Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Nama Dosen Penggampuh :

IBU ADE SARMINI

Dibuat Oleh :

Herdy Pratama Sanjaya


(211061201148)Kelas 4.ONLINE

FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNISJURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS IBNU SINA
BATAM

TA.2023
SISTEM INFORMASI SEBAGAI PENDUKUNG PROSES MANAJEMEN

Telah ditekankan pada Bab 1 bahwa manajemen suatu organisasi diharapkan dan bahkan dituntut
memainkan berbagai peran strategis demi keberhasilan organisasi sebagai keseluruhan. Peranan
tersebut berangkat dari pandangan bahwa kelompok manajemen harus mampu menerapkan
kepemimpinan yang efektif. Telah umum diketahui bahwa keberhasilan organisasi pada
hakikatnya ditentukan oleh penggabungan yang tepat antara kepemimpinan yang efektif dan
pelaksanaan kegiatan operasional yang efisien. Pada umumnya kepemimpinan yang efektif
tercermin pada dua kegiatan utama, yaitu memainkan peranan yang menjadi tanggung jawabnya
selaku unsur pimpinan dalam organisasi dan kemahirannya memimpin organisasi dalam
menempuh seluruh proses manajerial yang memang harus terlaksana dengan sebaik mungkin.
Atas dasar pemikiran demikianlah, dalam bab ini dibahas dua topik utama, yaitu pertama
peranan yang harus dimainkan oleh para manajer dan kedua pembahasan proses manajerial yang
kesemuanya hanya mungkin terlaksana dengan baik apabila didukung oleh informasi.

TIGA KATEGORI PERANAN MANAJEMEN


Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat kategorisasi peranan manajerial dalam duatu
organisasi. Bahkan pustaka tentang manajemen pada umumnya dan kepemimpinan pada
khususnya sarat dengan pembahasan tersebut.yang jelas ialah dari teori kepemimpinan diketahui
bahwa manajemen suatu organisasi yang memainkan tiga kategori peranan, yaitu peran yang
bersifat interpersonal, peranan informasional, dan peranan selaku pengambil keputusan.

Peranan yang Bersifat “Interpersonal”


Peranan yang bersifat interpersonal antara lain yang dimaksudkan untuk menumbuhsuburkan
iklim solidaritas dan kebersamaan dalam organisasi. Peranan ini sering menampakan dirinya
dalam tiga bentuk utama, yaitu: pertama: peranan yang bersifat simbolis. Tidak disangkal dari
pengalaman banyak orang menunjukan bahwa eksistensi suatu organisasi sering diidentikan
dengan orang orang yang menduduki jabatan manajemen puncak dalam organisasi tersebut.
Salah satu akibat peranan tersebut adalah kesediaan manajemen untuk terlibat dalam berbagai
kegiatan sosial dan seremonial. Contoh-contohnya antara lain ialah keterlibatan langsung dalam
perayaan hari-hari besar nasional, perayaan ulang tahun organisasi, menghadiri resepsi
perkawinan putra/putri rekan dan/atau bawahan, menghadiri upacara khitanan, menghadiri
upacara pemberian penghargaan kepada karyawan yang menampilkan kinerja yang sangat
memuaskan, upacara pelepasan para karyawan yang memasuki masa purna bakti, dan lain
sebagainya. Tapi, tidak sedikit pula orang yang menduduki posisi manajerial penting dalam
organisasi yang tidak senang memainkan peranan tersebut karena paling sedikit dua alasan
utama, yaitu (a) keterlibatan termasuk kategori kegiatan perifieral dalam arti tidak memberikan
kontribusi secara langsung kepada pencapaian tujuan organisasi dan berbagai sasarannya dan (b)
kegiatan sosial dan seremonial seperti itu menyita banyak waktu, tenaga, dan bahkan juga biaya.
Akan tetapi sesungguhnya, memainkan peranan simbolis tersebut sangat penting, paling sedikit
ditinjau dari segi penciptaan citra positif organisasi yang bersangkutan misalnya sebagai tokoh
dalam lingkungan “keluarga besar” organisasi dan mencegah timbulnya persepsi dikalangan
orang lain bahwa manajemen organisasi menjadi kelompok yang eksklusif. Kedua: peranan
selaku pemimpin. Jika kepemimpinan didefinisikan sebagai “kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain –baca: para bawahan—sehingga orang lain itu bersedia melakukan hal-hal
yang diinginkan oleh pemimpin maskipun hal tersebut secara pribadi tidak disenanginya”, jelas
bahwa kemampuan memimpin yang efektif akan turut menentukan keberhasilan atau kegagalan
organisasi karena dengan kepemimpinan itulah orang lain dibina, diarahkan dan diberi motivasi
yang tepat. Dari teori kepemimpinan diketahui bahwa kepemimpinan yang efektif antara lain
menyangkut gaya kepemimpinan yang situasional yang pada umumnya berarti bahwa dalam
menerapkan kepemimpinan, seorang manajer menyesuaikan gaya tersebut dalam tingkat
kematangan mental, professional, dan teknis para bawahan meskipun gaya yang demokratiklah
yang sesungguhnya paling didambakan. Ketiga: peranan sebagai penghubung, terutama dalam
arti eksternal yaitu perana selaku wakil organisasi dalam menghadapi berbagai pihak diluar
organisasi yang mempunyai kemitraan ayau hubungan kerja dengan organisasi yang
bersangkutan. Salah satu bentuk hubungan ini ialah bahwa informasi kepada pihak luar tersebut
tentang organisasi yang dipimpinnya.
Peranan informasional
Peranan kedua ialah informasional. Yang dimaksud dengan peranan ini ialah bahwa dalam
kedudukannya seselaku unsur pemimpin dalam organisasi, manajemen menjadi pemantau arus
informasi dalam orgnaisasi di samping peranan selaku penerima dan pembagi informasi. Yang
disebut terakhir ini termasuk peranan selaku juru bicara organisasi. Sebagai pemantau arus
informasi, manajemen berupaya untuk menjamin bahwa informasi yang diterima segera sampai
kepada satuan kerja yang memerlukannya sebaliknya arus informasi keluar berjalan lancar dalam
arti diterima oleh pihak luar yang memerlukannya dalam waktu yang sesingkat mungkin. Selaku
penerima informasi, manajemen memperoleh berbagai jenis informasi dari berbagai sumber,
baik secara internal dari berbagai komponen atau disatuan kerja yang terdapat dalam organisasi
maupun secara eksternal, yaitu berbagai sumber yang dianggap memiliki informasi yang
diperlukan oleh manajemen dalam menjalankan semua jenis peranan, fungsi, dan kegiatannya.
Bahkan tidak mustahil bahwa ada pihak-pihak tertentu, didalam dan diluar organisasi, yang
menyampaikan informasi kepada manajemen karena pihak-pihak tersebut menduga bahwa
manajemen membutuhkan informasi tersebut. Dengan demikian, makin mudah akses kepada
berbagai sarana penanganan informasi, seperti misalnya karena makin meluasnya penggunaan
personal computer dan Notebook yang terdapat dalam seluruh jajaran organisaasi masalah yang
sering dihadapi oleh manajemen dalam hal informasi ini ialah kecenderungan manajemen
menerima terlalu banyak informasi, termasuk informasi yang mungkin tidak diperlukannya
dalam menjalankan peran manajerialnya. Berbeda halnya dengan masa lalu pada waktu
penangan informasi masih bersifat manual, mahal, lambat, informasi merupakan resource
organisasi yang langka. Melimpahnya informasi yang diterima oleh manajemen dapat
menimbulkan masalah paling sedikit dalam dua bentuk, yaitu: (a) bahwa tidak sedikit waktu dan
tenaga manajemen yang digunakan untuk menyeleksi informasi apa saja yang betul-betul
dibutuhkannya yang berarti mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang lebih strategis sifatnya, dan (b) tidak adanya jaminan bahwa informasi yang
diterima itu bermutu tinggi karena, seperti dimaklumi, dalam dunia informasi dewasa ini dikenal
akronim GIGO yang merupakan singkatan dari ungkapan Garbage In, Garbage Out. Tidak akan
ada yang menyanggah benarnya pandangan yang mengatakan bahwa jika data, sebagai bahan
baku untuk diolah sehingga menjadi informasi, tidak tinggi mutunya, secermat apapaun
pengolahan dilakukan, tidak mungkin menghasilkan informasi yang bermutu tinggi. Padahal
yang diperlukan oleh manajemen adalah informasi yang relevan, mutakhir, lengkap, dan andal
serta tersimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri oleh manajemen apabila diperlukan.
Biasanya informasi yang diterima oleh manajemen dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu
informasi yang digunakan sendiri oleh manajemen dalam memainkan peranan manajerialnya dan
informasi yang didistribusikan kepada para manajer yang lebih rendah untuk digunakan sebagai
alat pendukung kegiatan para bawahan tersebut. Kategori kedua inilah yang mengakibatkan
timbulnya peranan manajemen selaku pembagi informasi. Peranan ini tidak kalah pentingnya
dibandingkan peranan selaku penerima informasi. Dikatakan demikian karena manajemen harus
mengetahui dengan pasti dan tepat kepada siapa dan informasi apa yang diberikan dan untuk
kepentingan apa. Lancar tidaknya pelaksanaan kegiatan para bawahan terutama ditentukan oleh
informasi apa yang diperolehnya dari manajemen pada tingkat yang lebih tinggi. Salah satu
peranan manajemen yang sangat penting ialah selaku juru bicara organisasi. Dengan peranan ini
manajemen menyampaikan informasi tentang berbagai segi kehidupan organisasi seperti
strateginya, rencananya, kebijaksanaan-kebijaksanaannya, tindakan operasional dan hasil yang
dicapai kepada berbagai pihak yang memerlukannya. Kegunaan informasi itu bagi pihak-pihak
diluar organisasi beraneka ragam, akan tetapi yang jelas ialah bahwa kesemuanya itu
dimaksudkan untuk menumbuhkan kepercayaan dalam diri berbagai pihak tersebut tentang
organisasi, termasuk bonafiditasnya.
Peranan Selaku Pengambil Keputusan
Pada tingkat yang berbeda-beda para manajer dalam suatu organisasi berperan selaku pengambil
keputusan, baik yang sifatnya strategis, fungsional, dan teknis operasional. Peranan tersebut
timbul karena manajemen memiliki wewenang untuk bertindak selaku (a) wirausahawan, (b)
peredam ketidaktenangan, (c) penentu alokasi sarana, prasarana, sumber daya manusia dan dana,
serta (d) selaku perunding.
Jika dikatakan manajemen berperan selaku wirausahawan, yang dimaksud ialah bahwa
merekalah yang paling bertanggung jawab untuk mengamati situasi internal dan lingkungan
sedemikian rupa sehingga jika peluang baru timbul untuk melakukan kegiatan tertentu dalam
rangka peningkatan kemampuan organisasi mencapai tujuan dan sarananya, peluang tersebut
dapat dimanfaatkan dengan segera dan dengan semaksimal mungkin. Di samping itu, para
manajerlah yang diharapkan mengambil prakarsa untuk mewujudkan perubahan yang mungkin
dituntut oleh kondisi internal organisasi dan perkembangan yang terjadi pada lingkungan.
Dapat dipastikan bahwa ada kalanya suatu organisasi dihadapkan pada suasana ketidaktenangan
karena, misalnya, terjadi perubahan yang tidak diduga sebelumnya. Memang sering ditekankan
bahwa manajemen yang tangguh adalah manajemen yang antisipatif sehingga tidak sering
dihadapkan kepada suasana “pendadakan”. Penekanan demikian benar dan penting meskipun
mengatakannya jauh lebih mudah ketimbang melaksanakannya. Artinya, sematang-matangnya
perkiraan masa depan dilakukan, unsur ketidakpastian selalu ada. Untuk meredam
ketidaktenangan yang mungkin timbul, manajemen dapat melakukan berbagai tindakan termasuk
pengkajian ulang strategi dan rencana organisasi dan mengkomunikasikan hasil pengkajian
tersebut kepada seluruh jajaran organisasi.
Telah umum diketahui bahwa kepada setiap jabatan manajerial melekat kekuasaan tertentu.
Kepemimpinan yang efektif menuntut bahwa kekuasaan tersebut sesungguhnya merupakan
amanat yang harus diemban dengan sebaik mungkin. Berarti tidak boleh terjadi penyalahgunaan
kekuasaan yang dimiliki seseorang. Kewenangan yang dimiliki oleh kelompok manajemen
tampak dalam berbagai bentuk, seperti kewenangan mengalokasikan anggaran, sarana dan
prasarana kerja, sumber daya manusia, serta wewenang untuk memberikan penghargaan atas
kinerja dan perilaku positif—seperti dalam bentuk promosi, pemberian plaket, dan berbagai
bentuk lainnya—dan sebaliknya mengenakan sanksi disiplin organisasi terhadap mereka yang
kinerjanya mengecewakan atau perilakunya bersifat disfungsional—seperti dalam bentuk
penangguhan kenaikan gaji berkala, penurunan pangkat dan demosi,dan pembebasan dari
jabatan. Bahkan juga mengenakan sanksi yang paling berat—yaitu pemecatan atau dengan
menggunakan eufemisme, memberhentikan dengan tidak hormat, dan tidak atas permintaan
sendiri. Kepemimpinan seseorang akan lebih efektif apabila yang bersangkutan mampu
mempengaruhi perilaku para bawahannya dengan pendekatan yang sifatnya persuasif dan dengan
tidak serta-merta menonjolkan kekuasaan yang dimilikinya.
Peranan yang penting dan harus dimainkan dengan efektif ialah selaku perunding bagi organisasi
vis a vis berbagai pihak diluar organisasi. Misalnya, (a) perundingan dengan organisasi serikat
pekerja dalam hal timbulnya pertikaian perburuhan, (b) perundingan dengan para pemasok untuk
memperoleh bahan mentah dan bahan baku yang bermutu tinggi, harga yang wajar, syarat-syarat
pembayaran yang selunak mungkin, jadwal pembayaran yang selunak mungkin, jadwal
penyampaian yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, (c) perundingan dengan mitra kerja,
termasuk lembaga keuangan dan perbankan, (d) perundingan dengan para pesaing, sperti dalam
hal penentuan strategi bersama yang menyangkut harga jual produk, serta, (e) perundingan
dengan pihak pemerintah seperti halnya dengan negosiasi, kontrak kerja, dan lain sebagainya.

Meskipun tidak menyatakan secara eksplisit, sesungguhnya semua peranan yang telah
disinggungkan di muka akan dpat dimainkan oleh manajemen dengan tingkat efektivitas yang
tinggi apabila sebelum dan selama memainkan peranan tersebut bagi manajemn tersedia semua
jenis informasi yang diperlukannya.

PROSES MANAJERIAL
Organisasi apapun yang dikelola, manajemen selalu terlibat dalam serangkaian proses manajerial
yang pada intinya berkisar pada: (a) penentuan tujuan dan sasaran, (b) perumusan strategi, (c)
perencanaan, (d) penentuan program kerja, (e) pengorganisasian, (f) penggerakan sumber daya
manusia, (g) pemantauan kegiatan operasional, (h) pengawasan, (i) penilaian, serta (j) penciptaan
dan penggunaan sistem umpan balik. Masing-masing tahap dalam proses tersebut pasti
memerlukan berbagai jenis informasi seperti akan dibahas berikut ini.
Penentuan Tujuan
Dapat dinyatakan secara aksiomatis bahwa suatu organisasi dibentuk dan dikelola untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berkaitan dengan tujuan, terdapat
paling sedikit tiga hal yang sangat menarik untuk diperhatikan. Pertama: Tujuan organisasi
biasanya ditentukan oleh para pendiri organisasi tersebut dan seluruh kegiatan yang
diselenggarakan kemudian diarahkan kepada pencapaian tujuan tersebut. Kedua: Semua anggota
organisasi diharapkan mau menerima tujuan tesebut sebagai suatu yang layak dan pantas untuk
dicapai terlepas dari latar belakang, preferensi pribadi, dan motivasi para anggota organisasi
tersebut. Ketiga: Tujuan dipandang sebagai sesuatu yang menjadi “bintang penentu” dan
sekaligus sebagai “titik kulminasi” seluruh kegiatan organisasi yang antara lain berarti bahwa
apapun yang terjadi kemudian dalam organisasi harus berkaitan langsung dengan tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Berarti bahwa berbagai kegiatan lain yang tidak secara langsung
mendukung upaya pencapaian tujuan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mubazir.
Sebagai titik kulminasi kegiatan organisasi dan bahkan juga sebagai tolak ukur keberhasilan
organisasi, tujuan akhir suatu organisasi memiliki empat ciri yaitu: (a) jngkauan waktunya jauh
ke dean dan bahkan biasanya tidak dinyatakan secara tegas kapan tujuan tersebut akan dicapai,
melainkan dengan mengatakan “diupayakan akan dicapai satu kali kelak”, (b) tujuan merupakan
suatu kondisi ideal yang diharapkan akan terwujud, (c) tujuan dinyatakan secra kualitatif, dan (d)
sifat tujuan akhir tersebut tidak dimungkinkan untuk merumuskan secara konkret melainkan
abstrak.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dalam perjalanannya, suatu organiasi melakukan
penyesuaian-penyesuaian tertentu, baik dalam arti mengubah komponen tertentu dari tujuan
tersebut atau bahkan mungkin menggantikannya sama sekali dengan tujuan baru. Tetapi jelas
selalu ada tujuan yang hendak dicapai. Di samping itu, tidak mustahil bahwa para anggota
organisasi tidak selalu memahami dengan tepat makna, hakikat, dan berbagai implikasi tujuan
tersebut.
Kiranya tidak sulit untuk membayangkan bahwa dengan ciri-ciri tujuan akhir seperti telah
disinggung di muka, informasi yang dibutuhkan dalam rangka penentuan tujuan organisasi
adalah informasi dasar yang memberikan gambaran kasar atau global tentang kecenderungan-
kecenderungan yang mungkin timbul atau terjadi baik dalam arti internal dalam organisasi yang
bersangkutan sendiri maupun ada lingkungan dimana organisasi akan bergerak. Agar tujuan yang
ditentukan itu memang mungkin untuk dicapai, informasi dasar dan eksternal yang diperlukan
dapat mencangkup informasi dibidang politik, keamanan, ekonomi, social budaya, serta arah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara internal, informasi yang diperlukan
menyangkut antara lain tentang produk apa yang dhasilkan oleh organisasi, baik dalam arti
barang maupun jasa, dikaitkan dengan kemampuan organisasi menyediakan dan menguasai
berbagai sarana, prasarana, dana, dan sumber daya manusia.

Pentahapan Pencapaian Tujuan


Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu,
agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti
pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam periodisasinya. Enggan
perataan lain perlu ditetapkan sasaran-sasaran – seiring dikenal dengan istilah “tujuan antara” –
yang ingin dicapai pada satu kurun waktu tertentu.
Karena sasaran merupakan tujuan anatara, maka cirri-cirinya pun agak berbeda dengan cirri-ciri
tujuan akhir, yaitu: (a) kurun waktu pencapaiannya ditentukan seperti misalnya lima tahun, (b)
tidak lagi idealistic melainkan didasarkan pada pemikiran pragmatis dalam arti bahwa sasaran
tersebut diyakini memang mungkin tercaai, (c) dinyatakan secara kuantitatif sepanjang hal itu
mungkin dilakukan, dan (d) sasaran merupakan “target” yang kongkret.
Dengan tetap menyadari bahwa betapapun cermatnya perkiraan tentang masa depan yang akan
dihadapi selalu terdapat faktor-faktor ketidakpastian. Oleh karena itu, maksimal yang dapat
dilakukan adalah minimalisasi risiko yang harus dihadapi. Untuk itu biasanya diperlukan
berbagai informasi untuk dijadikan instrument pendukung pengambilan keputusan. Di bidang
poitik, misalnya, diperlukan estimasi tentang stabilitas dan keamanan nasional, termasuk
mencapai implikasi terhadap berbagai kebijaksanaan yang akan ditempuh di masa depan. Di
bidang ekonomi dipelukan informasi yang menyangut banyak segi kehidupan perekonomian,
seperti tingkat pertumbuhan perekonomian nasional, laju inflasi, tingkat suku bunga, apakah
pemerintah akan menerapkan kebijaksanaan uang ketat atau tidak, arah pertumbuhan dan
perkembangan industry, kondisi persaingan dalam industry dimana organisasi bergerak, dan
informasi lain yang sejenis. Dibidang sosial budaya, sangat diperlukan aneka ragam informasi
seperti tingkat pendidikan masyarakat, kemungkinan makin beraneka ragamnya tenaga kerja,
perkiraan sampai sejauh mana akan terjadi pergeseran nilai-nilai social budaya di masyarakat
sebagai akibat penetrasi teknologi informasi, dan lain sebagainya. Infomasi tentang dampak
perkembangan teknologi pun mutlak dimiliki karena akan turut menentukan bentuk berbagai
sasaran yang akan ditetapkan itu.
Perumusan Strategi
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organissi memerlukan strategi yang
mantap dan jelas dilingkungan dunia bisnis, strategi pada umumnya didefinisikan sebagai
“penyertaan sadar oleh manajemen tentang bidang bisnis apa yang ditekuni oleh organisasi
sekarang dan dalam kegiatan bisnis apa organisasi akan bergerak dimasa yang akan datang”.
Berangkat dari definisi tesebut, manajemen mungkin melakukan starifikasi strategi, akan tetapi
mingkin juga tidak. Ukuran organisasi merupakan salah satu faktor penentunya. Artinya, bagi
suatu organisasi yang masih kecil, pada umumnya stratifikasi strategi tidak diperlukan. Akan
tetapi untuk suatu organisasi yang besar –seperti konglomerat—diperlukan stratifikasi strategi,
yaitu dalam bentuk (a) strategi akbar yang berlaku bagi seluruh organisasi, (b) strategi induk bagi
satuan-satuan usaha didalamnya,(c) strategi dasar bagi berbagai bidang fungsional dalam
organisasi, dan (d) strategi operational bagi satuan-satuan kerja yang bertanggung jawab untuk
menyelenggaraan kegiatan yang sifatnya teknis dan operasional.
Salah satu instrumen ilmiah yang umum digunakan dalam menentukan dan menetapkan strategi
organisasi ialah analisis SWOT. Seperti dimaklumi, SWOT merupakan akronim dari kata-kata
strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman).
Instrumen ini ternyata ampuh adalam mempelajari dan menentukan strategi yang tepat. Artinya,
agar suatu organisasi memperoleh keberhasilan, manajemen mutlak perlu mengenali factor-
faktor kekuatan organisasi, kelemahannya, peluang yang mungkin atau diperkirakan akan timbul,
dan berbagai ancaman yang harus dihadapi. Para pakar biasanya menekankan bahwa agar
analisis SWOT benar-benar bermanfaat sebagai alat bantu dalam perumusan dan penentuan
strategi organisasi, factor-faktor kekuatan dan peluang digabung untuk memperoleh manfaat
yang maksimal dan kelemahan serta ancaman juga digabung untuk meredam atau
meminimalisasi dampak negatifnya.
Agar analaisis SWOT benar-benar ampuh sebgai instrument pembantu dalam pengambilan
keputusan tentang strategi organisasi, diperlukan berbagai informasi baik yang bersumber dari
dalam organisasi sendiri maupun yang digali dari luar organisasi yang bersangkutan. Pemahaman
yang tepat tentang faktor-faktor yang berupa kekuatan dan kelemahan organisasi,
kemampuannya memiliki dan menguasai bergbagai sarana,prasarana dan dana, pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan sumber daya anusia, serta budaya organisasi. Informasi tentang
peluang yang mungkin timbul dan harus dimanfaatkan juga sangat penting antara menyangkut
potensi pasar dimana produk organisasi dijual, bidang bisnis baru, peluncuran produk baru, dan
lain sebagainya. Demikian juga halnya dengan ancaman yang harus dihadapi, misalnya
perubahan kebijaksanaan pemerintah, kemungkinan terganggunya stabilitas dan keamanan
nasional, bentuk persaingan ketat karena beberapa perusahaan memproduksi, memasarkan, dan
menjual produk serupa atau produk substaitusi yang oleh para konsumen dipandang mempunyai
nilai yang relative sama, ancaman pengambil alihan perusahaan oleh pengusaha kuat –misalnya
karena niatnya menduduki posisi yang monopolistic dan oligopolistic --, dan lain sebagainya.
Fungsi Perencanaan
Strategi yang telah dirumuskan dan ditetapkan memerlukan penjabaran melalui penyelenggaraan
fungsi perencanaan. Perencanaan dapat disefinisikan sebagai “pengambilan keputusan sekarang
tentng hal-hal yang akan dilakukan dalam satu kurun waktu tetentu dimasa depan”. Dilihat dari
sudut jangkauan waktunya, perencanaan dapat bersifat jangkauan panjang –misalnya sepuluh
tahun--, jangkauan sedang—misalnya lima tahun--, dan jangkauan pendek misalnya satu tahun
atau mungkin lebih setingkat lagi. Yang disebut terahir ini termasuk kategori penyusunan rogra
kerja yang akan dibahas kemudian. Karena perencaanaan merupakan salah satu bentuk
pengambilan keputusan, perlu diketahui secepat mungkin berbagai risiko dan faktor-faktor yang
menjadi penyeban ketidak pastian. Sangat penting untuk disadari bahwa “muatan” risiko dan
ketidakpastian makin besar dalam perencanaan jangka panjang dan relative makin kecil jika
rencana bersifat jangka sedang, apalagi jangka pendek. Berarti jumlah, bentuk, jenis, dan sifat
informasi yang diperlukan pun jelas berbeda dan manajemen harus memahami perdedaan-
perbedaan tersebut.
Informasi tersebut berkaitan dengan upaya menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan yang
harus dijawab dalam proses perencanaan, yaitu, pertanyaan apa, dimana, bilamana, bagaimana,
siapa, dan mengapa.
Penyusunan Program Kerja
Telah disinggung dimuka bahwa penyusunan program kerja merupakan perencanaan jangka
pendek. Dengan demikian, penyususnan program kerja merupakan rincian yang sistematis dari
rencana jangka sedang atau menengah. Keenam pertanyaan yang dicari dan diupayakan
ditemukan jawabannya dalam perencanaan harus terjawab dalam penyususnan program kerja
dengan pengertian bahwa jawaban tersebut (a) lebih besifat kuantitati f, (b) menyatakan secara
jelas dan konkret hasil yang diharapkan, (c) standar kinerja jelas, dan (d) mutu hasil pekerjaan
ditetapkan secara pasti, dan (e) disusun sedemikian rincinya sehingga dapat dijadikan pedoman
dan pegangan dalam penyelenggarakan kegiatan operational.
Fungsi Pengorganisasian
Organisasi dapat didefinisikan sebagai “sekelompok orang yang terikat secara forml dan
hierarkis serta bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.”
Jika disimak secara cermat, definisi tersebut menunjukan paling sedikit ada lima implikasi
informasionanya, yaitu: (a) organisasi sebagai wadah, (b) organisasi sebagai proses, (c) tripologi
organisasi, (d) prinsip-prinsip organisasi, dan (e) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
struktur organisasi.
Organisasi sebagai wadah. Teori klasik tentang organisasi menekankan organisasi sebagai wadah
dimana sekelompok orang bergabung dan menempati “kotak-kotak” tertentu untuk melakukan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Hubungan kerja yang sifatnya hierarkikikal
–yang tercermin dalam hubungan formal antara “atasan” dan “bawahan” –sangat menonjol
dalam teori ini. Pandangan klasik tersebut masih tetap berlaku dalam organisasi yang paling
mutakhir sekalipun, meskipun dengan aksentuasi yang berbeda dibandingkan dengan masa lalu.
Perbedaan aksentuasi terebut akan dibahas kemudian dalam bab ini.
Organisasi sebagai proses interaksi. Disamping menyoroti organisasi sebagai wadah seluruh
kegiatan yang berlanjut dan diselenggrakan oleh para anggota suatu organisasi yang bekerja
purnawaktu, teori organisasi yang mutakhir sangat menekankan pentingnya melihat organisasi
sebagai suatu proses interaksi, interdependensi, dan interelasi antara berbagai komponen yang
terdapat dalam organisasi tersebut. Alasan yang sangat mendasar untuk penekanan tersebut ialah
mutlak perlunya diterapkan pendekatan kesisteman dalam menjalankan roda organisasi.
Menerapkan pendekatan kesisteman antara lain berarti bahwa dalam menjalankan roda suatu
organisasi harus diterapkan prinsip sinergi yang berarti bahwa meskipun atau bahkan justru
karena berbagai satuan kerja dalam organisasi menyelenggarakan fungsi-fungsi yang spesialistik,
dan bagaimanapaun pembagian tugas dilakukan sebagai konsekuensi tuntutan spesialisasi
tersebut, perbedaan fungsi harus diihat sebagai upaya perkayaan organisasi sehingga
penjumlahan hasil yang dicapai oleh organisasi sebagai keseluruhan harus lebih besar dari
penjumlahan hasil yang diraih oleh masing-msing komponen organisasi yang bekerja sendiri-
sendiri. Dengan perkataan lain, tolak ukur keberhasilan organisasi tidak dilihat secara
incremental dari apa yang dicapai oleh masing-masing satuan kerja melainkan dari sudut
pandang yang bersifat holistic dalam arti keberhasilan oganisasi sebagai keseluruhan. Perlu
ditekankan pula bahwa terlepas dari tingkat produktivitas, efektifitas, efisiensi, loyalitas para
anggota, dan disiplin kerja satu satuan kerja tertentu dalam organissi, dalam arti yang
sesungguhnya, tidak ada lagi tugas yang data diselesaikan hanya oleh satu satuan kerja
penanggung jawab fungsional satu unit kerja tertentu memerlukan interaksi, interdependensi dan
intereasi dengan semua satuan kerja lain dalam organisasi yang bersangkutan.
Kiranya tidak sulit membayangkan bahwa pemilihan struktur yang tepat memerlukan beraneka
ragam informasi, seperti yang menyangkut kompleksitas organisasi, besaran organisasi, tingkat
formalisasi tugas, departementalisasi yang diberlakukan—apakah yang besifat produk, geografis,
proses, dan lain sebagainya—jenis produk yang dihasilkan, baik dalam arti barang maupun jasa,
dan pangsa pasar yang sudah dan dikuasai termasuk segmennya. Atas dasar informasi itulah
dipilih tipe organisasi yang dipandang tepat untuk digunakan, apakah tipe lini, tipe lini staf, tipe
fungsional, tipe direktorat, tipe matriks, atau kepanitiaan (adhocracy). Dengan perkataan lain,
apakah akan memilih struktur yang sederhana atau birokratik, tipe yang mekanik atau yang
organic.
Penggerakan Sumber Daya Manusia
Kiranya dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa fungsi penggerakan sumber daya manusia
merupakan fungsi yang teramat penting dan sekaligus yang paling sulit. Teramat penting karena
seluruh proses manajerial hanya mempunyai makna operasional dalam rangka pencapaian tujuan
bila diselenggarakan oleh manusia dengan baik dan benar. Paling sulit karena manusia
merupakan makhluk yang sangat rumit yang belum sepenuhnya dipahami baik oleh para teoritis
maupun oleh para praktisi.
Sebagai salah satu komponen proses manajerial, pergerakan sumber daya manusia perlu
memperhatikan hal-hal berikut termasuk implikasinya terhadap perolehan berbagai jenis
informasi yang diperlukan sehingga proses penggerakan tersebut berlangsung dengan tepat
dalam arti “kena pada sasarannya”. Pertama: Manusia adalah makhluk yang mempunyai harkat
dan martabat yang perlu dan harus diakui dan dihargai. Ramifikasi (akibat) pernyataan tersbut
antara lain ialah bahwa: (a) manusia berkarya dewasa ini tidak lagi sekedar untuk mencari nafkah
–meskipun hal itu tetap merupakan salah satu alasan mengapa manusia bekerja ---akan tetapi
sebagai bagian dari upayanya mengangkat harga dirinya ketingkat yang setinggi mungkin; (b)
berbagai jenis dan imbalan yang diterimanya tidak sekedar dalam bentuk imbalan financial
langung dalam bentu upah, gaji, dan tunjangan, akan tetapi juga dalam bentuk imbalan yang
sifatnya intrinsic, imbalan financial tidak langsung dan imbalan nonfinancial, terutama yang
berkaitan dengan perumusan kebutuhan statusnya. Kedua: Dalam berkarya, manusia ingin
diperlakukan secara manusiawi, dalam arti diperkaya kehidupan kekaryaannya, antara lain
melalui penyediaan yang simpatik oleh para atasan langsung. Tersedianya sarana dan prasarana
kerja yang memadai , kondisi fisik pekerjaan yang menjamin kesehatan dan keselamatan kerja,
tugas kekerjaan yang menarik, bervariasi dan meantang –tidak membosankan karena ritinistik
dan terlalu mekanistik –serta iklim saling mendukung antara sesama anggota organisasi. Ketiga:
Manusia pekerja akan sangat senang apabila mereka diikutsertakan dalam proses pengambilan
keputusan yang menyangkut kehidupan kekaryannya mellui apa yang dewasa ini popular dengan
istilah dan konsep pemberdayaan. Pemberdayaan harus dilihat sebagai salah satu aspek proses
demokratisasi dalam kehidupan kekaryaan para pegawai, suatu fenomena yang tampaknya
sedang dan akan terus bergaung dengan makin kuat.
Memang diakui bahwa penggerakan sumber daya manusia yang tepat dan efektif memerlukan
informasi yang handal. Misalnya, informasi tentang klasifikasi jabatan, informasi tentang uraian
pekejaan, inormasi tntang analisis pekerjaan, informasi tentang standart mutu kinerja yang
diharapkan, informasi tentang berbagai sistem imbalan yang diterapkan oleh berbagai informasi
lainnya yang memungkinkan satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia dalam
organisasi menyelenggarakan berbagai fungsinya dengan baik.
Penyelenggaraan Kegiatan Operasional
Jika didefinisi klasik tentang manajemen disimak dengan cermat, akan terlihat paling sedikit
empat elemen ang sangat penting. Pertama : Manajemen mengandung berbagai kiat yang
sifatnya situasional. Artinya, meskipun benar terdapat prinsip-prinsip manajemen yang bersifat
universal, penerapan harus selalu memperhitungkan factor situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
Kedua: Manajemen berorientasi pada hasil optimal untuk tidak mengatakan hasil yang maksimal.
Optimalisasi hasil yang dicapai menuntut agar penyelenggaraan kegiatan operasional dalam
organisasi didasarkan pada prinsip, atau paling sedikit pendekatan, efisiensi, dan efektifits kerja.
Ketiga : kelompok orang yang menduduki berbagai jabatan manajerial hanya akan memperoleh
hasil kerja dengan dan melalui orang-orang lain yang menjadi bawahan mereka yang tanggung
jawab utamanya ialah menyelenggrakan kegiatan operasional. Para manajer tidak akan mencapai
hasil apa-apa tanpa terselenggarakannya kegiatan operasional. Keempat: Sampai tingkat yang
paling bawah sekalipun, seluruh kegiatn oprasional harus secara langsung tertuju pada dan
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi berdasarkan strategi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dengan demikian, terlihat bahwa penyelenggaraan kegiatan operasional merupakan bagian yang
sangat penting dari keseluruhan proses manajerial dan bahkan merupakan tes apakah organisasi
berjalan di atas “rel” yang benar atau tidak.
Pengawasan sebagai Komponen Manajerial
Dari teori tentang fungsi-fungsi manajerial diketahui salah satu fungsi organic manajemen ialah
pengawasan, sebagai upaya untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan operasional
berlangsung sesuai dengan rencana yang teah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah sering
terdengar ungkapan bahwa “perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata uang yang
sama”. Sinyatakan dengan cara lain, pengawasan merupakan kegiatan yang sistematis untuk
memantau penyelenggaraan kegiatan yang diharapkan terwujud atau tidak.
Pengawasan diperlukan karena dua pertimbangan utama. Pertama :Dalam menyelenggarakan
seluruh kegiatan operasional, para anggota organisasi tidak luput dari bebagai kelemahan dan
kekurangan, bahkan juga mungin kekhilafan dan kesalahan. Berarti berbagai kekurangan seperti
itu memang dapat berakibat pada tidak terwujudnya tingkat efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas yang diharapkan, akan tetapi bukan karena perilaku disfungsional para anggota
organisasi. Di samping itu, tidak mustahil bahwa harapan manajemen tidak sepenuhnya
terpenuhi karena keterampilan teknis para penyelenggara sudah kedaluwarsa dan tidak atau
kurang sesuai dengan tuntutan tugas masing-masing. Kedua: Tuntutan efisiensi, efetivitas, dan
produktivitas tidak terpenuhi karena mungkin da anggota organisasi yang menampilkan perilaku
yng negative dengan berbagai alasan penyebabnya.
Dengan dua pertimbangan utama tersebutlah sering ditekankan oleh para pakar bahwa
pengawasan seyogianya bersifat edukatif dan tidak punitive. Artinya, tujuan dalam melakukan
pengawasan adalah untuk membantu para anggota organisasi mengatasi berbagai kelemahan
yang tedapat dalam diri masing-masing dan memberikan bimbingan sehingga terjadi modifikasi
perilaku yang negatif tersebut. Bahwa dari hasil pengawasan tersedia umpan balik kepada
manajemen untuk menentukan langkah korektif yang mungkin diperlukan.
Kegiatan pengawasan jelas memerlukan sekaligus menghasilkan informasi tentang
penyelenggraan berbagai kegiatan operasional yang sedang terjadi. Informasi tersebut dapat
diperoleh dengan berbagai cara seperti laporan, hasil wawancara, penyebaran kuesioner, dan
pengamatan langsung dari pengawas dilapangan. Informasi tersebut akan sangat berguna dalam
rangka peningkatan kinerja seluruh komponen operasional organisasi.
Penilaian sebagai Komponen Proses Manajerial
Definisi penilaian yang sering penulis gunakan menekankan bahwa penilaian merupakan upaya
pembandingan antara hasil yang nyata dicapai setelah satu tahap tertentu selesai dikerjakan
dengan hasil yang seharusnya dicapai untuk tahap tersebut. Definisi terebut menunjuk kepada
paling sedikit lima hal. Pertama: penilaian berbeda dengan pengawas yang sorotan pehatiannya
ditujukan pada kegiatan operasional yang sedang diselenggarakan, sedangkan penilaian
dilakukan setelah satu tahap tertentu dilalui. Kedua: Penilaian menghasilkan infomasi tentang
tepat tidaknya semua komponen dalam proses manajerial, mulai dari tepat tidaknya tujuan
hingga pelaksanaan kegiatan pengawasan. Ketiga: Hasil peniaian menggambarkan apakah hasil
yang dicapai sama dengan sasaran yang telah ditentukan, melebihi sasaran atau kurang dari
sasaran. Keempat: Informasi yang diperoleh dari kegiatan penilaian diperlukan untuk mengkaji
ulang komponen tesebut dapat dilakukan dengan tepat. Kelima : Orietasi penilaian adalah masa
depan yang pada gilirannya memunginkan organisasi meningkatkan kinerja.
Seperti halnya dengan pengawasan, informasi dalam proses penilaian dapat diperoleh melalui
berbagai teknik seperti laporan, wawancara –termasuk dengan manajemen puncak—,
penyebaran kuesioner kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang seluruh proses manajerial yang terdapat dalam perusahaan, dan teknik-teknik lain yang
dipandang perlu dan tepat digunakan.
Pentinganya Umpan Balik
Semua informasi yang diperoleh — terutama dari hasil penilaian— diumpan balikkan kepada
berbagai pihak dalam organisasi, termasuk kepada para pemodal, pemilik saham, manajemen
puncak, para pimpinan satuan usaha,para manajer bidang fungsional, tenaga kerja spesialis yang
terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, dan bahkan juga kepada penyedia yang
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan operasional.
Umpan balik merupkan masukan yang sangat penting dalam menentukan arah dan langah yang
akan ditempuh di masa depan baik dalam arti peningkatan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas
kerja tanpa perubahan komponen proses manajerial, maupun melakukan perubahan
kebijaksanaan, strategi, struktur, system imbalan, budaya organisasi, dan pemanfaatan teknologi.
Singkatnya, umpan balik sangat diperlukan sebagai bahan untuk menjadikan organisasi semakin
tangguh mencapi tujuan dan berbagai sasarannya.
Dari pembahasan diaatas kiranya terlihat dengan jelas bahwa agar manjemen suatu organisasi
semakin mampu berperan dengan tingkat efektivitas yang tinggi, dukungan informasi yang
mutakhir, lengkap, akurat, dapat dipercaya, diproses dengan baik serta tersimpan sedemikian
rupa sehingga mudah ditelusuri apabila tiba waktunya untuk digunakan merupakan suatu hal
yang mutlak diperlukan.
Harus pula dicatat bahwa dengan dukungan informasi demikian pun, masih diperlukan informasi
yang mendukung pelaksanaan berbagai kegiatan bidang fungnsional dalam organisasi.
HASIL REFERENSI DARI SUMBER LAIN MENGENAI
SISTEM INFORMASI SEBAGAI PENDUKUNG PROSES MANAJEMEN

Sistem informasi manajemen (SIM) (bahasa Inggris: management information system, MIS)
adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,
dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis
seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan
dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain
yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya
digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan
otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung
keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.
Tujuan Umum SIM
Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan
tujuan lain yang diinginkan manajemen.
Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian,
dan perbaikan berkelanjutan.
Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
SIM merupakan kumpulan dari sistem informasi:
Sistem informasi akuntansi (accounting information systems), menyediakan informasi dan
transaksi keuangan.
Sistem informasi pemasaran (marketing information systems), menyediakan informasi untuk
penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar
dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.
Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information systems).
Sistem informasi personalia (personal information systems).
Sistem informasi distribusi (distribution information systems).
Sistem informasi pembelian (purchasing information
systems). Sistem informasi kekayaan (treasury information
systems).
Sistem informasi analisis kredit (credit analysis information systems).
Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information systems).
Sistem informasi analisis software
Sistem informasi teknik (engineering information systems).
Sistem informasi Rumah Sakit (Hospital information systems).

Kegunaan / Fungsi Sistem Informasi Manajemen


Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajamen, maka
analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu
dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe
keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat
bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi
memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang
meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis. Sehingga
SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Beberapa kegunaan/fungsi sistem
informasi antara lain adalah sebagai berikut:
Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai,
tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.
Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara
kritis.
Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi dan
teknologi baru.
Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.
Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi
biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan mereka.
Bank menggunakan sistem informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan membuat berbagai
laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.
Perusahaan menggunakan sistem informasi untuk mempertahankan persediaan pada tingkat
paling rendah agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.
SIM untuk Pendukung Pengambilan Keputusan Sebuah sistem keputusan, yaitu model dari
sistem dengan mana keputusan diambil, dapat tertutup atau terbuka. Sebuah sistem keputusan
tertutup menganggap bahwa keputusan dipisah dari masukkan yang tidak diketahui dari
lingkungan. Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap:
Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-masing
Memiliki metode (aturan, hubungan, dan sebagainya) yang memungkinkan dia membuat urutan
kepentingan semua alternatif.
Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume penjualan, atau
kegunaan.
Konsep sebuah sistem keputusan tertutup jelas menganggap orang rasional yang secara logis
menguji semua alternatif, mengurutkan berdasarkan kepentingan hasilnya, dan memilih alternatif
yang membawa kepada hasil yang terbaik/maksimal. Model kuantitatif pengambilan keputusan
biasanya adalah model sistem keputusan tertutup. Sebuah sistem keputusan terbuka memandang
keputusan sebagai berada dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui.
Keputusan dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian
mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya
rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas yang dikemukakan
oleh latar belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan,
dan sebagainya.
12. SIM Berdasarkan Aktivitas/Kegiatan Manajemen
Kegiatan dan proses informasi untuk tiga tingkat adalah saling berhubungan. Contohnya
pengendalian inventaris pada tingkatan operasional bergantung pada proses yang tepat dari
transaksi; pada tingkat dari pengendalian manajemen, pembuatan keputusan tentang keamanan
persediaan dan frekuensi memesan lagi bergantung pada pembetulan ringkasan dari hasil
operasi-operasi; pada tingkat strategi, hasil dalam operasi-operasi dan pengendalian manajemen
yang dihubungkan pada tujuan-tujuan strategi, saingan tindak tanduk dan sebagainya untuk
mencapai strategi inventaris. Tampaknya terdapat kontras tajam antara ciri-ciri informasi untuk
perencanaan pengendalian dan taktis berada di tengahnya.
13. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional Pengendalian operasional adalah proses
pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian
operasional menggunakan prosedur dan aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu.
Sebagian besar keputusan bisa diprogramkan.
Pendukung pemrosesan untuk pengendalian operasi terdiri dari :
a. Proses transaksi
b. Proses laporan
c. Proses pemeriksaan
Beberapa contoh di bawah ini menggambarkan jenis dukungan keputusan yang dapat dibuat
dalam sistem pengendalian operasional :
a. Suatu transaksi penarikan kembali sediaan menghasilkan suatu dokumen transaksi.
Pengolahan transaksi juga dapat menyelidiki persediaan yang ada, dan memutuskan apakah
suatu pesanan pembelian sediaan harus diadakan.
b. Suatu pemeriksaan terhadap file pegawai menjelaskan keperluan untuk suatu posisi.
Komputer menyelidiki file pegawai menggunakan program untuk memilih kandidat secara kasar.
c. Laporan rutin dihasilkan secara periodik. Tetapi suatu aturan keputusan yang
diprogramkan dalam suatu prosedur pengolahan laporan bisa menciptakan laporan khusus dalam
suatu bidang masalah. Contoh : suatu analisis pesanan yang masih belum dilayani setelah 30
hari.
14. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen Informasi pengendalian manajemen
diperlukan oleh manajer departemen untuk mengukur pekerjaan, memutuskan tindakan
pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk diterapkan personalia operasional, dna
mengalokasi sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi berikut
:
1) Pekerjaan yang telah direncanakan (standar, ekspektasi, anggaran, dll)
2) Penyimpangan dari pekerjaan yang telah direncanakan
3) Sebab penyimpangan
4) Analisis keputusan atau arah tindakan yang mungkin
Database untuk pengendalian manajemen terdiri dari dua elemen utama : (1) database dari
operasional, dan (2) rencana, anggaran, standar, dll yang mendefinisikan perkiraan tentang
pelaksanaan, juga beberapa data eksternal seperti perbandingan industri dan indeks biaya.
Proses untuk mendukung keputusan kegiatan pengendalian manajemen adalah sebagai berikut :
1) Model perencanaan dan anggaran
2) Program-program laporan penyimpangan
3) Model-model analisis masalah
4) Model-model keputusan
5) Model-model pemeriksaan/pertanyaan
Keluaran dari sistem informasi pengendalian manajemen adalah : rencana dan anggaran, laporan
yang terjadwal, laporan khusus, analisissituasi masalah, keputusan untuk penelaahan, dan
jawaban atas pertanyaan.
15. Sistem Informasi Untuk Perencanaan Strategis Tujuan perencanaan strategis adalah untuk
mengembangkan strategi dimana suatu organisasi akan mampu mencapai tujuannya. Horison
waktu untuk perencanaan strategis cenderung lama, sehingga perubahan mendasar dalam
organisasi bisa diadakan, sebagai contoh :
a. Suatu rantai pertokoan dapat memustuskan untuk mengubah menjadi usaha melalui
pesanan
b. Suatu toko serba ada dengan toko di pusat kota dapat memutuskan untuk mengubah
menjadi suatu toko obral di luar kota.
Aktifitas perencanaan strategis tidak harus terjadi dalam suatu siklus periode seperti kegiatan
pengendalian manajemen. Kegiatan ini memang agak tidak teratur, meskipun beberapa
perencanaan strategis bisa dijadwalkan ke dalam perencanaan tahunan dan siklus penganggaran.
Beberapa jenis data yang berguna dalam perencanaan strategis menunjukkan ciri data :
a. Prospek ekonomi bagi bidang kegiatan perusahaan dewasa ini.
b. Lingkungan politik dewasa ini dan perkiraan masa mendatang
c. Kemampuan dan prestasi organisasi menurut pasaran, negara, dan sebagainya (berdasarkan
kebijakan dewasa ini).
d. Proyeksi kemampuan dan prestasi masa mendatang menurut pasaran, negara, dan
sebagainya (berdasarkan kebijakan dewasa ini).
e. Prospek bagi industri di daerah lain.
f. Kemampuan saingan dan saham pasar mereka.
g. Peluang bagi karya usaha baru.
h. Alternatif strategi
i. Proyeksi kebutuhan sumber daya bagi alternatif beberapa strategi.
Dukungan sistem informasi untuk perencanaan strategis tidak bisa selengkap seperti bagi
pengendalian manajemen dan pengendalian operasional. Namun demikian sistem informasi
manajemen dapat memberi bantuan yang cukup pada proses perencanaan strategis, misalnya:
a. Evaluasi kemampuan yang ada didasarkan atas data internal yang ditimbulkan kebutuhan
pengolahan operasional.
b. Proyeksi kemampuan mendatang dapat dikembangkan oleh data masa lampau dan
diproyeksikan ke masa mendatang
c. Data pasar dan persaingan yang mungkin bisa direkam dalam database komputer.
16. SIM Berdasarkan Fungsi Organisasi Sistem informasi manajemen dapat dianggap sebagai
suatu federasi subsistem yang didasarkan atas fungsi yang dilaksanakan dalam suatu organisasi.
Masing-masing subsistem membutuhkan aplikasi-aplikasi yntuk membentuk semua proses
informasi yang berhubungan dengan fungsinya, walaupun akan menyangkut database, model
base dan beberapa program komputer yang biasa untuk setiap subsistem fungsional. Dalam
masing-masing subsistem fungsional, terdapat aplikasi untuk proses transaksi, pengendalian
operasional, pengendalian manajemen, dan perencanaan strategis.
TIGA KATEGORI PERANAN MANAJEMEN

Peran yang Bersifat “Interpersional”


Peranan yang bersifat interpersonal antara lain untuk dimaksud untuk menumbuhsuburkan iklim
solidaritas dan kebersamaan dalam organisasi.
Peranan Informasional
Peranan kedua adalah perana informasional, yang dumaksud peranan ini adalah bahwa dalam
kedudukannya selaku unsur pimpinan dalam oraganisasi disamping peran selaku penerima dan
pembagi informasih
Peranan Selaku Pengambil Keputusan
pada tingkat yang berbeda-beda para manajer dalam suatu organisasi berperan selaku pengambil
keputusan, baik yang sifatnya strategis, fungsional, dan teknik oprasional. Peran tersebut timbul
karena manajemen memilki wewenang untuk bertindak selaku :
a. wirausahawan,
b. peredam ketidak tenangan,
c. penentu alokasi saran, prasarana, sumber daya manusia dan dana, serta
d. Selaku perunding
Jika dikatakan bahwa manajemen berperan selaku wirausahawan, yang dimaksud ialah bahwa
merekalah yang paling bertanggung jawab untuk mengamati situasi internal dan lingkungan
sedemikian rupa sehingga jika peluang baru timbul untuk melakukan kegiatan tertentu dalam
rangka penigkatan kemampuan organisasi mencapai tujuan dan sasarannya, peluang tersebut
dapat dimanfaatkan dengan segera dan dengan semaksimal mungkin. Di samping itu, para
manajer lah yang diharapkan mengambil prakarsa untuk mewujudkan perubahan yang mungkin
dituntut oleh kondisi internal organisasi dan perkembangan yang terjadi pada lingkungan

Jika organisasi yang dipimpinnya bisa berjalan secara efektif, maka ada empat peran manajemen
yang harus dilakukan oeh manajer. Empat peranan itu menurut Ichak Adizes dalam Perilaku
Organisasi (Nimran : 1999: h.62), yakni : memproduksi, melaksanakan , melakukan informasi,
dan memadukan (integrating).
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh
peranyang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh
peran .itu ke dalam tiga kelompok, yaitu peran antar pribadi, peran informasional, dan peran
pengambilan keputusan. Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas
yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.
a. Peranan Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Role). Pada peranan ini, menyangkut hal-
hal tentang Pada peranan ini, menyangkut hal-hal tentang pengembangan antar pribadi. contoh
dari pengembangan dirinya adalah eksistensi manajer itu sendiri dengan dunia sekitarnya. Dalam
peranan ini dibagi lagi atas tiga peranan, yaitu peranan sebagai :
1. Peran sebagai tokoh (figurehead role),
Karena posisinya selaku kepala dalam organisasi setiap pemimpin mempunyai kewajiban untuk
melakukan kegiatan yang bersifat seremonial atau dalam persoalan yang timbul secara formal.
2. Peran sebagai pemimpin (leader role),
Dalam peranan ini manajer bertindak sebagai pemimpin. Karena jabatannya, pemimpin
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan anak buahnya. Misalnya, pemimpin
bertanggung jawab atas penggajian dan latihan kerja anak buahnya. Selain itu merupakan
tugasnya yang tidak langsung untuk memotivasi dan meningkatkan semangat kerja anak
buahnya, serta harus berusaha menyelaraskan kebutuhan anak buahnya dengan kepentingan
organisasi. Organisasi secara formal hanya menyediakan sejumlah kewenangan,
kepemimpinanlah yang menentukan sejauh mana kekuasaan yang tersedia akan dimanfaatkan.
3. Peran sebagai pejabat perantara/penghubung (liaison role),
Ialah kegiatan pemimpin untuk melakukan hubungan selain hubungan ke atas menurut jalur
komando, juga melakukan peranan yang berinteraksi dengan teman sejawat, staf, orang-orang
lain yang berada di luar organisasinya.
b. Peranan yang Berhubungan Dengan Informasi (Informational Role)
Manajer berhubungan langsung dengan informasi. Pada peranan ini dibagi menjadi tiga peranan,
yaitu peranan sebagai :
1. Peran selaku pencatat (monitor role)
Karena jaringan kontak pribadinya demikian luas, pemimpin dapat mengumpulkan informasi
dari berbagai pihak.Informasi itu didapatkannya secara langsung, termasuk yang berupa desas-
desus, kabar angin atau spekulasi. Informasi ini dapat berupa informasi lunak yang berguna
bagi kepentingan organisasi. Selain itu dalam peran ini mengidentifikikan seorang manajer
sebagai penerima dan pengumpul informasi, agar ia mampu untuk mengembangkan suatu
pengertian yang baik dari organisasi yang dipimpin dan mempunyai pemahaman yang komplit
tentang lingkungannya.
2. Peran selaku penyebar (disseminator role).
Informasi yang berhasil didapatkannya berdasarkan hubungan pribadinya, boleh jadi ada yang
perlu diketahui oleh anak buahnya. Pemimpin dapat memberikan informasi yang diperlukan itu
secara langsung. Mungkin pemimpin menjadi penghubung antaraanak buah yang saling
membutuhkan, jika diantara mereka secara formal tidak ada jalur informasi satu sama lain.
Peran ini melibatkan manajer untuk menangani proses transmisi dari informasi-informasi ke
dalam organisasi yangdipimpinnya.

3. Peran selaku juru bicara (spokesman role).


Peran selaku juru bicara adalah kegiatan pemimpin untuk memberikan keterangan tentang
organisasinya kepada pihak luar. Semisal, seorang direktur perusahaan raksasa kadang-kadang
harus menggunakan sebagian besar waktunya untuk memberikan keterangan tentang
perusahaannya kepada para wartawan. Peran ini dimainkan untuk penyampaian informasi keluar
lingkungan organisasi.
4. Pembuat Keputusan (Decission Role)
Informasi tentu saja bukan akhir dari segala kegiatannya. Informasi merupakan masukan dasar
untuk membuat keputusan . Pemimpin memainkan peran utama dalam proses pembuatan
keputusan. Peranan ini membuat manajer harus terlibat dalam suatu proses pembuatan
strategi.Peran pembuat keputusan diperinci menjadi :
a.) Peran sebagai wiraswastawan
(entrepreneur role).
Pemimpin bertanggung jawab untuk memajukan dan menyesuaikan organisasi dengan
perkembangan lingkungan. Perannya selaku pengumpul informasi, suatu ketika mungkin
menmukan gagasan-gagasan baru. Gagasan-gagasan baru ini kalau dianggapnya baik, dapat
diterapkan didalam organisasi yang dipimpinnya. Manajer bertindak sebagai pemrekarsaan
perancang dari banyak perubahan- perubahan dalam organisasi.

b.) Peran sebagai


penanggulangan gangguan (disturbande
handler role).
Tidak ada suatu organisasi yang selalu berjalan mulus. Suatu saat pasti akan mengalami
gangguan tertentu yang disebabkan perkembangan keadaan. Gangguan itu bukan saja
disebabkan keterbatasan pemimpin untuk mengenalisituasi, tetapi juga karena pemimpin yang
terbaikpun tidak mungkin meramalkan akibat dari seluruh tindakannya. Pendek kata gangguan
itu datang dari suatu hal yang di luar jangkauannya. Selaku pemimpin, ia harus mampu
mengatasinya. Jika perannya selaku wiraswastawan berupa inisiatif untuk mengadakan
penanggulangan dengan sukarela, perannya selaku penanggulangan gangguan merupakan
keharusan yang mesti dilakukan. Dimana manajer bertanggung jawab terhadap organisasi ketika
organisasinya terncam bahaya, misalnya: akan dibubarkan, terkena gossip, isu-isu kurang baik,
dan lain sebagainya.
c.) Peran sebagai pembagi sumber daya (resources allocator of
role),
Peran pemimpin selaku pembagi sumber daya adalah tanggung jawab pemimpindalam
menentukan “siapa akan dapat apa”, dalam organisasi yang dipimpinnya. Sumber daya yang
paling penting untuk diatur pembagiannya adalah waktu yang dimiliki. Selanjutnya pemimpin
dibebani tugas untuk mengatur pola hubungan formal yang mengatur bagaimana pekerjaan
dibagi dan dikoordinasikan. Dalam peran ini manajer memainkan peranan untuk memutuskan
kemana sumber dan aakan didistribusikan ke bagian-bagian dari organisasinya.
d.) Peran sebagai perunding
(negotiator role),
Penelitian membuktikan bahwa pemimpin menggunakan waktunya yang tiak sedikit untuk
mengadakan perjanjian demi perjanjian. Penutupan perjanjian ini nampaknya telah merupakan
tugas yang rutin, yang mengalir dai kedudukan sebagai pusat syaraf organisasi dan kewenangan
yang dimilinya dalam organisasi.
PROSES MANAJERIAL DARI SUMBER 1
PROSES MANAJERIAL

1. Penentuan Tujuan
Berkaitan dengan tujuan, terdapat paling sedikit tiga hal yang sangat menarik untuk
diperhatikan.
a. Tujuan organisasi biasanya ditentukan oleh para pendiri orgasnisasi tersebut dan seluruh
kegiatan organisasi yang diselenggarakan kemudian diarahkan pada tujuan pendirian organ8sasi
tersebut.
b. Semua anggota organisasi diharapkan mau menerima tujuan tersebut sebagai suatu yang
layak dan pantas untuk dicapai terlepas dari latar belakang, preferensi pribadi, dan motifasi para
anggota organisasi tersebut.
c. Tujuan dipandang sebagai sesuatu yang sesuatu yang menjadi “bintang penuntung” dan
sekaligus sebagai “titik kulminasi” seluruh seluruh kegiatan organisasi yang antara lain berarti
bahwa antara lain bererti bahwa apapun yang terjadi kemudian dalam organisasi harus berkaitan
langsung dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Pentahapan Pencapaian Tujuan


Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu,
agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik baik dalam arti
tahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya.
Ada beberapa pendapat lain mengenai proses manajerial yaitu sebagai berikut:
Manajemen suatu organisasi selalu terlibat dalam serangkaian proses manajerial yang
keseluruhan proses tersebut membutuhkan pemanfaatan informasi secara sistem agar manajerial
yang dilakukan dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan dan tujuan organisasi.
Proses manajerial tersebut setidaknya dibagi menjadi 10 macam, yaitu :

1. Penentuan Tujuan & Sasaran


2. Perumusan Strategi
3. Penyusunan Program Kerja
4. Penilaian
5. Perencanaan
6. Pengorganisasian
7. Penggerakan SDM
8. Penyelenggaraan Kegiatan
9. Pengorganisasian
10. Sistem Umpan Balik
3. Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan
untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan
perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan
customer value terbaik.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu:
a. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan
menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.
b. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan
misinya.
Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang
dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.
Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.
Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
(Hariadi, 2005).

PROSES MANAJERIAL DARI SUMBER 2

Proses Manajerial

Penentuan Tujuan
Berkaitan dengan tujuan, terdapat paling sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan :
a. Tujuan organisasi biasanya ditentukan oleh para pendiri organisasi tersebut dan seluruh
kegiatan yang diselenggarakan kemudian diarahkan kepada pencapaian tujuan tersebut.
b. Semua anggota organisasi diharapkan mau menerima tujuan tersebut sebagai sesuatu yang
layak dan pantas untuk dicapai terlepas dari latar belakang, preferensi pribadi, dan motivasi para
anggota organisasi tersebut.
c. Tujuan dipandang sebagai sesuatu yang menjadi “bintang penuntun” dan sekaligus sebagai
“titik kulminasi” seluruh kegiatan organisasi yang antara lain berarti bahwa apapun yang terjadi
kemudian dalam organisasi harus berkaitan langsung dengan tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Tujuan akhir suatu organisasi memiliki empat ciri, yaitu :
1. Jangkauan waktunya jauh kedepan dan bahkan biasanya tidak dinyatakan secara tegas kapan
tujuan tersebut akan dicapai.
2. Tujuan merupakan sesuatu kondisi ideal yang diharapkan akan terwujud.
3. Tujuan dinyatakan secara kualitatif.
4. Sifat tujuan akhir tersebut tidak dimungkinkan untuk dirumuskan secara konkret melainkan
abstrak.

PROSES MANAJERIAL DARI SUMBER 3

Proses Manajerial

a. Penentuan Tujuan
Informasi yang dibutuhkan dalam penetuan tujuan organisasi adalah informasi dasar yang
memberikan gambaran kasar atau global tentang kecenderungan-kecenderungan yang mungkin
timbul atau terjadi baik dalam arti internal dalam organisasi yang bersangkutan sendiri maupun
pada lingkungan dimana organisasi akan bergerak.
b. Pentahapan Pencapaian Tujuan
Diperlukan berbagai informasi untuk dijadikan instrument pendukung dalam pengambilan
keputusan.
1. Dibidang politik
Misalnya diperlukan estimasi tentang srabilitas dan keamanan nasional, termasuk kemungkinan
terjadinya perubahan dalam pemerintahan yang pada gilirannya mempunyai implikasi terhadap
berbagai kebijaksanaan yang akan ditempuh di masa depan.

2. Dibidang ekonomi
Diperlukan informasi yang menyangkut banyak segi kehidupan perekonomian, seperti tingkat
pertumbuhan perekonomian nasional, laju inflasi, tingkat suku bunga, apakah pemerintah akan
memberikan kebijaksanaan uang ketat atau tidak, arah pertumbuhan dan perkembangan industry,
kondisi persaingan dalam industri diaman organisasi bergerak, dan informasi lain yang sejenis.
3. Dibidang sosial budaya
Sangat diperlukan aneka ragam informasi seperti tingkat pendidikan masyarakat, kemungkinan
makin beranekaragamnya tenaga kerja, perkiraan sampai sejauh mana akan terjadi pergeseran
akan nilai-nilai sosial budaya dimasyarakat sebagai akibat penetrasi teknologi informasi.
c. Perumusan
Strategi
Diperlukan berbagai informasi baik yang bersumber dari dalam organisasi sendiri maupun yang
digali dari luar organisasi yang bersangkutan. Memerlukan informasi internal antara lain tentang
filsafat organisasi, kemampuannya memiliki dan menguasai berbagai sarana, prasarana dan dana,
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia, serta budaya organisasi.
Informasi tentang peluang juga harus dimanfaatkan antara lain menyangkut potensi pasar dimana
produk organisasi dijual, bidang bisnis baru, peluncuran produk baru, dan lain sebagainya.
d. Fungsi Perencanaan
Informasi yang diperlukan pun jelas berbeda dan manajemen harus memahami perbedaan-
perbedaan tersebut. Informasi tersebut berkaitan dengan upaya menemukan jawaban terhadap 6
pertanyaan yang harus terjawab dalam proses perencanaan, yaitu pertanyaan apa, di mana,
bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa. Berikut fungsi perencanaan:
1.) Penyusunan Program Kerja
Keenam pertanyaan dalam fungsi perencanaan harus terjawab dalam penyusunan program kerja.
Informasi jawaban tersebut :
- Lebih bersifat kuantitatif
- Menyatakan secara jelas dan konkret hasil yang diharapkan Standar kinerja jelas
- Mutu hasil pekerjaan ditetapkan secara pasti
- Disusun sedemikian rincinya sehingga dapat dijadikan pedoman dan pegangan dalam
penyelenggaraan kegiatan operasional.
2.) Fungsi Pengorganisasian
Ada 5 implikasi informasionalanya
:
- Organisasi sebagai wadah. Dimana sekelompok otang yang bergabung dan menempati “kotak-
kokak” tertentu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
- Organisasi sebagai proses interaksi. Alasan yang sangat mendasar untuk penekanan tersebut
ialah mutlak perlunya diterapkan pendekatan kesisteman dalam menjalankan roda organisasi
- Tipologi organisasi
- Prinsip-prinsip organisasi
- Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur organisasi
e. Penggerakan Sumber Daya Manusia
Pergerakan sumber daya manusia perlu memperhatikan hal-hal berikut ini termasuk
implikasinya terhadap perolehan berbagai jenis informasi sehingga proses pergerakan tersebut
berlangsung dengan tepat :
- Manusia adalah makhluk yang mempunyai harkat dan martabat yang perlu dan harus diakui
dan dihargai
- Dalam berkarya, manusia ingin diperlakukan secara manusiawi
- Manusia pekerja akan sangat senang apabila mereka diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan kekaryaannya melalui apa yang dewasa ini
popelur dengan istilah dan konsep pemberdayaan.
f. Penyelenggaraan Kegiatan Operasional
Pada penyelenggaraan kegiatan operasional, ada 4 elemen informasi yang sangat penting, yaitu
:
- Manajemen mengandung berbagai kiat yang sifatnya situasional. Artinya, meskipun benar
terdapat prinsip-prinsip manajemen yang bersifat universal, penerapannya harus selalu
memperhitungkan faktor situasi, kondisi, ruang, dan waktu
- Manajemen berorientasi pada hasil optimal untuk tidak mengatakan hasil yang maksimal
- Kelompok orang yang menduduki berbagai jabatan manajerial hanya akan memperoleh hasil
kerja dengan dan melalui orang-orang lain yang menjadi bawahan mereka yang tanggung jawab
utamanya ialah menyelenggarakan kegiatan operasional
- Sampai tingkat yang paling bawah sekalipun, seluruh kegiatan operasional harus secara
langsung tertuju pada dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi berdasarkan
strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
g. Pengawasan sebagai Kompenen Proses Manajerial
Pengawasan diperlukan karena 2 pertimbangan :
- Dalam menyelenggarakanseluruh kegiatan operasional, para anggota organisasi tidak luput
dari berbagai kelemahan dan kekurangan, bahakan juga munkin kekhilafan dan kesalahan.
- Tuntutan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas tidak terpenuhi karena mungkin ada anggota
organisasi yang menampilkan perilaku yang negative dengan berbagai alasan penyebabnya.
Informasi diperoleh dengan berbagai cara seperti laporan, hasil wawancara, penyebaran
kuisoner, dan pengamatan langsung oleh pengawas dilapangan.
h. Penilaian sebagai Komponen Proses Manajerial
Upaya pembandingan antara hasil yang nyata dicapai setelah satu tahap tertentu selesai
dikerjakan dengan hasil yang seharusnya dicapai untuk tahap tersebut. Definisi tersebut
menunjukan kepada paling sedikit 4 hal :
a. Penilaian lebih ditujukan kepada kegiatan operasional yang sedang diselenggarakan
b.Penilaian menghasilkan informasi tentang tepat tidaknya komponen dalam proses manajerial
c. Hasil penilaian menggambarkan apakah hasil yang dicapai sama dengan sasaran yang telah
ditentukan
d. Informasi yang diperoleh dari kegiatan penilaian diperlukan untuk mengkaji ulang semua
komponen proses manajerial sehingga perumusan kembali berbagai komponen tersebut dapat
dilakukan dengan tepat. Informasi dalam proses penilaian dapat diperoleh melalui berbagai
teknik seperti laporan, wawancara, penyebaran kuisoner, dan teknik-teknik lain yang dipandang
perlu dan tepat digunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Siagian, Sondang P., “Sistem Informasi Manajemen”. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002).
Ichak Adizes. Perilaku Organisasi.(Nimran : 1999: h.62)
http://erfansetiawan.blogspot.com/2011/11/proses-manajerial.html
http://ml.scribd.com/doc/28425286/Peran-Manager
http://ochiyosi.blogspot.com/2010/11/sim-dalam-proses-manajerial.html
http://Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html

Anda mungkin juga menyukai