Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

Organisasi
Extera:HMI,IMM,PMII,GMNI,&KAMMI
A.Latar Belakang
Organisasi mahasiswa ekstra kampus, atau Organisasi Mahasiswa Eksternal (OMEK),
merupakan kelompok mahasiswa yang terorganisir di luar lingkungan kampus. Organisasi
ekstra kampus ini memiliki peran yang beragam dalam kehidupan mahasiswa, mulai dari
pengembangan potensi, penyaluran aspirasi, hingga menjaga ideologi masing-masing
organisasi. Beberapa organisasi mahasiswa ekstra kampus yang terkenal di Indonesia antara
lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI),
Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Latar belakang organisasi mahasiswa ekstra kampus dapat dilihat dari sejarah
berdirinya masing-masing organisasi. Misalnya, HMI didirikan pada tahun 1945 di
Yogyakarta oleh sekelompok mahasiswa Indonesia yang ingin memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Sementara GMNI didirikan pada tahun
1954 di Yogyakarta oleh tiga organisasi besar yang memiliki ajaran sama, yaitu Marhaenisme
ajaran Bung Karno. PMII, IMM, dan KAMMI juga memiliki sejarah dan latar belakang
pendirian yang khas sesuai dengan visi dan misi masing-masing organisasi.
Organisasi mahasiswa ekstra kampus memiliki peran yang penting dalam kehidupan
mahasiswa, seperti pengembangan potensi, penyaluran aspirasi, serta menjaga ideologi
masing-masing organisasi. Mereka juga terlibat dalam kegiatan seperti seminar, kajian
ilmiah, dan pengembangan intelektual. Namun, organisasi ekstra kampus juga memiliki
risiko yang perlu diwaspadai, seperti banyaknya waktu yang dikeluarkan dari kegiatan
akademik, terjadinya konflik antar anggota organisasi, dan tindakan yang tidak sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku.
Dalam konteks kaderisasi, organisasi mahasiswa ekstra kampus memiliki program
pengkaderan yang bertujuan untuk membentuk karakter mahasiswa dan mengembangkan
potensi serta kapasitas mahasiswa sebagai agen perubahan sosial yang berkontribusi positif
bagi pembangunan bangsa. Program pengkaderan ini memiliki kekhasan masing-masing
sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut.
Dengan demikian, organisasi mahasiswa ekstra kampus memiliki latar belakang,
sejarah, peran, dan risiko yang perlu dipahami dengan baik. Masing-masing organisasi
memiliki kontribusi yang beragam dalam kehidupan mahasiswa dan masyarakat, serta
memiliki peran yang penting dalam pembentukan karakter dan kepemimpinan mahasiswa.
Organisasi mahasiswa ekstra kampus seperti HMI, IMM, PMII, GMNI, dan KAMMI
memiliki peran yang penting dalam kehidupan mahasiswa di Indonesia. Organisasi-organisasi
ini memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari aspek keagamaan, politik, hingga
nasionalisme. Dalam esai ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai latar belakang, sejarah,
peran, dan pengaruh dari organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus tersebut.
Latar Belakang Organisasi Mahasiswa Ekstra KampusOrganisasi mahasiswa ekstra
kampus merupakan suatu organisasi yang berlatar belakang kemahasiswaan yang berdirinya
di luar wewenang kampus. Organisasi-organisasi ini memiliki peran yang beragam dalam
kehidupan mahasiswa, seperti pengembangan potensi, penyaluran aspirasi, serta menjaga
ideologi masing-masing organisasi. Mereka juga terlibat dalam kegiatan seperti seminar,
kajian ilmiah, dan pengembangan intelektual.
Latar belakang pemikiran pendirian organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus
meliputi faktor-faktor seperti penjajahan Belanda atas Indonesia, tuntutan perang
kemerdekaan, aspek politik, aspek pemerintahan, aspek hukum, dan aspek pendidikan.
Sejarah berdirinya organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus juga mencakup
perjuangan melawan pengaruh komunis dan upaya untuk mempertahankan dan
mengembangkan ajaran agama Islam.

B.Sejarah
 HMI
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 di
Yogyakarta oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) yang
kini menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). Latar belakang pemikiran pendirian
HMI meliputi faktor-faktor seperti penjajahan Belanda atas Indonesia, tuntutan perang
kemerdekaan, aspek politik, aspek pemerintahan, aspek hukum, dan aspek
pendidikan. Sejarah berdirinya HMI juga mencakup perjuangan melawan pengaruh
komunis dan upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
HMI memiliki peran yang penting dalam kehidupan mahasiswa, seperti
pengembangan potensi, penyaluran aspirasi, serta menjaga ideologi Islam. HMI juga
terlibat dalam kegiatan seperti seminar, kajian ilmiah, dan pengembangan intelektual.
Selain itu, HMI juga memiliki pengaruh yang signifikan bagi mahasiswa, baik dalam
hal pengembangan kepribadian, keterlibatan dalam aktivitas sosial, maupun dalam hal
pandangan politik dan ideologi.

 IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) didirikan pada tanggal 6 November 1947
di Yogyakarta oleh sekelompok mahasiswa Muhammadiyah. IMM memiliki latar
belakang yang berhubungan dengan gerakan Muhammadiyah yang ingin
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. IMM juga memiliki peran yang penting
dalam kehidupan mahasiswa, seperti pengembangan potensi, penyaluran aspirasi,
serta menjaga ideologi Muhammadiyah. IMM juga terlibat dalam kegiatan seperti
seminar, kajian ilmiah, dan pengembangan intelektual.

 PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) didirikan pada tanggal 17 April 1960
di Surabaya oleh sekelompok mahasiswa Islam. PMII memiliki latar belakang yang
berhubungan dengan gerakan Islam yang ingin memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. PMII juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan mahasiswa,
seperti pengembangan potensi, penyaluran aspirasi, serta menjaga ideologi Islam.
PMII juga terlibat dalam kegiatan seperti seminar, kajian ilmiah, dan pengembangan
intelektual.

 GMNI
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) didirikan pada tanggal 23 Maret
1954 di Yogyakarta oleh tiga organisasi besar yang memiliki ajaran sama, yakni
Marhaenisme ajaran Bun Karno. Tiga organisasi tersebut, yaitu Gerakan Mahasiswa
Marhaenis (GMM), Gerakan Mahasiswa Merdeka (GMM), dan Gerakan Mahasiswa
Demokrat Indonesia (GMDI). GMNI dikenal sebagai organisasi yang berwatak
nasionalis, mahasiswa yang bisa ikut bergabung di dalamnya tanpa pandang bulu,
suku, agama, ras, dan budaya. Di GMNI tentu tidak lekang dengan diskursus tentang
Kebangsaan, Pancasila, Nasionalisme, dan Kerakyatan. Sejatinya GMNI akan terus
membawa ajaran Bung Karno dan mensosialisasikannya kepada generasi bangsa.
Serta berdiri tegak demi keutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia.

 KAMMI
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) didirikan pada tanggal 17
Agustus 1998 di Jakarta oleh sekelompok mahasiswa Islam. KAMMI memiliki latar
belakang yang berhubungan dengan gerakan Islam yang ingin memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. KAMMI juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan
mahasiswa, seperti pengembangan potensi, penyaluran aspirasi, serta menjaga
ideologi Islam. KAMMI juga terlibat dalam kegiatan seperti seminar, kajian ilmiah,
dan pengembangan intelektual.

C.Jenjang Kaderisasi
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI):
1. Penerimaan Anggota Baru (Rekrutmen):
 Pendaftaran calon anggota baru.
 Seleksi melalui wawancara dan tes tertulis.
 Pengenalan nilai-nilai Islam dan visi HMI.
2. Pelatihan Dasar (Tarbiyah):
 Pelatihan terkait ajaran Islam, kepemimpinan, dan organisasi.
 Pembekalan pengetahuan politik dan sosial.
3. Penguatan Nilai dan Identitas (Tahkim):
 Partisipasi dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
 Pembinaan nilai-nilai Islam dan kepedulian sosial.
4. Pemantapan Kompetensi dan Pemahaman (Itqon):
 Pelatihan intensif terkait dengan keahlian dan kepemimpinan.
 Evaluasi kemajuan dan pemahaman anggota.
5. Pemilihan dan Kaderisasi:
 Pemilihan kader berdasarkan kontribusi dan komitmen.
 Pembinaan kader terpilih untuk peran lebih besar.
6. Konsolidasi dan Pengembangan Organisasi:
 Kader terpilih terlibat dalam pengambilan keputusan dan program organisasi.
 Peningkatan peran dalam kegiatan eksternal.
7. Pemantapan dan Peningkatan Diri:
 Pendidikan dan pelatihan lanjutan.
 Kader terlibat dalam pembinaan untuk generasi berikutnya.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM):
Proses kaderisasi di IMM mungkin memiliki kesamaan dengan HMI karena
keduanya memiliki latar belakang organisasi Islam. Tahapannya mungkin
mencakup penerimaan anggota baru, pelatihan dasar, penguatan nilai dan identitas,
pemantapan kompetensi, pemilihan kader, konsolidasi dan pengembangan
organisasi, serta pemantapan dan peningkatan diri.

1. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII):


Rekrutmen dan Penerimaan:
Pendaftaran calon anggota baru.
Seleksi melalui proses tertulis dan wawancara.
2. Pelatihan Kader (Taruna):
Pelatihan dasar ideologi dan nilai PMII.
Pengenalan terhadap struktur dan program organisasi.
3. Penguatan Organisasi (Tarqiyah):
Partisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
Pembinaan oleh anggota senior.
4. Kaderisasi dan Seleksi Kader (Mubaligh):
Kaderisasi melalui keikutsertaan dalam kegiatan strategis.
Pemilihan kader melalui mekanisme tertentu.
5. Pengabdian Kader (Mujahid):
Kader terpilih terlibat dalam proyek dan kegiatan organisasi.
Meningkatkan pemahaman terhadap isu-isu sosial dan politik.

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI):


1. Penerimaan Anggota (Rekrutmen):
Pendaftaran dan seleksi calon anggota baru.
Pengenalan ideologi dan visi GMNI.

2. Pelatihan Dasar (Pendikan):


Pelatihan tentang nilai-nilai nasionalisme dan kepemimpinan.
Pembekalan pengetahuan politik dan sejarah nasional.

3. Penguatan Nilai dan Identitas (Panglih):


Partisipasi dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
Pendidikan dan pembinaan nilai-nilai nasionalis.

4. Pemantapan Kompetensi (Pandu):


Pelatihan keterampilan dan pengetahuan khusus.
Evaluasi kemajuan dan kontribusi anggota.

5. Pemilihan dan Kaderisasi (Panitia dan Panitera):


Pemilihan kader berdasarkan prestasi dan komitmen.
Pembinaan kader terpilih untuk peran lebih besar.

6. Konsolidasi dan Pengembangan Organisasi (Pangulu):


Kader terpilih terlibat dalam pengambilan keputusan strategis.
Pengembangan program dan proyek organisasi.

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI):


1. Rekrutmen dan Penerimaan Anggota:
Pendaftaran calon anggota baru.
Seleksi berdasarkan minat dan komitmen.

2. Pelatihan Dasar dan Ideologi (Tashwir):


Pelatihan nilai-nilai Islam dan visi KAMMI.
Pembekalan terhadap isu-isu sosial dan politik.

3. Partisipasi dalam Kegiatan Organisasi:


Keterlibatan aktif dalam kegiatan organisasi.
Penguatan jaringan antaranggota.

4. Pemilihan Kader dan Kaderisasi (Taqdim):


Pemilihan kader melalui mekanisme tertentu.
Pembinaan kader untuk tanggung jawab lebih besar.

5. Pengabdian Kader (Khidmah):


Kader terpilih terlibat dalam proyek dan kegiatan organisasi.
Peningkatan pemahaman terhadap isu-isu sosial dan politik.

D.Kesimpulan:
Meskipun setiap organisasi memiliki ciri khasnya masing-masing, jenjang
kaderisasi di HMI, IMM, PMII, GMNI, dan KAMMI umumnya mencakup
serangkaian tahapan yang bertujuan untuk membentuk anggota menjadi kader yang
memiliki pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai organisasi dan siap untuk
berperan aktif dalam menghadapi tantangan sosial dan politik di masyarakat.

Jenjang kaderisasi di setiap organisasi menciptakan proses pembelajaran yang


berkesinambungan. Dari tahap penerimaan anggota baru hingga pemilihan dan
kaderisasi, organisasi ini membentuk individu menjadi kader yang tidak hanya
memahami visi dan misi organisasi, tetapi juga memiliki keterampilan dan
kepemimpinan yang diperlukan.

Walaupun setiap organisasi memiliki identitasnya sendiri, terdapat dinamika


hubungan antarorganisasi yang dapat menciptakan kerja sama dan persaingan sehat.
Keberagaman ini memberikan warna dan kekayaan dalam ide dan inovasi,
menciptakan mahasiswa yang memiliki perspektif yang lebih luas terhadap isu-isu
sosial dan politik.

Dengan demikian, organisasi ekstra kampus, melalui entitasnya seperti HMI, IMM,
PMII, GMNI, dan KAMMI, tidak hanya menjadi tempat bagi mahasiswa untuk
mengembangkan diri, tetapi juga sebagai motor perubahan sosial dan politik di
Indonesia. Keberadaan mereka menggambarkan semangat mahasiswa dalam
berkontribusi positif untuk masyarakat dan bangsa, menciptakan generasi yang
lebih siap menghadapi tantangan masa depan.

Anda mungkin juga menyukai