Anda di halaman 1dari 17

DINAMIKA PENGARUH SOSIAL: TIGA STUDI KASUS TENTANG

KONFORMITAS MINORITAS, HUBUNGAN INTERPERSONAL, DAN


PERILAKU MENOLONG
STUDI KASUS PSIKOLOGI SOSIAL
Dalam rangka pemenuhan Ujian Tengah Semester
PSIKOLOGI SOSIAL

Laila Noviani
20220701402

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2023
DAFTAR ISI

Judul.................................................................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................................................

Bab I.................................................................................................................................................

Pendahuluan.....................................................................................................................................

Latar Belakang.............................................................................................................................

Bab Ii Pembahasan..........................................................................................................................

Konteks Kasus..............................................................................................................................

Studi Kasus 1: Pengaruh Sosial Pada Konformitas Minoritas.....................................................

Studi Kasus 2: Hubungan Interpersonal Dalam Kelompok Sahabat...........................................

Studi Kasus 3: Tingkah Laku Menolong Dalam Situasi Darurat.................................................

Bab Iii Penutup..............................................................................................................................

Kesimpulan................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengaruh sosial dan perilaku adalah dua aspek penting dalam psikologi sosial yang
telah menjadi fokus penelitian selama beberapa dekade terakhir (Karim, 2017) . Sifat
manusia yang bersifat sosial telah mendorong para peneliti untuk memahami bagaimana
individu memengaruhi satu sama lain dalam berbagai situasi sosial. Salah satu isu sentral
dalam bidang ini adalah perilaku menolong, di mana kita mencari untuk memahami
mengapa, bagaimana, dan kapan orang membantu satu sama lain. Dinamika pengaruh
sosial dalam hubungan sosial dan perilaku menolong menjadi topik penelitian yang
menarik dan relevan karena implikasinya dalam pemahaman tentang respons sosial
terhadap kebutuhan orang lain.

Dalam masyarakat yang semakin kompleks dan terkoneksi, memahami pengaruh


sosial dalam konteks hubungan sosial menjadi semakin penting. Manusia adalah makhluk
sosial yang secara alami terlibat dalam interaksi sosial sepanjang hidup mereka. Dalam
konteks ini, aspek psikologi sosial menjadi sangat relevan, karena itu adalah bidang ilmu
yang memeriksa bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, mempengaruhi mereka,
dan dipengaruhi oleh mereka dalam berbagai situasi sosial.

Pentingnya pengaruh sosial dalam hubungan sosial diperlihatkan dalam berbagai


aspek kehidupan sehari-hari. Mulai dari persahabatan dan dinamika keluarga hingga
interaksi sosial di tempat kerja dan dalam masyarakat luas, manusia terus mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh rekan-rekan mereka. Sebagai contoh, dalam konteks persahabatan,
individu cenderung memilih teman-teman dengan nilai dan minat yang serupa,
menunjukkan bahwa pengaruh sosial dapat memainkan peran penting dalam pembentukan
hubungan sosial (Akbar, 2021).

Dalam keluarga, anak-anak sering kali mengadopsi norma dan nilai-nilai yang
diperkenalkan oleh orang tua mereka. Ini mencerminkan pengaruh sosial yang kuat dalam
konteks ini dan menggarisbawahi pentingnya pengaruh sosial dalam membentuk perilaku
individu. Selain itu, di tempat kerja, seorang individu mungkin memengaruhi atau
dipengaruhi oleh rekan kerja mereka dalam hal tanggung jawab kerja, etika kerja, dan
interaksi sehari-hari.

Perilaku menolong adalah salah satu area penting di mana pengaruh sosial
memainkan peran besar. Menolong adalah tindakan sosial yang mengekspresikan empati,
perhatian, dan respons terhadap kebutuhan orang lain. Namun, tindakan menolong tidak
selalu dilakukan dengan sendirinya. Psikolog sosial telah lama tertarik pada pertanyaan
mengenai apa yang memotivasi orang untuk membantu, apa yang mempengaruhi keputusan
untuk membantu atau tidak membantu, dan bagaimana dinamika sosial memainkan peran
dalam perilaku menolong (Siti Rahma Harahap, 2020).

Dalam situasi-situasi tertentu, kehadiran orang lain dapat menjadi faktor penentu
dalam keputusan seseorang untuk membantu. Ini dikenal sebagai efek bystander, di mana
semakin banyak orang yang hadir dalam situasi darurat, semakin besar kemungkinan
individu untuk tidak membantu. Alasan di balik fenomena ini adalah bahwa orang
cenderung mengasumsikan bahwa orang lain akan bertindak dan oleh karena itu tidak
merasa perlu untuk membantu. Dalam konteks ini, pengaruh sosial dalam bentuk kehadiran
orang lain dapat memengaruhi perilaku menolong.

Selain itu, atribusi terhadap korban juga memainkan peran dalam perilaku menolong.
Ketika individu melihat korban sebagai orang yang bertanggung jawab atas situasinya
sendiri, mereka mungkin kurang cenderung untuk membantu. Namun, ketika korban
dipandang sebagai tidak bertanggung jawab atas situasinya, orang mungkin lebih
cenderung untuk membantu. Ini mencerminkan bagaimana evaluasi sosial terhadap korban
dapat mempengaruhi perilaku menolong.

Ketika kita memahami pentingnya pengaruh sosial dalam hubungan sosial dan
perilaku menolong, kita juga harus mempertimbangkan kerumitan dalam dinamika ini.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana individu bereaksi terhadap orang
lain dalam berbagai situasi sosial. Dalam beberapa kasus, tekanan sosial dapat
menyebabkan seseorang untuk mengikuti mayoritas atau mengikuti norma-norma sosial
yang ada. Namun, dalam kasus lain, individu dapat berperilaku berlawanan dengan
mayoritas, menciptakan apa yang dikenal sebagai konformitas minoritas. Hal ini menyoroti
kerumitan dinamika sosial dalam hubungan sosial.

Dalam konteks psikologi sosial, konformitas minoritas adalah fenomena yang


menarik, di mana individu minoritas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
mayoritas (Ivan Muhammad Agung, 2020a) . Mereka mungkin memiliki pandangan yang
berbeda dengan mayoritas, tetapi melalui argumen yang kuat dan kemampuan mereka
untuk memengaruhi, mereka dapat mengubah pandangan mayoritas. Ini menunjukkan
bahwa pengaruh sosial tidak selalu bergantung pada jumlah orang yang sependapat dengan
individu tersebut. Studi kasus ini mencerminkan bagaimana minoritas dapat memengaruhi
mayoritas, dan ini adalah aspek penting dalam memahami pengaruh sosial dalam hubungan
sosial dan perilaku menolong.

Dalam pemahaman lebih lanjut tentang dinamika pengaruh sosial dalam hubungan
sosial dan perilaku menolong, kita perlu mempertimbangkan faktor internal dan eksternal
yang memengaruhi terjadinya fenomena ini. Faktor-faktor ini dapat memainkan peran
kunci dalam mengapa individu berperilaku dengan cara tertentu dalam situasi sosial
tertentu.

Faktor internal mencakup aspek-aspek psikologis dan emosional individu. Misalnya,


kepribadian individu, nilai-nilai pribadi, dan pengalaman masa lalu dapat memengaruhi
bagaimana seseorang merespon situasi sosial. Seorang individu yang memiliki nilai-nilai
yang kuat terkait dengan empati dan perhatian terhadap orang lain mungkin cenderung
lebih mungkin untuk membantu dalam situasi yang memerlukan tindakan menolong. Di sisi
lain, individu dengan kepribadian yang lebih otonom atau individualistik mungkin kurang
cenderung untuk membantu dalam situasi yang sama.

Faktor eksternal mencakup aspek-aspek situasional yang ada di sekitar individu.


Misalnya, kehadiran orang lain dalam situasi sosial dapat mempengaruhi perilaku
menolong. Seperti yang disebutkan sebelumnya, efek bystander adalah fenomena di mana
semakin banyak orang yang hadir dalam situasi darurat, semakin besar kemungkinan
individu untuk tidak membantu. Ini adalah contoh faktor eksternal yang memengaruhi
perilaku menolong.

Dalam konteks konformitas minoritas, faktor internal seperti keyakinan individu dan
kemampuan mereka dalam berargumentasi dan mempengaruhi menjadi kunci. Individu
minoritas yang memiliki keyakinan kuat dan kemampuan argumentasi yang baik mungkin
lebih mungkin untuk memengaruhi mayoritas, terlepas dari jumlah orang yang sependapat
dengannya. Ini adalah contoh bagaimana faktor internal dapat memainkan peran penting
dalam dinamika sosial.

Selain itu, faktor eksternal seperti norma sosial dan tekanan dari kelompok sosial juga
dapat memengaruhi apakah individu minoritas dapat memengaruhi mayoritas. Jika norma
sosial dalam kelompok tersebut mendukung pandangan minoritas, maka kemungkinan
besar individu minoritas dapat memengaruhi mayoritas. Namun, jika ada tekanan dari
mayoritas untuk tetap konform dengan norma-norma sosial yang ada, individu minoritas
mungkin akan menghadapi kesulitan dalam mempengaruhi mayoritas.

Dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal ini, kita dapat memiliki
pemahaman yang lebih lengkap tentang mengapa perilaku menolong dan dinamika sosial
terjadi. Pengaruh sosial tidak selalu berasal dari faktor eksternal atau mayoritas; faktor
internal dan individu minoritas juga memainkan peran yang signifikan dalam proses ini.
Oleh karena itu, dalam penelitian tentang pengaruh sosial dalam hubungan sosial dan
perilaku menolong, penting untuk mempertimbangkan interaksi antara faktor internal dan
eksternal untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang fenomena ini.

Dalam penelitian ini, kita akan mengeksplorasi lebih dalam tentang bagaimana
pengaruh sosial memainkan peran dalam hubungan sosial dan perilaku menolong. Kami
akan menggunakan berbagai studi kasus untuk mengilustrasikan dinamika sosial yang
berbeda dan bagaimana mereka memengaruhi perilaku individu dalam konteks ini.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana
pengaruh sosial mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain dan apakah kita
membantu mereka dalam situasi tertentu (Agung, 2020b; Siti Rahma Harahap, 2020).
BAB II
PEMBAHASAN

Konteks kasus

Dalam era modern yang penuh dengan beragam dinamika sosial dan perilaku
manusia, pengaruh sosial dan hubungan interpersonal telah menjadi fokus perhatian yang
semakin mendalam. Dalam konteks ini, tiga studi kasus khas mengenai konformitas
minoritas, dinamika hubungan interpersonal dalam kelompok sahabat, dan perilaku
menolong dalam situasi darurat, mendedahkan betapa kompleksnya pengaruh faktor
internal dan eksternal terhadap perilaku manusia dalam berbagai konteks sosial
(Riza, 2020)
.

Studi Kasus 1: Pengaruh Sosial pada Konformitas Minoritas

Latar Belakang Masalah: Kasus ini terjadi dalam konteks lingkungan perkuliahan, di
mana terdapat kelompok mahasiswa yang memiliki pandangan yang berbeda. Mayoritas
mahasiswa awalnya mendukung pandangan A, sedangkan mahasiswa B memiliki
pandangan berlawanan. Mahasiswa B merasa tertekan untuk menyampaikan pandangannya
karena dia berada dalam minoritas. Dalam situasi ini, terdapat dua isu utama: tekanan
konformitas dan pengaruh minoritas terhadap mayoritas.

Masalah Utama: Masalah utama dalam kasus ini adalah tekanan konformitas awalnya
membuat mahasiswa B merasa terancam dan meremehkan jumlah orang yang sependapat
dengan pandangannya. Ini menciptakan ketidaknyamanan dan ketidakbebasan bagi
individu minoritas untuk menyuarakan pendapatnya tanpa rasa takut atau penekanan dari
mayoritas.

Apa yang Diungkap dalam Kasus Ini: Dalam kasus ini, diungkapkan bahwa tekanan
konformitas dapat menjadi penghambat bagi individu minoritas untuk menyampaikan
pandangan mereka dengan bebas. Namun, kasus ini juga mengungkapkan bahwa, meskipun
awalnya mayoritas mendukung pandangan A, mayoritas mahasiswa akhirnya berubah
pikiran dan mendukung pandangan B. Hal ini menunjukkan bahwa minoritas dapat
memengaruhi mayoritas jika mereka memiliki argumen yang kuat dan dapat meyakinkan
mayoritas.

Bagaimana Kasus Ini Bisa Terjadi: Kasus ini dapat terjadi karena tekanan
konformitas adalah fenomena sosial yang umum terjadi dalam kelompok sosial. Individu
cenderung untuk mengikuti norma mayoritas dalam upaya untuk menghindari
ketidaknyamanan sosial atau pengucilan. Awalnya, mahasiswa B mungkin merasa terancam
oleh mayoritas dan merasa bahwa pandangannya tidak akan dihargai. Namun, dengan
argumentasi yang kuat dan kemampuan B untuk meyakinkan mayoritas, mayoritas
mahasiswa berubah pikiran dan mendukung pandangan B.

Faktor-Faktor yang Mendorong Kasus Ini Terjadi: Beberapa faktor yang mungkin
telah mendorong kasus ini terjadi termasuk:

1. Tekanan konformitas: Individu cenderung untuk mengikuti mayoritas untuk


menghindari konflik atau pengucilan sosial.

2. Perasaan minoritas yang terpinggirkan: Mahasiswa B awalnya mungkin merasa


terpinggirkan dan tidak dihargai dalam kelompok mayoritas.

3. Kemampuan persuasif individu minoritas: Mahasiswa B memiliki kemampuan


persuasif yang kuat, sehingga mampu mengubah pandangan mayoritas.

Dalam kesimpulan, kasus ini menyoroti peran tekanan konformitas, pengaruh


minoritas, dan kekuatan argumen dalam situasi kelompok sosial. Hal ini menunjukkan
bahwa minoritas tidak selalu terkunci dalam posisi terpinggirkan dan bahwa kemampuan
individu untuk meyakinkan mayoritas dapat mengubah pandangan dan sikap kelompok
secara keseluruhan.

Studi Kasus 2: Hubungan Interpersonal dalam Kelompok Sahabat


Latar Belakang Masalah: Kasus ini melibatkan sebuah kelompok sahabat yang telah
menjalin hubungan erat selama bertahun-tahun. Meskipun demikian, salah satu anggota
kelompok, yaitu C, seringkali mendapat penilaian negatif dari anggota kelompok lainnya.
Hal ini menciptakan perasaan ketidaknyamanan dan tidak suka yang terus-menerus di
antara anggota kelompok. Dinamika ini telah memengaruhi interaksi sehari-hari dalam
kelompok tersebut.

Masalah Utama: Masalah utama yang muncul dalam kasus ini adalah dampak negatif
penilaian persisten terhadap anggota C terhadap dinamika kelompok sahabat. Perasaan
ketidaknyamanan dan tidak suka yang terus menerus ini menciptakan ketidakharmonisan
dalam kelompok. Ini mencerminkan konsep interpersonal attraction, di mana penilaian
negatif terhadap seseorang dapat merusak hubungan interpersonal dan menciptakan
ketidakharmonisan dalam kelompok.

Apa yang diungkap dalam kasus ini: Dalam kasus ini, yang diungkap adalah adanya
ketidakharmonisan dalam kelompok sahabat yang disebabkan oleh penilaian negatif
terhadap salah satu anggota, yaitu C. Perasaan tidak suka dan ketidaknyamanan telah
memengaruhi interaksi sehari-hari di dalam kelompok.

Bagaimana kasus itu bisa terjadi: Kasus ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan
pendapat, tindakan, atau sikap yang membuat anggota kelompok merasa tidak suka
terhadap C. Faktor-faktor seperti perbedaan nilai, norma, atau konflik pribadi antara
anggota kelompok dan C mungkin telah berkontribusi pada penilaian negatif ini.

Faktor-faktor yang Membuat Kasus Terjadi:

1. Perbedaan nilai dan norma: Perbedaan dalam nilai dan norma yang dipegang oleh C
dan anggota kelompok lainnya mungkin telah menciptakan ketidaksetujuan dan
penilaian negatif.

2. Konflik pribadi: Konflik atau perbedaan pribadi yang tidak terselesaikan antara C
dan anggota kelompok lainnya mungkin telah memengaruhi hubungan mereka.
3. Dinamika kelompok: Kelompok sahabat mungkin telah mengalami perubahan
dalam dinamika hubungan interpersonal mereka, yang mengarah pada penilaian
negatif terhadap C.

Kesimpulan: Kasus ini menyoroti pentingnya hubungan interpersonal dalam


kehidupan manusia dan bagaimana penilaian negatif terhadap satu anggota kelompok dapat
menciptakan ketidakharmonisan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa
merenungkan ulang sikap terhadap C dan berupaya memperbaiki hubungan dapat
membantu mengembalikan keseimbangan dan kesejahteraan dalam kelompok sahabat ini.
Ini juga menunjukkan perlunya komunikasi dan pemecahan masalah dalam mengatasi
konflik interpersonal dalam kelompok.

Studi Kasus 3: Tingkah Laku Menolong dalam Situasi Darurat

Latar Belakang Masalah: Kasus ketiga membahas perilaku menolong dalam situasi
darurat di sebuah pusat perbelanjaan. Seorang pria tua tiba-tiba terjatuh dan tampak
memerlukan pertolongan. Banyak orang berada di sekitarnya, tetapi hanya satu orang, D,
yang segera datang untuk memberikan pertolongan dan memanggil bantuan medis. Ini
menggambarkan situasi di mana ada orang yang membutuhkan pertolongan, tetapi hanya
sedikit yang bersedia untuk membantu.

Masalah Utama: Masalah utama dalam kasus ini adalah bagaimana faktor situasional,
seperti kehadiran bystander, atribusi terhadap korban, dan desakan waktu, mempengaruhi
keputusan D untuk memberikan pertolongan. Dinamika psikologis yang terlibat adalah
pertimbangan individu terhadap situasi darurat dan penilaian mereka terhadap apa yang
harus dilakukan.

Apa yang Diungkap dalam Kasus Ini: Kasus ini mengungkap bahwa kehadiran
banyak bystander di sekitar pria tua yang terjatuh memengaruhi perilaku individu dalam
memberikan pertolongan. Dalam situasi ini, hanya satu orang, D, yang berani mengambil
tindakan. Selain itu, atribusi terhadap korban, yaitu bagaimana bystander menilai kondisi
dan penyebab kejadian, juga memainkan peran penting dalam keputusan untuk memberikan
pertolongan. Faktor desakan waktu juga menjadi pertimbangan penting dalam situasi
darurat ini.

Bagaimana Kasus Ini Bisa Terjadi: Kasus ini bisa terjadi karena adanya fenomena
psikologis yang dikenal sebagai "efek bystander." Ketika banyak orang berada dalam
situasi darurat, individu cenderung merasa kurang bertanggung jawab karena mereka
mengharapkan bahwa orang lain akan bertindak. Ini menciptakan efek penundaan atau
kelambatan dalam memberikan pertolongan. Dalam kasus ini, D mungkin merasa tanggung
jawabnya sendiri atau merasa bahwa tindakan segera diperlukan, sehingga ia mengambil
inisiatif untuk membantu dan memanggil bantuan medis.

Faktor yang Mempengaruhi Kasus Ini Terjadi: Beberapa faktor yang mempengaruhi
kasus ini terjadi antara lain:

1. Kehadiran banyak bystander: Ketika ada banyak orang di sekitar, individu


cenderung merasa kurang bertanggung jawab dan kurang mungkin untuk bertindak.

2. Atribusi terhadap korban: Cara bystander menilai korban dan situasi memengaruhi
keputusan mereka. Dalam kasus ini, D mungkin melihat pria tua tersebut sebagai
butuh pertolongan segera.

3. Desakan waktu: Situasi darurat seringkali melibatkan desakan waktu, dan dalam
kasus ini, mungkin ada kesadaran bahwa pertolongan harus diberikan dengan cepat.

Kesimpulan: Kasus ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman faktor situasional


dalam perilaku menolong dalam situasi darurat. Faktor seperti kehadiran bystander, atribusi
terhadap korban, dan desakan waktu dapat memengaruhi keputusan individu untuk
memberikan pertolongan. Hal ini memperjelas kompleksitas perilaku manusia dalam situasi
sosial yang berbeda dan menyoroti pentingnya memahami faktor-faktor psikologis yang
memengaruhi tindakan altruistik dalam keadaan darurat.

Secara keseluruhan, ketiga kasus tersebut menggarisbawahi kompleksitas perilaku


manusia dalam berbagai situasi sosial dan bagaimana pengaruh sosial, hubungan
interpersonal, serta faktor situasional memainkan peran penting dalam membentuk sikap
dan tindakan individu. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu kita lebih baik dalam
berinteraksi dan berperilaku dalam berbagai konteks sosial.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Studi kasus yang telah kami bahas memberikan wawasan yang berharga tentang
dinamika pengaruh sosial, hubungan interpersonal, dan perilaku menolong dalam konteks
sosial yang berbeda. Kesimpulan utama yang dapat diambil adalah bahwa perilaku manusia
dalam situasi sosial tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga oleh tekanan
konformitas, interaksi dengan individu lain, dan faktor-faktor situasional yang ada
(Ivan Muhammad Agung, 2020b)
.

Dalam kasus pertama tentang pengaruh sosial pada konformitas minoritas, kami
melihat bahwa tekanan konformitas awalnya mungkin membuat individu minoritas merasa
terancam dan kurang berpengaruh. Namun, ketika seorang individu minoritas memiliki
argumen yang kuat dan mampu meyakinkan mayoritas, mereka dapat memengaruhi
perubahan sikap mayoritas. Hal ini menekankan pentingnya argumen yang kuat dalam
memengaruhi perubahan sikap dan perilaku.

Kasus kedua, yang membahas hubungan interpersonal dalam kelompok sahabat,


menyoroti bagaimana penilaian negatif terhadap seorang individu dalam kelompok dapat
menciptakan ketidakharmonisan dan memengaruhi interaksi di antara anggota kelompok.
Pentingnya memahami bagaimana penilaian terhadap individu dalam kelompok dapat
memengaruhi dinamika sosial dan hubungan interpersonal menjadi fokus utama dalam
kasus ini.

Terakhir, kasus tentang perilaku menolong dalam situasi darurat menunjukkan


bagaimana faktor situasional, seperti kehadiran banyak bystander, atribusi terhadap korban,
dan desakan waktu, memengaruhi keputusan individu untuk memberikan pertolongan.
Perilaku altruistik dalam situasi darurat seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional
yang ada.
Saran

Berdasarkan temuan dari ketiga kasus di atas, kami ingin memberikan beberapa saran
yang dapat membantu dalam memahami dan mengelola pengaruh sosial, hubungan
interpersonal, dan perilaku menolong:

1. Pendidikan dan Pelatihan: Penting bagi masyarakat untuk menerima pendidikan


tentang tekanan konformitas, ketertarikan interpersonal, dan perilaku menolong. Ini
dapat membantu individu lebih peka terhadap faktor-faktor ini dan memungkinkan
mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam situasi sosial yang
beragam.

2. Promosi Hubungan Positif: Kelompok sosial, seperti kelompok sahabat dalam kasus
kedua, perlu mempromosikan hubungan positif dan sikap yang inklusif. Memahami
bahwa penilaian negatif terhadap individu dalam kelompok dapat merusak
hubungan interpersonal harus menjadi perhatian utama.

3. Pelatihan Penolong: Dalam situasi darurat, pelatihan penolong seperti CPR dan
penanganan pertama harus lebih tersedia dan diakses oleh masyarakat. Ini dapat
meningkatkan kemungkinan seseorang untuk memberikan pertolongan dalam
situasi yang memerlukan.

4. Kesadaran tentang Faktor Situasional: Individu perlu lebih sadar tentang faktor-
faktor situasional yang dapat memengaruhi perilaku mereka. Kesadaran ini dapat
membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik dalam situasi sosial yang
kompleks.

5. Pengembangan Keterampilan Sosial: Keterampilan sosial, seperti kemampuan untuk


berbicara dengan persuasif atau mengelola konflik, dapat membantu individu dalam
berinteraksi dengan orang lain dan memengaruhi mereka dengan cara yang positif.

6. Penelitian Lanjutan: Kedua studi kasus dan penelitian lanjutan yang mendalam
dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana perilaku manusia
dalam berbagai konteks sosial. Studi kasus semacam ini dapat digunakan sebagai
landasan untuk penelitian lebih lanjut.

Dalam akhirnya, pemahaman tentang dinamika sosial yang kompleks ini dapat
membantu kita menjadi individu yang lebih sadar, responsif, dan berempati dalam interaksi
sosial kita sehari-hari. Memahami bagaimana tekanan konformitas, hubungan interpersonal,
dan faktor situasional memengaruhi perilaku kita adalah langkah pertama menuju
masyarakat yang lebih inklusif dan peduli.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, I. M. (2020a). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi Sosial.


Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2). https://doi.org/10.24014/pib.v1i2.9616

Agung, I. M. (2020b). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi Sosial | Agung
| Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi. Jurnal Psikobuletin, 1(2).
Akbar, F. H. (2021). Analisis Pengaruh Dinamika Sosial Terhadap Metodologi Tafsir Persatuan
Islam. Jurnal Iman Dan Spiritualitas, 1(4). https://doi.org/10.15575/jis.v1i4.13741
Anwar, A. I., Nalurita, S. S., & Hamrullah, H. (2022). Jurnal Ekonomika dan Dinamika Sosial
Jurnal Ekonomika dan Dinamika Sosial Jurnal Ekonomika dan Dinamika Sosial Pengaruh
Penggunaan E-Wallet terhadap Konsumsi. Jurnal Ekonomika Dan Dinamika Sosial, 1(2).
Ivan Muhammad Agung. (2020a). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi
Sosial. Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2).
Ivan Muhammad Agung. (2020b). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi
Sosial | Agung | Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi. Jurnal Psikobuletin, 1(2).
Karim, A. (2017). Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Metodologi Penelitian. Fikrah
Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan, 2(1).
Riza, F. (2020). Pengaruh dinamika lingkungan dan modal sosial terhadap keunggulan
kompetitif melalui berbagai pengtahuan, kapasitas serap dan orientasi kewirausahaan.
DISERTASI-2019.
Rizana, R., Utama, A. S., & Svinarky, I. (2021). PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP
DINAMIKA MASYARAKAT DAN LAHIRNYA BENTUK-BENTUK PERBUATAN
HUKUM BARU DI MEDIA SOSIAL. Jurnal Cahaya Keadilan, 9(2).
https://doi.org/10.33884/jck.v9i2.4520
Siti Rahma Harahap. (2020). Proses Interaksi Sosial Di Tengah Pandemi Virus Covid 19. Al-
Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial Dan Kebudayaan, 11(1).
https://doi.org/10.32505/hikmah.v11i1.1837

Anda mungkin juga menyukai