Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perancangan

Perancangan merupakan suatu interaksi yang bertujuan untuk menganalisis,

menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik kerangka fisik maupun non-aktual,

yang ideal untuk masa depan dengan menggunakan data yang ada. Perancangan

merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan suatu program. Inti dari rencana

ini adalah untuk memberikan gambaran yang masuk akal dan lengkap kepada para

pengembang dan spesialis khusus yang disertakan. Rencana tersebut harus bernilai dan

lugas sehingga tidak sulit untuk digunakan. Perancangan merupakan suatu proses untuk

mengkarakterisasi sesuatu yang akan diselesaikan dengan menggunakan metode yang

berbeda-beda dan mencakup penggambaran teknik dan bagian serta batasan lebih lanjut

yang akan diketahui tentang interaksi kerja[2].

Rencana tersebut harus bermanfaat dan lugas sehingga tidak sulit untuk

digunakan. Rencana instrumen, strategi dan prosedur yang diharapkan dapat bekerja pada

kemahiran dan efisiensi siklus perakitan. Plan sendiri merupakan suatu disiplin ilmu atau

mata pelajaran yang tidak sekedar memasukkan investigasi visual, namun terhubung dan

menggabungkan perspektif seperti sosial, filosofis, khusus dan bisnis. Latihannya

mencakup komputerisasi visual, desain modern, teknik, desain interior, desain produk,

dan profesi lainnya.

2.2. Tujuan Peracangan


Tujuan dari perancangan adalah untuk membuat perangkat yang memiliki struktur

rencana yang tepat dan sesuai dengan apa yang belum sepenuhnya ditetapkan. Bila

tahapan perencanaan kita laksanakan dengan baik dan memenuhi pedoman yang telah

ditetapkan, maka aparatur yang direncanakan akan berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. Namun jika saat ini kita tidak menyetujui standar tersebut, betapapun

kecilnya, maka hasil yang akan kita dapatkan pastinya tidak akan sebaik yang kita

harapkan.

2.3. Mesin Press

Mesin press adalah mesin yang dirancang untuk menghasilkan lembaran metal

dan juga untuk membengkokan lembaran logam dengan sudut tertentu sesuai dengan

kebutuhan. Mesin press terdiri dari tiga bagian utama yang disebut frame, ram dan bed.

Sistem mekanis pada mesin akan menggerakan ram kemudian diteruskan ke press dies

dan mendorong lembaran metal sehingga bisa membentuk dan memotong lembaran

metal sesuai dengan fungsi press dies yang dipakai. Mesin press tersedia dalam tiga

pilihan berdasarkan tenaga yang digunakan yakni mesin press manual, mesin press

hidrolik dan mesin press mekanikal.

2.4. Jenis-Jenis Mesin Press

2.4.1. Mesin Press Hidrolik

Mesin Press adalah mesin press yang bekerja berdasarkan teori hukum paskal

yakni memanfaatkan tekanan yang diberikan pada cairan untuk menekan atau

membentuk. Komponen utama pada mesin ini adalah piston, silinder, pipa hidrolik dan
beberapa komponen pendukung lainnya. Ada dua buah silinder pada mesin ini yakni

silinder kecil dan silinder master atau silinder besar. Cairan berupa oli hidrolik

dimasukkan ke dalam silinder kecil. Piston didorong untuk memampatkan oli hidrolik di

dalamnya yang kemudian mengalir ke silinder master melalui pipa. Tekanan pada silinder

master dan piston di dalam silinder master akan mendorong oli hidrolik kembali ke

silinder kecil. Gaya yang diterapkan pada oli hidrolik silinder kecil memiliki kekuatan

yang lebih besar saat mendorong master silider. Sedangkan untuk mengontrol besarnya

daya tekan dan kecepatan gerakan silinder, digunakan banyak valve antara lain check

valve, relief valve dan solenoid. Mesin press hidrolik tak hanya mengandalkan kekuatan

udara saja tetapi juga menggunakan kekuatan cairan atau fluida berupa oli hidrolik untuk

melakukan penekanan. Bergantung pada spesifikasi mesin, mesin press ini mampu

menekuk plat-plat berbahan mild steel tebal, alumunium dan juga stainless steel. Mesin

ini memiliki daya tahan yang lebih baik jika dibandingkan dengan mesin press bertenaga

listrik. Mesin ini juga memiliki akurasi yang terkontrol[3].


Gambar 2.1 Mesin Press Hidrolik

2.4.2. Mesin Press Mekanik

Mesin press mekanikal menggunakan sistem mekanikal dengan memakai fly

wheel yang digerakkan oleh elektro motor, lantas diteruskan ke crank shaft dan kemudian

menggerakkan slide naik turun. Sedangkan kontrol posisi pada gerakan slide

memanfaatkan sistem clutch and break dengan tenaga pneumatik. Pada mesin ini, sistem

pneumatik dipakai untuk balancer dan diecushion, karena itu terdapat tabung udara di atas

crown deck dan di bawah mesin atau di belakang mesin.

Gambar 2.2 Mesin Press Mekanikal

2.4.3. Mesin Press Manual

Dari segi kemampuan memang sama, yakni sama-sama memproduksi alat press,

yang membedakan adalah pada alat manual ini pengembangannya memanfaatkan tenaga

manusia, sedangkan hidrolik digerakkan menggunakan mesin hidrolik


Gambar 2.3 Mesin Press Manual

2.5. Perbedaan Mesin Press Mekanik dan Hidrolik

Perbedaan utama antara mesin press mekanik dan hidrolik terletak pada

mekanisme penggerak turun-naik dari slide (ram) mesin press tersebut. Gerakan turun-

naik dari slide (ram) mesin press mekanik dengan mekanisme crank shaft, eccentric shaft,

cam, dan knuckle. Sedangkan gerakan turun-naik slide (ram) mesin press hidrolik

digerakkan langsung oleh gerakan piston silinder dari system hidrolik[4].

2.6. Pneumatik

Pneumatik adalah hipotesis atau informasi tentang pergerakan udara, pneumatik

menggunakan hukum aerodinamika yang disederhanakan yang menentukan kondisi

keseimbangan gas dan uap. Pneumatik dalam pelaksanaan perancangan udara yang layak

di industri adalah studi tentang semua siklus mekanis di mana udara menggerakkan suatu

kekuatan atau gerakan. Jadi pneumatik mencakup semua bagian mesin atau perangkat

keras, tempat terjadinya siklus pneumatik. Dalam bidang profesional perancangan

pneumatik, dalam pengertian yang lebih sempit lagi adalah teknik udara mampat (udara

bertekanan).

2.7. Komponen Utama Rangkaian Penumatik

Setelah udara terkompresi disalurkan dalam kondisi yang berhubungan dengan


tekanan kerja yang dibutuhkan. Jadi ada beberapa bagian utama yang berperan penting

dalam rangkaian sistem pneumatik, dimana bagian-bagian tersebut mampu mengatur arah

aliran cairan dan menentukan sistem sistem pneumatik yang diharapkan. Sistem

pneumatik dapat bekerja dengan baik jika terdiri dari tiga bagian dasar, yaitu aktuator

tertentu, katup pengatur arah, dan katup pengatur aliran.

a. Aktuator (Komponen Penggerak Mekanis)

Bagian aktuator berfungsi sebagai komponen penggerak atau hasil pengembangan

yang disampaikan dalam kerangka pneumatik. Mengingat jalannya perkembangan,

aktuator dalam kerangka pneumatik dibedakan menjadi dua arah perkembangan,

yaitu interpretasi dan revolusi.

Gambar 2.4 Aktuator

b. Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder)

Silinder kerja tunggal adalah sejenis aktuator pneumatik yang memungkinkan

cairan hanya bergerak melalui satu delta, sehingga dapat memberikan dorongan

dalam satu arah. Dalam ruang kerja soliter, batang silinder didorong ke arah lain

menggunakan pegas bagian dalam yang dipasang di ujung delta cairan sehingga

tempat tiang silinder dapat kembali ke posisi dasarnya ketika tegangan gas

dihilangkan.
Gambar 2.5 Silinder Tunggal

c. Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinder)

Silinder kerja ganda adalah sejenis aktuator pneumatik yang memungkinkan

cairan bergerak hanya melalui satu delta, untuk memberikan dorongan dalam satu

jalur. Dalam ruang kerja tunggal, batang ruang didorong ke dalam bantalan lain

menggunakan pegas internal yang dimasukkan pada ujung delta cair sehingga

tempat tinggal batang ruang dapat kembali ke posisi dasarnya ketika tekanan gas

dihilangkan.

Gambar 2.6 Silinder Ganda

d. Katup Kontrol Arah (Directional Control Valve)

Katup pengatur arah adalah katup yang berfungsi menyalurkan cairan ke dalam

ruangan atau sebagai komponen penggerak katup lainnya. Dalam katup pengontrol

terdapat tiga opsi atau pilihan pada fluida yaitu disalurkan menuju komponen
lainnya, dibuang ke lingkungan sekitar atau menghentikan aliran fluida. Ketiga

sistem kerja tersebut digambarkan dengan baut, colek atau garis yang

menunjukkan kondisi aliran zat cair. Komponen fungsi dari bearing control valve

ini menggunakan beberapa sistem, yaitu menggunakan pegas, saklar, tekanan

pneumatik dan solenoida. Katup akan mengalami perubahan siap dengan asumsi

ada daya yang mengikuti pada salah satu sisi katup sehingga posisi atau posisi

katup akan berubah dan aliran aliran cairan akan berubah atau menutup sesuai

dengan jenis saluran yang digunakan. Berikutnya adalah instrumen yang berfungsi

dari beberapa jenis katup pengatur arah.

e. Katup 2/2 Directional Control Valve

Struktur katup 2/2 terdiri dari 2 saluran dan 2 posisi. Pada posisi utama udara tidak

dapat dikeluarkan karena salurannya tertutup, sedangkan pada posisi berikutnya

terdapat dua saluran yang memungkinkan cairan mengalir. Katup 2/2 sebagian

besar digunakan untuk membuka dan menutup jalur aliran teluk atau digunakan

untuk menggerakkan ruang kerja tunggal.

Gambar 2.7 Valve 2/2


f. Katup 3/2 Directional Control Valve

Struktur katup 3/2 terdiri dari 3 saluran dan 2 posisi. Dapat dilihat dengan jelas

bahwa terdapat perbedaan aliran aliran antara posisi satu dan dua, yang

dihubungkan oleh suatu saluran yang menutupi aliran zat cair pada setiap posisi.

Katup 3/2 sebagian besar digunakan untuk mengontrol katup dasar aktuator

silinder (katup primer 5/2).

Gambar 2.8 Valve 3/2

g. Katup 5/2 Directional Control Valve

Struktur katup 5/2 terdiri dari 5 saluran dan 2 posisi. Dapat dilihat dengan baik

bahwa pada suatu posisi dimungkinkan bagi zat cair untuk sekaligus mengalir ke

arah yang lain. Umumnya, katup 5/2 digunakan sebagai katup penggerak ruang

utama pada ruang kerja ganda yang memungkinkan udara dialirkan ke seluruh

ruang ruang.
Gambar 2.9 Valve 5/2

h. Check Valve

Katup satu arah adalah katup yang memungkinkan cairan mengalir hanya dalam

satu aliran saja, ketika cairan mengalir ke arah lain maka katup akan menutup

secara alami.

Gambar 2.10 Check Valve

i. Flow Control Valve

Katup satu arah atau one way valve merupakan katup yang memungkinkan cairan

mengalir hanya dalam satu aliran saja, ketika cairan tersebut mengalir menuju

jalur lain maka katup akan menutup secara normal.

Gambar 2.11 Flow Control Valve


j. Shuttle Valve

Shuttle valve adalah katup yang mampu sekaligus mengontrol jalannya aliran dan

menutup satu aliran. Fungsi instrumen van valve adalah terdapat dua buah saluran

masuk dan keluar. Apabila salah satu saluran mengalirkan zat cair maka secara

alamiah akan menutup aliran aliran fluida pada saluran masuk lainnya.

Gambar 2.12 Shuttle Valve

k. Selang Udara

Selang udara merupakan saluran untuk mengalirkan arus angin terkompresi dari

blower ke unit-unit yang membutuhkannya. Pemakaian bahan selang dan lebarnya

pada instalasi pneumatik harus dipertimbangkan saat memilih selang, seperti

panjang selang, volume aliran, tegangan kerja, bahan selang, ruang dan desain

yang ada.
Gambar 2.13 Selang Udara Pneumatik

2.8. Komponen Penghasil Udara Bertekanan

Bagian-bagian penyusun sistem pneumatik dapat diolah dengan menggunakan

gambar-gambar yang menunjukkan kemampuan dan kekhususan setiap bagian yang

disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu grafik pneumatik dengan sistem

kerja tertentu. Jika kita perhatikan secara mendalam, ada dua jenis komponen utama

dalam sistem pneumatik, yaitu komponen khusus yang menghasilkan udara padat dan

komponen yang memanfaatkan udara padat. Berikutnya adalah klarifikasi bagian utama

kerangka pneumatik[5].

a. Kompresor

Kompresor berfungsi sebagai pembuat udara bertekanan dalam rangka pneumatik.

Kompresor bekerja dengan cara mengambil udara bebas di udara kemudian

mengemas atau memperkecil volume udara sehingga menghasilkan tekanan udara

yang tinggi untuk menyuplai kebutuhan udara bertekanan dalam sistem


pneumatik. Secara umum, kompresor dibagi menjadi dua jenis, yaitu reciprocating

dan rotary dengan penggerak utama adalah mesin listrik atau mesin pembakaran.

Gambar 2.14 Kompresor

b. Filter

Filter berfungsi untuk menyaring polusi dari minyak bertenaga air dan disebut

saluran langsung yang digunakan dalam saluran bertekanan. Saluran dipasang di

tangki di delta yang menuju ke siphon. Dengan adanya filter, produktivitas

peralatan bertenaga air dapat ditingkatkan dan umur pemakaiannya lebih lama.

Gambar 2.15 Filter

c. Pressure Regulator
Pressure regulator berfungsi sebagai pengontrol ukuran dan menyeimbangkan

tekanan udara yang masuk ke sistem pneumatik agar sesuai dengan batas kerja

yang diperlukan.

d. Lubricator

Meskipun melibatkan udara sebagai cairan penggerak, beberapa bagian mekanis

misalnya katup dan aktuator mengalami kisi-kisi pada permukaannya. Akibatnya

udara yang masuk ke dalam rangka ditambah dengan oli berupa partikel-partikel

kecil minyak yang mampu melumasi bagian-bagian pada rangka pneumatik.

Gambar 2.16 Lubricator

e. Hand Valve

Hand valve merupakan hembusan angin (tekanan) yang digerakkan atau

dikendalikan secara manual. Hand valve ini terdiri dari 4 lubang yang berfungsi

mengubah jalur udara dari kompresor dalam 3 situasi dengan menggerakkan kunci

pas secara fisik.


Gambar 2.17 Hand Valve

2.9. Rumus Dasar Pneumatik

Sebagai hukum dasar udara yang dipadatkan, terdapat regulasi Pascal dan regulasi

Boyle [6].

a. Hukum Pascal

Mengenai gerakan tekanan statis, ada regulasi Pascal yang untuk sementara

dibuktikan oleh Blaise Pascal. Melalui pengujiannya, pascal berkesimpulan bahwa

tegangan yang diberikan pada suatu zat cair yang menempati ruang tertutup, maka

regangan tersebut akan dikirim oleh zat cair ke segala arah dengan ukuran yang

sama tanpa berkurang. Berdasarkan aturan Pascal, diperoleh aturan bahwa

kekuatan yang kecil dapat menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

Gambar 2.18 Ilustrasi Hukum Pascal

Jika dikaji secara langsung, Regulasi Pascal dapat digambarkan seperti pada
Gambar 2.18. Tekanan yang ditimbulkan oleh gaya F 1 pada pipa 1 yang

mempunyai luas penampang pipa A1, akan dikomunikasikan oleh zat cair menjadi

gaya angkat sebesar F 2 pada pipa 2 yang mempunyai luas penampang pada pipa

A2 dengan besar tekanan serupa. Selanjutnya secara numerik peraturan Pascal

disusun sebagai berikut:

F1
P 1= ...................................................................(2.1)
A1

Sehingga tekanan sebesar P akan diteruskan ke segala arah atau ke semua bagian

pada sistem, sehingga permukaan A2 terangkat dengan gaya sebesar :

P1 = P2

F1 F
= 2 ..........................................................................(2.2)
A1 A2

Dimana:

F1 = gaya pada pengisap pipa 1,

A1 = luas penampang pengisap pipa 1,

F2 = gaya pada pengisap pipa 2, dan

A2 = luas penampang pengisap pipa 2

b. Hukum Boyle

Robert Boyle mengemukakan tentang gagasan gas bahwa massa suatu gas (jumlah

mol) dan suhu suatu gas dijaga tetap, sedangkan volume gas tersebut diubah,

kebetulan saja tekanan yang diberikan oleh gas tersebut juga demikian. berubah
sehingga hasil tekanan (P) dan volume (V) selalu mendekati konstan. Oleh karena

itu kondisi gasnya bagus (ideal). Kemudian peraturan ini kemudian dikenal

dengan Hukum Boyle dengan persamaan:

P1 × V 1 = P2× V 2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 ...........................................(2.3)

Gambar 2.19 Ilustrasi Hukum Boyle Mariote

2.10. Cara Kerja Sistem Pneumatik

Cara kerja pneumatik pada mesin press piston rod complete adalah dari tenaga

angin (kompresor) membuang udara untuk disalurkan ke air regulator. Pada air regulator,

udara akan dipisahkan agar bersih dan mengatur supply udara. Kemudian pengontrol

udara akan menyuplai udara ke pendukung udara. Kemampuan dari sponsor udara sendiri

adalah dengan meningkatkan tegangan dari 4 bar kemudian di promotor menjadi 8 bar.

Pada saat berada di dalam air support maka udara akan masuk ke dalam tangki

penampung udara. Tangki penampung udara memasuki katup solenoid. Kemudian

tersambung dengan silinder pneumatik[7].

2.11. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pneumatik

2.11.1. Kelebihan Sistem Pneumatik


Sistem pneumatik memiliki Kelebihan, meliputi :

a. Kemudahan untuk memperoleh dan mentransfer fluida

b. Bisa disimpan secara optimal

c. Besaran penurunan tekanan lebih kecil

d. Aman dari bahaya kebakaran.

2.11.2. Kekurangan Sistem Pneumatik

Sistem pneumatik juga memiliki beberapa kekurangan antara lain :

a. Suara yang dihasilkan lebih bising

b. Terbatasnya gaya yang dialirkan

c. Mudah mengembun

d. Mudah menimbulkan kebocoran

2.12. Proses Permesinan

Proses permesinan adalah proses produksi benda atau objek tertentu dengan

pemotongan, pengelasan dan pengeboran. Proses permesinan ditujukan guna memperoleh

akurasi dibanding beberapa proses lainnya seperti proses pengecoran, pembentukan, serta

membentuk bagian dalam suatu produk tertentu. Proses pemotongan besi plat, besi siku

dan besi UNP biasanya dinamakan proses permesinan[8].

2.12.1. Mesin Gerinda Potong

Pemotongan dengan gerinda potong memanfaatkan batu gerinda untuk alat

pemotong. Mekanisme kerja pemotongan dilaksanakan dengan menjepit bahan pada

ragum alat gerinda. Kemudian batu gerinda disertai putaran tinggi digesekkan ke bahan

kerja. Mesin gerinda memiliki keterbatasan dalam kapasitas pemotongan yakni hanya bisa
memotong material berupa pipa, besi siku, plat strip.

Gambar 2.20 Mesin Gerinda Potong

2.12.2. Mesin Gerinda Tangan

Mesin gerinda adalah mesin yang dipakai guna memperkecil volume material

dengan memakai prinsip gesekan diantara benda keras dengan batu gerinda. Tipe mesin

gerinda tangan hanya bisa dipakai untuk menggerinda bagian atau bahan- bahan supaya

permukaannya rata dan halus, yang mana memang tindakan tersebut tidak bisa dijalankan

mesin gerinda jenis lainnya sebab bahan yang digerinda tidak bisa dipindahkan.

Gambar 2.21 Mesin Gerinda Tangan

2.12.3. Pengelasan

Pengelasan adalah sebuah ikatan karena adanya proses metalurgi pada sambungan
logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Dari penjelasan tersebut dapat kita

simpulkan bahwa pengertian pengelasan adalah sebuah sambungan setempat dari

beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pengelasan juga dapat di

klasifikasikan dalam tiga jenis berdasarkan cara kerjanya, yaitu jenis pengelasan tekan,

pengelasan cair dan juga pematrian[9].

 Pengelasan tekan adalah sebuah proses pengelasan yang dilakukan dengan cara

material dipanaskan kemudian ditekan sehingga kedua material tersambung

menjadi satu.

 Pengelasan fluida adalah suatu interaksi pengelasan yang dilakukan dengan cara

memanaskan bagian-bagian yang akan disambung hingga larut dengan sumber

intensitas energi listrik atau api yang memakan gas, baik dengan menggunakan

bahan tambahan maupun tanpa menggunakan bahan tambahan (bahan

pengisi/katoda).

 Pematrian merupakan suatu cara menyatukan dua logam dengan sumber intensitas

dengan memanfaatkan bahan tambahan yang mempunyai titik lunak lebih rendah,

pada sistem pematrian ini logam induk tidak larut.


Gambar 2.22 Las Listrik

2.12.4. Pengeboran

Pengeboran adalah kegiatan membuat lubang pada suatu material, atau

memperluas bukaan dengan mata bor (twist drill). Sedangkan arti dari pengeboran adalah

suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan suatu bukaan yang telah dibor

dengan alat potong fleksibel atau bor tengah.

Gambar 2.23 Pengeboran

2.13. Perakitan

Perakitan merupakan suatu proses penyusunan dan penggabungan beberapa bagian

menjadi suatu instrumen atau mesin yang mempunyai kemampuan tertentu. Pekerjaan

perakitan dimulai bila objek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek tersebut

telah bergabung secara sempurna. Perakitan juga bisa diartikan menggabungkan satu

bagian dengan bagian atau kecocokan lainnya. Pada tingkat dasar, pengumpulan dalam
sistem perakitan terdiri dari pencocokan semua bagian menjadi suatu produk, siklus

perencanaan, proses pengujian dan pengujian kegunaan, pemberian nama atau tanda,

isolasi hasil pengumpulan yang bagus dari hasil pengumpulan yang buruk, serta

pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir[10].

Gambar 2.24 Mesin Yang Sudah Dirakit

2.14. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan kerja merupakan cara mendasar untuk mencegah terjadinya

kecelakaan, ketidakmampuan dan kematian akibat kecelakaan kerja. Kesejahteraan kerja

yang baik adalah pintu menuju keamanan pekerja. Keamanan kerja menyangkut

keseluruhan proses presentasi dan sosialisasi, baik tenaga kerja maupun produk. Tujuan

dari keamanan terkait kata adalah:

 Menjaga keamanan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan untuk kesejahteraan

hidup dan meningkatkan efisiensi produktifitas.


 Menjamin keamanan setiap orang di lingkungan kerja.

 Sumber produksi dipelihara dan dimanfaatkan secara aman dan produktif

Anda mungkin juga menyukai