Anda di halaman 1dari 3

Nama: Christonuel Kembuan

Nim: 231111010154

Kelas: 1D

budaya yang dapat menghambat atau mendukung penerapan gizi di masyarakat:

- Budaya pantangan makanan. Beberapa masyarakat di Indonesia memiliki


kepercayaan atau tradisi yang melarang mereka mengonsumsi makanan tertentu,
seperti daging babi, daging sapi, telur, ikan, atau sayuran. Hal ini dapat membatasi
variasi dan keseimbangan gizi mereka, terutama jika makanan yang dilarang
merupakan sumber protein, zat besi, atau vitamin yang penting.

- Budaya kebiasaan makan. Beberapa masyarakat di Indonesia memiliki pola


konsumsi pangan yang tidak sehat, seperti mengonsumsi nasi putih sebagai makanan
pokok, mengonsumsi makanan yang digoreng, manis, atau berlemak, atau
mengonsumsi makanan yang kurang bersih atau higienis. Hal ini dapat meningkatkan
risiko kelebihan gizi, obesitas, diabetes, atau penyakit jantung.

- Budaya pengetahuan gizi. Beberapa masyarakat di Indonesia memiliki pengetahuan


gizi yang rendah, seperti tidak mengetahui manfaat gizi, cara mengukur status gizi,
atau cara memilih makanan yang bergizi. Hal ini dapat menyebabkan mereka tidak
sadar akan kondisi gizi mereka sendiri atau keluarga mereka, atau tidak mampu
mengatasi masalah gizi yang ada.

Budaya Pantangan Makanan dan Dampaknya terhadap Gizi Masyarakat

Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, termasuk


budaya makanan. Budaya makanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
makanan, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, hingga nilai-nilai yang melekat
pada makanan. Salah satu aspek budaya makanan yang menarik untuk dikaji adalah
budaya pantangan makanan. Budaya pantangan makanan adalah kebiasaan atau
kepercayaan masyarakat untuk menghindari atau melarang mengonsumsi makanan
tertentu, karena alasan agama, adat, kesehatan, atau lainnya. Budaya pantangan
makanan dapat memiliki dampak positif atau negatif terhadap gizi masyarakat,
tergantung pada jenis, alasan, dan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pantangan
tersebut.

Budaya pantangan makanan dapat memiliki dampak positif terhadap gizi


masyarakat, jika pantangan tersebut bertujuan untuk menjaga kesehatan, keselamatan,
atau kesejahteraan masyarakat. Contoh pantangan makanan yang positif adalah
pantangan makanan yang berdasarkan agama, seperti pantangan makan daging babi
bagi umat Islam, pantangan makan daging sapi bagi umat Hindu, atau pantangan
makan daging dan produk hewani bagi umat Buddha. Pantangan makanan ini dapat
membantu masyarakat untuk menjalankan ibadah mereka dengan baik, serta
menghindari makanan yang berpotensi mengandung zat-zat berbahaya, seperti parasit,
bakteri, atau racun. Pantangan makanan ini juga dapat mendorong masyarakat untuk
mengonsumsi makanan lain yang lebih sehat, seperti sayur, buah, atau daging halal.

Namun, budaya pantangan makanan juga dapat memiliki dampak negatif


terhadap gizi masyarakat, jika pantangan tersebut tidak rasional, tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi, atau tidak diimbangi dengan makanan lain yang seimbang. Contoh
pantangan makanan yang negatif adalah pantangan makan telur bagi ibu hamil,
pantangan makan ikan bagi anak-anak, atau pantangan makan sayuran bagi orang
sakit. Pantangan makanan ini dapat menyebabkan kekurangan gizi pada kelompok
masyarakat yang mempraktikkannya, karena mereka kehilangan sumber gizi yang
penting, seperti protein, zat besi, atau vitamin. Kekurangan gizi dapat berdampak
negatif pada kesehatan, pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas masyarakat.
Pantangan makanan ini juga dapat menimbulkan stigma, diskriminasi, atau konflik
sosial antara kelompok masyarakat yang berbeda.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengubah budaya pantangan
makanan yang tidak rasional atau tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, dengan cara
memberikan penyuluhan gizi, memberikan alternatif makanan yang sehat dan halal,
atau mengajak masyarakat untuk lebih toleran dan menghargai keberagaman budaya.
Penyuluhan gizi dapat memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang
manfaat gizi, cara mengukur status gizi, atau cara memilih makanan yang bergizi.
Alternatif makanan yang sehat dan halal dapat memberikan pilihan makanan yang
sesuai dengan agama, adat, atau selera masyarakat, tanpa mengorbankan
keseimbangan gizi. Toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman budaya dapat
menciptakan suasana harmonis, saling menghormati, dan saling belajar antara
kelompok masyarakat yang berbeda.

Dengan demikian, budaya pantangan makanan adalah salah satu budaya yang
dapat menghambat atau mendukung penerapan gizi di masyarakat, tergantung pada
jenis, alasan, dan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pantangan tersebut. Budaya
pantangan makanan yang positif dapat menjaga kesehatan, keselamatan, atau
kesejahteraan masyarakat, sedangkan budaya pantangan makanan yang negatif dapat
menyebabkan kekurangan gizi pada kelompok masyarakat yang mempraktikkannya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengubah budaya pantangan makanan
yang tidak rasional atau tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, dengan cara memberikan
penyuluhan gizi, memberikan alternatif makanan yang sehat dan halal, atau mengajak
masyarakat untuk lebih toleran dan menghargai keberagaman budaya.

Anda mungkin juga menyukai