Anda di halaman 1dari 8

Nama : RIJAT MIKO

NIM : 23562021135
Prodi : Teknik Komputer B
Semester : 1 (Satu)
Mata Kuliah : Pengantar Rekayasa Komputer & Desain
Tugas : Bab 1

1. Apakah yang dimaksud dengan analisis sistem?

2. Kegiatan apa saja yang dilakukan pada saat analisis sistem?

3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam teknik pengumpulan data!

4. Sebutkan jenis-jenis kebutuhan pengembangan sistem informasi!

5. Apakah yang dimaksud dengan dokumen SRS?

6. Apa saja isi dokumen SRS?

7. Buatlah sebuah dokumen SRS untuk pengembangan sistem informasi apotek!

8. Apakah yang dimaksud dengan desain sistem?

9. Hal apa saja yang dilakukan pada tahap desain sistem?

10. Sebutkan dan jelaskan karakteristik apa saja yang terdapat pada sistem berorientasi objek!

11. Mengapa berkembang metodologi berorientasi objek?

12. Apa yang dimaksud dengan kelas dan objek? Gambarkan keterhubungan antara kelas dan objek!

13. Apa yang dimaksud dengan pendekatan terstruktur?

14. Apa perbedaan pendekatan terstruktur dengan pendekatan berorientasi objek?

15. Sebutkan minimal 2 metodologi lain (selain pendekatan terstruktur dan pendekatan berorientasi
objek). Sebutkan karakteristiknya dan kemudian carilah kelebihan dan kekurangannya jika
dibandingkan dengan pendekatan terstruktur dan pendekatan berorientasi objek!

JAWABAN

1. Analisis sistem adalah proses yang digunakan untuk memahami, menganalisis, dan memecahkan
masalah dalam suatu sistem. Sistem dalam konteks ini dapat merujuk pada sistem teknologi
informasi, sistem bisnis, sistem manufaktur, sistem organisasi, atau sistem lainnya yang melibatkan
interaksi antara komponen-komponennya.
2. Pada saat analisis sistem, beberapa kegiatan yang umum dilakukan meliputi:

 Pengumpulan Data: Kegiatan ini melibatkan pengumpulan informasi tentang sistem yang sedang
dianalisis. Data dapat diperoleh melalui wawancara dengan pengguna sistem, observasi langsung,
studi dokumen, atau melalui survei dan kuesioner.
 Pemodelan Sistem: Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah memodelkan sistem.
Pemodelan sistem dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik seperti diagram aliran data
(DFD), diagram use case, diagram aktivitas, atau model proses bisnis. Tujuan dari pemodelan sistem
adalah untuk memvisualisasikan bagaimana komponen-komponen sistem berinteraksi dan
berhubungan satu sama lain.
 Analisis Kebutuhan: Pada tahap ini, analis sistem akan menganalisis kebutuhan sistem yang ada. Hal
ini melibatkan identifikasi kebutuhan fungsional (apa yang sistem harus lakukan) dan kebutuhan
non-fungsional (karakteristik sistem seperti keamanan, kinerja, dan skalabilitas). Analisis kebutuhan
juga melibatkan pemahaman terhadap kebutuhan pengguna, pemangku kepentingan, dan tujuan
organisasi.
 Identifikasi Masalah: Setelah kebutuhan sistem dianalisis, analis sistem akan mencari masalah atau
kekurangan dalam sistem yang ada. Hal ini melibatkan identifikasi gap antara kebutuhan yang
diharapkan dan keadaan sistem yang sebenarnya. Masalah dapat berkaitan dengan kinerja,
keandalan, keamanan, atau efisiensi sistem.
 Pengembangan Solusi: Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengembangkan
solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem. Solusi dapat berupa perubahan pada proses,
perangkat lunak, infrastruktur, atau kebijakan. Pengembangan solusi melibatkan pemilihan alternatif
solusi, analisis biaya dan manfaat, serta perancangan rinci solusi yang diusulkan.
 Evaluasi dan Validasi: Setelah solusi dikembangkan, langkah terakhir adalah melakukan evaluasi
dan validasi terhadap solusi tersebut. Hal ini melibatkan pengujian solusi, pembandingan dengan
kebutuhan awal, dan mendapatkan umpan balik dari pengguna dan pemangku kepentingan. Evaluasi
dan validasi bertujuan untuk memastikan bahwa solusi yang diusulkan dapat memenuhi kebutuhan
dan memberikan manfaat yang diharapkan.

Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan secara iteratif dan berulang, tergantung pada kompleksitas
sistem dan perubahan yang terjadi.

3. Ada beberapa macam teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam analisis sistem, di
antaranya adalah:

o Wawancara: Teknik ini melibatkan interaksi langsung antara analis sistem dan responden.
Wawancara dapat dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon atau video conference. Tujuan
dari wawancara adalah untuk memperoleh informasi tentang pengalaman, pandangan, dan kebutuhan
responden terkait dengan sistem yang sedang dianalisis.
o Observasi: Teknik ini melibatkan pengamatan langsung terhadap aktivitas atau proses yang terjadi
dalam sistem. Observasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui rekaman video atau audio.
Tujuan dari observasi adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
bagaimana sistem beroperasi dan bagaimana pengguna berinteraksi dengan sistem.
o Studi Dokumen: Teknik ini melibatkan analisis dokumen yang terkait dengan sistem yang sedang
dianalisis, seperti laporan, kebijakan, atau dokumen teknis. Tujuan dari studi dokumen adalah untuk
memperoleh informasi tentang struktur, fungsi, dan kinerja sistem yang sedang dianalisis.
o Survei dan Kuesioner: Teknik ini melibatkan pengiriman kuesioner atau survei kepada responden
untuk memperoleh informasi tentang pandangan, kebutuhan, atau pengalaman mereka terkait dengan
sistem yang sedang dianalisis. Survei dan kuesioner dapat dilakukan secara online atau melalui pos.
o Fokus Grup: Teknik ini melibatkan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari beberapa responden
yang memiliki pengalaman atau kepentingan terkait dengan sistem yang sedang dianalisis. Tujuan
dari fokus grup adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pandangan dan
kebutuhan responden terkait dengan sistem.

Setiap teknik pengumpulan data memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu,
analis sistem harus memilih teknik yang paling sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik sistem
yang sedang dianalisis. Selain itu, analis sistem juga harus mempertimbangkan etika dan privasi
dalam pengumpulan data, serta memastikan bahwa data yang diperoleh akurat dan dapat dipercaya.

4. Dalam pengembangan sistem informasi, terdapat beberapa jenis kebutuhan yang perlu
dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa jenis kebutuhan pengembangan sistem informasi yang
umum:

 Kebutuhan Fungsional: Kebutuhan fungsional adalah kebutuhan yang berkaitan dengan apa yang
sistem informasi harus lakukan atau fungsi-fungsi yang harus dijalankan. Contohnya, kebutuhan
untuk mengelola data pelanggan, menghasilkan laporan keuangan, atau mengelola proses
pemesanan.
 Kebutuhan Non-Fungsional: Kebutuhan non-fungsional adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
karakteristik sistem informasi, seperti kinerja, keamanan, keandalan, skalabilitas, dan usabilitas.
Contohnya, kebutuhan untuk sistem memiliki waktu respons yang cepat, tingkat keamanan yang
tinggi, atau tampilan antarmuka yang mudah digunakan.
 Kebutuhan Bisnis: Kebutuhan bisnis adalah kebutuhan yang berkaitan dengan tujuan dan strategi
bisnis organisasi. Contohnya, kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan
kepuasan pelanggan, atau mengurangi biaya.
 Kebutuhan Pengguna: Kebutuhan pengguna adalah kebutuhan yang berkaitan dengan harapan,
preferensi, dan kebutuhan pengguna sistem informasi. Contohnya, kebutuhan untuk antarmuka yang
intuitif, kemudahan penggunaan, atau dukungan pelatihan.
 Kebutuhan Teknis: Kebutuhan teknis adalah kebutuhan yang berkaitan dengan infrastruktur
teknologi yang digunakan dalam sistem informasi. Contohnya, kebutuhan untuk kompatibilitas
dengan platform yang ada, kebutuhan untuk integrasi dengan sistem lain, atau kebutuhan untuk
keamanan data.
 Kebutuhan Hukum dan Regulasi: Kebutuhan hukum dan regulasi adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan persyaratan hukum, regulasi, atau kebijakan yang harus dipatuhi oleh sistem informasi.
Contohnya, kebutuhan untuk mematuhi undang-undang privasi data atau kebutuhan untuk
menyimpan data dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan peraturan.

Penting untuk mengidentifikasi dan memahami semua jenis kebutuhan ini dalam pengembangan
sistem informasi agar sistem yang dikembangkan dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pengguna
serta organisasi.

5. SRS (Software Requirements Specification) adalah dokumen yang mendefinisikan kebutuhan


fungsional dan non-fungsional dari sistem perangkat lunak yang akan dikembangkan. Dokumen SRS
berfungsi sebagai panduan bagi tim pengembang perangkat lunak untuk memahami dan
mengimplementasikan sistem yang diinginkan.
Dalam dokumen SRS, biasanya terdapat beberapa bagian penting, antara lain:

Pendahuluan: Bagian ini berisi deskripsi umum tentang sistem yang akan dikembangkan, termasuk
tujuan, lingkup, dan konteks sistem.
Deskripsi Kebutuhan: Bagian ini menjelaskan secara rinci kebutuhan fungsional dan non-fungsional
dari sistem. Kebutuhan fungsional mencakup fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh sistem, seperti
fitur-fitur, tugas-tugas, atau proses-proses yang harus dijalankan. Kebutuhan non-fungsional
mencakup karakteristik sistem, seperti kinerja, keamanan, keandalan, dan usabilitas.
Persyaratan Sistem: Bagian ini menjelaskan persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh sistem,
seperti platform yang digunakan, kompatibilitas dengan sistem lain, atau kebutuhan infrastruktur
teknologi.
Batasan dan Ketergantungan: Bagian ini menjelaskan batasan dan ketergantungan yang harus
diperhatikan dalam pengembangan sistem, seperti batasan waktu, sumber daya, atau ketergantungan
dengan sistem atau layanan lain.
Kasus Penggunaan: Bagian ini menjelaskan skenario-skenario penggunaan sistem, termasuk interaksi
antara pengguna dan sistem serta hasil yang diharapkan.
Persyaratan Non-Fungsional: Bagian ini menjelaskan persyaratan non-fungsional secara lebih rinci,
seperti kriteria kinerja, keamanan, atau usabilitas yang harus dipenuhi oleh sistem.

6. Dokumen SRS sangat penting dalam pengembangan perangkat lunak karena menjadi acuan bagi tim
pengembang untuk merancang, mengimplementasikan, dan menguji sistem. Dokumen ini juga
membantu dalam komunikasi antara tim pengembang, pemangku kepentingan, dan pengguna sistem
untuk memastikan pemahaman yang jelas tentang kebutuhan dan harapan terhadap sistem yang akan
dikembangkan.

Biasanya dokumen SRS mencakup hal-hal berikut ini:


 Project overview
 Tujuan dari software yang akan dikembangkan
 Deskripsi software secara keseluruhan
 Berbagai fungsionalitas yang ada di dalam sistem
 Performa software dalam tahap produksi (production stage)
 Kebutuhan non-fungsional dalam sistem
 External interfaces atau hubungan interaksi software dengan perangkat yang lain
 Batasan dari desain atau gambaran yang akan dijalankan oleh system

7. Dokumen SRS (Software Requirements Specification) untuk Pengembangan Sistem Informasi


Apotek

1. Pendahuluan

1.1 Tujuan Dokumen ini bertujuan untuk menggambarkan kebutuhan dan spesifikasi sistem
informasi apotek yang akan dikembangkan.

1.2 Lingkup Sistem informasi apotek ini akan mencakup semua proses dan fungsi yang terkait
dengan operasional apotek, termasuk manajemen inventaris, penjualan, pembelian, pengelolaan
resep, dan pelaporan.

1.3 Definisi, akronim, dan singkatan

o Sistem Informasi Apotek (SIA): Sistem yang akan dikembangkan untuk mengelola
operasional apotek.
o Apotek: Tempat yang menyediakan obat-obatan dan produk kesehatan lainnya.
o Inventaris: Daftar lengkap obat-obatan dan produk kesehatan yang tersedia di apotek.
2. Deskripsi Umum

2.1 Perspektif Produk Sistem informasi apotek ini akan berfungsi sebagai alat bantu untuk mengelola
inventaris, memproses penjualan, mengelola resep, dan menghasilkan laporan yang relevan.

2.2 Fungsi Produk Sistem informasi apotek ini akan memiliki fungsi-fungsi berikut:

o Manajemen inventaris: Mengelola stok obat-obatan dan produk kesehatan, termasuk


penerimaan, penyimpanan, dan penghapusan barang.
o Penjualan: Memproses penjualan obat-obatan dan produk kesehatan kepada pelanggan.
o Pembelian: Mengelola proses pembelian obat-obatan dan produk kesehatan dari pemasok.
o Pengelolaan resep: Mencatat dan mengelola resep yang diberikan oleh dokter.
o Pelaporan: Menghasilkan laporan yang relevan, seperti laporan penjualan, laporan inventaris,
dan laporan keuangan.

2.3 Karakteristik Pengguna Sistem informasi apotek ini akan digunakan oleh beberapa pengguna,
termasuk:

o Apoteker: Bertanggung jawab atas manajemen operasional apotek.


o Kasir: Bertanggung jawab atas proses penjualan.
o Dokter: Mengeluarkan resep kepada pasien.

2.4 Batasan Sistem informasi apotek ini tidak akan mencakup aspek pengobatan atau diagnosis
medis. Sistem ini juga tidak akan terhubung langsung dengan sistem informasi rumah sakit atau
dokter.

3. Kebutuhan Fungsional 3.1 Manajemen Inventaris


o Mengelola stok obat-obatan dan produk kesehatan.
o Mencatat penerimaan barang dari pemasok.
o Mengatur penyimpanan dan penghapusan barang yang kadaluarsa.

3.2 Penjualan

o Memproses penjualan obat-obatan dan produk kesehatan.


o Menghitung total harga dan mengeluarkan faktur kepada pelanggan.
o Mengurangi stok barang setelah penjualan.

3.3 Pembelian

o Mengelola proses pembelian obat-obatan dan produk kesehatan dari pemasok.


o Mencatat pesanan dan penerimaan barang.
o Mengupdate stok barang setelah pembelian.

3.4 Pengelolaan Resep

o Mencatat dan mengelola resep yang diberikan oleh dokter.


o Menghubungkan resep dengan obat-obatan yang tersedia di inventaris.

3.5 Pelaporan

Menghasilkan laporan penjualan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.


o
Menghasilkan laporan inventaris obat-obatan dan produk kesehatan.
o
Menghasilkan laporan keuangan, termasuk pendapatan dan pengeluaran.
o
4. Kebutuhan Non-Fungsional 4.1 Keamanan Sistem informasi apotek ini harus memiliki mekanisme
keamanan yang memadai untuk melindungi data pelanggan, data inventaris, dan data keuangan.

4.2 Kinerja Sistem ini harus mampu menangani volume transaksi yang tinggi dengan waktu respons
yang cepat.

8. Desain sistem merujuk pada proses merancang struktur, komponen, dan fitur-fitur dari suatu sistem. Ini
melibatkan pemikiran dan perencanaan yang cermat untuk menciptakan solusi yang efektif dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan sistem.

Desain sistem melibatkan beberapa aspek, termasuk:

a. Arsitektur Sistem: Merancang struktur keseluruhan sistem, termasuk komponen-komponen utama,


hubungan antara komponen, dan aliran data antara komponen-komponen tersebut.

b. Desain Database: Merancang struktur database yang akan digunakan oleh sistem, termasuk tabel, relasi
antar tabel, dan skema penyimpanan data.

c. Antarmuka Pengguna: Merancang antarmuka pengguna yang intuitif dan mudah digunakan, termasuk
tata letak, navigasi, dan elemen-elemen interaktif.

d. Desain Algoritma: Merancang algoritma dan logika pemrograman yang akan digunakan dalam sistem
untuk menjalankan fungsi-fungsi yang diinginkan.

e. Desain Keamanan: Merancang mekanisme keamanan yang akan melindungi sistem dari ancaman dan
risiko keamanan, termasuk autentikasi, otorisasi, dan enkripsi data.

f. Desain Kinerja: Merancang sistem agar dapat beroperasi dengan kinerja yang optimal, termasuk waktu
respons yang cepat, skalabilitas, dan efisiensi penggunaan sumber daya.
g. Desain Pengujian: Merancang rencana pengujian yang mencakup skenario pengujian, data pengujian,
dan metode pengujian untuk memastikan bahwa sistem berfungsi dengan baik dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.

Desain sistem merupakan tahap penting dalam pengembangan perangkat lunak atau sistem informasi.
Tujuannya adalah untuk menciptakan solusi yang dapat diimplementasikan dengan baik, mudah
dipelihara, dan memenuhi kebutuhan pengguna dengan efektif.

9) Pada tahap desain sistem, beberapa kegiatan dan tugas yang dilakukan meliputi:

 Analisis Kebutuhan: Pada tahap ini, kebutuhan sistem yang telah dikumpulkan dari tahap analisis
awal dianalisis lebih lanjut untuk memahami persyaratan yang lebih rinci. Ini melibatkan identifikasi
fungsi-fungsi sistem, pemodelan proses bisnis, dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan
pengguna.
 Arsitektur Sistem: Desain arsitektur sistem melibatkan merancang struktur keseluruhan sistem,
termasuk komponen-komponen utama, hubungan antara komponen, dan aliran data antara
komponen-komponen tersebut. Ini melibatkan pemilihan teknologi dan platform yang tepat untuk
sistem.
 Desain Database: Pada tahap ini, struktur database yang akan digunakan oleh sistem dirancang. Ini
melibatkan merancang tabel, relasi antar tabel, dan skema penyimpanan data yang efisien. Desain
database juga mencakup pemodelan entitas dan hubungan, normalisasi, dan pemilihan jenis database
yang sesuai.
 Desain Antarmuka Pengguna: Desain antarmuka pengguna melibatkan merancang tata letak,
navigasi, dan elemen interaktif dari antarmuka pengguna sistem. Tujuannya adalah untuk
menciptakan antarmuka yang intuitif, mudah digunakan, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
 Desain Algoritma dan Logika Pemrograman: Pada tahap ini, algoritma dan logika pemrograman
yang akan digunakan dalam sistem dirancang. Ini melibatkan pemilihan metode pemrosesan data,
algoritma pencarian, algoritma pengurutan, dan logika pemrograman yang sesuai untuk mencapai
fungsi-fungsi yang diinginkan.
 Desain Keamanan: Desain keamanan melibatkan merancang mekanisme keamanan yang akan
melindungi sistem dari ancaman dan risiko keamanan. Ini meliputi autentikasi pengguna, otorisasi
akses, enkripsi data, dan perlindungan terhadap serangan keamanan seperti serangan peretasan atau
serangan malware.
 Desain Kinerja: Pada tahap ini, desain sistem dianalisis untuk memastikan kinerja yang optimal. Ini
melibatkan pemilihan teknik dan strategi untuk meningkatkan waktu respons sistem, skalabilitas, dan
efisiensi penggunaan sumber daya seperti memori dan prosesor.
 Desain Pengujian: Desain pengujian melibatkan merancang rencana pengujian yang mencakup
skenario pengujian, data pengujian, dan metode pengujian yang akan digunakan untuk memastikan
bahwa sistem berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Seluruh kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menciptakan desain sistem yang efektif, efisien, dan
sesuai dengan kebutuhan pengguna. Desain sistem yang baik akan menjadi dasar untuk implementasi
dan pengembangan sistem yang sukses.

10) Sistem berorientasi objek (Object-Oriented System) memiliki beberapa karakteristik utama yang
membedakannya dari paradigma pemrograman lainnya. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari
sistem berorientasi objek:

a. Abstraksi: Abstraksi adalah proses menyembunyikan detail internal suatu objek dan hanya
mengekspos fitur-fitur yang relevan. Dalam sistem berorientasi objek, abstraksi digunakan untuk
memodelkan objek-objek dalam dunia nyata atau konsep-konsep yang lebih kompleks. Ini membantu
dalam memahami dan mengorganisir kompleksitas sistem.
b. Encapsulation (Pembungkusan): Encapsulation adalah konsep yang menggabungkan data dan
metode yang beroperasi pada data tersebut menjadi satu kesatuan yang disebut objek. Objek
menyembunyikan detail implementasi dan hanya mengekspos antarmuka publik yang dapat
digunakan oleh objek lain. Ini membantu dalam mencapai konsep pengkapsulan data dan
fungsionalitas terkait bersama-sama, sehingga meningkatkan keamanan dan modularitas sistem.
c. Pewarisan (Inheritance): Pewarisan adalah konsep yang memungkinkan objek untuk mewarisi sifat-
sifat dan perilaku dari objek lain yang lebih umum atau induk. Dengan pewarisan, objek dapat
memperluas atau mengkhususkan fungsionalitas yang ada, sehingga memungkinkan penggunaan
kembali kode yang ada dan mempromosikan hierarki dan struktur yang terorganisir dalam sistem.
d. Polimorfisme: Polimorfisme adalah konsep yang memungkinkan objek untuk memiliki banyak
bentuk atau perilaku. Dalam sistem berorientasi objek, polimorfisme memungkinkan objek dengan
tipe yang berbeda untuk merespons metode yang sama dengan cara yang berbeda. Ini memungkinkan
fleksibilitas dan penggunaan kode yang lebih generik.
e. Modularitas: Modularitas adalah konsep yang membagi sistem menjadi modul-modul yang terpisah
dan independen. Setiap modul berisi objek-objek yang saling terkait dan memiliki tanggung jawab
tertentu. Modularitas memungkinkan pengembangan dan pemeliharaan sistem yang lebih mudah,
karena perubahan pada satu modul tidak mempengaruhi modul lainnya.
f. Kesatuan (Unity): Kesatuan adalah konsep yang menyatukan data dan metode yang beroperasi pada
data tersebut dalam satu objek. Ini memungkinkan objek untuk memiliki keadaan internal yang
terkait dan metode yang beroperasi pada keadaan tersebut. Kesatuan memungkinkan objek untuk
menjadi entitas yang mandiri dan berfungsi sebagai unit tunggal dalam sistem.

Karakteristik-karakteristik ini membantu dalam merancang sistem yang lebih terstruktur, modular,
dan mudah dimengerti. Mereka memungkinkan pemodelan yang lebih baik dari dunia nyata,
penggunaan kembali kode yang lebih efisien, dan meningkatkan fleksibilitas dan skalabilitas sistem.

11) Metodologi berorientasi objek berkembang karena adanya beberapa keuntungan dan manfaat yang
signifikan yang ditawarkannya dalam pengembangan perangkat lunak. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa metodologi berorientasi objek menjadi populer dan berkembang:

 Pemodelan yang Lebih Dekat dengan Dunia Nyata: Metodologi berorientasi objek memungkinkan
pemodelan sistem yang lebih dekat dengan dunia nyata. Objek dalam sistem berorientasi objek
mencerminkan entitas-entitas dalam dunia nyata atau konsep-konsep yang lebih kompleks. Ini
memudahkan pemahaman dan komunikasi antara pengembang perangkat lunak dan pemangku
kepentingan bisnis.
 Modularitas dan Reusabilitas: Metodologi berorientasi objek mempromosikan modularitas, yaitu
membagi sistem menjadi modul-modul terpisah yang memiliki tanggung jawab tertentu. Modul-
modul ini dapat dikembangkan secara independen dan dapat digunakan kembali dalam proyek-
proyek lain. Ini mengurangi duplikasi kode, meningkatkan efisiensi pengembangan, dan
mempercepat waktu pengembangan.
 Fleksibilitas dan Perubahan yang Mudah: Dalam sistem berorientasi objek, objek memiliki sifat dan
perilaku yang terkait bersama-sama. Ketika ada perubahan dalam sistem, hanya objek yang terkait
yang perlu dimodifikasi, sehingga meminimalkan dampak perubahan pada bagian lain sistem. Ini
membuat sistem lebih fleksibel dan mudah untuk diperbarui atau diperluas.
 Pengembangan yang Terstruktur: Metodologi berorientasi objek mempromosikan pengembangan
yang terstruktur dengan menggunakan konsep-konsep seperti pewarisan, polimorfisme, dan
enkapsulasi. Ini membantu dalam mengorganisir kode menjadi unit-unit yang terkait dan
memudahkan pemeliharaan dan pemahaman sistem.
 Pengembangan Tim yang Efisien: Metodologi berorientasi objek memungkinkan pengembangan tim
yang efisien. Dengan pemodelan yang lebih dekat dengan dunia nyata, pemisahan tugas berdasarkan
modul, dan penggunaan kembali kode, tim pengembang dapat bekerja secara paralel dan
berkolaborasi dengan lebih baik. Ini meningkatkan produktivitas dan kualitas pengembangan.
 Dukungan untuk Pengembangan Perangkat Lunak yang Besar dan Kompleks: Metodologi
berorientasi objek sangat cocok untuk pengembangan perangkat lunak yang besar dan kompleks.
Dengan modularitas, abstraksi, dan pemodelan yang terstruktur, sistem yang kompleks dapat dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Ini memungkinkan pengembangan
yang lebih terstruktur dan pengurangan risiko dalam pengembangan perangkat lunak yang kompleks.
Kombinasi dari keuntungan-keuntungan ini telah membuat metodologi berorientasi objek menjadi
pendekatan yang populer dan efektif dalam pengembangan perangkat lunak modern.

12)

Anda mungkin juga menyukai