Anda di halaman 1dari 1

Artikel : Preventing Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing: A Dituational

Approach by Gohar A. Petrossian


Review oleh : Rauzatul Nazzla (C5602231003)
MK : Teknologi Kelautan Lanjutan

IUU Fishing merupakan masalah besar yang berdampak pada kelestarian ekosistem laut
dan bagi ketahanan hidup organisme di dalamnya. Dampak dari penangkapan ikan ilegal, baik
langsung maupun tidak langsung, semakin meningkat. Salah satu indikatornya adalah status
stok ikan laut yang saat ini terbagi 3 kategori yaitu sebanyak 52% berada pada kondisi “fully-
exploited”, 17% “over-exploited”, dan 6% “depleted”. IUU Fishing diklaim sebagai salah satu
kontributor utama permasalahan ini. Dampak pada perekonomian negara berkembang
mencakup sekitar 79% dari seluruh negara di dunia. Indonesia sendiri yang merupakan salah
satu negara perikanan terpenting negara-negara di dunia telah kehilangan keuntungan sekitar
$4 miliar per tahun. Oleh karena itu perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
proses merancang strategi pencegahan yang nyata.
Salah satu upaya penanganannya adalah dengan mengkolaborasi dua sudut pandang
yaitu ilmu lingkungan dan kriminologi. Pemahaman tentang konservasi lingkungan dan
instrumen kebijakan berkontribusi pada riset empiris dengan menggunakan dua metode yaitu
kerangka kerja rational choice dan situational crime untuk menggambarkan pola kriminalitas
terhadap satwa liar termasuk aktivitas penangkapan ikan. Rational choice menggambarkan
pelaku sebagai pengambil keputusan aktif dengan mempertimbangkan nilai keuntungan
berdasarkan struktur peluang dan petunjuk lingkungan dalam menjalankan aksinya. Terdapat 3
faktor yang mempengaruhi keputusan, yaitu tingkat upaya untuk masuk pasar yang diharapkan,
peluang keuntungan yang besar, risiko tertangkap (lokasi penangkapan dan ‘offloading’).
Pencegahan situasional crime menegaskan bahwa peluang IUU Fishing tidak didistribusikan
secara acak, melainkan bervariasi terhadap ruang dan waktu. Faktor situasional ini dapat
disebabkan lingkungan fisik, tipe pengelolaan, ataupun pemeliharaan fasilitas.
Studi ini mengkaji hubungan antara faktor situasional di tingkat lokal dan penangkapan
ikan ilegal di 53 negara. Terdapat lima variabel prediktor digunakan untuk mengukur faktor
situasional tingkat mikro dan dampaknya terhadap pola penangkapan ikan ilegal global.
Variabel-variabel ini mencakup: (1) Spesies yang menarik secara internasional, analisis yang
semakin canggih mengenai tren perikanan global yang memungkinkan pembuat kebijakan dan
pengelola perikanan mengambil keputusan yang lebih akurat dan tepat, (2) Kapal patroli tiap
luasan 100.000 km2, penting sebagai inventarisasi pertahanan pesisir setiap negara, (3) Kapal
penangkap ikan yang dapat terdeteksi, (4) Upaya MCS (monitoring, control and surveillance),
dan (5) Akses ke pelabuhan terdekat. Variabel hasilnya adalah 'tingkat penangkapan ikan
ilegal’. Akaike Information Criterion menghitung 11 model berbeda dan Model 6 menjadi yang
paling tepat.
Model global yaitu Ordinary Least Squares Regression Analysis menunjukkan bahwa
kelima variabel prediktor secara signifikan berkontribusi pada 11 model kecuali kapal yang
terdeteksi dan mudahnya akses ke pelabuhan membuat suatu negara lebih rentan terhadap IUU
Fishing. Sedangkan Model lokal yaitu Variation Geographically Weughted Regression menguji
kaitan antara prediktor dan ‘outcome variable’ serta signifikansi variasi spasial dalam model
yang digunakan. Hasil juga menunjukkan bahwa risiko penangkapan ikan ilegal di suatu negara
berhubungan positif dengan jumlah spesies komersial penting yang ditemukan di wilayah
perairan dan wilayahnya. Sehingga dapat dirumuskan strategi pengurangan kriminalitas dengan
memberlakukan kebijakan berikut (1) meningkatkan upaya MCS dan kapasitas pengawasan
dengan menerapkan 'observer scheme' dan ‘catch inspection schemes'. (2) meningkatkan
regulasi dan memperketat pengendalian jenis komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dalam
praktik perdagangan internasional. (3) meningkatkan upaya dengan mengatasi masalah
kepelabuhan dengan menerapkan 'screening the exits'. (4) memprioritaskan strategi respon
berdasarkan lokasi geografis.

Anda mungkin juga menyukai