2. c. Nama lain karya budaya (varian atau alias nama karya budaya)
Tari Lansir
(01) Tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya
takbenda, termasuk cerita rakyat, naskah kuno, permainan tradisional;
X (02) Seni pertunjukan, termasuk seni visual, seni teater, seni suara, seni tari, seni musik,
film;
(03) Adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan, sistem ekonomi tradisional,
sistem organisasi sosial, upacara tradisional;
(04) Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta, termasuk
pengetahuan tradisional, kearifan lokal, pengobatan tradisional;
(05) Kemahiran kerajinan tradisional, termasuk seni lukis, seni pahat/ukir, arsitektur
tradisional, pakaian tradisional, aksesoris tradisional, makanan/ minuman
tradisional, moda transportasi tradisional.
4. Kondisi karya budaya saat ini (contreng salah satu)
6. Identifikasi dan definisi mengenai karya budaya (termasuk aspek kesejarahan, aspek
sosial, dan fungsinya dalam masyarakat), maksimal 1000 kata.
Tari Langsir merupakan salah satu tarian tradisional asal Suku Haloban, Kecamatan Pulau
Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil. Tari tradisional ini dimainkan oleh laki-laki dan
perempuan pada momen tertentu saja, seperti hari raya, hajatan pernikahan, sunat rasul, pesta
rakyat dan sebagainya.
Penampilan tari langsir mirip dengan tarian eropa, yakni; berpasangan antara laki-laki dan
perempuan, bergerak berdasarkan komando, gerakan yang atraktif dan terpola, serta iringan
musik biola sepanjang permainan. Perbedaannya hanya terletak pada alunan musik yang sudah
mengadopsi musik Melayu pesisir, yakni Biola dan Gandang.
Terkait asal-usul, tarian ini memiliki 2 versi cerita. Versi pertama mengatakan bahwa tarian ini
diperkenalkan oleh orang-orang Belanda pada masa kolonial sebagai bentuk penyambutan
terhadap tamu-tamu penting. Sementara versi lain mengatakan bahwa tarian langsir diajarkan
oleh orang Nias yang bekerja di atas kapal Belanda.
Menurut hasil penelitian Putra (2021) dari BPNB Aceh, tarian ini memiliki 32 ragam gerak
yang ditandai dengan perintah dari Komandir (instruktur tari). 32 ragam gerak tadi dimainkan
dalam 3 pembabakan dengan kombinasi perulangan yang membentuk pola gerak eksentrik dan
atraktif.
7. Upaya pelestarian karya budaya
Upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat masih sangat terbatas, yakni dengan
membuat sanggar seni tradisi mandiri (Rumah Pulo Tuangku) dan berlatih setiap malam kamis
jika tarian ini akan ditampilkan pada acara-acara tertentu. Tetapi tarian ini masih populer di
kalangan kaum muda, khususnya dalam beberapa tahun terakhir setelah sebelumnya sempat
tidak dimainkan lagi selama lebih dari 20 tahun.
11. Film dokumenter mengenai karya budaya (sertakan judul dari film dan dilampirkan
bersama formulir)
Belum ada, namun tahun ini akan dibuatkan film dokumenternya.
12. Kajian akademis oleh lembaga penelitian yang terkait (sertakan judul dari kajian
akademis dan dilampirkan bersama formulir)
1. Palawi, Ari J. 2016. The Identity and the Dilemma of the Malay Music-Culture of the
Urang Pulo Islanders of the Banyak Archipelago, Sumatra: An Ethnographic, Socio-
Historical and Music-Analytical Study. Doctoral Dissertation. Sir Zelman Cowen School
of Music, Faculty of Arts, Monash University.
Link:
https://bridges.monash.edu/articles/thesis/The_Identity_and_the_Dilemma_of_the_Malay_
Music-
Culture_of_the_Urang_Pulo_Islanders_of_the_Banyak_Archipelago_Sumatra_An_Ethnog
raphic_Socio-Historical_and_Music-Analytical_Study/4669621
2. Putra, Dharma Kelana. Asal-Usul, Bentuk, dan Eksistensi Tari Langsir Dari Etnik
Haloban. Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya, Vol. 6 (1) 2022, Hlm. Link:
https://handep.kemdikbud.go.id/index.php/handep/article/view/233
13. Referensi (ditulis sumber secara lengkap nama penulis, tahun, judul buku, tempat terbit,
penerbit, naskah kuno, prasasti, sumber lisan/nama pelaku (saksi sejarah) yang masih
hidup, usia, dan lainnya
Sumber Lisan:
1. Andung Johan (75 Tahun), Budayawan Suku Haloban, Desa Asantola.
2. Anhar Sitanggang (45 Tahun), Budayawan Suku Haloban, Desa Asantola.
Sumber Tertulis:
1. Palawi, Ari J. 2016. The Identity and the Dilemma of the Malay Music-Culture of the
Urang Pulo Islanders of the Banyak Archipelago, Sumatra: An Ethnographic, Socio-
Historical and Music-Analytical Study. Doctoral Dissertation. Sir Zelman Cowen School
of Music, Faculty of Arts, Monash University.
Link:
https://bridges.monash.edu/articles/thesis/The_Identity_and_the_Dilemma_of_the_Malay_
Music-
Culture_of_the_Urang_Pulo_Islanders_of_the_Banyak_Archipelago_Sumatra_An_Ethnog
raphic_Socio-Historical_and_Music-Analytical_Study/4669621
2. Putra, Dharma Kelana. 2021. Di Tepi Zaman: Tari Langsir, Kesenian Rakyat dari Suku
Haloban. Banda Aceh: Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Aceh.
3. Putra, Dharma Kelana. 2022. Asal-Usul, Bentuk, dan Eksistensi Tari Langsir dari
Komunitas Haloban. Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya, Vol. 6 (1) 2022, Hlm. -.
https://handep.kemdikbud.go.id/index.php/handep/article/view/233
16. Tempat dan tanggal penerimaan formulir karya budaya (diisi oleh Kementerian)
Tempat: Tanggal:
Lampiran Foto
Formasi awal tari, para penari saling berpasangan dan Komandir bersiap memberi instruksi
Salah satu gerakan dalam tari langsir, mirip dengan tarian tradisional khas Eropa
Penutup Tari, memberikan sembah hormat