Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Kajian Covid-19

Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan. Berbagai

macam rintangan harus dilalui oleh bangsa Indonesia bahkan oleh seluruh

dunia. Rintangan yang cukup berat dan dalam jangka waktu cukup lama

yang harus dilalui seluruh umat manusia yaitu pandemi Covid-19.

Informasi pertama dari munculnya pandemi ini yaitu dari negara China.

Menurut pemerintah China, awal mula virus yang menyebabkan penyakit

Covid-19 ini berasal dari pasar basah yang menjual berbagai macam hewan

yang biasa dikonsumsi oleh orang China seperti tikus, kelelawar, dll

(Handayani, 2020: 120).

Informasi selanjutnya yaitu banyaknya kasus penularan yang terjadi,

baik melalui kontak fisik antar orang maupun dengan benda mati.

Penularan tersebut semakin merata antar negara disebabkan oleh beberapa

orang yang pulang setelah berwisata dari China dan kembali pulang ke

negaranya kemudian menularkan virus tersebut ke orang-orang di

negaranya (Susilo, dkk. 2020: 45). Jadi, dapat diketahui bahwa awal mula

virus corona yaitu berasal dari China, yang diidentifikasi penyebab

utamanya yaitu dari hewan. Kemudian virus tersebut menyebar antar

manusia, dan hampir seluruh negara di dunia terkontaminasi, termasuk

Indonesia.

12
13

Covid-19 atau Corona Virus Disease-19 merupakan penyakit jenis

baru yang muncul pertama kali di China. Covid-19 (Corona virus disease

19) adalah nama penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama virus

corona (Yuliana, 2020: 187). Virus corona merupakan virus jenis baru.

Virus corona menyerang seluruh manusia tanpa melihat umur. Dari bayi,

balita, anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan lansia dapat terserang

virus corona. Gejala-gejala yang ditimbulkan setelah terserang virus corona

bermacam-macam, diantaranya yaitu batuk, pilek, flu, demam, sesak nafas,

bahkan kematian, sedangkan beberapa orang yang terpapar tidak

menunjukkan gejala (WHO, 2020: 1).

Orang dewasa dan lansia merupakan kelompok yang paling rentan

terserang virus corona (Handayani, dkk. 2020: 121). Akan tetapi tidak

menutup kemungkinan bahwa anak-anak dan remaja juga dapat terserang

virus corona ini. Hal ini juga disebabkan karena imun tubuh yang tidak

kuat untuk menahan virus corona agar tidak berkembang biak di dalam

tubuh. Dari pendapat para ahli tesebut, dapat diketahui bahwa virus corona

dapat menyerang seluruh manusia tanpa melihat batasan umur, dan gejala

yang ditimbulkan juga beraneka ragam bahkan ada yang tidak

menunjukkan gejala apapun. Apabila orang yang sudah terkontaminasi

oleh virus ini dan tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan

kematian.

Akibat dari adanya virus corona, terdapat kebijakan yang dibuat

untuk masyarakat dengan tujuan memutus rantai penyebaran virus corona.

Menurut Burhan (2020: 3), kebijakan tersebut yaitu cara menjaga jarak
14

satu meter antar individu; menggunakan masker saat keluar rumah; cuci

tangan menggunakan sabun; ketika bersin dan batuk segera menutup mulut

menggunakan siku tangan atau tisu dan membuang tisu ke tempat tertutup

kemudian segera mencuci tangan; menghindari menyentuh mulut; mata

dan hidung sebelum cuci tangan; makan makanan yang sudah diolah

dengan baik dan benar-benar matang; dan melaksanakan pola hidup sehat

yang baik. Kebijakan tersebut dibuat untuk mencegah penularan Covid-19.

2. Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan Terkait Pandemi

Covid-19

Pemerintah mengeluarkan banyak kebijakan baru yang dikarenakan

adanya Covid-19 ini. Hampir seluruh sektor yang digunakan untuk

menopang kebutuhan hidup manusia memiliki kebijakan baru. Kebijakan

tersebut dibuat oleh pemerintah terutama oleh menteri-menteri yang

bersangkutan di bidangnya, termasuk di sektor pendidikan. Di sektor

pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

(Kemendikbud RI) membuat kebijakan baru dengan mengeluarkan

beberapa surat edaran mengenai aturan-aturan yang harus dilaksanakan

oleh sekolah pada masa pandemi Covid-19. Surat edaran tersebut

diantaranya yaitu Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor

36962/MPK.A/HK/2020, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi No 302/E.E2/KR/2020, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020, Surat

Edaran Nomor 3 Tahun 2020, Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020, dan

Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020.


15

a. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor 36962/MPK.A/HK/2020

berisi tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah

dalam rangka pencegahan penyebaran Corona Virus Disease

(COVID- 19). Surat edaran ini ditujukan kepada seluruh lembaga

perguruan tinggi negeri / swasta, dan seluruh lembaga pendidikan.

Didalam durat edaran ini menjelaskan bahwa seluruh pegawai, dosen,

mahasiswa, guru, dan peserta didik harus mematuhi protokol

kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19; menunda kegiatan

yang mengharuskan mengundang banyak peserta dan diganti dengan

video conference atau aplikasi daring lainnya; seluruh pegawai,

dosen, mahasiswa, guru, dan peserta didik melaksanakan kegiatan

dari rumah; dan pemerintah sudah bekerja sama dengan berbagai

lembaga pendidikan online untuk menyediakan sarana belajar online

secara gratis baik melalui televisi maupun aplikasi online yang

ditujukan untuk seluruh peserta didik maupun mahasiswa di seluruh

Indonesia.

b. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No

302/E.E2/KR/2020 yang berisi tentang masa belajar

penyelenggaraan program pendidikan. Surat edaran ini merupakan

lanjutan dari Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor

36962/MPK.A/HK/2020. Surat Edaran Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi No 302/E.E2/KR/2020 ditujukan khusus kepada

seluruh perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Di dalam surat

ini menjelaskan mengenai masa belajar mahasiswa, jadwal


16

praktikum di laboratorium dan praktik lapangan, jadwal penelitian

tugas akhir harus disesuaikan dengan status dan kondisi setempat,

dan waktu penyelenggaraan periode semester genap disesuaikan

dengan lingkungan masing-masing perguruan tinggi.

c. Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020, merupakan surat edaran yang

berisi mengenai pencegahan dan penanganan Covid-19 di

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Surat edaran ini

menganjurkan disediakannya sarana cuci tangan pakai sabun, adanya

tissue, dan adanya handsinitizer di berbagai lokasi yang sering

dikunjungi. Selalu membersihkan benda-benda yang sering dipakai

atau dipegang oleh tangan, seperti komputer, mesin ketik, keyboard,

dan handel pintu. Membatasi perjalanan baik keluar negeri maupun

dalam negeri terutama ke daerah yang sudah terdampak Covid-19.

Menyarankan pegawai untuk mengukur suhu badan, menghindari

kontak fisik secara langsung, selalu memakai masker, dan membuat

papan informasi mengenai pencegahan Covid-19. Didalam Surat

Edaran Nomor 2 Tahun 2020 ini juga terdapat lampiran tentang

pencegahan Covid-19 berdasarkan tingkat resiko penyebaran.

Lampiran ini terdiri dari 3 bagian yaitu daerah yang tidak ada

anggota masyarakat kabupaten / kota yang terjangkit virus, ada

beberapa anggota masyarakat kabupaten / kota yang diduga

terjangkit virus, dan ada anggota masyarakat yang terkonfirmasi

terjangkit virus di lingkungannya.


17

d. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020, merupakan surat edaran yang

berisi mengenai pencegahan Corona Virus Disease (Covid-19) pada

satuan pendidikan. Surat edaran ini ditujukan kepada kepala dinas

Provinsi, Kabupaten / Kota, kepala lembaga layanan pendidikan

tinggi, pemimpin perguruan tinggi, dan kepala sekolah di seluruh

Indonesia. Surat edaran ini memuat tentang mengoptimalkannya

peran UKS dan unit pelayanan di perguruan tinggi untuk bekerja

sama dengan fasilitas pelayanan kesehatan setempat dengan tujuan

pencegahan dan penanganan Covid-19. Disediakannya tissue,

handsinitizer, dan sarana cuci tangan memakai sabun di lokasi yang

strategis. Melakukan pembersihan pada setiap rungan dan

benda-benda yang sering dipakai secara rutin. Memonitor kehadiran

warga satuan pendidikan dan mengizinkan yang sakit untuk tidak

datang ke satuan pendidikan. Tidak memberlakukan sanksi kepada

anggota yang izin tidak masuk dikarenakan sakit. Selalu

mengingatkan anggota untuk menaati protokol kesehatan. Dan

mengurangi jumlah orang yang berkunjung di satuan pendidikan.

e. Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020, merupakan surat edaran yang

berisi mengenai pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa

darurat penyebaran corona virus disease (Covid-19). Surat edaran

ini mengatakan bahwa UN (Ujian Nasional) Tahun 2020 dibatalkan

sehingga UN tidak menjadi syarat kelulusan lagi untuk masuk ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Proses belajar dari rumah

dilakukan oleh seluruh siswa dengan fokus pada pendidikan


18

kecakapan hidup sehingga siswa tidak terbebani dengan capaian

ketuntasan kurikulum untuk kenaikan kelas. Sekolah yang telah

melaksanakan ujian sekolah dapat digunakan untuk menentukan

kelulusan siswa. Kelulusan Sekolah Dasar ditentukan oleh 5

semester terakhir yang sudah dilalui (kelas 4, kelas 5, dan kelas 6

semester ganjil). Mengenai kenaikan kelas, guru dapat melaksanakan

ujian akhir semester dalam bentuk portofolio, penugasan, dan tes

melalui daring dengan menggunakan aplikasi online. Penerimaan

peserta didik baru ditentukan berdasarkan nilai rapor dari lima

semester terakhir yang sudah dilalui. Dana BOS dan BOP dapat

digunakan untuk keperluan sekolah selama pandemi Covid-19.

f. Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020, merupakan surat edaran yang

berisi mengenai pedoman penyelenggaraan dari rumah dalam masa

darurat penyebaran corona virus disease (Covid-19). Di dalam surat

edaran ini terdapat penjelasan mengenai tujuan, prinsip, metode dan

media pelaksanaan belajar dari rumah; panduan pelaksanaan belajar

dari rumah; penyusunan program, kegiatan, dan anggaran belajar

dari rumah; durasi waktu pelaksanaan kegiatan belajar; fasilitas

pembelajaran online; panduan pelaksanaan belajar dari rumah oleh

guru, peserta didik, dan orang tua; dan panduan kegiatan

pembelajaran saat satuan pendidikan kembali beroperasi. Surat

Edaran Nomor 15 Tahun 2020 ini merupakan payung hukum yang

digunakan oleh sekolah-sekolah yang melaksanakan kegiatan

pembelajaran dari rumah.


19

3. Pembelajaran Online

Sektor pendidikan terkena dampak dari kebijakan-kebijakan yang

dibuat pemerintah mengenai pencegahan virus corona. Sehingga seluruh

lembaga pendidikan dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan

tinggi melaksanakan kegiatannya di rumah. Kegiatan pembelajaran yang

dilakukan di rumah disebut juga dengan pembelajaran online. Menurut

Rigianti (2020: 298), pembelajaran online adalah cara baru dalam

melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar yang memanfaatkan

perangkat elektronik khususnya internet. Sedangkan menurut Putria, dkk

(2020: 863) pembelajaran online adalah pembelajaran yang memanfaatkan

media internet, telepon seluler, dan komputer dalam jarak jauh.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

online adalah kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dan

peserta didik secara jarak jauh dengan memanfaatkan media teknologi

informasi dan komunikasi seperti smart phone, aplikasi-aplikasi online,

komputer, dan internet. Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat

beberapa komponen yang harus dipenuhi yaitu perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran.

a. Program Kerja Sekolah

Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap

pendidikan anaknya, masyarakat memerlukan peningkatan dan

pengembangan kualitas pada berbagai aspek dibidang pendidikan. Aspek

tersebut diantaranya yaitu aspek kurikulum dan kegiatan pembelajaran,


20

pendidik dan ketenagakerjaan, kesiswaan, sarana dan prasarana,

keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta

masyarakat dan kemitraan dalam pendidikan, dll. Sesuai tuntutan diatas

sehingga sekolah harus membuat program kerja atau yang biasa disebut

dengan RKT (Rencana Kerja Tahunan) sekolah.

Program kerja ini dibuat dengan tujuan agar sekolah memiliki

rambu-rambu yang dapat dijadikan landasan dalam pengelolaan program,

implementasi, monitoring, dan evaluasi yang baik, terstruktur, dan

terukur. Program kerja sekolah dibuat dengan disesuaikan pada

Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Rencana Kerja Tahunan (RKT)

sekolah yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah

(RKAS) (Minsriwayati. 2019: 4). Tujuan dibuatnya program kerja

sekolah yaitu sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan sekolah,

dan sebagai rencana memaksimalkan program yang akan dilaksanakan

selama satu tahun ke depan.

b. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran Online

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu

guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau biasa disebut

dengan RPP. Menurut Kurniawan (2019:122), RPP adalah uraian

aktivitas pembelajaran yang dibuat secara detail untuk mencapai satu KD

tertentu atau beberapa gabungan KD jika dalam pembelajaran tematik.

Sedangkan menurut Bararah (dalam Putria, dkk. 2020: 862), RPP adalah

rancangan kegiatan belajar selama satu hari dari awa hingga akhir jam
21

pelajaran yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang

sudah dibuat supaya kegiatan belajar mengajar menjadi lebih terinci dan

mudah pelaksanaannya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, RPP yaitu

detail dari rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh

guru di dalam kelas dengan memperhatikan indikator dan tujuan

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. RPP wajib dibuat

oleh guru supaya kegiatan belajar mengajar dapat terorganisir dengan

rapi dan penyampaian materi dapat dilakukan secara urut dan tidak acak.

RPP dibuat oleh guru untuk dirinya sendiri.

Menurut Kurniawan (2019: 123), apabila RPP dibuat hanya

untuk melengkapi administratif sekolah, hanya ditunjukkan kepada

kepala sekolah maupun pengawas saja, maka RPP tidak akan

mempunyai makna apapun. Padahal tujuan dari dibuatnya RPP adalah

sebagai pedoman dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Di dalam RPP

terdapat berbagai komponen utama. Komponen tersebut terdiri dari

kompetensi dasar, indikator, tujuan, media pembelajaran,

langkah-langkah kegiatan, metode, dan evaluasi.

Langkah pertama membuat RPP yaitu dengan cara menganalisis

kompetensi dasar terlebih dahulu. Kompetensi dasar yaitu kemampuan

yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk mencapai kompetensi dasar,

guru harus membuat indikator. Indikator merupakan bagian terkecil dari

kompetensi dasar. Jadi, satu kompetensi dasar dapat dibuat dua atau
22

lebih indikator. Indikator-indikator yang dibuat oleh guru harus

menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai dan indikator juga

harus meliputi seluruh aspek yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor.

Tujuan pembelajaran dibuat oleh guru setelah guru selesai

menentukan indikator. Menurut Kurniawan (2019: 148), tujuan

pembelajaran merupakan harapan yang harus dicapai oleh peserta didik

setelah melakukan proses kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran identik

dengan indikator, hanya saja dalam penyusunan tujuan pembelajaran

lebih lengkap dari indikator. Dalam pembuatan tujuan pembelajaran guru

harus memperhatikan rumus ABCD. A yaitu audience, yang berarti

siswanya sendiri; B yaitu behavior, yang berarti tingkah laku yang harus

dicapai peserta didik; C yaitu condition, yang berarti suatu kondisi yang

dilakukan peserta didik sebelum mencapai tingkah laku yang diharapkan;

dan D yaitu degree, yang berarti tingkatan yang diterima peserta didik

setelah mencapai tingkah laku yang diharapkan.

Setelah membuat tujuan pembelajaran, guru dapat menentukan

materi mana yang akan disampaikan kepada peserta didik. Materi yaitu

suatu bahan pelajaran yang diajarkan guru kepada peserta didik dan

suatu bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa (Kurniawan. 2020:

153). Dalam menentukan materi harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran karena jika memilih materi secara asal dan tidak sesuai

dengan tujuan pembelajaran maka tujuan pembelajaran tidak akan

tercapai. Menurut Kurniawan (2020: 156), terdapat kriteria dalam

pemilihan materi yang akan dicantumkan dalam RPP, diantaranya yaitu:


23

materi harus mencapai indikator dan tujuan pembelajaran yang sudah

dibuat, materi harus sesuai dengan susunan indikator dan tujuan

pembelajaran, materi ditulis secara semi terurai yaitu tidak hanya garis

besarnya saja dan juga tidak terlalu rinci seperti makalah, materi juga

memiliki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Guru harus menentukan media pembelajaran apa yang akan

digunakan ketika kegiatan belajar mengajar dengan peserta didik. Media

pembelajaran yaitu suatu alat yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi pelajaran guna merangsang minat belajar peserta

didik. Pemilihan media pembelajaran harus tepat sesuai dengan sasaran

karena dengan pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Media pembelajaran memiliki

berbagai macam jenis, diantaranya yaitu alat peraga dan media berbasis

TIK seperti internet, video, power point, animasi, dan radio. Menurut

Haryono (2015: 49), fungsi media pembelajaran beraneka ragam

diantaranya yaitu:

1. Untuk mengatasi keterbatasan pemahaman peserta didik

2. Untuk mempermudah peserta didik berinteraksi dengan

lingkungannya

3. Memberi gambaran jelas mengenai benda yang sulit diamati atau

dipegang secara langsung

4. Untuk menghasilkan keseragaman pengamatan antar peserta didik

5. Memudahkan pemahaman peserta didik mengenai materi yang

dipelajari dari yang konkrit sampai yang abstrak,


24

6. Membangkitkan minat belajar peserta didik.

Langkah-langkah kegiatan yang tercantum dalam RPP dibuat

setelah guru menentukan indikator, tujuan pembelajaran, materi, dan

juga media. Langkah-langkah kegiatan yaitu kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh siswa secara urut dan teratur. Didalam

langkah-langkah kegiatan terdapat strategi pembelajaran dan metode

pembelajaran yang akan digunakan guru dalam menyampaikan materi

kepada peserta didik. Menurut Kurniawan (2019: 161), strategi

pembelajaran adalah langkah-langkah pembelajaran yang didalamnya

terdapat aktivitas yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik, yang

disetiap aktivitas tersebut ada metode pembelajaran yang digunakan dan

perkiraan waktu yang dibutuhkan di setiap langkah kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan.

Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan, guru dapat

membuat alat evaluasi pembelajaran untuk peserta didik. Menurut

Kurniawan (2019: 196), evaluasi pembelajaran yaitu suatu proses

pengumpulan, pengolahan, dan penyimpulan informasi yang berkaitan

dengan proses dan hasil belajar peserta didik yang kemudian dapat

memberikan pertimbangan nilai. Terdapat beberapa prinsip-prinsip

penilaian (Kemendikbud. 2015: 7), diantaranya yaitu sahih, objektif, adil,

terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis,

beracuan kriteria, dan akuntabel.

Teknik evaluasi yang biasa digunakan oleh guru yaitu teknik tes

dan teknik non tes. Menurut Kurniawan (2019: 201), teknik tes
25

digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual peserta didik, dapat

berupa tes lisan maupun tes tulis. Sedangkan teknik non tes digunakan

untuk mengumpulkan informasi berupa potensi, perkembangan afeksi,

dan kualitas proses belajar peserta didik, dalam pelaksanaannya dapat

berupa portofolio, proyek, kinerja, pengamatan, dan skala afektif. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran yaitu suatu proses

pengumpulan informasi hasil belajar peserta didik dengan menggunakan

teknik tes dan non tes, kemudian diolah dan disimpulkan dengan

menerapkan prinsip-prinsip penilaian sahih, objektif, adil, terpadu,

terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan

kriteria, dan akuntabel.

c. Sistem Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Online

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan RPP

yang sudah dibuat oleh guru. Guru harus merangsang minat belajar

peserta didik supaya peserta didik tertarik dengan kegiatan belajarnya.

Apabila peserta didik sudah tertarik dengan materi pelajaran yang akan

dibahas maka mereka akan aktif, kreatif, dan kritis. Menurut Amri (2015:

1), untuk membuat peserta didik belajar secara aktif, kreatif, dan kritis,

guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan cara: menekankan proses

pembelajaran pada pengembangan berpikir secara analitis dan kritis

terhadap materi yang sedang dibahas, siswa mengerjakan sesuatu yang

berkaitan dengan materi, dan menekankan pada eksplorasi nilai-nilai dan

sikap yang berkaitan dengan materi. Dari kegiatan-kegiatan tersebut,


26

guru tidak perlu menjelaskan materi secara panjang lebar sehingga

peserta didik tidak hanya mendengarkan materi pelajaran secara pasif.

Menurut Sukmadinata (2016: 144), ketika seseorang belajar suatu

bidang pelajaran, maka mereka akan melewati beberapa proses,

diantaranya yaitu:

1. Proses memperoleh pengetahuan baru untuk mengganti, melengkapi,

dan menyempurnakan pengetahuan yang telah dimiliki.

2. Transformasi, proses memanipulasi pengetahuan supaya sesuai

dengan tugas baru yaitu dengan cara mengolah informasi mengolah

informasi supaya sampai pada kesimpulan yang lebih tinggi.

3. Proses evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah ketika memanipulasi

pengetahuan sudah maksimal sehingga dapat menjalankan tugas

dengan tujuan untuk mencapai sasaran.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara online tidak semudah

melaksanakan kegiatan pembelajaran secara offline atau tatap muka.

Cukup banyak kendala yang dialami oleh guru ketika mengajar secara

online. Guru tidak dapat menjelaskan materi dengan leluasa, guru tidak

dapat membentuk kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa

berinteraksi dengan temannya, guru juga tidak dapat mengetahui proses

belajar peserta didik secara langsung terutama pada kelas rendah. Jadi,

pada pembelajaran secara online, guru hanya menjelaskan dalam bentuk

video pembelajaran dan hanya memberikan tugas saja. Sehingga dalam

pelaksanaannya, peserta didik terkesan pasif, tidak ada teman untuk


27

berinteraksi dan sedikit kegiatan yang mengharuskan untuk bersosialisasi

dengan teman maupun masyarakat sekitar.

d. Sistem Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Online

Menurut Sukmadinata (2016: 173), evaluasi adalah kegiatan yang

kompleks dan dilakukan secara terus menerus supaya mengetahui proses

dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Sedangkan menurut Kurniawan (2019: 196), evaluasi

adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan menyimpulkan informasi

tentang suatu objek yang dilakukan secara sistematis untuk diberikan

pertimbangan nilai pada objek tersebut sesuai dengan kriteria tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi

pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menilai peserta

didik dengan cara mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan

informasi yang dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan untuk mengetahui proses dan hasil kegiatan

belajarnya.

Saat ini seluruh lembaga pendidikan sudah menerapkan

kurikulum 2013. untuk sekolah dasar, menggunakan pembelajaran

terpadu yaitu beberapa mata pelajaran yang dilebur menjadi satu.

Menurut Kurniawan (2019: 200), terdapat beberapa faktor pertimbangan

dalam penentuan teknik penilaian dalam pembelajaran terpadu. Faktor

tersebut diantaranya yaitu: kejelasan tujuan evaluasi, karakteristik tujuan

pembelajaran, sifat yang dimiliki oleh materi, dan waktu yang tersedia.
28

Menurut Kemendikbud (2015: 7), terdapat beberapa karakteristik

penilaian dalam kurikulum 2013 saat ini, yaitu belajar tuntas, otentik,

berkesinambungan, menggunakan bentuk dan teknik penilaian yang

bervariasi dan berdasarkan kriteria. Setelah memahami karakteristik

penilaian, guru juga harus memperhatikan aspek-aspek yang perlu dinilai

pada peserta didik. Menurut Kurniawan (2019: 206), aspek-aspek

tersebut yaitu aspek sikap, aspek pemikiran, aspek akademis, aspek

keterampilan, dan aspek kebiasaan kerja. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

dalam melaksanakan kegiatan evaluasi dan penilaian, guru harus

memperhatikan karakteristik penilaian kurikulum 2013 yang sudah

ditetapkan oleh pemerintah beserta dengan aspek-aspek penilaian yang

menyertainya.

4. Problematika Pembelajaran Online

Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara online merupakan hal

yang baru bagi guru, peserta didik, dan juga bagi orang tua peserta didik.

Kegiatan belajar mengajar secara online tidak hanya melibatkan guru

dengan peserta didik saja, tetapi juga dengan orang tua. Orang tua terlibat

langsung dengan proses pembelajaran karena peserta didik melaksanakan

kegiatan belajarnya di rumah. Orang tua mendampingi proses belajar

peserta didik dari jam pertama dimulainya kegiatan belajar sampai jam

terakhir. Terlibatnya peran orang tua secara langsung dalam proses

pembelajaran membuat guru memiliki tantangan dan problematika baru.


29

Problematika adalah suatu kendala yang harus dihadapi untuk dicari

jalan keluar atau solusinya. Menurut Afifah (2015: 43), terdapat beberapa

penyebab timbulnya suatu problematika dalam pembelajaran, diantaranya

yaitu:

1. Faktor pendekatan dalam pembelajaran.

2. Faktor perubahan kurikulum.

3. Faktor kompetensi guru.

Menurut Widodo dan Nursaptini (2020: 110), problematika yang

sering terjadi dalam pembelajaran online yaitu:

1. Koneksi internet.

2. Sulitnya memahami materi pembelajaran.

3. Jenuhnya peserta didik dalam menatap hand phone maupun laptop.

4. Mahalnya kuota internet.

Melihat uraian diatas, dapat diketahui bahwa banyaknya

faktor-faktor penyebab terjadinya problematika dalam pembelajaran online.

Dalam hal ini guru harus berperan aktif dalam mengelola kegiatan belajar

mengajar dan memberikan masukan-masukan kepada orang tua mengenai

pendampingan belajar peserta didik di rumah supaya problematika yang

terjadi tidak terlalu mempengaruhi hasil belajar peserta didik.


30

5. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Secara Online

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi problematika yang terjadi

pada saat pembelajaran online dilakukan. Menurut Widodo dan Nursaptini

(2020: 111), cara yang dilakukan untuk mengatasi problematika pembelajaran

online, yaitu:

1. Evaluasi terkait media pembelajaran online yang digunakan.

Diharapkan media yang digunakan hemat kuota, mudah digunakan,

dan tidak membutuhkan koneksi internet yang kuat, seperti whatsapp

group dan google classroom.

2. Evaluasi terkait metode pembelajaran. Sebaiknya sebelum

memberikan tugas, guru dapat memberikan penjelasan materi

terlebih dahulu.

Menurut Handayani (2020: 17), upaya yang dapat dilakukan

untuk mengatasi problematika pembelajaran online yaitu:

1. Meningkatkan jaringan internet yang kurang stabil terutama di desa

yang kurang terjangkau.

2. Interaksi antara guru dan peserta didik perlu ditingkatkan, jadi guru

tidak mengambil keputusan sepihak ketika memberikan tugas yang

sangat banyak.

Setelah melihat paparan diatas, guru mencari jalan tengah melalui

solusi-solusi yang didapat setelah saling bertukar pikiran dan pendapat antar

guru. Solusi yang didapat diantaranya yaitu, guru menjelaskan kegiatan

peserta didik kepada orang tua. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan supaya
31

seluruh peserta didik dan orang tua tidak merasa keberatan dengan

pelaksanaan pembelajaran online sehingga dapat mengikuti kegiatan belajar

tanpa adanya beban, baik beban secara mental maupun secara ekonomi.

B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian mengenai Covid-19 di bidang pendidikan sudah dilakukan

oleh Wahyu Aji Fatma Dewi, dengan judul “Dampak Covid-19 Terhadap

Implementasi Pembelajaran Daring di SD”. Penelitian ini menggunakan

metode kepustakaan, yaitu mengumpulkan berbagai sumber data dari berita

dan jurnal online dengan menggunakan kata kunci “Pembelajaran Daring”

dan “Dampak Covid-19”. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu

pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19 saat ini sudah termasuk

dalam kategori setuju. Hal ini dibuktikan dengan respon peserta didik yang

cukup bagus dalam pelaksanaan pembelajaran daring yang sudah dilakukan.

Setiap guru memiliki metode sendiri dalam melaksanakan pembelajaran

daring.

Metode yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran

daring yaitu dengan memanfaatkan konsep ceramah online, membuat video

sendiri yang kemudian dikirimkan ke grup whatsapp orang tua, dan ada yang

memanfaatkan konten-konten gratis dari berbagai sumber yang ada di

internet. Pada pelaksanaannya, sebagian besar guru banyak yang

memanfaatkan grup whatsapp sebagai perantara pemberian tugas kepada

peserta didik. Aplikasi whatsapp dinilai lebih praktis karena hampir seluruh

orang tua memiliki aplikasi tersebut. Namun, jika ada sekolah yang tidak
32

dapat menjalankan kegiatan belajar mengajar secara daring, maka sekolah

memanfaatkan media belajar alternatif yaitu dengan menggunakan buku

siswa. Pengerjaan buku siswa disesuaikan dengan jadwal yang sudah dibuat

oleh guru. Jadi, peserta didik tetap dapat belajar meskipun berada di rumah.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mastura dan Rustan Santaria

dengan judul penelitian “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proses

Pengajaran Bagi Guru dan Siswa”. Hasil penelitian tersebut yaitu

menyebutkan berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh guru,

peserta didik, dan orang tua mengenai pelaksanaan pembelajaran daring.

Guru mengatakan bahwa ia harus merubah RPP secara tatap muka yang

sudah dibuat menjadi RPP daring, guru merasa masih asing dengan teknologi

informasi sehingga pelaksanaan pembelajaran daring kurang maksimal, tetapi

disisi lain guru merasa termotivasi untuk lebih kreatif dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar.

Bagi sisi peserta didik, mereka mengatakan bahwa sedikit kesulitan

mengakses tugas yang diberikan guru karena ada beberapa peserta didik yang

masih sulit mendapat sinyal internet dan borosnya kuota yang digunakan

dalam pembelajaran daring, tetapi di sisi lain juga merasa diuntungkan karena

bisa merasa santai ketika belajar di rumah saja dan merasa memiliki lebih

banyak waktu untuk belajar. Dan dari sisi orang tua mengatakan bahwa

merasa kurang paham mengenai teknologi sehingga dirasa kurang maksimal

sebagai perantara dalam menyampaikan materi dari guru ke peserta didik,

tetapi disisi lain orang tua juga merasakan hal positif yaitu mengetahui
33

bagaimana rasanya menjadi guru dan lebih mengetahui potensi yang dimiliki

anak secara lebih dalam.

Persamaan dari kedua penelitian diatas yang sudah dilaksanakan

dengan penelitian yang akan dimulai oleh peneliti yaitu sama menganalisis

proses kegiatan pembelajaran secara online yang dilaksanakan oleh guru,

peserta didik, dan orang tua sebagai perantara. Sedangkan perbedaan dari

penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu peneliti

ingin mengetahui bagaimana proses kegiatan belajar yang dilakukan dari

rencana pembelajaran, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran; peneliti

ingin mengetahui problematika apa saja yang harus dihadapi oleh guru,

peserta didik, dan orang tua sebagai pengganti peran guru di rumah; dan

peneliti juga ingin mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan untuk

menyelesaikan problematika-problematika yang terjadi selama pembelajaran

online saat ini.

PENELITIAN PERBEDAAN PERSAMAAN


Dampak Covid-19 1. Pengkategorian setuju 1. Implementasi
Terhadap dalam pelaksanaan pembelajaran online di SD
Implementasi pembelajaran online. kendala yang dialami guru
Pembelajaran Daring 2. Metode penelitian dan peserta didik
di SD. menggunakan studi 2. Penggunaan aplikasi
Penelitian dilakukan kepustakaan. whatsapp sebagai
oleh Wahyu Aji perantara guru dan peserta
Fatma Dewi, tahun didik.
2020.
Dampak Pandemi 1. Hanya terfokus pada 1. Pelaksanaan pembelajaran
Covid-19 Terhadap pelaksanaan online.
Proses Pengajaran pembelajaran online. 2. Problematika yang
Bagi Guru dan Siswa. 2. Tidak memaparkan dihadapi guru, peserta
Penelitian dilakukan proses perencanaan didik, dan orang tua.
oleh Mastura dan hingga evaluasi yang 3. Metode penelitian.
Rustan Santana, dilakukan guru saat
tahun 2020. pembelajaran online.
Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan
34

Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan diatas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pelaksaaan

Pembelajaran Online SDN 1 Kalirejo Kabupaten Malang Dalam Masa

Pandemi Covid-19”. Peneliti ingin mengetahui bagaimana perencanaan

pembelajaran online, pelaksanaan pembelajaran online, evaluasi

pembelajaran online, problematika pembelajaran online, hingga cara

mengatasi problematika yang dilakukan oleh SDN 1 Kalirejo di Kabupaten

Malang. Peneliti ingin mengetahui kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

oleh guru dan peserta didik, problematika yang dihadapi dan upaya mengatasi

problematika tanpa harus melakukan tindakan apapun. Sehingga peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif.

C. KERANGKA PIKIR

Kegiatan Pembelajaran yang dilakukan secara online merupakan hasil

dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah khususnya Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kebijakan ini dibuat karena

adanya pandemi Covid-19 sehingga pemerintah ingin melindungi seluruh

aspek yang ada di pendidikan supaya tidak terserang oleh virus corona.

Seluruh sekolah di Indonesia melaksanakan pembelajaran secara online

termasuk sekolah dasar yang ada di Kabupaten Malang. Dalam

menyelenggarakan pembelajaran secara online ini membutuhkan peran dari

seluruh warga sekolah untuk saling bekerja sama dengan harapan seluruh

aktivitas dapat berjalan lancar. Peran utama dalam kegiatan pembelajaran

secara online ini yaitu guru, peserta didik, dan orang tua.
35

Pembelajaran online yang dilakukan saat ini menuntut fasilitas yang

lengkap dan pengetahuan serba bisa yang harus dimiliki oleh guru, peserta

didik, dan orang tua. Fasilitas yang dituntut harus ada dalam pembelajaran

online yaitu smart phone, kuota internet, aplikasi whatsapp, dan buku siswa.

Sedangkan pengetahuan yang diharapkan serba bisa yaitu pengetahuan dalam

mengoperasikan fasilitas-fasilitas tersebut. Fasilitas tersebut memiliki peran

penting dari diselenggarakannya pembelajaran secara online. Hal itu

disebabkan karena guru menyampaikan materi, memberikan tugas,

mengawasi kegiatan belajar peserta didik dan mensosialisasikan berbagai

kegiatan peserta didik kepada orang tua melalui smartphone tersebut. Namun

tidak menutup kemungkinan bahwa problematika-problematika baru akan

muncul dikarenakan komunikasi yang dilakukan antara guru, peserta didik,

dan orang tua hanya melalui aplikasi whatsapp di smartphone saja.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat kerangka pikiran

sebagai berikut:
36

Pembelajaran Online Dalam Masa Pandemi


Covid-19

KONDISI IDEAL: KONDISI NYATA LAPANGAN:


Pada masa pandemi Covid-19, pembelajaran
di sekolah harus menerapkan pembelajaran Pada SDN 1 Kalirejo Kabupaten Malang
online. SE Nomor 15 Tahun 2020 terdapat sudah menerapkan pembelajaran online
beberapa syarat untuk melaksanakan sesuai dengan surat edaran kementerian
pembelajaran secara online, diantaranya pendidikan dan kebudayaan RI. Sekolah
yaitu tersedianya RPP jarak jauh, juga sudah memenuhi syarat untuk
tersedianya fasilitas pembelajaran jarak jauh, melaksanakan pembelajaran secara online.
dan adanya program sosialisasi guna Akan tetapi ada beberapa syarat yang
mendukung orang tua dalam mendampingi belum dilaksanakan secara maksimal, yaitu
peserta didik belajar. kurangnya sosialisasi dengan orang tua.

YANG DIKAJI:

1. Pelaksanaan pembelajaran online di


SDN 1 Kalirejo Kab. Malang
2. Problematika yang dihadapi dan
upaya mengatasinya.

METODE PENELITIAN:
Observasi, wawancara,
dokumentasi, dan catatan lapangan

1. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran online di SDN 1 Kalirejo


Kab. Malang.
2. Deskripsi problematika yang dihadapi dan upaya mengatasinya selama
pelaksanaan pembelajaran online di SDN 1 Kalirejo Kab. Malang.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Anda mungkin juga menyukai