Anda di halaman 1dari 16

MODUL PRAKTIKUM

SISTEM PNEUMATIK DAN HIDROLIK


WORKSHOP INSTRUMENTASI
PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2014
MODUL I
SISTEM HIDROLIK
1. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan dari praktikum sistem hidrolik ini adalah :
1. Memahami dan menjelaskan fungsi dan pengaplikasian dari tekanan hidrostatik.
2. Memahami pengaplikasian dari sistem hidrolik dalam pengendalian proses.
3. Memahami komponen-komponen utama pada sistem hidrolik.
2. Teori
2.1. Pengetian Sistem Hidrolik
Hidrolika adalah suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan hukum-hukum yang
berlaku pada zat cair baik zat itu dalam keadaan diam ataupun bergerak (mengalir). Dalam
sistem hidrolik fluida cair berfungsi sebagai penerus gaya. Minyak mineral adalah jenis fluida
cair yang umum dipakai. Pada prinsipnya mekanika fluida dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Hidrostatis : Sifat zat cair diam.
Contoh : Dongkrak hidrolik, rem hidrolik, derek lantai.
2. Hidrodinamis : Sifat zat cair yang bergerak sehingga memiliki / menimbulkan tenaga
hidrolik.
Contah : Turbin air, pembangkit listrik.
Dalam praktikum ini akan dipelajari hidrolika, yaitu cabang dari ilmu mekanika
fluida. Dalam suatu rangkaian hidrolis biasanya terdiri atas aktuator, penggerak dan fluida
kerja yang bekerja dalam sebuah sistem untuk tujuan tertentu. Dimana komponen-komponen
tersebut dapat dilambangkan dalam simbol-simbol rangkaian.
Gambar 2.1 Klasifikasi Hidrolik dalam Penampang dan Skema
Prinsip dasar dari hidrolik adalah sifat fluida cair yang sangat sederhana dan sifat zat
cair tidak mempunyai bentuk tetap, tetapi selalu menyesuaikan bentuk yang ditempatinya.
Karena sifat cairan yang selalu menyesuaikan bentuk yang ditempatinya, sehingga akan
mengalir ke berbagai arah dan dapat melewati dalam berbagai ukuran dan bentuk, sehingga
fluida cair tersebut dapat mentranferkan tenaga dan gaya.
Sistem hidrolik ini didukung oleh 3 unit komponen utama, yaitu:
1. Unit Tenaga, berfungsi sebagai sumber tenaga dengan liquid/ minyak hidrolik.
2. Unit Penggerak (Actuator), berfungsi untuk mengubah tenaga fluida menjadi
tenaga mekanik.
3. Unit Pengatur, berfungsi sebagai pengatur gerak sistem hidrolik.
2.2. Komponen-Komponen Penyusun Sistem Hidrolik
2.2.1. Fluida Kerja
Fluida adalah komponen terpenting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
sistem hidrolik karena fluida merupakan sebagai media penghantar energi.
Adapun fungsi yang lain sebagai pelumas, penerus daya atau tekanan, dan
sebagai pendingin komponen yang bergesekan.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pemilihan fluida :
1. Viskositas (kekentalan) yang cukup
2. Tahan api
3. Tidak berbusa (Foaming)
2.2.2 Massa Jenis
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki
massa jenis yang berbeda. Massa jenis dapat berpengaruh terhadap tekanan
yang diberikan pada sistem hidrolik, karena Semakin tinggi suatu zat cair,
maka semakin berat zat tersebut sehingga tekanan yang diberikan pun
juga semakin besar.
= m/V
2.3 Silinder Kerja Hidrolik
Silinder kerja hidrolik merupakan komponen utama yang berfungsi untuk merubah dan
meneruskan daya dari tekanan fluida, dimana fluida akan mendesak tabung silinder yang
merupakan satu-satunya komponen yang ikut bergerak untuk melakukan gerak translasi yang
kemudian gerak ini diteruskan kebagian atas oleh tabung silinder kerja hidrolik.
2.4 Hukum Pascal
Hukum pascal sendiri berbunyi Tekanan yang diberikan kepada zat cair di dalam
ruang tertutup diteruskan sama besar ke segala arah. Suatu aliran didalam silinder yang
dilengkapi dengan sebuah penghisap yang mana kita dapat memakaikan sebuah tekanan luar
po tekanan p disuatu titik P yang sebarang sejarak h dibawah permukaan yang sebelah atas
dari cairan tersebut diberikan oleh persamaan.
P = po + gh
Prinsip Pascal, tekanan yang dipakaikan kepada suatu fluida tertutup diteruskan tanpa
berkurang besarnya kepada setiap bagian fluida dan dinding-dinding yang berisi fluida
tersebut. Hasil ini adalah suatu konsekuensi yang perlu dari hukum-hukum mekanika fluida,
dan bukan merupakan sebuah prinsip bebas.
3. Peralatan Percobaan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum sistem hidrolik ini diantaranya :
1. Pompa Hidrolik.
2. Silinder Kerja.
3. Katup (Valve).
4. Tubing.
5. Air Sevice.
6. Penggaris
4. Prosedur Percobaan :
Prosedur percobaan dalam praktikum sistem hidrolik ini yakni :
1) Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2) Check fitting (penyambung) dan pastikan fitting tersambung dengan baik.
3) Nyalakan kompresor dengan tekanan 5 psi, 10 psi, 15 psi dengan melihat dari
pressure gauge.
4) Hentikan penghitungan waktu pada ketinggian 10,5 cm
5) Setiap tekanan diambil tiga kali untuk memperoleh tiga data percobaan
6) Amati dan catat ketinggian pada silinder kerja.
7) Catat waktu yang dibutuhkan pada masing-masing tekanan kenaikan dan hitung rata-
rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian tersebut.
8) Hitung tekanan yang berkerja pada silinder kerja.
9) Buat tabel dan grafik dari data tersebut.
No. P
O
Waktu (t)
t (rata-rata) h P
1 2 3
1.
2.
3.
MODUL II
SISTEM PNEUMATIK
1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari sistem pneumatik ini adalah :
1. Memahami dan mengetahui prinsip kerja dari sistem pneumatik.
2. Memahami dan mengetahui komponen apa saja yang digunakan serata fungsi dari
sistem pneumatik.
3. Memahami dan mengetahui pengaplikasian sistem pneumatik dalam pengendalian
proses.
2. Teori
2.1 Pengertian Sistem Pneumatik
Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Jadi, pneumatik
adalah ilmu yang berkaitan dengan gerakan maupun kondisi yang berkaitan dengan
udara. Dengan kata lain, sistem pneumatik adalah sebuah teknologi yang memanfaatkan
udara terkompresi untuk menghasilkan efek gerakan mekanis. Karena menggunakan
udara terkompresi, maka sistem pneumatik tidak dapat dipisahkan dengan kompresor,
sebuah alat yang berfungsi untuk menghasilkan udara bertekanan tertentu. Sistem kerja
pneumatik mirip dengan sistem hidrolik.
Tenaga fluida adalah istilah yang mencakup pembangkitan, kendali dan aplikasi dari
fluida bertekanan yang digunakan untuk memberikan gerak. Berdasarkan fluida yang
digunakan tenaga fluida dibagi menjadi pneumatik, yang menggunakan udara, serta
hidrolik, yang menggunakan cairan. Dasar dari aktuator tenaga fluida adalah bahwa
fluida mempunyai tekanan yang sama ke segala arah. Pada dasarnya sistem pneumatik
dan hidrolik tidaklah jauh berbeda. Pembeda utama keduanya adalah sifat dari fluida
kerja yang digunakan. Cairan adalah fluida yang tidak dapat ditekan (incompressible
fluid) sedangkan udara adalah fluida yang dapat terkompresi (compressible fluid).
Dalam penggunaan sistem pneumatik semuanya menggunakan udara sebagai fluida
kerja dalam arti udara mampat sebagai pendukung, pengangkut, dan pemberi tenaga.
Adapun ciri-ciri dari para perangkat sistem pneumatik yang tidak dipunyai oleh
sistem alat yang lain, adalah sebagai berikut :
1. Sistem pengempaan, yaitu udara disedot atau diisap dari atmosphere kemudian
dimampatkan (dikompresi) sampai batas tekanan kerja tertentu (sesuai dengan
yang diinginkan). Dimana selama terjadinya kompresi ini suhu udara menjadi
naik.
2. Pendinginan dan penyimpanan, yaitu udara hasil kempaan yang naik suhunya
harus didinginkan dan disimpan dalam keadaan bertekanan sampai ke obyek yang
diperlukan.
3. Ekspansi (pengembangan), yaitu udara diperbolehkan untuk berekspansi dan
melakukan kerja ketika diperlukan.
4. Pembuangan, yaitu udara hasil ekspansi kemudian dibebaskan lagi ke atmosphere
(dibuang).
2.2 Komponen Sistem Pneumatik
1. Kompresor
Kompresor adalah suatu alat mekanikal yang bertujuan untuk menaikkan
tekanan suatu gas dengan cara menurunkan volumenya.
Gambar 2.1 Kompresor
2. Regulator & Gauge
Kedua alat tersebut menjadi komponen wajib di setiap sistem pneumatik.
Regulator adalah komponen yang berfungsi untuk mengatur supply udara
terkompresi masuk ke sisptem pneumatik. Sedangkan gauge berfungsi sebagai
penunjuk besar tekanan udara di dalam sistem. Keduanya dapat berupa sistem
mekanis maupun elektrik.
Gambar 2.2 Regulator dan Gauge
3. Saluran Pipa
Pipa-pipa digunakan untuk mendistribusikan udara terkompresi dari
kompresor atau tanki akumulator ke berbagai sistem aktuator.
4. Directional Valve
Directional valve atau katub pengatur arah yang instalasinya berada tepat
sebelum aktuator, adalah berfungsi untuk mengatur kerja aktuator dengan cara
mengatur arah udara terkompresi yang masuk atau keluar dari aktuator.
2.3 Bagian-Bagian Kerja Pneumatik
Silinder kerja merupakan komponen utama yang berfungsi untuk merubah dan
meneruskan daya tekanan fluida, dimana fluida akan mendesak piston untuk melakukan
gerak maju dan mundur. Ada dua tipe silinder kerja yang digunakan dalam sistem
pneumatik, yaitu:
1. Silinder Kerja Single Acting
Silinder kerja jenis ini hanya memiliki satu ruang fluida kerja didalamnya,
yaitu ruang silinder di atas atau di bawah piston. Kondisi yang demikian
mengakibatkan silinder kerja hanya bisa melakukan satu gerakan. Sedangkan untuk
kembali ke posisi semula, ujung batang piston harus didesak oleh tenaga mekanis.
Gambar 2.3 Silinder Kerja Single Acting
2. Silinder Kerja Double Acting
Silinder kerja double acting adalah silinder kerja yang memeiliki dua buah
ruang fluida didalam ruang silinder, yaitu ruang silinder diatas dan dibawah piston.
Hanya saja, ruang fluida diatas piston lebih kecil dibading ruang fluida dibawah
piston, karena sebagian ruangnya tersita oleh batang piston. Konstruksi tersebut,
silinder kerja memungkinkan untuk dapat melakukan gerakan bolak-balik.
Gambar 2.4 Silinder Kerja Double Acting
2.4 Gaya Piston
Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder bergantung pada tekanan udara, diameter
silinder dan tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston secara teoritis dihitung
menurut rumus berikut :
3. Peralatan Percobaan
Gambar 3.1 Skematik Sistem Pneumatik
P =
Peralatan yang digunakan dalam praktikum sistem pneumatik ini diantaranya :
1. Silinder Double Acting
2. Air Service
3. Compressor
4. Selang Pneumatik
5. DCV 5/2
6. Tubing
7. Plastisin mainan
8. Penggaris
4. Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan dalam praktikum sistem pneumatik ini yakni :
1. Nyalakan kompresor untuk pengisian udara sampai tekanan 2 Bar.
2. Ukur luas penampang lempengan silinder.
3. Letakkan plastisin tepat di bawah penampang silinder double acting.
4. Atur besar pressure pada air service dari 15 psi dan 30 psi.
5. Ukur ketinggian awal dari plastisin H
0
= 4 cm.
6. Tekan push button DCV hingga silinder menekan plastisin.
7. Ukur ketinggian plastisin setelah mendapat gaya tekan dari silinder ( H
1
).
8. Catat dan buatlah dalam bentuk table dari hasil percobaan yang telah dilakukan.
9. Hitung gaya dorong silinder yang bekerja.
No P
(Tekanan Psi)
A
(Luas)
F
(Gaya)
1.
2.
3.
4.
10. Buat grafik hubungan P F, P H
1
, F H
1
MODUL III
ELEKTRO-PNEUMATIK
1. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan dari praktikum sistem elektro-pneumatik ini yaitu:
a. Memahami komponen-komponen utama yang ada pada sistem elektro-pneumatik.
b. Memahami dan mampu menjelaskan prinsip kerja dan fungsi sistem elektro-
pneumatik.
c. Memahami bagaimana cara mengaplikasikan sistem elektro-pneumatik di bidang
industri.
2. Dasar Teori
2.1. Pengertian Sistem Elektro-pneumatik
Sistem elektropneumatik merupakan pengembangan dari sistem pneumatik,
dimana prinsip kerjanya memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga
penggerak) sedangkan media kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik ataupun
elektronik. Sinyal elektrik dialirkan ke kumparan yang terpasang pada katup
pneumatik dengan mengaktifkan sakelar, sensor ataupun sakelar pembatas yang
berfungsi sebagai penyambung ataupun pemutus sinyal. Sinyal yang dikirimkan ke
kumparan tadi akan menghasilkan medan elektromagnit dan akan mengaktifkan
katup pengatur arah sebagai elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik.
Sedangkan media kerja pneumatik akan mengaktifkan atau menggerakkan elemen
kerja pneumatik seperti motor-pneumatik atau silinder yang akan menjalankan
sistem.
2.2. Komponen-komponen Utama Sistem Elektro-pneumatik
Bila energi listrik tersedia dan akan dipakai maka perlu diproses dan
didistribusikan oleh komponen utama. Untuk mempermudah penunjukkannya maka
komponen itu digambarkan dalam bentuk simbol pada diagram rangkaiannya.
a. Sinyal Masukan Listrik (Electrical Signal Input)
Sinyal listrik pada teknik kontrol elektro-pneumatik diperlukan dan diproses
tergantung pada gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik ini didapatkan
bisa dengan cara mengaktifkan sakelar atau bisa juga dengan mengaktikan sensor,
misalkan sensor mekanik ataupun elektronik. Sinyal masukan listrik kerjanya
tergantung kepada fungsi sinyal itu. Ada yang disebut Normally open (NO,
pada kondisi tidak aktif sambungan tidak tersambung), Normally closed (NC,
kondisi tidak aktif sambungan tersambung) dan Change Over (tersambung
bergantian, kombinasi dari NO dan NC).
1. Limit Switch
Limit switch merupakan jenis saklar yang dilengkapi dengan katup yang
berfungsi menggantikan tombol. Prinsip kerja limit switch sama seperti saklar
Push ON yaitu hanya akan menghubung pada saat katupnya ditekan pada
batas penekanan tertentu yang telah ditentukan dan akan memutus saat saat
katup tidak ditekan. Limit switch termasuk dalam kategori sensor mekanis
yaitu sensor yang akan memberikan perubahan elektrik saat terjadi perubahan
mekanik pada sensor tersebut. Penerapan dari limit switch adalah sebagai
sensor posisi suatu benda (objek) yang bergerak.
Gambar 2.1 Simbol dan gambar limit switch
Gambar 2.2 Konstruksi limit switch
2. Pengolah Sinyal Listrik
1) Solenoid Valve
Solenoid valve adalah katup yang digerakan oleh energi listrik melalui
solenoida, mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi
untuk menggerakan piston yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC,
solenoid valve atau katup (valve) solenoida mempunyai lubang keluaran,
lubang masukan dan lubang exhaust. Tugas dari solenoid valve dalah untuk
mematikan, release, dose, distribute atau mix fluida.
Jenis paling sederhana dari solenoida mengandalkan dua aspek utama untuk
fungsi solenoid tersebut, yaitu sebuah kawat terisolasi yang dibentuk menjadi
gulungan ketat, dan batang batang yang terbuat dari besi atau baja. Batang besi
atau baja merupakan feromagnetik, sebuah properti yang dapat berfungsi sebagai
elektromagnetik saat diberi arus listrik.
Gambar 2.3 Solenoid Valve
2) Timer Analog
Timer ini berfungsi sebagai alat penghitung waktu, manakala waktu yang
telah ditetapkan tercapai maka output kontaknya akan bekerja. Ada dua
macam jenis timer, timer on delay dan timer off delay. Timer on delay
bekerja ketika tegangan supply masuk, sedangkan timer off delay bekerja
pada saat tegangan supply terputus atau off. Pada saat timer ditenagai atau
mendapatkan supply tegangan, maka timer akan mulai menghitung, ketika
jumlah hitungan actual sama dengan setting ( jarum merah ), maka kontak
output timer akan bekerja, Kontak timer berupa normally close (NC) dan
normally open (NO).
Gambar 2.4 Timer Analog
3) MCB
Singkatan MCB adalah Mini Circuit Breaker yang memiliki fungsi
sebagai alat pengaman arus lebih. MCB ini memproteksi arus lebih yang
disebabkan terjadinya beban lebih dan arus lebih karena adanya hubungan
pendek. Dengan demikian prinsip dasar bekerjanya yaitu untuk pemutusan
hubungan yang disebabkan beban lebih dengan relai arus lebih seketika
digunakan electromagnet. Bila bimetal ataupun electromagnet bekerja, maka
ini akan memutus hubungan kontak yang terletak pada pemadam busur dan
membuka saklar. MCB untuk rumah seperti pada pengaman lebur
diutamakan untuk proteksi hubungan pendek, sehingga pemakaiannya lebih
diutamakan untuk mengamankan instalasi atau konduktornya.
Gambar 2.4 MCB (Mini Circuit Breaker)
4) Keuntungan Dan Kerugian Sistem Elektro-Pneumatik
Pada penggunaan sistem elektropneumatik, ada beberapa keuntungan yang
bisa dimaksimalkan, yaitu :
Mempermudah pekerjaan manusia
Sumber udara tidak terbatas
Bisa digunakan dalam jarak yang cukup jauh
Waktu pengontrolan yang cepat
Seperti biasanya, setiap peralatan / sistem pasti mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu :
Terkadang ada kerusakan dalam hal pengontrolan sehingga
menyebabkan kelumpuhan kesuluruhan
Sulit untuk mengontrol pneumetik jika kelistrikannya padam
3. Peralatan Percobaan
Gambar 3.1 wiring elektro-pneumatik
Peralatan yag digunakan dalam praktikum sistem elektro pneumatik ini diantaranya :
a. Compressor.
b. Silinder Double Acting.
c. Selenoid Valve.
d. Air Service.
e. Timer Analog.
f. Power Supply.
g. MCB (Mini Circuit Breaker).
h. Conveyor set.
i. Limit Switch.
j. Balok kayu
4. Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan dalam praktikum sistem elektro pneumatik ini yakni :
a. Sambungkan COM limit switch ke fasa MCB
b. Sambungkan NC limit switch ke coil 1 Timer Analog
c. Sambungkan coil 2 timer analog ke N pada MCB
d. Sambungkan salah satu COM pada timer analog ke fasa pada MCB
e. Sambungkan salah satu NC timer analog pada kaki fasa solenoid (jika pada timer
menggunakan COM 1 , gunakan NC 1
f. Sambungkan kaki N pada Solenoid ke N pada MCB
g. Nyalakan compressor
h. Nyalakan Conveyor set
i. Letakkan Balok kayu pada tempat tumbukan balok paling atas
j. Nyalakan Rangkaian electro ( tekan on MCB )
k. Analisa proses kerja dalam rangkaian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai