Anda di halaman 1dari 28

MATERI PEMBELAJARAN

MATA KULIAH ILMU PELAYARAN DATAR

SEMESTER 3 (PERTEMUAN KE 9 – 15)

DISUSUN OLEH:

CAPT. DONNY AFRIZAL MELAYU, S.SiT., M.Mar.

CONTENTS:

1. IALA MARITIME BUOYAGE SYSTEM


2. VOYAGE PLANNING
3. DANGER BEARING, CLEARING BEARING, VERTICAL
SEXTANT ANGLE & HORIZONTAL SEXTANT ANGLE.
IALA MARITIME BUOYAGE SYSTEM
PASSAGE PLANNING
Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan / atau memindahkan penumpang
dan / atau barang dengan menggunakan kapal dari suatu tempat ke tempat lain.
Angkutan di perairan yang aman dan selamat berarti mengutamakan keselamatan bagi:
1. Keselamatan kapal dan muatannya
2. Keselamatan manusia
3. Keselamatan lingkungan
Keselamatan dalam pelayaran dilaksanakan pada saat:
1. Sebelum berlayar
2. Selama pelayaran
3. Sesudah pelayaran.
Salah satu aspek keselamatan pelayaran yang dilaksanakan sebelum berlayar adalah dengan
membuat Passage Planning.
DANGER BEARING
Saat pelaut terlalu bergantung pada GPS dan peralatan elektronik lainnya sebagai alat
navigasi utama dan tiba-tiba GPS mengalami error, saatnya kembali ke metode navigasi
manual. Contohnya saat akan bernavigasi seperti gambar di bawah ini, kapal menggunakan
metode bernavigasi manual (tanpa menggunakan GPS) dengan haluan 220°(T) akan
melewati suatu selat akan menuju ke posisi A. Kapal akan melewati bahaya navigasi di kiri
dan kanannya sebelum membelok ke posisi A.
Dengan menggunakan metode Danger Bearing dan Clearing Bearing, akan mempermudah
kapal untuk tiba di posisi A tanpa mengalami kecelakaan.
1. Tarik garis (1) dari objek yang digunakan sebagai patokan sebelum membelok ke
posisi A (buoy X) di sebelah kanan kapal dengan meletakkan bahaya navigasi di luar
garis tersebut.
2. Tarik satu garis lagi (2) dari objek tersebut (buoy X) di sebelah kiri kapal dengan
meletakkan bahaya navigasi di luar garis tersebut.
3. Garis-garis tersebut (1 &2) merupakan garis safety margins.
4. Garis-garis tersebut diberi label NLT (Not Less Than) dan NMT (Not More Than) dan
baringannya merupakan baringan sejati.
5. Saat bernavigasi mendekati objek baringan (buoy X), baringan kapal terhadap objek
baringan tidak boleh kurang dari 210° atau lebih dari 230°.
6. Selanjutnya menentukan waktu yang tepat untuk membelok ke posisi A.
7. Baringan terhadap posisi A adalah 260°, jadi baringan yang lebih besar dari 260°
berarti kapal akan bebas dari bahaya navigasi yang ada di sebelah kanan nya dan
kapal bisa memutar haluan ke kanan – ini lah yang disebut dengan Clearing Bearing.

CLEARING BEARING
Adalah teknik dalam membaring dimana garis baringan dibuat sebelum melewati tempat
tersebut dari suatu objek yang tampak dan tidak boleh dilalui dan untuk menghindari
bahaya navigasi.
VERTICAL SEXTANT ANGLE
Adalah sudut yang dibentuk antara tinggi suatu objek dan horizon, kemudian dapat
mengukur jarak dari objek tersebut untuk mendapatkan garis posisi.
Dengan menggunakan sextant dengan membaring bagian atas dari suar (perhatikan gambar
di bawah) dan bawa bayangan dari puncak objek tersebut sehingga berhimpitan ke garis
horizon. Kemudian baca sudut baringan pada sextant – contohnya mendapatkan sudut 28°.

Dengan melakukan perhitungan, selanjutnya bisa mendapatkan garis posisi yang berada di
garis lingkaran dengan suar sebagai titik pusatnya.
Untuk mendapatkan posisi kapal, dalam hal ini menggunakan satuan meter untuk ketinggian
dan jarak, dapat dilakukan perhitungan matematis seperti yang terlihat pada gambar 4 –
dimana tinggi objek adalah 155 meter dan sudut baringan dengan menggunakan sextant
adalah 28° sehingga di dapat jarak dari suar = 291 meter.

Selanjutnya pada peta dapat digambarkan lingkaran dengan suar sebagai titik pusatnya.
Dari perhitungan tadi dengan menggunakan satuan meter dapat di-konversi ke satuan
Nautical Mile karena kebanyakan peta menggunakan satuan jarak Nautical Mile.
Cara tambahan untuk mendapatkan posisi fix adalah dengan membaring dengan
menggunakan compass – seperti pada gambar 5 baringannya adalah 300°.
HORIZONTAL SEXTANT ANGLE
Horizontal Sextant Angle menggunakan sextant untuk mendapatkan nilai sudut antara 2
objek atau lebih, sepanjang bidang horizontal. Lihat contoh gambar 1 di bawah.

Sudut-sudut antara suar-suar tersebut adalah 32°. Dari sudut-sudut tersebut dengan
menggunakan perhitungan matematis untuk mendapatkan jarak dari posisi-posisi dimana
kapal kemungkinan berada dari sudut-sudut yang terbentuk. Garis-garis yang terbentuk dari
lingkaran tersebut disebut garis posisi yang terbentuk dari horizontal sextant angle.
Dibutuhkan beberapa objek yang ada di dalam peta yang terlihat dari laut. Lihat pada
gambar 2, misalnya posisi kapal berada di suatu tempat di dalam lingkaran. Dengan
menggunakan sextant untuk mendapatkan sudut antara L1 dan L2 adalah 35° dan sudut
antara L2 dan L3 adalah 42°. Selanjutnya menggambarkan garis dari L1 ke L2 dan ke L3
seperti terlihat pada gambar 4.
Selanjutnya melakukan perhitungan sederhana seperti yang terlihat pada gambar 5.

90° - 35° = 55°. Lalu nilai sudut 55° tersebut digambarkan pada suar L1 dan L2 seperti pada
gambar 6 sehingga mendapatkan pertemuan antara 2 sudut (titik X). Dengan menggunakan
titik X sebagai titik pusat gunakan jangka untuk menggambar lingkaran seperti terlihat pada
gambar 7 melalui suar L1 dan suar L2. Lingkaran tersebut mewakili sudut 35° melalui suar L1
dan L2.
Perhitungan selanjutnya juga terhadap sudut pada L2 dan L3 seperti terlihat pada gambar 8.
Dan langkah yang sama seperti di atas gambarkan lingkaran dengan berpusat pada titik Y.
Pertemuan kedua lingkaran tersebut adalah posisi kapal yang sesungguhnya (fix position) –
gambar 9.
SOAL LATIHAN:
1. Sebutkan negara-negara pada Region A dan Region B IALA System.
2. Jelaskan perbedaan IALA System pada Region A dan Region B.
3. Sistem pelampungan apa saja yang diatur oleh IALA?
4. Jelaskan beserta gambar buoy Lateral (sebelah kiri dan kanan) pada Region A dengan
menyertakan warna, bentuk buoy, bentuk tanda puncak, warna lampu, dan karakter
lampu buoy tersebut.
5. Jelaskan beserta gambar buoy Lateral (sebelah kiri dan kanan) pada Region B dengan
menyertakan warna, bentuk buoy, bentuk tanda puncak, warna lampu, dan karakter
lampu buoy tersebut.
6. Jelaskan maksud tanda di bawah ini:

7. Jelaskan fungsi dari buoy Cardinal.


8. Pada gambar di bawah ini, kapal dengan haluan 079°(T) mendapati ada buoy cardinal
di haluannya. Jelaskan tindakan kapal untuk menghindari bahaya navigasi yang ada di
depannya.

9. Sebutkan penamaan buoy cardinal.


10. Jelaskan beserta gambar buoy cardinal dengan menyertakan warna, bentuk buoy,
bentuk tanda puncak, warna lampu, dan karakter lampu buoy tersebut.
11. Jelaskan fungsi dari Isolated Danger Mark.
12. Jelaskan beserta gambar Isolated Danger Mark dengan menyertakan warna, bentuk
buoy, bentuk tanda puncak, warna lampu, dan karakter lampu buoy tersebut.
13. Jelaskan fungsi dari Safe Water Mark.
14. Jelaskan beserta gambar Safe Water Mark dengan menyertakan warna, bentuk buoy,
bentuk tanda puncak, warna lampu, dan karakter lampu buoy tersebut.
15. Jelaskan fungsi dari Safe Water Mark.
16. Jelaskan beserta gambar Special Mark dengan menyertakan warna, bentuk buoy,
bentuk tanda puncak, warna lampu, dan karakter lampu buoy tersebut.
17. Sebutkan prinsip pembuatan Voyage Planning.
18. Sebutkan 4 tahapan dalam pembuatan Voyage Planning dan jelaskan secara singkat.
19. Sebutkan minimal 5 Publikasi Nautika yang dijadikan acuan dalam pembuatan Voyage
Plan.
20. Sebutkan minimal 5 apa yang harus diperhatikan dalam merencanakan untuk
berlabuh jangkar di suatu tempat.
21. Jelaskan apa dimaksud dengan Danger Bearing dan Clearing Bearing.
22. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan Vertical Sextant Angle dan
Horizontal Sextant Angle.

Anda mungkin juga menyukai