah ditunjukkan
dari laporan yang menyebutkan bahwa sel neutrofil menunjukkan perubahan pola
pelepasan sitokin dan berkurangnya fungsi dari sel neutrofil yang melindungi dari
infeksi (Perez-Favila et al., 2019). Selain itu, waktu yang diperlukan dalam proses
akan terjadi yang berperan untuk mengembalikan suplai oksigen dan bentuk protein
sel. Semua proses tersebut diperlukan untuk pemulihan jaringan. Pada orang
diabetes melitus dengan kondisi hiperglikemi dimana proses migrasi fibroblas dan
reepitelialisasi pada luka diabetes. Selain itu, pada pasien diabetes melitus terjadi
penurunan angiogenesis sehingga terjadi penurunan aliran darah pada luka (Perez-
Fase remodelling terjadi setelah penyembuhan luka. Pada proses ini, sintesis
kolagen lebih besar dan menggantikan exstraseluler matrix yang dibentuk oleh
fibrin dan fibronectin. Jaringan yang mengalami granulasi akan menjadi jaringan
parut yang matur dimana mempunyai fungsi daya tahan terhadap luka disertai
pembentukan bekas luka. Pada pasien diabetes mellitus dimana fibroblas yang
fungsi dari fibroblas diduga akibat tidak berespon terhadap TGF-β (Perez-Favila et
al., 2019).
umum penderita, terdapat luka pada ekstremitas terutama bagian kaki dan luka yang
Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan minimal 2 tanda inflamasi yaitu tanda
kemerahan, teraba hangat, nyeri, edema, dan sekret purulent. Tanda lain yang
granulasi, sekret nonpurulen, dan tercium bau busuk. Luka tersebut dapat dilakukan
peningkatan kadar laju endap darah yang tinggi berkisar > 70mm/jam. Peningkatan
2019).
infeksi pada ulkus diabetikum dan menentukan terapi antibiotik definitif. Bahan
pemeriksaan tersebut meliputi aspirasi sekret atau spesimen pada jaringan luka
infeksi, mengontrol serta mengobati penyakit penyerta, perawatan lokal pada ulkus,
memberikan perlindungan pada ulkus yaitu dengan pemakaian gips pada kaki
Penatalaksanaan pada pemulihan perfusi jaringan, jika tekanan pada kaki pada
pergelangan kaki sebesar < 50mmHg dan ulkus tidak sembuh dalam waktu 6
mengembalikan aliran langsung ke salah satu arteri pada kaki (Jakosz, 2019).
aureus dan Streptococcus. Jika ada yang berpotensi menimbulkan komplikasi pada
anggota tubuh yang lain, maka pertimbangkan evaluasi intervensi bedah termasuk
mengangkat jaringan yang rusak atau bersihkan abses dan pemberian antibiotik
Jika terdapat penyakit penyerta atau komorbid, maka kontrol gula darah dengan
pemberian insulin dan atasi jika terdapat edema atau malnutrisi (Jakosz, 2019).
Perawatan lokal pada tingkat yang parah pada ulkus dengan ditandai adanya
infeksi yaitu dengan melakukan tindakan debridement pada ulkus (Jakosz, 2019).
13
Hasil penelitian pada orang dengan ulkus diabetikum dengan infeksi selama 12
bulan menunjukkan bahwa mempunyai prognosis buruk. Hal ini dapat diamati dari
efek yang merugikan seperti adanya iskemia pada tungkai dan durasi ulkus yang
lebih lama (Ndosi et al., 2018). Komplikasi pada ulkus diabetikum yaitu amputasi
pada kaki dan infeksi yang dapat mengancam jiwa (Mariam et al., 2017).
2.2.1 Neutrofil
komponen sel leukosit dengan jumlah terbanyak pada tubuh manusia. Neutrofil
akan dieliminasi oleh makrofag. Sel neutrofil sangat penting dalam komponen
(Rosales, 2018).
Siklus hidup neutrofil dimulai ketika sel neutrofil memasuki pembuluh darah
sampai ke jaringan. Sebagian besar, sel neutrofil di produksi di sumsum tulang yang
berasal dari hematopoietic sel stem. Kemudian, sel tersebut berdiferensiasi menjadi
Sel GMPs akan mengontrol sel G-CSF (granulocyte colony stimulating factor) lalu
regenerasi kembali ke myeloblast. Sel ini akan mengikuti proses maturasi yang
(Rosales, 2018)
Gambar 2.2
Siklus Hidup Sel Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang pertama kali menyebabkan respon inflamasi. Sel
neutrofil akan berinteraksi secara langsung atau melalui sitokin dan kemokin
dengan sel-sel imun yang lain sehingga membentuk respon innate immunity dan
Pada beberapa organ seperti hepar dan jaringan lemak, beberapa sel neutrofil
dapat terdeteksi melalui kondisi yang homeostasis. Ketika respon inflamasi terjadi
pada kondisi obesitas, jumlah sel neutrofil meningkat secara cepat dan terjadi
akan merusak IRS 1 (insulin reseptor substrat 1) di jaringan adipose dan sel
hepatosit sehingga terjadi proses resistensi insulin dan lipogenesis (Rosales, 2018).
15
2.2.2 Limfosit
Limfosit merupakan komponen sel darah putih yang berperan terhadap sistem
peranan dalam tubuh manusia seperti sebagai sistem imun spesifik dengan cara
darah dan limfe. Sel limfoid juga berada di organ-organ seperti timus, nodus limfe,
Sel limfosit mempunyai tiga tipe yaitu sel T, sel B, dan sel NK. Sel T mempunyai
peranan penting terhadap sistem imun. Proses maturasi sel T berada di organ timus
yang berasal dari timosit kemudian beberapa proses maturasi sel T berada di tonsil
Mekanisme sel T terhadap sistem imun yaitu ketika terjadi stimulasi pada
reseptor yang berada di sel T. Sel T dengan bantuan oleh MHC (Major
Sel B mempunyai peranan dalam sistem imun humoral yang berespon terhadap
sitokin. Maturasi sel B berada pada sumsum tulang. Mekanisme sel B terhadap
sistem imun yaitu dengan mengekspresikan sel B reseptor pada permukaan antigen,
kemudian mengikat pada antigen yang spesifik, dan terjadi proses pembentukan
Sel NK diketahui mempunyai diferensiasi dan proses maturasi pada sumsum tulang,
nodus limfe, limfa, tonsil, dan timus. Fungsi sel NK yaitu sebagai proses apoptosis
sel, antibody-dependent cell dengan bantuan sitotoksisitas, dan sebagai sistem imun
yang adaptif dengan komponen sebagai sel memori (Orakpoghenor et al., 2019).
Sel neutrofil dan limfosit merupakan respon inflamasi yang pertama dan sebagai
penanda area yang terluka. Sel neutrofil dan limfosit akan mengaktivasi sistem
imun sehingga menyebabkan inflamasi yang bersifat akut dan kronik (Liu et al.,
2019).
Cara menghitung sel neutrofil dan limfosit ratio adalah dengan cara
menjumlahkan sel neutrofil lalu membagi sel limfosit. Indikator tersebut dapat
digunakan sebagai prognosis dari reaksi inflamasi dan komponen darah lengkap
dengan kondisi penyakit seperti infark miokard, aterosklerosis, dan COPD (chronic
3) Inflamasi yang bersifat ringan hingga sedang jika nilai rasio mencapai 3-7
17
6) Inflamasi yang sangat parah seperti syok septik jika mencapai 17-23
7) Inflamasi dengan kondisi sistemik yang kritis jika mencapai lebih dari 23.
(Zahorec R, 2021)
(Zahorec R, 2021)
Gambar 2.3
Rasio Neutrofil Limfosit Meter
keparahan dari proses inflamasi dan secara umum mencerminkan tingkat keparahan
Penggunaan rasio neutrofil limfosit secara klinis dapat digunakan dalam kondisi
mulai sepsis sampai kanker tetapi rasio neutrofil limfosit tidak dapat digunakan
Penerapan rasio neutrofil limfosit pada ulkus diabetikum yaitu peningkatan rasio
neutrofil limfosit dengan jumlah neutrofil absolut dalam darah akan meningkat.
sehingga neutrofil akan bermigrasi ke sel yang mengalami inflamasi. Dalam hal ini,
Berdasarkan nama dan taksonomi dari jeruk nipis, taksonomi jeruk nipis sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheopyhta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus L
(Cabi, 2019)
Jeruk nipis mempunyai nama botani yaitu Citrus aurantiifolia yang mempunyai
percabangan dan permukaan yang ditutupi dengan duri (Alessandrello et al., 2021).
Citrus aurantiifolia dapat diklasifikasikan dalam famili Rutacea dan genus Citrus
L. Ranting dari jeruk nipis mempunyai bentukan segi empat dan daunnya berbentuk
19
oval dengan gerigi yang bervariasi dalam warna kuning kehijauan menjadi hijau
tua. Bunganya mempunyai warna putih kekuningan dengan terdiri dari 4 sampai 5
Bentuk buah jeruk nipis mempunyai bentuk elips dengan diameter 3cm dan 5cm.
Buah jeruk nipis mempunyai warna hijau dan ketika sudah matang buah ini
berwarna kuning. Warna daging pada buahnya mempunyai warna kehijauan dan
2.3.4 Mekanisme jeruk nipis sebagai anti inflamasi dan anti diabetik
kandungan flavonoid yang mempunyai sifat anti inflamasi yaitu quercetin. Selain
itu kandungan lainnya pada jeruk nipis adalah vitamin C (Jain, Arora and Popli,
2020).
20
Quercetin merupakan salah satu kandungan flavonoid dimana bersifat zat anti
inflamasi yang tahan lama sehingga mempunyai kemampuan anti inflamasi yang
kuat. Potensi quercetin sebagai anti inflamasi dapat diekspresikan pada berbagai
jenis sel baik model hewan maupun manusia (Li et al., 2016).
inflamasi yaitu COX (cyclooxygenase) dan LOX (lipoxygenase). Hal ini akan
jalur di RAW 264,7 sel. Dampak dari hambatan jalur tersebut akan menghambat
jeruk nipis merupakan micronutrient yang dapat larut dalam air. Mekanisme
dari sel neutrofil sebagai respon terhadap mediator inflamasi dan meningkatkan
proses fagositosis mikroba yang dilakukan oleh neutrofil (Wong, Chin and Ima-
Nirwana, 2020).
pelepasan sitokin inflamasi katabolik, kemotaksis sel-sel yang berperan pada sistem
imun, dan aktivasi makrofag (Yussif, Abdul Aziz and Abdel Rahman, 2016).
efek anti inflamasi oleh Citrus aurantiifolia terhadap karagenan yang diinduksi
21
migrasi sel assay. Hasil penelitian tersebut bahwa dengan pemberian dosis
Mekanisme jeruk nipis sebagai anti diabetik dengan menghambat jalur Polyol.
Jalur ini dikatalisis oleh enzim ADR (Aldose reductase) dan SDH (Sorbitol
dalam menghambat enzim ADR dan SDH dengan cara komponen aktif dari jeruk
nipis bersaing dengan substrat normal untuk mengikat ke bagian yang aktif dari
katalisis. Dampak dari hambatan tersebut akan memperbaiki stress oksidatif, stres
Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridiae
Genus : Rattus
(Uniprot.org, 2021)
22
Tikus putih mempunyai ukuran yang lebih besar daripada mencit. Tikus ini
mempunyai deskripsi dengan kepala ukuran kecil, berwarna putih, ekor yang lebih
al., 2015).
Tikus ini harus mempunyai kondisi kandang yang sesuai agar tikus dapat
Tikus putih merupakan salah satu contoh hewan coba yang sering digunakan
dengan biaya rendah. Selain itu, genom tikus putih dan manusia sangat mirip