Anda di halaman 1dari 38

perbanas pascasarjana

TM-05 (Pertemuan Kelima)


Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

Dosen : Priyo Purnomo, SE, MM, CRMP, CFrA, CACP

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN (PPAk) - MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN


RPS Manajemen Keuangan Lanjutan
TM-05 : Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

1. Agenda Kuliah (Sub Topik)


1. Apakah Financial Distress?
2. Apa yang terjadi ketika perusahaan mengalami financial distress?
3. Kebangkrutan, Likuidasi, dan Reorganisasi
4. Likuidasi
5. Reorganisasi
6. Mana yang lebih baik : Private Workout atau Kepailitan?
7. Prepackaged bankruptcy
8. Prediksi kebangkrutan perusahaan dan model Z-score

2. Referensi
1. Modul CA – Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)
2. Undang Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
3. An Exploratory Analysis of Financial Distress and Default, Shridev (2018)
4. Corporate Financial Distress: Empirical Analysis of Distress Risk, Outeccheva (2007)
5. Beragam Materi Suplemen Penunjang Topik Perkuliahan
Apakah Financial Distress?
Apakah Financial Distress?

Wruck (1990) :
Ketidakmampuan
Financial distress is a situation where a firm’s operating perusahaan untuk
cash flows are not sufficient to satisfy current memenuhi
obligations (such as trade credits or interest expense) and kewajiban jangka
pendek
the firm is forced to take corrective action.

Black Law Dictionary :


Ketidakmampuan
Financial distress is inability to pay one’s debts, lack of membayar utang
means of paying one’s debts. Such a condition of a secara umum, baik
woman’s (or man’s) assets and liabilities that the former jangka pendek dan
jangka panjang
made immediately available would be insufficient to
discharge the latter.

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Faktor-Faktor Risiko yang Dapat Memicu Kesulitan
Keuangan Perusahaan (Financial Distress)

Referensi : Corporate Financial Distress: Empirical Analysis of Distress Risk,


Natalia Outeccheva, Dissertation of the University of St. Gallen, Rusia (2007)
Siklus Tahapan Kegagalan Perusahaan Akibat
Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

Referensi : Corporate Financial Distress: Empirical Analysis of Distress Risk,


Natalia Outeccheva, Dissertation of the University of St. Gallen, Rusia (2007)
Apakah Financial Distress?

Berikut ini adalah proses tahapan


menuju ketidakmampuan finansial
perusahaan yang dapat berdampak
secara signifikan terhadap
keberlangsungan usaha (going
concern) perusahaan :

Referensi : An Exploratory Analysis of Financial Distress and Default, Shridev (2018)


Apa yang Terjadi Ketika
Perusahaan Mengalami
Financial Distress?
Apa yang Terjadi Ketika Perusahaan
Mengalami Financial Distress?
Beberapa hal yang mungkin dilakukan oleh perusahaan
yang mengalami financial distress antara lain :

1. Menjual asset-asset utamanya


2. Merger dengan perusahaan lain Asset
Restructuring
3. Mengurangi belanja modal untuk penelitian dan
pengembangan

4. Menerbitkan saham atau obligasi baru


5. Negosiasi dengan bank atau kreditor lainnya Financial
6. Mengonversi utang menjadi ekuitas Restructuring
7. Mengajukan permohonan kepailitan

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Apa yang Terjadi Ketika Perusahaan
Mengalami Financial Distress?

Manfaat melaksanakan asset restructuring:

a) Perusahaan menjual asset-asset yang tidak terkait


dengan bisnis utama perusahaan, misalnya anak Asset
Restructuring
perusahaan atau divisi yang tidak berkontribusi kepada
keuntungan perusahaan.
b) Hasil dari asset restructuring adalah perusahaan memiliki
struktur organisasi baru yang lebih ramping dan dapat
focus pada strategi baru yang sesuai dengan core
business perusahaan.

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Apa yang Terjadi Ketika Perusahaan
Mengalami Financial Distress?

Berikut ini adalah waktu yang


diperlukan untuk mengatasi kondisi
insolvensi perusahaan di beberapa
negara dan juga secara rata-rata di
dunia :

Referensi : An Exploratory Analysis of Financial Distress and Default, Shridev (2018)


Apa yang Terjadi Ketika Perusahaan
Mengalami Financial Distress?
Berikut ini adalah jenis-jenis
restrukturisasi yang dilakukan
ketika perusahaan mengalami
financial distress beserta
dampak pasca default :

Referensi : Corporate Financial Distress: Empirical Analysis of Distress Risk,


Natalia Outeccheva, Dissertation of the University of St. Gallen, Rusia (2007)
Apa yang Terjadi Ketika Perusahaan
Mengalami Financial Distress?
Berikut ini adalah jenis-
jenis pilihan (opsi)
restrukturisasi yang
dilakukan untuk
mengatasi financial
distress perusahaan :

Referensi : Corporate Financial Distress: Empirical Analysis of Distress Risk,


Natalia Outeccheva, Dissertation of the University of St. Gallen, Rusia (2007)
Kebangkrutan, Likuidasi, dan
Reorganisasi
Kebangkrutan, Likuidasi, dan Reorganisasi

Kebangkrutan (bankruptcy)
Sebuah upaya hukum yang permohonannya
dapat diajukan sendiri (voluntary) oleh
perusahaan atau dapat diajukan oleh kreditor
(involuntary).
Likuidasi
Menghentikan kegiatan operasi
perusahaan (going concern),
melalui penjualan asset-asset
yang dimiliki untuk kemudian
hasilnya dibagikan kepada
kreditur, dan sisanya (jika ada)
Reorganisasi kepada pemegang saham
perusahaan.
Mempertahankan kelangsungan usaha (going
concern) perusahaan, diantaranya dengan
menerbitkan efek baru untuk menggantikan
efek lama.

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Likuidasi
Berikut adalah langkah-Langkah yang harus
ditempuh untuk melakukan straight liquidation
berdasarkan Chapter 7 of the Bankruptcy
Likuidasi
Reform Act of 1978 yang berlaku di Amerika
Serikat.

Setelah perusahaan
Perusahaan diajukan ditetapkan bangkrut,
kepada Pengadilan maka proses
Federal likuidasi dimulai

Permohonan dapat diajukan sendiri oleh perusahaan Pembagian hasil likuidasi dilakukan berdasarkan urutan prioritas
(voluntary) maupun oleh kreditur (involuntary bankruptcy). berikut (absolute priority rule/APR) :
Kurator (bankruptcy trustee) ditunjuk oleh kreditur untuk a) Beban administrasi terkait proses likuidasi perusahaan yang
mengambilalih asset debitur. Kurator bertugas untuk bankrupt.
b) Klaim-klaim tanpa jaminan (unsecured claim) yang terjadi setelah
melakukan likuidasi asset. Setelah asset dilikuidasi, dan
pengajuan permohonan involuntary bangkruptcy.
dikurangi pembayaran biaya-biaya administrasi, hasil
c) Upah, gaji, dan komisi.
likuidasi dibagikan kepada kreditur. Jika asset masih d) Iuran kepada dana pension yang terjadi dalam 180 hari sebelum
tersisa setelah digunakan untuk membayar biaya-biaya tanggal pengajuan permohonan kebangkrutan.
dan pembayaran kepada kreditur, maka sisanya e) Klaim dari : konsumen, pajak, kreditur (dengan atau tanpa
dibagikan kepada pemegang saham. jaminan), pemegang saham preferen, dan pemegang saham biasa.

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Berikut adalah proses pembubaran dan
likuidasi perusahaan berdasarkan UU nomor
40 tentang Perseroan Terbatas tahun 2007.

Referensi : Undang Undang No. 40 Perseroran Terbatas (2007)


Referensi : Undang Undang No. 40 Perseroran Terbatas (2007)
Reorganisasi
Reorganisasi
Di Amerika Serikat, reorganisasi diatur dalam Chapter 11 of the Federal Bankruptcy
Reform Act of 1978. Langkah-Langkah reorganisasi adalah sebagai berikut :
1) Permohonan dapat diajukan oleh perusahaan (voluntary petition) atau oleh 3 atau lebih
kreditur (bisa diajukan 1 kreditur apabila jumlah kreditur kurang dari 12. Permohonan
kepailitan oleh kreditor (involuntary petiton) harus disertai keterangan bahwa
perusahaan tidak membayar utangnya. Pada umumnya, perusahaan masih tetap
beroperasi.
2) Waktu untuk menyiapkan rencana reorganisasi adalah 120 hari. Setelah diajukan,
perusahaan diberi waktu 180 hari untuk meminta persetujuan terhadap rencana
tersebut.
3) Kreditur dan pemegang saham dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Sekelompok
kredutur dianggap menerima rencana jika 2/3 dari kelompok tersebut (berdasarkan
jumlah kredit) dan ½ dari kelompok tersebut (berdasarkan jumlah kreditur) menyetujui
rencana reorganisasi.
4) Setelah disetujui kreditur, rencana reorganisasi disahkan oleh pengadilan.
5) Pembayaran dalam bentuk kas, asset property, dan efek dilakukan kepada kreditur dan
pemegang saham. Rencana reorganisasi bisa juga mencakup penerbitan efek baru.

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Reorganisasi
▪ Pengaturan mengenai reorganisasi perusahaan belum diatur dengan jelas
dan tegas dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
▪ Reorganisasi sebenarnya merupakan bagian dari restrukturisasi, kepailitan
dapat dihindarkan dengan melalui reorganisasi usaha dalam bentuk
penggabungan, peleburan,akuisisi usaha, dan bentuk lainnya.
▪ Undang-Undang kepailitan ini juga belum memberikan perlindungan yang
cukup kepada debitor yang beritikad baik, karena yang berkembang
sampai sekarang ini terdapat kecenderungan mengartikan pailit sama
dengan likuidasi, namun harus menjadi pemahaman bahwa seharusnya
pailit juga merupakan sarana untuk melakukan reorganisasi perusahaan.
▪ Akibat hukum dari reorganisasi perusahaan tehadap penyelesaian utang
piutang perusahaan adalah adanya peluang bagi kreditor dan debitor
dalam penyelesaian utang piutangnya tanpa melalui proses kepailitan
yang dapat mengakibatkan debitor dinyatakan pailit.

Referensi : Reorganisasi Perusahaan Debitor yang Terancam Pailit Sebagai Suatu Alternatif,
Mulawarman Law Review Vol. 5 Issue 2 (2020)
Mana yang Lebih Baik: Private
Workout atau Kepailitan?
Mana yang Lebih Baik: Private Workout
atau Kepailitan?
Perusahaan yang mengalami financial distress memiliki dua pilihan untuk formal bankruptcy
atau private workout. Kedua pilihan tersebut sama-sama menerbitkan efek baru untuk
ditukarkan dengan efek lama. Biasanya, senior debt diganti dengan junior debt, junior debt
digantikan dengan ekuitas. Sejumlah penelitian membandingkan private workout dengan
formal bankruptcies. Beberapa hasilnya antara lain :
1. Berdasarkan data historis, setengah dari financial restructuring dilakukann dengan skema
private workouts, walaupun akhir-akhir ini formal bankruptcies mulai banyak digunakan.
2. Perusahaan yang mampu bangkit dari financial distress dengan menggunakan skema
private workouts mengalami kenaikan harga saham yang jauh lebih tinggi daripada
perusahaan yang bangkit dari financial distress dengan skema formal bankruptcies.
3. Biaya langsung (direct costs) skema private workouts jauh lebih murah daripada biaya
formal bankruptcies.
4. Top management biasanya sama-sama mengalami penurunan gaji atau bahkan
kehilangan jabatan baik dalam private workouts maupun formal bankruptcies.
Melihat hal-hal di atas, kemudian timbul pertanyaan, mengapa ada perusahaan yang
memilih untuk menggunakan formal bankruptcies?

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Mana yang Lebih Baik: Private Workout
atau Kepailitan?

Marginal Firm
Perusahaan dapat menerbitkan surat
1 2 Holdouts
Sebagian proses formal bankruptcies
utang ‘Debtor in Possesion” (DIP) mengabaikan absolute priority rule,
yang hanya dapat diterbitkan oleh sehingga pemegang saham mendorong
perusahaan yang mengajukan untuk dilakukannya formal bankruptcies.
permohonan kebangkrutan.
Alasan Perusahaan
Memilih Formal
Complexities Bankruptcies Lack of information
Perusahaan dengan struktur Perusahaan tidak dapat memprediksi
permodalan yang kompleks akan dan memproyeksi secara akurat perihal
mengalami kesulitan untuk melakukan kondisi cash flow shortfall yang sedang
private workouts sehingga proses dialami sehingga ragu untuk melakukan
negosiasi dengan kreditur menjadi
rumit.
3 4 PW atau FB

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Mana yang Lebih Baik: Private Workout
atau Kepailitan?

2 Holdouts
Sebagian proses formal bankruptcies
mengabaikan absolute priority rule
(APR), sehingga pemegang saham
mendorong untuk dilakukannya formal
bankruptcies.

Referensi : Corporate Financial Distress: Empirical Analysis of Distress Risk,


Natalia Outeccheva, Dissertation of the University of St. Gallen, Rusia (2007)
Prepackaged Bankruptcy
Prepackaged Bankruptcy

▪ Prepackaged bankruptcy adalah kombinasi antara private workout dengan legal


bankruptcy.
▪ Sebelum perusahaan mengajukan permohonan kebangkrutan, perusahaan terlebih dahulu
melakukan pendekatan dengan kreditur serta membawa rencana reorganisasi
perusahaan.
▪ Kedua belah pihak kemudian melakukan negosiasi untuk mencari kesepakatan mengenai
rincian bagaimana keuangan perusahaan direstrukturisasi.
▪ Kemudian perusahaan dan kreditur sekaligus menyiapkan dokumen administrasi yang
diperlukan sebelum mengajukan permohonan kebangkrutan.
▪ Permohonan disebut prepackage jika pada perusahaan mengajukan permohonan ke
pengadilan, namun pada saat yang sama, juga sudah melampirkan rencana reorganisasi
lengkap dengan persetujuan dari kreditur.

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan & Model Z-Score
Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
& Model Z-Score
▪ Banyak calon-calon kreditor menggunakan credit scoring model untuk mengukur
kelayakan kredit (creditworthiness) dari calon debitor.
▪ Hal ini bertujuan agar calon kreditur dapat mengelompokan calon debitor berdasarkan
risiko kreditnya. Salah satu hal yang ingin diketahui adalah seberapa besar kemungkinan
perusahaan calon debitor akan mengalami kebangkrutan.
▪ Edward Altman menciptakan model dengan menggunakan sejumlah rasio dalam Laporan
Keuangan dan menganalisis beberapa diskriminan untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan manufaktur yang sahamnya diperdagangkan di bursa (publicly traded
manufacturing firms). Model tersebut adalah sebagai berikut :

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
& Model Z-Score

Dimana :
1. Z adalah indeks kebangkrutan (index of bankruptcy).
2. Jika Z-score kurang dari 2,675 hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki
kemungkinan 95% untuk bangkrut dalam waktu 1 tahun.
3. Akan tetapi, hasil Altman Z-score menunjukkan bahwa skor 1,81 sampai dengan 2,99
merupakan grey area. Dalam penerapannya, kebangkrutan diprediksi akan terjadi jika
Z ≤ 1,81 dan perusahaan diprediksi tidak bangkrut jika Z ≥ 2,99.
4. Pada mulanya Altman Z-score hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur
yang sahamnya diperdagangkan di bursa.
5. Altman kemudian merevisi modelnya agar dapat diterapkan untuk perusahaan non-public
dan bukan perusahaan manufaktur. Model tersebut adalah sebagai berikut :

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
& Model Z-Score

Dimana (lanjutan) :
5. Altman kemudian merevisi modelnya agar dapat diterapkan untuk perusahaan non-public
dan bukan perusahaan manufaktur. Model tersebut adalah sebagai berikut :

Dimana jika :
1. Z < 1,23 = indikasi perusahaan diprediksi akan bangkrut
2. 1,23 ≥ Z ≤ 2,90 = grey area
3. Z > 2,90 = indikasi perusahaan tidak akan bangkrut

Referensi : Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan, IAI (2015)


Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
(Model of Distress Risk Assessment)

Accounting- Market-based
based Models Models

1. Analisis Rasio Keuangan 1. Option to Default Methodology


Beaver’s Univariate (1966) (Merton, 1974)
2. Altman’s Z-Score (1968) 2. The KMV Model (1995)
3. Ohlson’s O-Score (1980) 3. The Simple Hazard Model
(Shumway, 2001)

Referensi : Corporate Financial Distress: Empirical Analysis of Distress Risk,


Natalia Outeccheva, Dissertation of the University of St. Gallen, Rusia (2007)
Analysis Framework on the
Financial Default (Financial Distress)

Referensi : An Exploratory Analysis of Financial Distress and Default, Shridev (2018)


Analysis Framework on the
Financial Default (Financial Distress)

Referensi : An Exploratory Analysis of Financial Distress and Default, Shridev (2018)


Slide Terakhir TM-05
Sampai Jumpa di Pertemuan Berikutnya (TM-06)
Topik : Manajemen Tresuri dan Modal Kerja
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai