OLEH:
IRZA NABILAH FITRIANI MANNASSAI
241423024
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan faktor yang menentukan dalam suatu perusahaan. Berhasil atau
gagal perusahaan dalam mencapai suatu tujuan dipengaruhi oleh cara seorang pimpinan. Sosok
pemimpin dalam perusahaan dapat menjadi efektif apabila pemimpin tersebut mampu mengelola
perusahaannya dan mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dalam mencapai
tujuan perusahaan.
Adapun pengertian kepemimpinan menurut Hasibuan (2009) kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin dalam mempengaruhi perilaku para bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Siagian yang dikutip Sutrisno
(2009) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal
ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya mau melakukan kehendak
pimpinan meskipun secara pribadi hal itu tidak disenanginya.
Menurut Rivai, Darmasyah, Mansyur dan Ramly (2014) kepemimpinan secara luas meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan
terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi orang.
Dengan kata lain pemimpin adalah orang yang melakukan Kepemimpinan Definisi yang
menjelaskan tentang kepemimpinan telah cukup banyak diberikan oleh para cendikiawan.
Koontz dan O'donell (dalam Tohardi, 2012:294) mendifinisikan kepemimpinan adalah upaya
mempengaruhi orang untuk ikut sertadalam mecapai tujuan bersama.
Young (dalam Deny, 2012) mengatakan kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki
keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dari kedua definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh cendikiawan tersebut di atas, dalam
tulisan ini dapat ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan kepemimpinan adalah kemampuan
yang dimiliki oleh setiap orang pimpinan organisasi untuk mempengaruhi para bawahannya agar
mereka dapat melaksanakan tugas pekerjaannya mengarah kepada tujuan yang hendak dicapai
oleh organisasi. Pencapaian tujuan organisasi akan diselenggarakan oleh banyak orang yang
tergabung di dalamnya. Organisasi akan digerakan oleh sekolompok orang dengan pembagian
tugas dan dikoordinasikan secara berjenjang.
Siagian (2016:36) menyatakan dalam setiap organisasi terdapat tiga tingkatan kelompok
pimpinan yaitu, top manajemen (administrative management), kelompok pimpinan tingkat
menengah (middle management), dan kelompok pimpimpinan tingkat bawahan (lower
management). Dengan demikian kepemimpinan setiap orang pemimpin dalam jenjang organisasi
dituntut untuk mempunyai kemampuan tertentu sesuai dengan jenjangnya dalam rangka
mengarahkan pekerjaan bawahan yang dipimpinnya. Tohardi (2012:295) mengatakan
kepemimpinan sama dengan memimpin. Setiap pemimpin organisasi dalam kepemimpinannya
mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisasikan dalam usaha menentukan tujuan dan
pencapainya.
2.2.1 Teori kepemimpinan
Teori ini menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada korelasi sebab akibat antara sifat
dan keberhasilan manajer, pendapatnya itu merujuk pada hasil penelitian Keith Davis yang
menyimpulkan ada empat sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi,yaitu :
b) Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial, para pemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyaiperhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas
sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c) Motivasi dan dorongan prestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi
yang kuat untuk berprestasi. Mereka berusaha mendapatkan penghargaan yang instrinsik
dibandingkan dari yang ekstrinsik.
d) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, para pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri
dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya, pemimpin itu mempunyai
perhatian, dan kalau mengikuti istilah penemuan Michigan, pemimpin itu berorientasi pada
karyawan bukan berorientasi pada produksi.
Menurut Mangkunegara (2013) seseorang yang dilahirkan sebagai pimpinan karena memiliki
sifat-sifat sebagai pimpinan. namun pada dalam teori ini juga tidak memungkiri bahwa sifat-sifat
sebagai pimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi ada yang dicapai melalui pendidikan dan
pelatihan. Peran penganut teori sifat ini berusaha menggeneralisasikan sifat-sifat umum yang
dimiliki oleh pemimpinnya, seperti sifat fisik, mental dan kepribadian. Dengan asumsi
pemikiran, bahwa keberhasilan seseorang sebagai pemimpin ditentukan oleh kualitas sifat atau
karakteristik tertentu yang dimiliki dalam diri pimpinan tersebut, baik berhubungan dengan fisik,
mental, psikologis, personalitas, dan intelektual. Beberapa sifat yang dimiliki seseorang
pimpinan antara lain taqwa, sehat, cakap,jujur,tegas, setia, cerdik, berani, disiplin, berwawasan
luas, komunikatif, berkemauan keras, tanggung jawab dan sifat positif lainnya
2. Teori kelompok.
Teori ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuannya, maka harus
terdapat suatu hu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Teori
kelompok ini dasar perkembangannya pada psikologi sosial. Menurut Mangkunegara (2013)
sering disebut dengan teori perilaku dimana teori ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan
merupakan interaksi antar pemimpin dengan pengikut, dan dalam interkasi tersebut pengikutlah
yang melakukan menganalisis dan mempersepsikan apakah menerima atau menolak
kepemimpinannya. Pendekatan perilaku menghasilkan dua orientasi yaitu perilaku pimpinan
yang berorientasi pada tugas atau yang mengutamakan penyelesaian tugas dan perilaku
pemimpin yang berorientas pada orang yang mengutamakan penciptaan hubunganhubungan
manusiawi.
3. Teori situasional
Teori ini menyatakan bahwa beberapa variabel situasional mempunyai pengaruh terhadap
peranan kepemimpinan, kecakapan, dan pelakunya termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasan
para pengikutnya.Beberapa variabel situasional diidentifikasikan, tetapi tidak semua ditarik oleh
situasional ini. Menurut Rivai, Veithzal, Darmansyah, Ramly (2014) suatu pendekatan terhadap
kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat
bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan
ini mensyaratkan pemimpin untuk memiliki n diagnostik dalam perilaku manusia.
Model kepemimpinan yang dikemukakan oleh Fielder sebagai hasil pengujian hipotesa yang
telah dirumuskan dari penelitiannya terdahulu. Model ini berisi tentang hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi
empiris berikut ini:
a) Hubungan pimpinan anggota, variable ini sebagai hal yang paling menentukan dalam
menciptakan situasi yang menyenangkan.
b) Derajat dari struktur tugas. Dimensi ini merupakan urutan kedua dalam menciptakan
situasi yang menyenangkan.
c) Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi ini merupakan
urutan ketiga dalam menciptakan situasi yang menyenangkan
Gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin menghadapi dan melayani staf atau bawahan
yang biasanya berbeda pada setiap individu dan dapat berubah–ubah. Nilai seorang pemimpin
(leader) bukanlah ditentukan oleh hasil yang dicapai secara pribadi, melainkan oleh
kemampuannya mencapai hasil dari pihak yang berada dibawah pengawasannya serta yang
berada di bawah pengawasannya serta pengaruh yang dipancarkannya kepada orang–orang atau
pihak-pihak yang berhubungan dengan sang pimpinan.Kepemimpinan dapat disebut sebagai
aspek yang paling relevan dari semua aspek organisasi karena dapat mempengaruhi perilaku
orang lain di dalam kerjanyadengan menggunakan kekuasaan. Kepemimpinan adalah suatu
keterampilan dankemampuan dari seseorang yang telah menduduki jabatan menjadi pimpinan
dalam sebuah pekerjaan dalam mempengaruhi tindakan orang lain, terutama kepada bawahannya
agar berfikir dan bertingkah laku sedemikian.
Terdapat beberapa gaya kepemimpinan atau sering juga disebut dengan tipe kepemimpinan
menurut Sinulingga (2014: 4) yaitu:
Dalam kepemimpinan karismatik memiliki energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa
untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya
dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui
benar sebab-sebabnya mengapa seseorang itu memiliki karisma besar. Dia dianggap mempunyai
kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang
diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang teramat besar. Tokoh-tokoh besar semacam ini antara lain: Jengis
Khan, Hitler, Gandhi, John F. Kennedy, Soekamo, Margaret Tacher, dan Gorbachev.
2. Tipe Patemalistis
Yaitu tipe kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikuta.
Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak atau belum dewasa, atau anak-anak
sendiri yang perlu dikembangkan.
b. Bersikap terlalu melindungi (overly protective).
keputusan sendiri.
untuk berinisiatif.
3. Tipe Militeristis
Tipe ini bersifat kemiliteran, namun hanya gaya luaran saja yang mencontoh militer. Tetapi
jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Tipe
kepemimpinan ini berbeda sekali dengan kepemimpinan organisasi militer. Sifat-sifat pemimpin
yang militeristis antara lain ialah:
a Lebih banyak menggunakan sistem perintah atau komando, terhadap bawahannya sangat
keras, otoriter, kaku, dan seringkali kurang bijaksana.
kebesaran berlebihan.
4. Tipe Otokratis
Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak dan harus
dipenuhi. Pemimpin selalu mau berperan sebagai pemain tunggal. Pada a one man show, dia
sangat berambisi untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa
berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pemah diberi informasi mendetail mengenai
rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah
diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri Kepemimpinan demokratis berorientasi
pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat
koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal
(pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. .
5. Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab
harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak
memiliki keterampilan teknis sebab duduknya sebagai direktur atau pemimpin ketua dewan,
komandan, atau kepala biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan atau sistem nepotisme
6. Tipe Populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya the third world mendefiniskan kepemimpinan
populistis sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat misalnya
Soekamo dengan ideologi marhaenismenya, yang menekankan masalah kesatuan nasional,
nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan penindasan-penindasan
serta Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh kepada nilai-nilai masyarakat tradisional.
Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing).
Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) nasionalisme. Dan oleh Profesor
S.N Einsentadt, populisme erat dikaitkan dengan modemitas-tradisional.
8. Tipe Demokratis
Sebuah lingkungan masyarakat baik dalam lingkup kecil maupun besar jika anggotanya
telah diorientasikan untuk menjadi orang-orang terdidik, maka akan melahirkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki kualitas dan kompetensi yang memadai. Dengan tersedianya
kualitas SDM yang demikian, maka setiap perubahan dan persaingan akan bisa diantisipasi
sekaligus dimenangkan. Sumber Daya Manusia yang dulunya hanya dianggap sebagai faktor
produksi, akan dipandang lebih sebagai asset yang memiliki daya tawar tinggidalam
mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Pada konteks perubahan dengan tingkat g tinggi
seperti saat ini, memberdayakan pegawai (employee empowerment) adalah sebuah keharusan.
Begitu ketatnya persaingan yang terjadi sekarang ini, maka perusahaan harus selalu mengikuti
apa yang sedang dan akan terjadi. Oleh Ken Blancard (2002:3), bahkan diingatkan bahwa
perusahaan saat ini harus mengubah orientasi bisnisnya jika tidak ingin hancur ditelah persaingan
dalam era perubahan. Ada empat komponen atribut pokok organisasi perusahaan yang harus
segera diperbaiki jika ingin eksis, yakni:
3. Kecepatan dan fleksibilitas dalam merespon perubahan pasar (fast and flexible in responding
to market changes), dan melakukan inovasi secara berkelanjutan (continually innovating).
Pemberdayaan pegawai sebenamya telah menjadi trend sebagai bagian dari sistem pengelolaan
sumber daya manusia yang berorientasi masa depan (future oriented) demi kepuasan konsumen
(customer satisfaction). Konsumen yang haus akan bentuk-bentuk pelayanan berkualitas, prima
dan memuaskan memberi tantangan baru bagi orgamsas1 dalam mengelola berbagai sumber
daya yang dimiliki. Melalui usaha pemberdayaan pegawai sebagai bagian dari salah satu unsur
sumber daya organisasi, maka dalam jangka panjang organisasi akan mampu secara optimal
memanfaatkan sumber daya manusianya di tengah persaingan global.
Namun semangat pegawai dalam menuangkan ide dan gagasan da-lam bekerja harus
dipandu dengan bekal visi dan misi organisasi yang kuat. Hal ini penting karena visi sebagai
sesuatu harapan, keinginan, citia-cita, harus dipahami dan dimengerti oleh seluruh anggota
organisasi agar dalam mewujudkan visi tersebut tidak mengalami salah arah yang
mengakibatkan kegagalan. Pemimpin yang tidak mampu merumuskan visi, misi, tujuan, dan
strategi yang jelas akan mengalami kendala dalam pendistribusian (break down) visi dan misi
tersebut kepada semua orang yang menjadi bawahannya. Seorang pemimpin dikatakan berhasil,
manakala mampu menerapkan pola kepemimpinannya secara efektif dan efisien sehingga bisa
menjadi sumber dan kekuatan organisasi. Organisasi yang berhasil menurut Stoltz (2007:198),
harus mampu mengubah kendala dalam lingkungannya menjadi peluang untuk memajukan diri.
Pemimpin yang memiliki visi masa depan yang kuat (visioner) dalam menjalankan roda
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, akan lebih mudah
dibandingkan dengan pemimpin lainnya.
Seperti dikatakan oleh Ken Blancard (2002) dikatakan bahwa pemberdayaan sebagai
suatu cara untuk memwirausahakan (entrepreneurship) orang lain, penanaman rasa memiliki
(ownership) suatu bentuk ikatan kerja atas dasar komitmen (engagement) dan sebagai suatu
usaha untuk membuat orang lain terlibat (involvement). Pemberdayaan diartikan sebagai
membagi kekuasaan (power sharing) atau mendelegasikan kekuasaan dan wewenang kepada
bawahan di dalam organisasi.
Dalam definisi lain oleh (Luthan, 1995), dalam Triantoro Safaria, (2004:210) dikatakan
bahwa pemberdayaan adalah wewenang untuk membuat keputusan dalam kegiatan opersional
individual tanpa harus memperoleh persetujuan dari siapapun.
kinerja pegawai merupakan bagian penting dari seluruh proses pegawai. Pentingnya prestasi
kerja yang rasional dan objektif meliputi paling sedikit dua kepentingan yaitu: kepentingan
pegawai yang bersangkutan dan kepentingan organisasi.
Menurut Suprianto (2010:12), kinerja adalah suatu kondisi yang diperoleh seorang pegawai
pada suatu periode tertentu. Bagi pegawai prestasi kerja berperan sebagai umpan balik tentang
berbagai hal seperti kemampuan, kekurangan dan potensi untuk menentukan tujuan, jalur,
rencana dan prestasi kerja tersebut. Sedangkan bagi organisasi prestasi kerja pegawai sangat
penting dalam pengambilan keputusan seperti identifikasi program pendidikan dan pelatihan
rekruitmen, seleksi, penempatan dan promosi.
Menurut Mathis dan Jackson (2012: 82), kinerja merupakan seberapa baik pegawai
mengerjakan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut. Selanjutnya menurut Adoir (2010: 64), prestasi kerja
adalah perasaan yang membawa seseorang pada kesuksesan, penyelesaian pekerjaan, pemecahan
masalah dan keberhasilan yang ada.
Jadi berdasarkan defenisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja itu merupakan
hasil dari suatu pelaksanaan pekerjaan, pemecahan masalah pada suatu periode yang dapat
menimbulkan perasaan.
Sehubungan dengan kinerja maka sistem penilaian berperan penting. Penilaian kinerja
merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang pegawai
telah melaksanakan pekerjaanya masing- masing secara keseluruhan bukan hanya dinilai dari
hasil fisiknya tetapi meliputi berbagai hal seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan kerja,
prakarsa dan kepemimpinan.
Suatu organisasi membutuhkan unsur manusia dalam menentukan berjalan atau tidaknya
kegiatan suatu organisasi dalam pencapaian tujuan. Terlaksananya kegiatan suatu organisasi
ditentukan pada kemampuan manusia dalam menggerakkan organisasi ke arah pencapaian tujuan
telah ditetapkan. Manusia yang terlibat dalam organisasi ini disebut Pegawai. Widjaja (1995:15)
menyatakan bahwa: Pegawai merupakan tenaga kerja manusia, jasmaniah maupun rohaniah
(mental dan fikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan karena itu menjadi salah satu modal pokok
dalam badan usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi). Sedangkan Musanef
(1984:5) mengatakan bahwa "Pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan
mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari Pemerintah atau badan swasta". Pegawai
Negeri menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 8 Tahun 1974 sebagai berikut: Pegawai adalah setiap Warga Negara Republik indonesia
yang memenuhi syarat yang di tentukan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa Pegawai merupakan modal pokok dalam suatu organisasi karena berhasil
tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung pada Pegawai yang memimpin
dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut.
Kinerja Pegawai mempunyai hubungan erat dengan pemberdayaan sumber daya manusia
karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat
produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya
untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja dalam suatu organisasi merupakan hal penting.
Menurut Anwar prabu Mangkunegara (2010:12) bahwa "Kinerja Pegawai adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Pegawai dalam me!aksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya". Kinerja Pegawai berupaya untuk
meningkatkan kemampuan kerja dan penampilan kerja seseorang yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Pendapat lain dikemukakan oleh Malayu S.P Hasibuan (2010:103) bahwa
"Kine1ja Pegawai adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan sert a waktu". Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja Pegawai adalah hasil dari perilaku anggota organisasi, dimana tujuan aktual yang ingin
dicapai adalah adanya perubahan perilaku yang lebih baik.
Penilaian kerja merupakan suatu penilaian tentang kondisi kerja Pegawai yang dilaksanakan
secara formal dan dikaitkan dengan standar kerja yang telah ditentukan suatu instansi tertentu.
Suyadi (2009:216) menyatakan bahwa: Penilaian Kinerja adalah proses penilaian basil kerja
yang akan digunakan oleh pihak manajemen untuk memberi informasi kepada para Pegawai
secara individual, tentang mutu basil perkerjaannya di pandang dari sudut kepentingan
perusahaan. Sedangkan menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2010:10) bahwa: Penilaian
Kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui basil pekerjaan
Pegawai dan kinerja organisasi. Disamping itu, juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan
kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada Pegawai sehingga dapat
melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk
menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Pestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
menyatakan bahwa "Penilaian prestasi kerja PNS adalah suatu proses penilaian secara sistematis
yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja Pegawai dan perilaku kerja PNS."
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah
suatu proses peuilaian atau evaluasi yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui basil
kerja Pegawai dan kinerja organisasi.
Disamping itu juga untuk memberikan informasi kepada para Pegawai secara individual
tentang mutu basil pekerjaannya, menentukan pelatihan kerja secara tepat dan untuk memberikan
tanggapan yang lebih baik di rnasamendatang. Penilaian kinerja Pegawai sangat penting dalam
meningkatkan kinerja suatu organisasi. Pada dasamya penilaian kinerja Pegawai membutuhkan
beberapa aspek. Menurut Sugiyono (2009:227) Aspek tersebut antara lain:
e. Kreatifitas (Creativity)
f. Inovasi (Innovation)
g. Inisiatif (Initiative)
a. Kualitas Kerja
b. Kuantitas Kerja
d. Inisiatif
e. Tanggung Jawab
B. Kuantitas kerja adalah banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada
C. Disiplin dalam bekerja adalah Pegawai harus disiplin pada dirinya, tugasnya, serta
mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian kerja
Pegawai dapat diukur melalui beberapa aspek yaitu kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan,
pengetahuan pekerjaan, disiplin dalam bekerja, inisiatif dan tanggung jawab.
Menurut Handoko (2010:135) bahwa dalam menjamin keberhasilan usaha serta peningkatan
prestasi kerja, para pimpinan perusahaan perlu memperlihatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja, yaitu:
1. Tingkat pendidikan
2. Keterampilan
3. Disiplin
4. Fasilitas
6. Tingkat penghasilan
7. Jaminan sosial
9. Hubungan industrial
10. Tehnologi
11. Sarana produksi
12. Manajemen
Pemimpin merupakan salah satu alasan penentu keberhasilan pencapaian tujuan daripada
instansi. Pemimpin memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan
upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Peranan yang paling besar terhadap kinerja
adalah perasaan para pegawai bahwa mereka sedang diperlakukan secara adil. Dengan demikian,
tampak pemimpin selalu akan dikaitkan dengan kelompok, karena seorang pemimpin tanpa
kelompok dan para anggota, tidak akan ada manfaatnya, meskipun individu tersebut mempunyai
potensi yang sangat baik untuk menjadi seorang pemimpin. Disamping itu sulit bagi para
karyawan untuk mengarahkan usaha yang tinggi terhadap suatu pekerjaan apabila mereka
percaya bahwa pimpinan mereka tidak berlaku adil terhadap mereka.
Pemimpin yang memberikan perhatian khusus terhadap pegawai dapat merangsang mereka
untuk dapat bekerja dengan giat, karena pegawai berfungsi sebagai pelaksana dalam mencapai
tujuan organisasi. Perhatian tersebut dapat memberikan motivasi kerja yaitu dorongan-dorongan
dalam diri seseorang yang menyebabkan ia bersemangat melakukan pekerjaan yang diberikan.
Pegawai dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada didalam organisasi. Dengan
menggunakan berbagai fasilitas kerja tersebut, pegawai dapat melakukan setiap pekerjaan
dengan lebih baik dan dapat meningkatkan kepuasan kerja
Tabel 1.2
Penelitian terdahulu
nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian
b. Menjalankan peran
interpersonal role
(peranan pribadi).
Mampu memfasilitasi
untuk kelancaran
kegiatan guna
mempercepat suatu
proses untuk mencapai
output.
- Memecahkan 4. Inisiatif
Mangkuanegara 2008 ; 67
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di luwuk kabupaten banggai sedangkan fokus
penelitian yaitu pada kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil Luwuk yang beralamat di
Jl. Jendral Ahmad Yani no 12, luwuk kabupaten banggai, adapun yang menjadi alasan bagi
peneliti dalam menentukan lokasi di atas, karena ingin menganalisa lebihjauh bagaimana peran
PEMBERDAYAAN
kepemimpinan dalam memberdayakan pegawai guna meningkatkan kinerja di kantor dinas
- Keinginan
- KepercayaanDiri
- Kredibilitas
kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten banggai Penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari 2020- Maret 2020
Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap mempunyai
informasi yang dibutuhkan di wilayah penelitian. Cara yang digunakan untuk menentukan
informan kunci tersebut maka penulis menggunakan “purposive sampling” atau sampling
bertujuan, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009:128).
1. Kepala dinas
Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan data
yang akan dilakukan kepada sumber data. Pengumpulan data dalam penelitian adalah
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari
hasil observasi langsung di lapangan dengan mempelajari dan mengamati keadaan fisik wilayah
tersebut serta melakukan wawancara kepada berbagai narasumber seperti kepala Dinas, kepala
bidang kepegawaian dan kepala bidang perencanaan dan evaluasi dan pegawai Pengumpulan
Data Primer dapat diperoleh melalui beberapa metode yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
yaitu proses pengamatan yang dilakukan secara intens terhadap objek yang akan diteliti. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh data sehubungan dengan peran kepemimpinan dalam
memberdayakan pegawai untuk meningkatkan kinerja pegawai di kantor dinas kependudukan
dan pencatatan sipil kab banggai.
3. Dokumentasi
Sedangkan data sekunder yaitu metode pengumpulan data-data yang sudah diketahui jelas
sumbemya dan merniliki keterkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Data-
data sekunder dapat diperoleh dari berbagai literatur, internet, serta dari instansi-instansi resmi
terkait seperti kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten banggai yang tercakup
dalam wilayah studi Pengumpulan Data Sekunder dapat diperoleh melalui menganalisis data dan
informasi untuk memperoleh suatu identifikasi di wilayah studi dan mengidentifikasi potensi dan
permasalahan yang terdapat di kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten
banggai Data akan di klasifikasikan ke dalam masing-masing aspek untuk selanjutnya akan
dianalisis. Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai atau kunci
tambahan) dengan key informan (orang yang ingin peneliti ketahui ataupun kunci utama).
Karena itu disebut juga wawancara intensif (Kriyantono, 2006:98). Dengan teknik ini diharapkan
informan lebih terbuka dan berani dalam memberikan jawaban dalam merespon terhadap
pertanyaan yang diajukan peneliti. Kelebihan lain adalah peneliti secara personal dapat bertanya
langsung dan mengamati respon mereka lebih detail.
Data yang diperoleh tersebut kernudian akan disajikan secara analisis kualitatif yaitu
analisis yang tidak dapat diukur baik besar atau jurnlahnya dan rnengutarnakan kualitas data
yang digunakan. Analisis ini digunakan untuk rnenganalisis data yang berbentuk non-nurnerik
atau data-data yang tidak dapat diterjernahkan dalarn bentuk angka tapi interpretasi dalarn
bentuk pernyataan. Sedangkan metode analisis kualitatif yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah analisis deskriptif kualitatif, digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan
penjelasan dan garnbaran wilayah studi secara lengkap dan detail Misalnya untuk menjelaskan
keadaan dernografi, keadaan sosial rnaupun ekonomi yang ada di kantor camat luwuk kabupaten
banggai sehingga akan didapatkan garnbaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok
permasalahan yang diangkat. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjelaskan
fenornena dengan sedetail-detailnya melalui pengumpulan data (Kriyantono, 2006:58). Untuk
lebih mempermudah menganalisis data maka digunakan cara (Milles dan Huberman 1988:156):
Proses penyusunan informasi yang kompleks kedalam bentuk sistematis dan memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta pengambilan keputusan seperti mengumpulkan
informasi yang terkait dengan tema mengkategorisasikan informasi dalam kelompok yang
spesifik.
3.5.3 Verifikasi
Membuat kesimpulan sementara dari yang belum jelas menjadi lebih terperinci dengan cara
diverifikasi dalam arti meninjau ulang catatan-catatan dengan maksud agar data yang diperoleh
tersebut menjadi lebih valid seperti mengambil keputusan, mengidentifikasi pola, perkembangan,
dan penjelasan.
BAB IV
4.1.1 Sejarah singkat kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten banggai
berdirinya Kantor Catatan Sipil pada tahun 1983 sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri nomor 54 tahun 1983 yang kemudian setelah bergulirnya waktu serta tuntutan beban
kerja, maka pada tahun 1998 dan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 150
tahun 1998 tentang Pedoman Organisasi dan Tata kerja Dinas Pendaftaran Penduduk Daerah
Tingkat II, Kantor Catatan Sipil berubah bentuk menjadi sebuah dinas yang dinamakan Dinas
Pendaftaran Penduduk.
Ditahun 2001 sampai dengan 2005 karena berlakunya otonomi daerah maka Dinas
Pendaftaran Penduduk berubah namanya kembali menjadi Dinas Kependudukan dan ditahun
2005 sampai dengan 2007 atas berubahnya atas berubahnya peraturan tentang organisasi dan
perangkat daerah maka Dinas Kependudukan berubah menjadi sebuah badan yang dinamakan
Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana namun karena terdapat pemisahan
antara administrasi kependudukan dan administrasi keluarga berencana dan urusan wanita yang
menjadi sebuah organisasi pemerintah mandiri sehingga pada tahun 2007 sampai dengan saat ini
Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana dirubah bentuknya menjadi sebuah
Dinas yang dinamakan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banggai.
4.1.2 Visi dan misi kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil kab banggai
Visi adalah sesuatu yang akan terjadi dan telah dipikirkan dahulu tentang apa yang akan dicapai
dengan pertimbangan yang dalam dan cara pandang jauh ke depan kemana suatu organisasi
harus diarahkan agar tetap eksis dan inovatif dalam mengemban fungsi organisasi. Dengan
demikian, visi mencerminkan apa yang harus dilakukan oleh suatu organisasi. Setelah
melakukan analisis konfrehensif dengan memperhatikan acuan-acuan yang ditetapkan dalam
Visi, Misi dan arah kebijakan pemerintah Kabupaten Banggai, maka Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Banggai memiliki Visi sebagai berikut :
”Terwujudnya Tertib Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang Akurat dan
Dinamis melalui Pelayanan Prima menuju Penduduk berkualitas pada Tahun 2021”
Visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banggai dapat diuraikan
secara ringkas sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, pengertian dari : Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan
pendataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data Kependudukan melalui
Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan
serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain;
Pencatatan Sipil adalah Pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam
Registrasi Pencatatan Sipil pada instansi pelaksana. Sistim Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil merupakan rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan ditangani oleh
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banggai. Oleh karena itu, dalam
menjalankan tugas tersebut tentu ada harapan yang diwujudkan, yaitu :
Sistem Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang tertib; Yaitu dalam
melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil selalu
menjalankan tahapan atau prosedur yang berlaku, tidak melewati tahapan yang sudah ditentukan
dan menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku. Misalnya dalam Pendaftaran Penduduk harus
ditangani mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, kemudian ke Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banggai.
Sistem Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang akurat; Yaitu dalam
melaksanakan kegiatan pencatatan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil, data yang
ada dan yang diberikan itu harus benar, tidak memberikan data palsu dan tidak manipilasi data
sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan;
Misi dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang harus diemban dan atau dilakukan oleh suatu
organisasi sesuai visi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Misi
merupakan suatu penjabaran tentang apa yang harus dilaksanakan agar visi yang telah disepakati
dapat tercapai. Misi dapat dikatakan suatu koridor atau alat pengendalian suatu organisasi dalam
menetapkan kegiatan atau strategi operasional sehingga tidak menyimpang dari visi yang
disepakati sebelumnya.
Dalam mencapai visinya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banggai telah
menetapkan 4 (empat) misi yang akan menjadi pegangan dalam mengembangkan atau
merumuskan langkah selanjutnya meliputi :
3. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Sarana dan Prasarana kerja guna memenuhi standar
pelayanan prima.
4. Meningkatkan Kerjasama dengan pihak yang berwenang dalam sosialisasi produk hukum
tentang administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
4.1.2 struktur organisasi kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil kab banggai
4.2 Pembahasan
Dalam meningkatkan kinerja pegawai di kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil
Kepala dinas menciptakan suasana nyaman dulu lingkungan Kantor, Agar masyarakat yang
menerima pelayanan, mengurus pelayanan di Kantor itu baik. Penilaian pada inisiatif tersebut,
sangat berpengaruh baik dalam meningkatkan kinerja pegawai. Sumberdaya kantor dukcapil
sudah cukup untuk meningkatkan kinerja pegawai. Inisiatif untuk meningkatkan kinerja pegawai,
seperti salah satunya yang Kepala dinas melakukan. keterbukaannya dengan pegawai, membahas
hasil pekerjaan, agar pegawai merasa nyaman dalam bekerja.
5.1 Kesimpulan
Peran kepemimpinan dalam memberdayakan pegawm guna meningkatkan kinerja di kantor dinas
kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten bantai belum maksimal. Terutama dalam
memfasilitasi pegawai sarana dan prasarana. Peranan sebagai pemimpin (Leader) di kantor
dukcapil dalam melakukan hubungan interpersonal, memotivasi, mengembangkan, dan
mengendalikan kantor dukcapil masih terdapat beberapa pelanggaran dan tingkat ketaatan yang
masih belum berjalan secara maksimal. Peran antar pribadi (Interpersonal Role) Kepala Dinas
kependudukan dan pencatatan sipil memberikan kepercayaan kepada stafyang dianggap mampu
dan mau bekerja. Kepemimpinan Kepala Dinas kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten
Banggai dalam memberdayakan para pegawainya juga difokuskan pada motivasi instrinsik dan
ekstrinsik, dengan cara menciptakan situasi dan kerjasama yang harmonis antar pegawai,
berusaha untuk memenuhi keinginan- keinginan staf serta melengkapi segala kebutuhan yang
diperlukan dalam menjalankan tugasnya
5.2 Saran
1. Pimpinan perlu berupaya menciptakan motivasi dengan memberi pengakuan atau pujian
terhadap keberhasilan kerja pegawai sebagai bentuk motivasi positif.
2. Pimpinan perlu secara aktif memelihara jalur komunikasi dengan berupaya mengembangkan
kemampuan pegawai untuk berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti serta
menghilangkan kekakuan bawahan dalam berkomunikasi dengan atasan
3. Pimpinan perlu lebih meluangkan waktu untuk memantau pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pegawai merasa bahwa pimpinan membuat penilaian terhadap segala upaya yang dilakukan
dalam proses menyelesaikan pekerjaan walaupun dalam kondisi sulit.
4. Pimpinan perlu melakukan peningkatan kapasitas kepada pegawai melalui pelatihan atau
bimbingan teknis
DAFTAR PUSTAKA
Roipen Sianipar. 2020. Program Magister Ilmu Administrasi Publik PascaSarjana. Universitas
Medan Area Medan.
https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/19796/1/181801050%20-%20Roipen
%20Sianipar%20-%20Fulltext.pd
Sartika, dan Lubis Suartika. 2019. Peran Kepemimpinan Salam Pemberdayaan Pegawai Di PT.
Agung Sarana Terminal Marelan. Jurnal Publik Reform Undhar Medan. Vol 6
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/jupublik/article/download/1246/1044
Agel Siregar. 2019. Peran Kepemimpinan Dalam Peningkatan Kinerja Pegawai Kantor Camat
Sodikalang Kabupaten Dairi. Universitas Medan Area.
https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/13605/1/171801100%20-%20Agel
%20Siregar%20-%20Fulltext.pdf