1 Latar Belakang
Perencanaan Sumur Bor merupakan bagian kegiatan. Pelaksanaan Fisik dari
pekerjaan ini dapat dilaksanakan apabila Perencanaan dari bangunan tersebut
sudah tersedia. Perencanaan merupakan landasan utama dari pelaksanaan fisik
dan diharapkan mempunyai bentuk bangunan dan struktur yang dapat
dipertanggungjawabkan. Konsultan Perencana yang dianggap mampu diharapkan
untuk berperan serta dalam pembangunan yang dilaksanakan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kab. Tulang Bawang.
1.3 Sasaran
Pekerjaan Perencanaan Sumur Bor lengkap dan dokumen lelang tersebut dapat
dibagi dalam tahapan proses yaitu :
a. Tahapan pengumpulan data lapangan
b. Tahapan analisa data lapangan ; perencanaan dan penggambaran
c. Tahapan penyusunan / pembuatan dokumen lelang
3.1. LOKASI PEKERJAAN
Foto Survei Pendahuluan Rencana Sumur Bor Gang Angga Putra JL. 4 MBC
Foto Survei Pendahuluan Rencana Sumur Bor Jl. Kemiling Raya Lokas 1
Bengkel Las
Foto Survei Pendahuluan Rencana Sumur Bor Jl. Kemiling Raya Lokas 2
7. Jl. Dermaga Bugis
Foto Survei Pendahuluan Rencana Sumur Bor Perum PNS Tiuh Toho
Foto Survei Pendahuluan Rencana Sumur Bor Kampung Panca Karsa Purna
Jaya
2. Kampung Bawang Tirto Mulyo
Foto Survei Pendahuluan Rencana Sumur Bor Kampung Bawang Tirto Mulyo
Foto Survei Pendahuluan Rencana Sumur Bor Kampung Dwi Warga Tunggal
Jaya
Foto Survei Pendahuluan Rencana Sumur Bor Kampung Tri Rejo Mulyo
2. Kampung Sidoharjo
1. Kampung Sukarame
Disamping studi tentang air tanah tersebut, diperlukan studi tentang kondisi
sosial dan ekonomi masyarakatnya, untuk mengetahui prioritas kebutuhan air
dan kesiapannya dalam memanfaatkan air tanah.
a) Survei geofisika
1) Metode Magnetis
2) Metode Elektro magnetic
3) Metode Electrical Resistivity
4) Metode Polarissi Induksi
5) Metode Seismik
6) Metode Gravitasi
7) Metode Ground Penetrating Radar (GPR)
8) Metode Bore Hole Logging
Sumur eksplorasi ini setelah mendapat data yang cukup akurat kadang
kadang hanya dikonstruksi dengan pipa diameter 6” sebatang sebagai
tanda bahwa daerah ini pernah diteliti dengan cermat.
Dengan sosialisasi ini masyarakat calon penerima manfaat dapat lebih siap,
bahkan dapat mempersiapkan organisasi pengelola lebih dahulu.
a) Diameter Sumur.
1) Besaran diameter casing yang digunakan sesuai dengan keperluan,
2) Jenis casing yang digunakan dapat berbahan metal, plastik atau serat
gelas. Pemilihannya berdasarkan pertimbangan :
(a) Harga barang atau pertimbangan ekonomis
(b) Kualitas air tanah, untuk daerah dengan kualitas korosif dipilih pipa
bahan plastik atau metal jenis stainless steel, bukan jenis low
carbon..Pertimbangan lain mungkin diperlukan dengan mengingat
kondisi lingkungan dan keperluanyaa.
b) Kedalaman Sumur.
1) Tergantung pada berapa lapisan akifer yang akan disadap dan potensi
akifernya.
2) Penentuan jenis akuifer (tertekan atau tidak) berdasarkan data log bor.
c) Penggunaan Screen.
d) Gravel Pack.
Material berupa kerikil yang ditempatkan pada ruang anulus disekitar screen
yang berguna sebagai filter untuk menahan material–material batuan pada
akifer tidak masuk kedalam sumur dan terpompa.
Gravel pack juga berfungsi menstabilkan lubang bor agar tidak runtuh.
e) Development
Proses pembersihan sumur dari lumpur pemboran agar diperoleh
produktivitas sumur yang tinggi. Proses development mempunyai banyak
metode, yang umum digunakan adalah metode Air Jetting, dengan
menggunakan alat kompresor ditiupkan udara bertekanan tinggi kedalam
permukaan saringan sumur.
f) Grouting
Suatu lapisan buatan (berupa lapisan semen) yang berfungsi untuk menahan
konstruksi lubang bor, menahan rembesan air permukaan atau soil water
yang tidak diinginkan masuk kedalam lubang bor, sekaligus sebagai penguat
konstruksi sumur didekat permukaan tanah.
b) Hasil pemetaan yang sebenarnya adalah koleksi dari data terbaru dan
pengecekan data di lapangan : penerapan geologi, geofisika, kimia, geologi
foto-kartografi dan metoda lainnya.
c) Data dasar kondisi hidrogeologi, saat ini sudah dirangkum dan tersimpul
menjadi Peta Cekungan Air Tanah. Didalam peta CAT disamping terlihat
penyebaran tiap cekungan air tanah juga dapat diketahui ketebalan
satuanakuifer pada tiap daerah CAT
F. Latihan
1. Pada daerah batu gamping, akan di lakukan survey untuk evaluasi
hidrogeologi, survey permukaan sudah dilakukan, namun kondisi bawah
permukaan belum diketahui; Apa yang anda lakukan untuk mendapatkan
informasi bawah permukaan? jelaskan
2. Anda diminta untuk mendisain sumur guna mengantisipasi kebakaran hutan
didaerah CAT yang potensial. Ketika anda ditanya oleh calon pengguna: ”
Berapa rencana kedalaman sumur yang akan dibuat ? “ Apa jawaban yang
dapat anda berikan?
3. Di dekat Pegunungan Bintang di Papua dengan daerah yang sulit diakses;
suatu tempat yang jalan pun tidak ada, dan merupakan daerah tektonik kuat
yang banyak terdapat gempa bumi, anda harus mendisain sumur, lalu bahan
apa yang akan anda pilih?
G. Rangkuman
Air tanah yang diambil/ disadap berlebihan beresiko menimbulkan bencana yang
kurang dikenal dimasyarakat. Untuk penyadapan secara besar besaran misalnya
industri dan irigasi, penyadapan harus melalui tahapan-tahapan studi yang teliti
dan sustainable.
Survei air tanah tidak hanya dilakukan di permukaan, tetapi juga dilakukan untuk
bawah permukaan. Tidak semua metode bawah permukaan cukup teliti
menghasilkan informasi kondisi bawah permukaaan, akan lebih teliti jika
digunakan beberapa metode sekaligus.
Hasil survey dan pemodelan tetap harus diperkuat dengan data pemboran sumur
eksplorasi dan sumur uji produksi.
Kalaupun alam mengijinkan memberikan potensi air tanah yang cukup, belum
tentu masyarakat setempat dapat menerimanya dan suka. Sosialisasi juga
merupakan faktor penting dalam pengembangan pemanfaatan air tanah ini.
H. Evaluasi
1. Bahan casing dan screen apa yang paling cocok untuk derah dengan kualitas
air yang korosif :
a. Black Mild Steel (BMS),
b. Plastik PVC, Fibre Glass dan stainles steel
c. Pipa Screen
2. Untuk mengetahui ketebalan satuan akuifer pada suatu wilayah, anda harus
mencarinya dimana ? :
a. Survey Topografi
b. Mempelajari peta Cekungan Air Tanah
c. Pemboran Sumur
3. Setelah lubang sumur jadi dan kemudian dipasang konstruksi casing dan
screen maka lubang anulus harus di beri :
a. Gravel Pack
b. Sumbat (Bottom Plug)
c. Grouting
PERENCANAAN PEMBORAN
A. Metode Pemboran
Metoda pemboran sumur air banyak macamnya, dari yang tradisional dengan bor
tangan sampai dengan menggunakan mesin. Beberapa metode yang
menggunakan mesin diantaranya adalah metode:
a) Bor tumbuk atau dikenal dengan nama cable tool drilling juga disebut
perkusi atau spudder. Pada dasarnya pemboran sumur air dengan metode ini
adalah dengan cara mengangkat dan menjatuhkan berulang-ulang kali
serangkaian alat pemboran ke dalam lubang bor.
Jika tidak ada atau hanya sedikit air dari formasi yang ditembus,
ditambahkan air untuk membentuk bubur. Akumulasi bubur meningkat
seiring dengan hasil kemajuan pemboran pada giliranya akan mengurangi
atau meredam kemampuan alat dalam menghancurkan batuan. Bila tingkat
penetrasi menjadi tidak dapat diterima karena adanya redaman bubur
cutting, secara periodik bubur diambil dari lubang bor oleh pompa pasir atau
menggunakan alat yang disebut bailer. Pemboran dengan metode ini,
sekarang di Indonesia sudah jarang dijumpai.
Mata bor dipasang melekat pada ujung bawah dari serangkaian pipa bor yang
disebut sebagai drill string, yang meneruskan aksi berputar dari mesin bor
yang disebut sebagai rig ke mata bor. Mata bor yang mendapat beban dari
drill string, menggiling dan melumatkan batuan menjadi parikel serbuk bor
atau selanjutnya disebut cutting, yang bercampur dengan air atau lumpur,
bubur dan serpihan batuan ini kemudian diambil dengan cara memompakan
cairan pemboran untuk “menghanyutkan” cutting.
Gambar 1. Garis Besar Peralatan Pemboran Tumbuk
Fluida dipompakan masuk melalui lubang dalam pipa stang bor atau drill
pipe sampai ke ujung mata bor dan keluar melalui lubang penyemprot
(nozle) yang terdapat di mata bor, fluida mengalir disamping mendinginkan
dan melumasi mata bor juga menghanyutkan partikel hancuran batuan yang
digiling oleh mata bor dalam bentuk suspensi terbawa naik melalui ruang
anulus yaitu ruang antara dril string dengan lubang sumur hasil pemboran,
aliran fluida yang membawa muatan cutting meluap di permukaan dan
mengalir melalui parit kedalam kolam pengendap kemudian sebagian besar
cutting mengendap turun terkumpul di dasar kolam, sedangkan cairan yang
bersih dialirkan ke kolam tempat cadangan lumpur dipompa dengan
menggunakan pompa lumpur.
Fluida sebagai sebagai media sirkulasi bahan dasarnya dapat berupa air
(water base fluid) yang umum digunakan untuk pemboran air, dan dapat
berupa minyak (oil base fluid) yang umumnya untuk pemboran minyak.
Gambar 3. Garis Besar Peralatan Pemboran Putar Sirkulasi Terbalik
Fluida berbasis air, untuk mendapatkan hasil lubang sumur yang optimal
menggunakan berbagai macam bahan pencampur (additiv), diantaranya
bentonite, polimer, udara, CMC, barite dan lain sebagainya yang akan
dijelaskan kemudian. Pemboran dengan metode putar sirkulasi langsung ini
yang sangat umum dan paling banyak dilakukan dalam pemanfaatan air
tanah di Indonesia.
Pipa hisap pompa dan drill pipe yang digunakan pada metode ini dengan
demikian harus memiliki diameter yang cukup besar, biasanya berukuran 6
inci, mata bor yang digunakan juga cukup besar, biasanya antara 10 sampai
22 inci.
B. Langkah-Langkah Pemboran
Di Indonesia, kondisi geologi dan hidrogeologi pada daerah pengembangan
pemanfaatan air tanah umumnya memiliki karakter yang hampir sama.
Kebanyakan irigasi air tanah berkembang pada daerah aluvial, lithologi atau
batuan dengan umur relatif muda atau berumur kuarter. Daerah pengembangan
pemanfaatan air tanah untuk irigasi kebanyakan kondisi batuanya belum kompak,
atau pada daerah dengan litologi produk vulkanisme yang juga relatif muda dan
belum kompak, namun pada daerah aluvial yang banyak pemanfaatan air tanah,
susunan formasi batuan sangat bervariasi ukuran butirnya, berselang seling
antara batuan berbutir kasar sampai batuan sedimen berbutir halus atau
lempung.
Dari kondisi tersebut, maka metode rotary direct circulation mud flush yang
paling banyak dilakukan, karena dinilai paling sesuai dengan kondisi geologisnya.
d) Pemboran lubang pandu atau pilot hole diameter antara 4” - 8 3/4" dengan
kedalaman sampai rencana akhir pemboran dan pengambilan contoh batuan
(cutting) tiap meter kedalaman dari awal sampai akhir pemboran.
Dalam modul ini hanya dibahas sampai disain dan konstruksi sumur saja,
sedangkan development, pemompaan uji dan pengambilan contoh air untuk
analisa kualitas air dibahas dalam modul yang lain.
C. Persiapan
Jenis rig atau mesin bor yang digunakan dapat dipilih sesuai kondisi medan, dan
ketersediaan alat, jika kondisi jalan dan jalan masuk ke lokasi cukup baik, rata
dan mampu dilewati truck maka rig yang digunakan adalah truck mounted, atau
tractor mounted. Tetapi bila kondisi medan tidak mungkin dilalui kendaraan
berat, maka dapat digunakan jenis skid mounted yang dapat menyeret dirinya ke
titik lokasi dengan menggunakan kabel baja serta memanfaatkan drum liner/
sand liner yang ada pada rig atau mesin bor tersebut.
Rencana jalan yang dilewati atau route harus di cek kondisinya, apakah terdapat
jembatan yang tidak mampu dilewati mobilisasi (terutama jika menggunakan
mesin bor alat berat). Kemungkinan perlu tidaknya perkuatan jembatan/ gorong-
gorong yang akan dilalui. Kondisi jalan berlumpur atau berbatu yang mungkin
perlu perekayasaan perkerasan atau perataan.
Gambar 4. Mesin Bor (RIG) Model Skid Mounted Dengan Pemutar Spindle Head
Gambar 5. Mesin Bor (RIG) Model Truck Mounted Dengan Pemutar Rotary Head
Penataan bahan harus cukup aman dan tidak mengakibatkan kerusakan atau
turunya mutu bahan. Penataan pipa pipa termasuk saringan harus disusun
ditempat yang teduh rata dan tidak terinjak hewan, misalnya pipa PVC harus
diganjal minimal 3 tempat sehingga tumpukan material rata horisontal tidak
melengkung.
Gambar 6. Mesin Bor (RIG) Model Tractor Mounted Dengan Pemutar Rotary Head
Penyimpanan gravel pack tidak terganggu atau terinjak-injak orang atau hewan,
dan tidak kebanjiran atau berceceran tercampur tanah atau lumpur. Bentonite
dan bahan additives serta bahan lain yang peka terhadap hujan dan panas harus
dibuatkan peneduh atau disimpan di direksi keet / gudang lapangan. Perijinan
masuk lokasi harus sudah tuntas diurus ke desa, warga pemukiman disekitar
lokasi.
Untuk keperluan pekerjaan pemboran perlu penyediaan air untuk sirkulasi dan
kebutuhan lain proses pemboran, harus dijamin kelancaran penyediaannya.
Mutu air harus bersih dan tawar, Air yang payau atau asam (air gambut) akan
mempengaruhi kualitas lumpur pemboran sehingga dapat menimbulkan gangguan
pengambilan cutting, keruntuhan lubang bor karena viskositas dan densitas
lumpur berubah yang disebabkan adanya reaksi kimia antara air tersebut dengan
bentonite. Bahkan air keruh, berpasir atau asam dapat merusak pompa lumpur
dan ausnya mata bor. Jumlah air yang disediakan harus dapat diperhitungkan
kebutuhannya, jika lokasi pengambilan atau penyaluran air cukup jauh dan
tersendat-sendat, perlu disiapkan tangki atau tandon air sementara didekat
lokasi pemboran.
D. Jalan Masuk
Pekerjaan Pemboran tidak selalu menggunakan alat berat, rig atau mesin bor
dapat menggunakan jenis yang ringan seperti jenis skid mounted, dapat
menggunakan juga alat berat, baik tractor mounted, maupun truck mounted,
disamping itu juga perlu diperhatikan mobilitas peralatan bantu lainya, misalnya
penggunaan truck kargo atau truck crane atau picup.
Mungkin dengan drilling rig tipe tractor mounted dapat saja masuk ke lokasi
rencana titik pemboran, tetapi truck cargo sebagai alat bantu yang menggunakan
roda biasa tidak dapat masuk atau tidak sesuai dengan jalan yang ada, sehingga
dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan
Kondisi jalan masuk juga sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lainya,
dan musimnya, apakah musim hujan yang berlumpur, atau musim kemarau yang
berdebu, apakah tersedia jalan masuk ke lokasi dari jalan utama yang cukup baik
atau cukup sesuai dengan peralatan, ada tidak yang perlu memperbaiki atau
memperkuat jalan masuk yang disesuaikan dengan perlatannya.
Beberapa cara perkuatan jalan masuk jika diperlukan diantaranya adalah :
Ukuran perforated steel ini kurang lebih 3 (tiga) meter dengan lebar 0,5
meter, di pasaran banyak variasi ukuran. Pemasanganya dengan menggelar
lempengan lempengan ini pada jalan tanah lunak agar tidak ambles ketika
dilewati alat berat, lempeng yang satu dikaitkan dengan lempeng lainya agar
saling memperkuat dan tidak berpindah.
Pada tanah sangat lunak atau berlumpur perlu ditimbun dengan batu kali
dari jalan utama sampai titik lokasi, jumlah penimbunan tergantung
peralatan yang akan melewati. Penimbunan dapat diratakan dengan urugan
pasir atau tanah yang berkualitas bagus, tidak lengket sehingga memudahkan
mobilisasi.
Jika tidak tersedia batu berukuran besar, pelapisan dengan geotektile atau
anyaman bambu (bambu kepang) perlu digunakan sebagai pembatas antara
tanah lunak (lumpur) dengan urugan perkuatan.
Pengecekan ketegak lurusan ini terutama ditujukan pada kelly, dikontrol dengan
water pas baik bagian dasar mesin, menara bor dan kelly-nya.
F. Pengaman Lokasi
Keamanan peralatan, bahan pemboran termasuk pipa-pipa dan semua
perlengkapan yang terdapat dilokasi pemboran, termasuk disini adalah
pengamanan personil baik pekerja maupun pengunjung/ penonton harus dijaga,
dan harus menjaga semua bangunan, saluran, pipa saluran, pohon, jalan dan
lain-lainnya disekitar lokasi pemboran supaya tidak terganggu selama pekerjaan
berlangsung.
G. Pipa Konduktor
Pemasangan pipa konduktor dan pemboran atau penggalian lubang diameter
tertentu, misalnya 22” dari permukaan tanah sampai pada kedalaman 4 - 6 m
atau sesuai ketebalan tanah penutup, atau tanah permukaan yang mudah
longsor, untuk dipasang pipa konduktor atau casing sementara.
Pipa konduktor atau casing sementara berdiameter lebih besar dari rencana
pump casing, untuk pump casing diameter 12“ digunakan pipa konduktor atau
temporary casing 20 "atau 22 ”.
Pipa Konduktor ("Conductor Pipe/ Surface Casing") yang digunakan dapat berupa
pipa casing diameter lebih besar dari rencana pump casing atau dapat dibuat
dari drum yang dirangkai dengan di las total panjang sesuai kondisi soil di
lapangan.
Fungsi dari pipa konduktor ini adalah membuat perlindungan, agar soil atau
tanah permukaan yang kondisinya porous dan lepas atau tidak kompak, dapat
ditahan agar tidak runtuh, dan juga tidak terjadi rembesan baik ke permukaan
tanah dari lubang bor, maupun dari lingkungan masuk ke lubang bor.
Gambar 11. Pemasangan Pipa Konduktor, Dapat Dibuat Dari Drum
I. Flurida Pemboran
1) Jenis Fluida Pemboran
Fluida pemboran yang digunakan di industri sumur air meliputi sistem berbasis
air dan berbasis udara. Fluida berbasis air terdiri dari (1) fase cair, (2) fase
tersuspensi (koloidal), dan (3) cutting yang masuk selama pemboran. Fasa koloid
bisa berkisar kurang dari 1 persen sampai 50 persen volume. Fluida udara hanya
terdiri dari fase udara kering, namun lebih sering mengandung beberapa air jikka
ditambahkan surfaktan (sabun) untuk menghasilkan busa.
Sistem fluida sirkulasi yang tepat yang dipilih, akan tergantung terutama pada
sifat batuan atau stratigrafi yang akan dihadapi atau diperkirakan dan peralatan
yang tersedia. Pemboran di batuan keras misalnya, memerlukan prosedur yang
berbeda dengan pemboran batuan sedimen atau endapan yang tidak konsolidasi.
Sistem pemboran sumur bor dengan penambah lempung atau polimer biasanya
digunakan dalam formasi yang tidak konsolidasi; Sistim pemboran sirkulasi udara
digunakan pada batuan dan sedimen yang terkonsolidasi atau setengah
konsolidasi.
Fluida air bersih saja, digunakan dengan peralatan bor putar sirkulasi air terbalik
(rotary reverse circulation water flush) untuk sumur berdiameter besar dengan
endapan yang tidak terkonsolidasi, semikonsolidasi, dan tidak sensitive (tidak
mudah runtuh), dan endapan tidak megembang (nonswelling).
Fluida dapat melakukan banyak fungsi, tergantung kondisi fisik dan kimia yang
ditemukan di lubang bor. Fungsi utamanya adalah:
3) Mendinginkan dan melumasi mata bor. Cairan yang beredar melalui drill
string mendinginkan dan melumasi mata bor, sehingga menghindari keausan.
a) Densitas
Paling tidak, semua kru pemboran putar harus dapat mengukur densitas
fluida pemboran dan kekentalan fluida pemboran di lapangan, dan
memahami hubungan sifat-sifat ini dengan stabilitas lubang, pengambilan
cutting dan kontrol fluid loss (hilangnya fluida).
Dimana tekanan hidrostatik ada di psi, densitas lb / gal dan tinggi pada ft.
Jika ada lanau, lempung, atau serpih terkonsolidasi lemah, densitas fluida
pemboran akan menjadi naik, kenaikan densitasnya mungkin signifikan dan
air harus ditambahkan atau padatan diambil untuk mengurangi perbandingan
padatan/ fluida.
1) Fluida pemboran dan cutting dengan volume besar dapat terpaksa masuk
kedalam akuifer selama pemboran. Resikonya fluida pemboran dan
cutting selama proses pencucian sumur atau development bisa sangat
sulit, terutama jika penambah lempung digunakan.
Partikel polimer biasanya jauh lebih kecil dari lempung. Misalnya partikel
partikel polimer halus berukuran sekitar 0,0001 mikron. Penambahan sedikit
volume polimer ke fluida dapat memiliki efek yang signifikan terhadap
kekentalan.
b) Kekentalan
Sifat kental fluida pemboran yang dibuat dengan bahan penambah lempung
berasal dari partikel ukuran kecil, lempung (kurang dari 4 mikron) dan luas
permukaannya relatif besar.
Lempung jenis montmorillonit, kaolinit, dan ilit adalah lempung utama yang
digunakan untuk fluida air tawar, tetapi montmorillonit adalah satu-satunya
lempung dari ketiga yang tersedia secara komersial.
Pasir halus 35 - 45
Pasir sedang 45 - 55
Pasir kasar 55 – 65
Kerikill 66 – 75
Kerikil Kasar 75 - 85
c) Yield Point
Besaran gaya tarik menarik antara partikel yang disebabkan muatan positif
dan negative dalam fluida pemboran, besarnya kekuatan menyebabkan
lumpur bersifat “gel” dalam kondisi fluida pemboran tidak bergerak. Yield
point menunjukkan tingkat minimum stres harus dibuat sebelum lumpur
mengalir Satuan dalam lb / 100ft2.
d) Gel Strength
Fluida umumnya menunjukkan lebih dari satu kondisi fisik. Empat keadaan
fluida pemboran yang umum adalah:
1) Aggregated-Flocculated,
2) Aggregated-Deflocculated,
3) Dispersed-Flocculated,
4) Dispersed-Deflocculated.
Kekuatan gel terbesar terjadi bila fluida berada dalam keadaan dispersed-
flocculated. Misalnya, jika driller telah melakukan pekerjaan menyeluruh
untuk mencampur penambah lempung sehingga platelets terdispersi, dan
fluida pemboran kemudian dibiarkan tetap berada dalam kondisi diam atau
tidak ada sirkulasi, fluida akan mengasumsikan keadaan flokulasi
tersubstitusi yang menyebabkan kekuatan gel meningkat dan kandungan
padatan seragam.
Jika fluida dengan penambah lempung dibiarkan berdiam di lubang bor atau
kolam lumpur untuk beberapa waktu, ia memperoleh kekuatan gel, karena
meningkatnya jumlah pelat lempung yang berjajar berhadapan. Kualitas ini
disebut thixotropy. Apabila fluida dibiarkan untuk tetap terdiam selama
beberapa waktu, kekuatan gel yang terlalu tinggi dapat membutuhkan begitu
banyak tekanan pompa jika ingin melanjutkan sirkulasi, sehingga fluida
dapat dipaksa masuk ke formasi yang retak retak atau lemah.
Kimia air juga mempengaruhi kekuatan gel fluida yang dibuat dengan
penambah lempung. Penggunaan air lunak membantu penambah lempung
mencapai kondisi flokulasi yang baik, sedangkan pada kelompok air sadah
platelet lempung cenderung tetap bersama dan kekuatan gel agak kurang.
e) Filtrasi
Salah satu persyaratan utama untuk fluida pemboran adalah untuk mencegah
kehilangan cairan dengan membentuk saringan cake (filter cake) atau
lapisan tipis dengan permeabilitas rendah pada bidang permukaan yang
porous didalam lubang bor.
Gambar 15. Skema Pengaruh Kualitas Air Terhadap Kondisi Gel Strength
Pada Fluida Bentonite Dalam Pemboran
Partikel koloid dan stek yang masuk tersuspensi selama pemboran adalah
komponen penting dari padatan total yang membuat cake filter atau film.
Dengan demikian, sifat filtrasi dari semua fluida pemboran, sebagian,
dipasok oleh bahan yang berasal dari lubang bor.
Pembentukan Mud Cake pada dinding sumur, sebaiknya tipis tetapi mampu
menahan runtuhan dan menahan air masuk ke formasi.
Mud Cake yang terlalu tebal justru menimbulkan masalah Karena akan
lengket di drill pipe dan menyulitkan saat melaksanakan development
sumur.
Gambar 16. Filter Cake (= Mud Cake = Cake Saringan) Terbentuk Pada
Dinding Lubang Bor
f) Sifat Pelumasan
Bahan Penambah (Aditives) pelumas adalah Bahan penambah lumpur untuk
menurunkan torsi (rotary friction) dan seretan (gesekan aksial) di sumur bor
dan untuk melumasi bantalan (laker) mata bor jika tidak disegel.
Pada mata bor dan drill string pelumasan dimaksudkan agar tidak terjadi
penempelan cutting dan lempung formasi batuan pada mata bor, stabilizer,
drill collar dan drill pipe yang ber potensi menghentikan sirkulasi atau
menyumbat.
Air
Zat tunggal paling penting yang terlibat dalam teknologi fluida pemboran.
Air adalah komponen lumpur yang utama (ditinjau dari volumenya).
Sifat air sangat istimewa dibandingkan dengan cairan lainnya, antara lain -
tegangan permukaannya tertinggi, dielektrikkonstane, panas fusi, panas
penguapan dan mempunyai kemampuan superior melarutkan berbagai zat.
Disosiasi garam, asam dan basa terjadi di air. Sifat lumpur pemboran
ditentukan oleh reaksi antara permukaan air dan permukaan lempung dan
efek elektrolit.
Bentonit
Minimum 85% lempung montmorilonit): berat jenis 2,45-2,55. Terbentuk
sebagai endapan alam. Terdapat dua macam, bentonit natrium dan
bentonit kalsium. Dari segi performanya juga terdapat betonit tiggi dan
bentonit rendah.
Dosis: (a) 3 sampai 7% tergantung pada sistem lumpur. (b) 7 sampai 10%
untuk menstabilkan pembentukan caving. (c) 8 sampai 11% untuk
kehilangan sirkulasi. Suspensi disiapkan di air tawar karena hidrasinya
tidak terjadi pada air asin.
Barite (BaSO4)
Serbuk berwarna abu-abu dengan ukuran butir, 97% bahan lolos melalui
200 mesh saringan; 90 ± 5% bahan lolos 300 mesh saringan, Berat jenis 4.2
- 4.25 hampir tidak larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen
lumpur lainnya,
Dosis: Sesuai kebutuhan berat jenis. Bahan pemberat lainnya yang dapat
digunakan untuk meningkatkan berat jenis lumpur menjadi lebih dari 2,2
adalah:
Galena PbS Berat Jenis: 7,4 -7,7 . Digunakan hanya untuk lumpur
yang sangat berat karena mahal.
Dosis: 0,1 - 0,2% untuk perbaikan lumpur normal dan 0,8% untuk
melarutkan lignit. Untuk membuat larutan dalam air ditambahkan secara
perlahan lahan karena pada pembuatan larutan berlangsung reaksi
eksotermik.
Maksimum berat jenis dari air asin 1,20. Dosis: minimal 3% untuk
penghambatan.
Pemboran
Pemboran lubang pandu dilaksanakan dengan mata bor berukuran
diameter 4” - 8 3/4" sampai target rencana pemboran, kemudian
dilakukan pengambilan contoh batuan dan disimpan dalam kotak sample.
Lubang 4 “ relatif cepat dicapai target, sampel batuan yang keluar lebih
akurat dan cepat, tetapi ketika reaming atau pelebaran menjadi 14 “ atau
lebih akan memakan waktu yang lebih lama. Pemilihan diameter 4”
mempunyai resiko terjepitnya peralatan pemboran makin besar, bila
pencapaian kedalaman pemboran diameter 4“ makin dalam, hal tersebut
disebabkan oleh karena sifat stang bor yang berdiameter makin kecil,
maka simpangan atau kelurusan di bagian ujung mata bor juga makin
besar, bengkoknya lubang bor akan memperbesar resiko terjepit.
Apabila terjadi mud lost, atau hilangnya lumpur sirkulasi secara tiba tiba,
maka segera diambil langkah langkah pengamanan.diantaranya dengan
segera mengangkat mata bor dan stang bor, dan bila perlu merubah
komposisi lumpur dengan menambahkan bahan additive yang dijelaskan
berikutnya.
i) Logging Geofisik
Electric logging sendiri terdiri dari resistivity logging dan self potential
logging. Walaupun dua macam logging namun kebanyakan keduanya
dijadikan dalam satu alat, karena untuk interpretasinya keduanya saling
melengkapi. Kedua logging ini sering disebut sebagai E-Logging.
Electroda didalam sumur, saat digerakkan naik atau turun dalam lubang
bor, akan mempengaruhi arus listrik kareana adanya perbedaan media
yang menyebabkan perbedaan resistivitas disepanjang gerakan elektroda
tersebut. Perubahan tahanan listrik dari keseluruhan sirkuit dicatat pada
tiap kedalaman untuk menghasilkan grafik atau kurva yang disebut log
listrik, "E" log, atau log resistivitas.
Persyaratan dalam proses logging listrik ini adalah bahwa logging hanya
dapat dilakukan pada lubang bor yang tidak dipasang casing (open holle)
tetapi masih terisi fluida pemboran atau air.
Resistivitas Normal
Jika elektroda dengan pengaturan dua elektroda disebut log normal. Bila
spasi atau jarak masing-masing elektroda berukuran 16 in (406 mm) atau
kurang, konfigurasinya disebut short normal ; Jika dipisahkan dengan 64
in (1.630 mm), itu disebut long normal. Jarak dari elektroda arus dan
potensial menentukan kedalaman jangkauan penetrasi ke dalam formasi
pada diameter lubang sumur tertentu. Semakin dalam penetrasi akan
semakin rendah resolusi perlapisan.
Pengaturan tiga elektroda terdiri dari satu elektroda arus dan dua
elektroda potensial di lubang bor. Jarak antara elektroda arus dan
potensial adalah 16 dan 64 inci. Karakteristik pembeda dari pengaturan ini
adalah bahwa kedua elektrodes potensial ditempatkan di lubang bor.
Tidak ada sumber arus listrik eksternal yang terhubung ke sirkuit ini.
Elektroda lubang yang diturunkan biasanya negatif berlawanan dengan
elektroda permukaan.
Setiap arus di sirkuit yang dihasilkan dari aksi elektrokimia antara fluida
pemboran dan formasi batuan atau air yang terkandung dalam formasi
batua dikonduksikan ke permukaan lewat kolom fluida pemboran. Meter
millivolt yang terhubung di antara kedua elektroda tersebut mengukur
penurunan potensial antara elektroda yang diturunkan dan elektroda
permukaan yang selanjutnya direkam.
Karena elektroda dalam lubang sumur digerakkan kebawah dan ke atas
(naik – turun), meter akan mencatat variasi potensial spontan dari formasi
yang berbeda dari tiap tempat yang berbeda. Sebuah kurva yang
menunjukkan potensi ini diplot terhadap kedalaman mendapatkan apa
yang disebut rekaman kurva SP log tersebut.
Pada log ideal yang ditunjukkan pada Gambar 8.24, garis vertikal yang
ditarik untuk menghubungkan potensi yang sesuai dengan berbagai lapisan
lempung yang kedap adalah baseline lempung. Lendutan kurva SP ke kiri
baseline menunjukkan formasi pasir permeabel yang mengandung air.
f) Garis dasar lempung bisa bergeser secara bertahap atau miring atau
tiba-tiba pada kedalaman tertentu meningkat tanpa alasan yang
jelas.
Log Gamma
Pada loging gamma, (sering disebut logging sinar gamma) pengukuran
dilakukan terhadap radiasi alami yang berasal dari bahan yang ditemukan
di lubang bor. Rekaman radiasi gamma digunakan sebagai panduan
kualitatif untuk korelasi stratigrafi dan permeabilitas. Di beberapa
daerah, terdapat hubungan langsung radiasi gamma dan permeabilitas
batuan.
Kehilangan massa dari struktur atom unsur dihasilkan dari emisi sinar
gamma. Emisi gamma adalah satu dari tiga jenis radiasi; yang lainnya
adalah emisi alfa dan beta.
Unsur radioaktif tertentu terjadi secara alami pada batuan beku dan
metamorf dan sebagai partikel hasil rombakanya yang kemudian
mengalami pengendapan menjadi batuan sedimen.
Lempung dan serpih mengandung konsentrasi isotop radioaktif yang tinggi,
biasanya selalu potassium. Pasir dan kerikil, di sisi lain, mengandung
silika, zat yang stabil, dan karena itu hanya menghasilkan radiasi yang
sangat rendah. Batugamping dan dolomit juga memancarkan radionya
kecil. Keys dan MacCary (1971), dalam Driscoll 1987, mencatat bahwa
untuk beberapa batupasir belum menghasilkan atau yang tersemen dengan
kalsium karbonat, sebagian besar radiasi dapat berasal dari partikel
uranium dan torium.
Deteksi emisi sinar gamma melibatkan dua proses acak. Pertama, sinar
diberikan secara acak oleh mineral radioaktif. Ini berarti bahwa jumlah
pulsa energi yang dipancarkan per detik atau per menit bervariasi dengan
nilai minimum dan maksimum tertentu. Kedua, pulsa yang tidak beraturan
ini bertabrakan dengan elemen pendeteksi dalam probe logging. Tidak
semua pulsa yang dilepaskan oleh bahan radioaktif diukur oleh detektor
dan proporsi yang menyerang detektor bervariasi tidak teratur. Kedua
fakta ini dan sifat acak dari emisi sinar gamma harus dipertimbangkan
dalam membaca atau menafsirkan log sinar gamma.
Sirkuit elektronik dari logger gamma terdiri dari detektor, catu daya
tegangan tinggi, penguat denyut, regulator voltase, dan timer elektronik.
Sebagian besar dilengkapi dengan scintillation crystal detector - natrium
yang diberi thallium yodida - namun probe ini tidak dapat digunakan pada
suhu di atas 500 ° F (260 ° C), tergantung pada pabriknya. Di sisi lain,
beberapa unit sumur air yang lebih tua dilengkapi dengan tabung gas
Geiger-Mueller (G-M) yang terisi gas sebagai detektor. Tabung Geiger-
Mueller kurang sensitif dibanding probe scintillator, namun umumnya
lebih kecil diameternya.
Sinar gamma yang terdeteksi oleh probe berasal dari bahan dalam jarak
dekat di luar lubang bor. Telah diperkirakan bahwa 90 persen sinar
gamma yang terdeteksi saat logging berasal dari 6 sampai 12 inci (152
sampai 305 mm) dinding lubang bor. Dengan demikian, volume material
yang relatif kecil kira-kira bulat memberi kontribusi sebagian besar radiasi
yang diambil oleh detektor. Jari-jari bola ini disebut "radius investigasi"
dari logger. Lubang bor termasuk dalam radius penyelidikan. Dengan
demikian, ukuran lubang bor dan posisi probe berhadapan dinding lubang
bor memiliki beberapa efek pada pengukuran sinar gamma.
Kontras sinar gamma antara lempung dan jenis pasir ini akan menjadi
tidak sebesar antara lempung dan kuarsa. Akibatnya, log tidak
mengidentifikasi lapisan pasir kaya feldspar sejelas mungkin. Ini adalah
hal yang penting untuk diperhatikan di logging sumur di endapan glasial
atau dekat sumber batuan beku, dimana jumlah butir pasir yang signifikan
terdiri dari feldspar.
Interpretasi log sinar gamma sangat sulit dimana batu pasir atau formasi
lainnya termasuk fragmen batuan vulkanik, seperti riolit, yang
mengandung mineral radioaktif dalam jumlah relatif tinggi. Biasanya,
bijih uranium dan batuan radioaktif lainnya terjadi di daerah yang sangat
kecil.
Ukuran lebar reaming disesuaikan dengan rencana disain sumur yang sudah harus
dikerjakan atau sudah ada sesaat sesudah logging.
Ruang anulus adalah ruang antara dinding lubang bor dengan instalasi pipa casing
dan pipa saringan.
Ruang kosong anulus yang terjadi, bilamana proses pembuatan sumur sudah
selesai dan dilakukan development, setidaknya ada dua kemungkinan, yang
pertama adalah bilamana gravel pack yang tertahan kemudian turun jatuh oleh
sebab proses development, maka ada kemungkinan membengkokkan susunan
instalasi pipa sumur atau bahkan patah atau runtuhnya permukaan tanah karena
longsoran.
Lebar anulus atau jarak antara dinding lubang bor dan instalasi biasanya diambil
kurang lebih 3 (tiga) inci kiri kanan, atau 6 inci selisih total diameternya.
Agar mendapatkan selisih tersebut, maka untuk reaming digunakan matabor yang
berdiameter 6 (enam) inci lebih besar dari diameter instalasi pipa sumur.
Konstruksi sumur, khususnya yang biasa digunakan dalam irigasi air tanah dengan
debit pemompaan antara 15 – 60 l/dt atau lebih, akan menggunakan konstruksi
dengan diameter bagian jambang pompa lebih besar dari bagian produksi,
biasanya dengan susunan 12 inci pada bagian jambang pompa dan 6 inci pada
bagian pipa buta dan screen. Perbedaan diameter tersebut dimaksudkan untuk
mengakomodir diameter pompa yang cukup longgar berada dalam pipa jambang,
diameter yang kurang besar mengakibatkan pompa tidak dapat masuk atau
terlalu dekat atau bahkan menempel pada pipa jambang yang dapat
menyebabkan pipa jambang pecah karena getaran dan gesekan dengan pompa
sewaktu operasi.
Dalam kondisi ini maka panduan reaming juga mengikuti, yaitu dengan diameter
reaming pada bagian jambang pompa lebih besar dari bagian pipa buta dan
screen.
Dalam perencanaan sudah harus direncanakan jenis atau ukuran mata bor yang
harus disiapkan agar tidak menjadi kendala.
Bilamana reaming sudah selesai semuanya, lubang bor perlu disirkulasikan ulang
sampai bersih, tidak ada endapan yang berpotensi mengganjal ketika dimasukkan
instalasi pipa-pipa sumurnya, jika memungkinkan, sirkulasi ini sekaligus
menipiskan mud cake dengan sirkulasi encer, filtrasi kecil tetapi densitasnya
masih cukup besar.
a) Pipa jambang umumnya untuk irigasi sampai debit 40 l/dt berdiameter 12",
atau sesuai dengan design sumur dan spesifikasi rencana pompa yang akan
dipasang atau rencana debit operasi. Fungsi pipa jambang adalah sebagai
tempat atau jambang pompa yang umumnya berdiameter lebih besar dari
screen, pipa penghantar/ pipa buta.
b) Pipa sebagai penghantar air yang diperoleh dari penyadapan akuifer oleh
screen sering disebut sebagai pipa buta. Diameter dapat 6 ", 5”, 4” dan 3”
SNI sesuai kebutuham. Dapat berupa PVC, Black Mild Steel, atau Fibre glass
(sekarang jarang digunakan).
c) Pipa Saringan diameter dapat 6", 5”, 4” dan 3 “ sesuai kebutuhan, Dapat
berupa PVC, Black Mild Steel, Stainless Steel atau Fibre glass (sekarang
jarang digunakan).Tipe lubang saringan atau slot dapat berupa wire wound
slot, bridging slot, perforated slot, hand cut slot atau celah gergaji tangan,
yang biasa dibuat sendiri.
f) Pipa kantong lumpur, berupa pipa buta berdiameter sama dengan screen
dipasang pada ujung paling bawah konstruksi dan diakhiri dengan tutup
bawah sumur. Fungsi pipa ini untuk menampung endapan baik berupa pasir,
lempung atau benda lain yang mengendap dan tidak ikut terpompa, suatu
saat pada periode operasi pemeliharaan secara berkala endapan ini
dikeluarkan dengan pencucian sumur atau redevelopment.
g) Tutup atas, kunci dan tutup dasar sumur (top cap & bottom plug).Tutup
dasar sumur dapat dibuat dari besi, plastik dan kayu tua yang keras (kayu
tahan lapuk jika terendam terus dalam air)
i) Penempatan gravel pack ke dalam rongga di antara lubang bor dan pipa
produksi
j) Semen / mortar digunakan untuk menutup bagian lubang bor atas agar tidak
terjadi rembesan dan kontaminasi air permukaan.
Sebelum pipa-pipa dan saringan sumur dipasang, harus diberi nomor urut dari
pipa terbawah, hal ini untuk mencegah kekeliruan pemasangan.
Pipa dan pipa saringan yang dipasang dijaga tepat berada di tengah lubang bor
dengan menggunakan centralizer (terbuat dari besi plat atau bahan lainnya) yang
dipasang setiap 12 meter.
Panjang Screen
Panjang screen yang harus dipasang tergantung pada jenis dan keberadaan
material formasi batuan, serta debit yang diharapkan. Secara mudah untuk
mendapatkan debit yang besar diperlukan screen yang penjang pula.
Secara umum, pemasangan screen diletakkan berhadapan dengan akuifer, namun
dari segi ekonomis pada akuifer yang tebal, jika dipasang screen semuanya akan
mahal.
Pemasangan saringan mengacu pada data tersebut, pada lapisan lempung tidak
perlu dipasang screen, karena tidak produktif, demikian juga pada lapisan
batuan yang terdiri dari pasir halus lepas tidak konsolidasi jika dipasang screen
akan terjadi korosi dan merusak pompa.
Pada akuifer jenis ini jika seluruhnya dipasang screen akan boros.
Pemasanga hanya dilakukan pada lapisan pasir kasar. Untuk lapisan pasir
kasar yang tebal cukup dipasang pada bagian ujung bawah. Untuk lapisan
yang berlapis tipis, dapat dipasang di setiap segmen lapisan.
Pada akuifer bebas kapasitas spesifik yang lebih besar diperoleh dengan
menggunakan saringan (screen) sepanjang mungkin, karena garis aliran
konvergen dan kecepatan masuk melalui saringan (screen) sumur
diminimalkan.Tetapi jika screen dipasang lebih pendek, maka dawdown akan
menjadi lebih besar.
Dalam banyak pemakaiann screen penuh suatu akuifer tebal yang uniform
tidak disarankan, karena disamping mahal juga akan menghasilkan
kecepatan aliran air masuk melalui saringan (screen) sumur menjadi terlalu
lambat.
Pada akuifer tertekan yang homogen dan tebal tidak disarankan untuk
memasang screen penuh seluruh ketebalan, karena tidak ekonomis dan
kecepatan masuk aliran air dri akuifer menjadi sangat lambat, hasil terbaik
jika saringan dibagi menjadi beberapa bagian sama panjang diselingi dengan
blank casing. Dengan membagi saringan tersebut maka efek konvergensi
aliran menjadi kecil agar sumur mempunyai kinerja yang baik.
2) Metode uji permeabilitas (Tes falling head dan constan head, jarang
dilakukan)
(a) Jika kemiringan kurva hasil analisa ukuran butir kira-kira sama,
permeabilitas relatif dua sampel atau lebih diperkirakan sama
dengan kuadrat dari ukuran efektif masing-masing sampel. Misalnya
pasir yang memiliki ukuran butir efektif 0,2 mm akan memiliki
sekitar 4 kali konduktivitas hidrolik pasir yang memiliki ukuran butir
efektif 0,1 mm.
(b) Jika dua sampel memiliki ukuran efektif yang sama, maka sampel
dengan kurva yang memiliki kemiringan paling curam biasanya
memiliki konduktivitas hidrolik terbesar.
Diameter Screen
Aturan praktisnya adalah bahwa batas kecepatan upflow 1,5 m/dt akan
menghasilkan sumur dengan upflow losses yang masuk akal.
Diameter dapat bervariasi setelah panjang dan ukuran bukaan saringan (screen)
telah dipilih.
Seringkali, panjang saringan dan ukuran celah saringan (slot) ditentukan oleh
karakteristik alami formasi; Dengan demikian diameter saringan adalah sangat
variabel.
Kecepatan masuk sama dengan debit yang diharapkan atau yang diinginkan
dibagi dengan luas total bukaan di saringan. Jika kecepatan masuk lebih besar
dari 0,03 m / det., maka diameter harus diperbesar untuk memperoleh area
terbuka yang cukup sehingga kecepatan masuk menjadi sekitar 0,03 m/det.
Saringan (screen) yang bagus dibuat dari berbagai bahan dan berkisar dari buatan
tangan hingga model yang awet dan sangat efisien yang dibuat dengan mesin.
Penilaian saringan tergantung pada seberapa efektif kontribusi nya terhadap
keberhasilan sebuah sumur
Kriteria dan fungsi saringan (screen):
a) Kriteria
1) Persentase area terbuka yang lebih besar
2) Celah (slot) tidak tersumbat (nonclogging)
3) Tahan terhadap korosi
4) Kekuatan kolom dan kerutuhan yang cukup (tahan kempes atau rusak)
b) Fungsi
1) Mudah di development
2) Tendensi incrustasi minimal
3) Kehilangan head melalui saringan (screen) rendah
4) Mencegah pemompaan pasir di semua jenis akuifer
Memaksimalkan masing-masing kriteria dalam mengkonstruksi saringan tidak
selalu mungkin. Misalnya, area terbuka dari celah (slot) ted casing diperbesar,
maka kekuatan kolom tidak mencukupi untuk mendukung casing atau instalasi
diatasnya selama proses pemasangan konstruksi
Akan tetapi, pada saringan (screen) celah (slot) kontinyu (buatan pabrik)
umumnya diperoleh area terbuka 30 sampai 50 persen tanpa kehilangan kekuatan
kolom.
Pada kondisi air tanah bersifat korosif tinggi, penggunaan plastik sangat
diinginkan, namun kekuatannya yang relatif rendah membuat penggunaannya
tidak praktis untuk sumur dalam.
Saringan (screen) bercelah kontinyu banyak digunakan untuk sumur air. Saringan
ini dibuat dengan memutar (melilitkan) gulungan kawat.
Gambar 26. Beberapa Macam Celah (Slot) Screen
Bukaan celah (slot) individu harus berbentuk V, dan melebar ke dalam untuk
mengurangi penyumbatan pada celah (slot) juga dapat mengendalikan
pemompaan pasir (Gambar 13.)
Nilai lolos 60 % digunakan di daerah air tanah tidak terlalu korosif, dan atau
adanya keraguan keandalan sampel batuan. Nilai lolos 50 % digunakan pada
daerah dengan air bersifat korosif atau jika ada keraguan keandalan sampel;
nilai lolos 50 % adalah desain yang lebih konservatif.
Secara umum, pemilihan ukuran celah yang lebih besar memungkinkan zona
development yang lebih tebal di sekitar saringan (screen), dan karena itu
meningkatkan kapasitas spesifik. Selain itu, jika airnya bersifat mengkerak.
Pilihan celah (slot) ukuran yang lebih konservatif (misalnya, nilai kelulusan 50%)
dipilih jika ada keraguan keandalan deskripsi sampel; Jika akuifer menutupi atau
ditutupi oleh material halus, material lepas; atau jika waktu development
mahal.
Secara umum, teknik analisis saringan (screen) yang sama dapat digunakan untuk
akuifer heterogen atau berlapis kecuali sebagai berikut:
Gambar 31. Sketsa Pemaangan Saringan (A) Bagian Stratigrafi Yang
Akan Dipasang Saringan Dan (B) Sketsa Pemasangan Saringan Yang
Menunjukkan Ukuran Celah
b) Jika lapisan yang menutupi akuifer yang dievaluasi bersifat lepas, digunakan
ukuran celah (slot) yang sesuai dengan 50% nilai lolos
c) Jika beberapa saringan (screen) digunakan dan jika material halus menutupi
material kasar.
Ukuran celah pada material kasar tidak boleh lebih dua kali lipat ukuran celah
untuk material halus yang ada tepat diatasnya. Menggandakan ukuran celah
(slot) harus dilakukan di atas saringan (screen) naik 2 kaki (0,6 m) atau lebih.
Ketegak – Lurusan Instalasi
Instalasi dibuat benar-benar vertikal dan tegak lurus untuk menjamin kelancaran
pemasangan gravel pack, serta pemasangan pompa. Driller setiap saat
melakukan checking terhadap ketegak lurusan Instalasi.
Setelah pemasangan pipa sumur selesai dan sesuai dengan yang direncanakan
maka gravel pack dengan ukuran yang telah ditentukan dimasukkan kedalam
rongga di antara pipa sumur dan lubang bor (ruang anulus).
Cara penuangan gravel pack kedalam ruang anulus dilakukan dengan hati-hati,
dengan menggunakan wadah, gayung atau ember dan memasukkanya tidak hanya
dari satu sisi.
Pengisian gravel dilaksanakan hati - hati agar pipa sumur terbungkus secara
merata dengan baik oleh gravel pack mulai dari dasar lubang sumur sampai pada
kedalaman rencana penyemenan (kurang lebih 20 m dari permukaan tanah).
Volume gravel pack yang telah dimasukkan dicatat dan diukur posisi kedalaman
gravel dalam lubang pemboran. Setelah pengisian gravel cukup maka
penyempurnaan dan development sumur dapat dimulai.
L. Penyelesaian Sumur
Setelah sumur selesai dikonstruksi, dilakukan pekerjaan development dan uji
pemompaan kedua pekerjaan ini tidak diuraikan disini, akan tetapi diuraikan
dalam modul tersendiri, kemudian setelah pekerjaan development dan pekerjaan
pemompaan uji sumur selesai, pipa konduktor dicabut maka masih terdapat
rongga sisa lubang bor dengan pipa jambang diluar pipa jambang sumur yang
harus diisi semen atau grouting mulai kedalaman tertentu atau mulai permukaan
gravel pack sampai ke permukaan tanah. Fungsi penyemenan ini disamping
memperkuat daya dukung tanah disekitar lubang bor untuk mempersiapkan
pondasi pompa dan rumah pompa, juga untuk menahan agar tidak terjadi
rembesan air permukaan atau soil water kedalam sumur. Fungsi lain adalah
mencegah adanya kontaminasi dari rembesan soil water.
Perencanaan pemilihan bahan harus sesuai dengan fungsinya, yaitu material
kedap dan keras, dapat berupa semen, mortar, atau semen denga campuran
bentonite (jika daya dukung tanah untuk pondasi sudah cukup).
Setelah sumur tertutup, dipasang patok tanda pengenal sumur dimana tercantum
nomor sumur, tahun pembuatan dan tanda pengenal/ nama pelaksana dan nama
pemilik/ pengelola sumur.
Semua kegiatan dalam pemboran memiliki format format yang dapat dibuat
sesuai kebutuhan atau mengacu contoh terlampir, hasil gambar akhir kegiatan
(as built drawing) digambar sebagai composite well logging yang memuat semua
catatan pemboran termasuk denah lokasinya.
UMUM
Estimasi Biaya Pelaksanaan dinilai sangat perlu, mengingat berdasakan hal tersebut
selanjutnya dapat dilakukan perencanaan anggaran biaya pelaksanaan pada beberapa
tahun ke depan dengan mempertimbangkan alokasi dana yang tersedia. Hal ini dianggap
perlu agar pada tahapan selanjutnya dapat dilakukan persiapan pembiayaan
pelaksanaan pekerjaan melalui Anggaran Pembiayaan Belanja Daerah (APBD). Dalam
perhitungan estimasi biaya ini mencakup areal Embung Kab. Tulang Bawang.
UPAH
1 Pekerja 100.000,00 Oh
2 Tukang Batu 130.000,00 Oh
3 Tukang Besi 130.000,00 Oh
4 Tukang Besi Konstruksi 130.000,00 Oh
5 Tukang Cat 130.000,00 Oh
6 Tukang Gali 130.000,00 Oh
7 Tukang Kayu 130.000,00 Oh
8 Kepala Tukang 140.000,00 Oh
9 Ahli Bor 140.000,00 Oh
10 Pembantu Ahli Bor 100.000,00 Oh
11 Tukang Pipa 130.000,00 Oh
12 Mandor 140.000,00 Oh
Harga Satuan
Kode Analisaa Kebutuhan Satuan Indeks Bahan/Upah Jumlah
(Rp)
B. PEKERJAAN TANAH
Analisa B.1 Menggali 1 M3 Tanah Biasa sedalam 0 - 1 Meter
Tenaga Kerja Pekerja OH 0,7500 100.000,00 75.000,00
Mandor OH 0,0250 140.000,00 3.500,00
Jumlah Harga per Satuan Pekerjaan 78.500,00
Analisa B.9 Mengurug kembali 1 M3 galian
Tenaga Kerja Pekerja OH 0,2500 100.000,00 25.000,00
Mandor OH 0,0080 140.000,00 1.120,00
Jumlah Harga per Satuan Pekerjaan 26.120,00
Analisa B.11 Mengurug 1 m3 pasir urug
Bahan Pasir Urug M3 1,2000 175.000,00 210.000,00
Tenaga Kerja Pekerja OH 0,3000 100.000,00 30.000,00
Mandor OH 0,0100 140.000,00 1.400,00
Jumlah Harga per Satuan Pekerjaan 241.400,00
D. PEKERJAAN DINDING
Analisa D.3 Memasang 1 m 2 dinding bata merah ukuran (5 x 11 x 22) cm tebal 1 bata,campuran spesi 1 PC : 4 PP
Bahan Bata Merah Buah 140,0000 500,00 70.000,00
Semen Portland Kg 26,5500 1.200,00 31.860,00
Pasir Pasang M3 0,0930 272.000,00 25.296,00
Tenaga Kerja Pekerja OH 0,6000 100.000,00 60.000,00
Tukang Batu OH 0,2000 130.000,00 26.000,00
Kepala Tukang OH 0,0200 140.000,00 2.800,00
Mandor OH 0,0300 140.000,00 4.200,00
Jumlah Harga per Satuan Pekerjaan 220.156,00
Analisa D.9 Memasang 1 m 2 dinding bata merah ukuran (5 x 11 x 22) cm tebal 1/2 bata,campuran spesi 1 PC : 4 PP
Bahan Bata Merah Buah 70,0000 500,00 35.000,00
Semen Portland Kg 11,5000 1.200,00 13.800,00
Pasir Pasang M3 0,0430 272.000,00 11.696,00
Tenaga Kerja Pekerja OH 0,3000 100.000,00 30.000,00
Tukang Batu OH 0,1000 130.000,00 13.000,00
Kepala Tukang OH 0,0100 140.000,00 1.400,00
Mandor OH 0,0150 140.000,00 2.100,00
Jumlah Harga per Satuan Pekerjaan 106.996,00
VOLUME PEKERJAAN
Berdasarkan hasil desain rinci selanjutnya dilakukan perhitungan Volume Pekerjaan dari
seluruh hasil desain tersebut. Volume Pekerjaan untuk masing-masing bangunan yang
direncanakan dihitung berdasarkan jenis uraian masing-masing pekerjaan yang
diperlukan. Perhitungan volume pekerjaan ini didasarkan atas gambar desain.
Dengan adanya volume pekerjaan untuk masing-masing jenis bangunan, yang dirinci per
jenis pekerjaan, maka dapat dihitung rencana anggaran biaya masing-masing untuk
setiap jenis bangunan yang direncanakan.
Dari rangkaian kegiatan desain dan penggambaran maka sampai pada tahapan
perhitungan volume pekerjaan (BOQ) untuk setiap desain bangunan yang direncanakan
di lokasi pekerjaan. Hasil perhitungan kubikasi atau BOQ (Bill Of Quantity) untuk jenis-
jenis bangunan yang direncanakan, dapat dilihat dalam Laporan BOQ dan RAB.
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi - Demobilisasi - Ls 1,00 1.000.000,00 1.000.000,00
2. Papan Nama Proyek - Ls 1,00 350.000,00 350.000,00
3. Administrasi dan Pelaporan - Ls 1,00 1.250.000,00 1.250.000,00
4. Dokumentasi 0% , 50% , 100% - Ls 1,00 750.000,00 750.000,00
To tal I 3.350.000,00
II PEKERJAAN PEMBUATAN SUMUR BOR
A. Pekerjaan Pengeboran
1. Pekerjaan Pengeboran Kedalaman 60 Meter ( Sampai dengan Keluar Air ) dia. 6" termasuk Pengadaan Bentonit dll
- Dari 0 Meter s/d 30 Meter Analisa P.12.b M 30,00 303.650,00 9.109.500,00
- Dari 30 Meter s/d 60 Meter Analisa P.12.b.1 M 30,00 313.625,00 9.408.750,00
2. Pembesaran Lubang Bor/Reaming untuk Sumur Uji Produksi dia. 8" termasuk Bentonit dll
- Dari 0 Meter s/d 30 Meter Analisa P.12.b.a M 30,00 233.515,00 7.005.450,00
- Dari 30 Meter s/d 60 Meter Analisa P.12.b.b M 30,00 235.390,00 7.061.700,00
Jumlah A 32.585.400,00
B. Pengadaan/Pemasangan Instalasi Pipa Saringan
1. Pipa jambang-Pump House-Casing Pvc dia. 4" Analisa Sb.11 M 60,00 422.130,00 25.327.800,00
2. Pengad/Pemas. Gravel Pack/Filter Gravel Analisa P.12 M3 4,00 504.360,00 2.017.440,00
3. Pekerjaan Manhole Sumur Bor
- Pembesian Dinding Beton Manhole Analisa G.14 Kg 10,92 15.429,00 168.469,25
- Cor Dinding Beton Manhole K-150 Analisa G.3 M3 0,18 1.331.573,00 245.009,43
- Bekisting Dinding Manhole Analisa G.18 M2 2,86 205.180,00 586.814,80
- Pek. Plesteran + Acian Manhole Analisa E.27 M2 1,30 58.941,00 76.623,30
- Pembuatatan Tutup Manhole Plat Besi Tebal 3 Mm Ls Bh 1,00 500.000,00 500.000,00
Jumlah B 28.922.156,78
C. Pengadaan Perlengkapan Sumur Bor
1. Pengadaan Pompa Submersible 1 HP/ 1 PK Ls Unit 1,00 5.000.000,00 5.000.000,00
2. Kabel NYY 3x2.5 mm Supreme Ls Roll 1,00 500.000,00 500.000,00
3. Tali Tambang Nylon Ls M 60,00 8.500,00 510.000,00
4. Pasang Baru Instalasi Listrik Ls Unit 1,00 3.500.000,00 3.500.000,00
Jumlah C 9.510.000,00
To tal II 71.017.556,78