Anda di halaman 1dari 81

IMPLEMENTASI SISTEM GANJIL GENAP KURIKULUM

DARURAT PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI


KELAS X IPS 1 MA BPI BATUROMPE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Nama : Dani Ramdani


NIM : 180.10.33

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
TASIKMALAYA
2022
LEMBAR PERNYATAAN

Nama : Dani Ramdani


NIM : 1801033
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah & Ilmu Keguruan
Judul Skripsi : “Implementasi Sistem Ganjil Genap Kurikulum Darurat
Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas X IPS 1 MA
BPI Baturompe”

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya
tulis di dalamnya.

Tasikmalaya, 30 Juni 2022


Yang Membuat Penyataan

Dani Ramdani
NIM. 1801033

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Dani Ramdani


NIM : 1801033
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah & Ilmu Keguruan
Judul Skripsi : “Implementasi Sistem Ganjil Genap Kurikulum Darurat
Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas X IPS 1 MA
BPI Baturompe”

Menyatakan bahwa mahasiswa yang tersebut namanya diatas telah menyelesaikan


penyusunan skripsi BAB I, II, III, IV dan V disetujui untuk pendaftaran sidang
skripsi.

Tasikmalaya, 10 Juli 2022


Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Asep Wildan, M.Pd Rudi Permadi, M.Pd


NIDN. 2129087601 NIDN. 2116078302

Mengetahui
Ketua Program Studi PAI

Asep Wildan, M.Pd


NIDN. 2129087601

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Implementasi Sistem Ganjil Genap Kurikulum Darurat


Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas X IPS 1 MA BPI Baturompe” yang
disusun oleh Dani Ramdani dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 1801033 telah
diujikan pada Sidang Skripsi oleh Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
hari …………………… di Ruang Sidang Lantai 2 Gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) Institu Agama Islam Tasikmalaya. Skripsi ini telah diperbaiki sesuai
dengan saran dan masukkan dari dosen penguji sebagai salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi (S1) Pendidikan Agama Islam.

Tasikmalaya, 10 Juli 2022


Disetujui Oleh:
Tanggal Tanda Tangan

Ketua Program Studi PAI


Asep Wildan, M.Pd
NIDN. 2129087601

Penguji I
H. Udin Zaenudin, M.Ed
NIDN. 2017037702

Penguji II
Iqbal Anggia Yusuf, M.Pd
NIP. 21101124

Pembimbing I
Asep Wildan, M.Pd
NIDN. 2129087601

Pembimbing II
Rudi Permadi, M.Pd
NIDN. 2116078302

Mengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah & Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Tasikmalaya

Taufiq Rohman, M.Pd.


NIDN. 2103068301

iii
MOTTO

“Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji

kekuatan akarnya.”

(Ali Bin Abi Thalib)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

(Q.S Al-Baqarah : 286)

Penulis persembahkan Skripsi ini kepada Almamater tercinta, Institut

Agama Islam Tasikmalaya, Program Studi Pendidikan Agama Islam, dan juga

penulis persembahkan untuk kedua Orang tua, Keluarga, Dosen, Guru, Sahabat,

Teman, serta semua pihak yang telah bertanya, “Kapan Sidang?”, “Kapan

Nyusul?”, Kapan Wisuda?” dan pertanyaan sejenisnya, Kalian adalah alasanku

menyelesaikan Skripsi ini.

iv
ABSTRAK

Dani Ramdani, 1801033. IMPLEMENTASI SISTEM GANJIL GENAP


KURIKULUM DARURAT PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DI KELAS X IPS 1 MA BPI BATUROMPE.

Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas diseluruh satuan Pendidikan


dibuka sejak juli 2021 melalui SKB empat (4) Menteri: Menteri Pendidikan dan
kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri agama, dan Menteri dalam negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pembelajaran tatap muka
terbatas sistem absen ganjil genap atau bergilir masuk di masa new normal.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek penelitian guru MA
BPI Baturompe Tasikmalaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah bahwa Penerapan
pembelajaran tatap muka terbatas di masa new normal dapat dilaksanakan dengan:
perencanaan pembelajaran RPP yang disesuaikan dengan kondisi pandemi;
pelaksanaan pembelajaran dengan menitikberatkan pada penyampaian materi;
penilian/ evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada; dan
menataati protokol kesehatan. Kegiatan pembelajaran tatap muka tetap
berlangsung normal meski ketersediaan waktu yang terbatas sesuai dengan aturan
dari pemerintah. MA BPI Baturompe memberlakukan sistem bergilir masuk
sekolah permasing-masing kelas dengan menerapkan sistem absen ganjil-genap.
Dalam tahap penilaian guru tetap melakukan evaluasi untuk menilaian sikap
(afektif) evaluasi materi seperti melaksanakan ulangan harian, Penilaian Tengah
Semester (PTS), dan Penilaian Akhir Semester (PAS) untuk menilai aspek
kognitif peserta didik.

Kata Kunci: Implementasi, Sistem Ganjil Genap, Kurikulum Darurat

v
ABSTRACT
Dani Ramdani, 1801033. IMPLEMENTATION OF ODD EVEN SYSTEM
EMERGENCY CURRICULUM IN AQIDAH AKHLAK LESSONS IN CLASS X
IPS 1 MA BPI BATUROMPE.

The implementation of face-to-face learning is limited in all education units which


will be opened since July 2021 through the Decree of four (4) Ministers: The
Minister of Education and Culture, the Minister of Health, the Minister of
Religion, and the Minister of Home Affairs. This study aims to determine the
implementation of face-to-face learning with an odd-even or rotating attendance
system in the new normal period. This research is a qualitative research with the
research subject of the MA BPI Baturompe Tasikmalaya teacher. Data collection
techniques used are observation and interviews. The results of this study are that
the application of limited face-to-face learning in the new normal can be carried
out by: planning lesson plans adapted to pandemic conditions; implementation of
learning with an emphasis on the delivery of material; assessment/evaluation
carried out in accordance with existing conditions; and adhere to health
protocols. Face-to-face learning activities continue normally despite the limited
time available in accordance with government regulations. MA BPI Baturompe
enforces a rotating school entry system for each class by implementing an odd-
even absence system. In the assessment stage the teacher continues to evaluate to
assess the attitude (affective) evaluation of the material such as carrying out daily
tests, Mid-semester Assessments (PTS), and Final Semester Assessments (PAS) to
assess students' cognitive aspects.

Keywords: Implementation, Odd Even System, Emergency Curriculum

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Atas nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis

memanjatkan puji dan syukur tak terhingga. Berkat rahmatnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dalam rangka tugas akhir sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Institut Agama Islam (IAI) Tasikmalaya

di Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunannya. Oleh

karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

a. Bapak Rektor Institut Agama Islam (IAI) Tasikmalaya Bapak Dr. Abdul

Haris, M.Pd. Juga selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan dorongan dan bimbingan serta pengajaran yang tak terhingga

dalam menempuh Program Studi Pendidikan Agama Islam.

b. Bapak Taufiq Rohman, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah & Ilmu

Keguruan.

c. Bapak Asep Wildan, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam yang selalu memberikan arahan, motivasi, dan dukungan

untuk menyelesaikan suatu masalah.

d. Bapak Asep Wildan, M.Pd. Selaku pembimbing I dan Bapak Rudi

Permadi, M.Pd. selaku pembimbing II, penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga, dengan penuh kesabaran dan keuletan memberikan

petunjuk, bimbingan serta pengarahan dalam rangka penyusunan skripsi

ini.

vii
e. Tak lupa juga seluruh Civitas Akademika Institut Agama Islam

Tasikmalaya, Ibu / Bapak Dosen yang telah memberikan pengajaran yang

luar biasa semasa perkuliahan.

f. Ibu dan Bapak kedua orang tua, kakak serta adik tercinta, yang telah

banyak membantu dan memberikan motivasi yang sangat luar biasa dalam

menyelesaikan studi penulis.

g. Kepada semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, penulis

mengucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam rangka penyelesaian

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berlindung dan memohon kepadanya

semoga amal kebaikan mereka semua dibalas dengan pahala, Dan mudah-

mudahan tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, aamiin ya

robbal ‘alamiin.

Tasikmalaya, 30 Mei 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... iii
MOTTO ............................................................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
E. Manfaat Hasil Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ..................................................................................... 6
B. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................... 26
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 30
C. Sumber Data ......................................................................................... 30
D. Fokus Penelitian .................................................................................... 31
E. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 32
F. Cara Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 35
G. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil MA BPI Baturompe ................................................................... 39

ix
B. Analisis Data Implementasi Sistem Ganjil Genap Kurikulum Darurat
Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas X IPS 1 MA BPI
Baturompe ............................................................................................. 48
C. Hasil Penelitian Implementasi Sistem Ganjil Genap Kurikulum
Darurat Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas X IPS 1 MA
BPI Baturompe ..................................................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................ 55
B. Saran ...................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58
LAMPIRAN ...................................................................................................... 61
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengurus Yayasan MA BPI Baturompe ............................................... 41

Tabel 2. Identitas Madrasah ............................................................................... 44

Tabel 3. Status Tanah ......................................................................................... 44

Tabel 4. Jumlah dan Kondisi Bangunan ............................................................ 45

Tabel 5. Struktur Organisasi Madrasah ............................................................. 46

Tabel 6. Tenaga Pendidik ................................................................................... 47

Tabel 7. Tenaga Kependidikan ........................................................................... 47

Tabel 8. Keadaan Siswa ..................................................................................... 48

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 28

Gambar 2. Sekolah MA BPI Baturompe ............................................................ 39

Gambar 3. Proses Pembelajaran Sistem Absen Ganjil Genap .......................... 53

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SK Dosen Pembimbing


Lampiran 2. Berita Acara Bimbingan Skripsi I
Lampiran 3. Berita Acara Bimbingan Skripsi II
Lampiran 4. Instrumen Pertanyaan Kepala Sekolah
Lampiran 5, Instrumen Pertanyaan Guru
Lampiran 6. Instrumen Pertanyaan Siswa

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan realita yang terjadi diakhir tahun 2019, dunia dihadapkan

dengan wabah penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama Coronavirus

Diseases atau dikenal dengan istilah Covid-19. Pandemi Covid-19 telah

mengubah jalan hidup hampir semua populasi di dunia, termasuk pada dunia

pendidikan (Rachmawati dalam Ekantini, 2020). Adanya pandemi Covid-19

membuat pembelajaran dilakukan secara daring (dalam jaringan), untuk

penyesuaian kebijakan pembelajaran di masa pandemi Covid-19 pemerintah

melakukan penyederhanaan terhadap kurikulum. Pemerintah melalui Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan

kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. Kurikulum darurat

(dalam kondisi khusus) merupakan rancangan kurikulum dengan

menyederhanakan Kurikulum 2013. Penyederhanaan tersebut terletak pada

pengurangan kompetensi dasar bagi setiap mata pelajaran.

Penyesuaian kurikulum memerlukan berbagai persiapan, salah satunya

adalah persiapan guru sebagai tenaga kependidikan utama yang mengembangkan

ide dan rancangan pembelajaran untuk disampaikan kepada siswa sehingga siswa

memahami pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kurikulum. Proses

belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah

perencanaan yang dilakukan guru sebagai pendidik di sekolah. Pada Kurikulum

2013 guru tidak lagi membuat silabus melainkan guru hanya mempersiapkan RPP

dan media pembelajaran yang akan digunakan (Riana, 2016). Oleh karena itu

1
2

dalam penyusunan perencanaan pembelajaran seorang guru harus mampu

menguasai secara teoritis unsur-unsur yang ada di dalam RPP. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik harus sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan

menengah serta mengacu pada silabus serta RPP disusun berdasarkan kompetensi

dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Namun pada kenyataannya, harapan pelaksanaan Kurikulum Darurat yang

diinginkan oleh pemerintah berbeda dengan keadaan di lapangan. Pembelajaran

secara daring di masa Pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi guru yang

terbiasa melakukan pembelajaran secara tatap muka, kondisi ini memunculkan

ketidaksiapan persiapan pembelajaran. Kenyataan di lapangan aktivitas

pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran masih sangat minim. Untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif

dan efisien dalam belajar, dibutuhkan berbagai pendukung di dalam proses

pembelajaran salah satunya adalah sarana belajar. Namun tidak semua peserta

didik memiliki fasilitas pembelajaran yang menunjang untuk dapat mengakses

pembelajaran secara daring seperti saat ini.

Dua tahun berjalan di masa pandemi dengan berbagai kebijakan

pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 dari mulai PSBB

(Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga PPKM (Pemberlakuan Pembatasan

Kegiatan Masyarakat) empat level, yang akhirnya pemerintah mengeluarkan Surat

Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri (Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan,

Menteri Agama, Menteri Kesehatan, Dan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia) Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi


3

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Isi dari SKB 4 Menteri tersebut salah

satunya adalah Pembelajaran tatap muka terbatas dengan menerapkan protokol

kesehatan. Juga Pendidik dan peserta didik telah melakukan vaksinasi Covid-19

secara lengkap (2 Dosis). Yang akhirnya munculah model sistem blended learning

kombinasi antara daring (dalam jaringan) & luring (luar jaringan).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penulis

mengangkat penelitian dengan judul "Implementasi Sistem Ganjil Genap

Kurikulum Darurat Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas X IPS 1 MA

BPI BATUROMPE".

B. Batasan Masalah

Memperhatikan latar belakang diatas, peniliti memberi batasan terhadap

ruang lingkup masalah, peneliti hanya akan membahas tentang bagaimana

pelaksanaan dalam proses pembelajaran sistem ganjil genap di kelas X IPS I di

MA BPI Baturompe.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana sistem ganjil genap kurikulum darurat dalam proses

pembelajaran?

b. Bagaimana implementasi proses pembelajaran sistem ganjil genap pada

kurikulum darurat pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X IPS I

MA BPI Baturompe?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.


4

a. Mengdeskripsikan bagaimana sistem ganjil genap kurikulum darurat

dalam proses pembelajaran.

b. Mendeskripsikan Bagaimana implementasi proses pembelajaran sistem

ganjil genap kurikulum darurat pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di

kelas X IPS I MA BPI Baturompe.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun manfaat penelitian yang akan

dicapai sebagai berikut.

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

baru dalam bidang pendidikan khususnya pada implementasi sistem ganjil

genap pada kurikulum darurat dalam mengembangkan perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran di kelas X IPS I MA BPI Baturompe.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Guru

Melalui penelitian ini guru dapat melakukan evaluasi diri

dalam mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran sistem ganjil genap pada kurikulum darurat di kelas

X IPS I MA BPI Baturompe.

2) Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk memperbaiki hal-hal yang menjadi kendala

guru dan siswa dalam mengimplementasikan sistem ganjil genap

pada kurikulum darurat di sekolah.


5

3) Bagi Peneliti & Mahasiswa

Penelitian ini dimaksudkan agar peneliti lebih memahami

jenis penelitian kualitatif secara lebih mendalam, dan penelitian ini

dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian-penelitian yang

akan datang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Implementasi

Implementasi secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti palaksanana atau penerapan. Implementasi adalah suatu proses

praktik atau kegiatan langsung tentang suatu ide, program atau

seperangkat aktivitas baru dalam mencapai dan mengharapkan adanya

suatu perubahan (Abdul Majid, 2015).

Implementasi dari pandangan diatas dipandang sebagai sebuah

proses, implementasi juga dipandang sebagai penerapan sebuah inovasi

dan senantiasa melahirkan adanya perubahan kearah inovasi atau

perbaikan, implementasi dapat berlangsung terus menerus sepanjang

waktu. Proses implementasi setidaknya ada tiga tahapan atau langkah yang

harus dilaksanakan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan

tahap penilaian atau evaluasi (Syaifuddin, 2016).

Implementasi adalah bemuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau

adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas,

tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

(Nurdin dan Usman, 2002: 70)

Menurut Mulyadi (2015: 12), implementasi mengacu pada

tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu

keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan

tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai

6
7

perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan

sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya

pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.

Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan

dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:

a. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.

b. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.

c. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.

d. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.

e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi

pelaksana.

f. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.

Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa hal

penting yakni:

a. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.

b. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat

diterima dan dijalankan.

c. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.

Implementasi menurut teori Mulyadi (2015: 45) “Those Activities

directed toward putting a program into effect” (proses mewujudkan

program hingga memperlihatkan hasilnya. Jadi implementasi adalah

tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan. Implementasi

merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.


8

Selanjutnya menurut Lister dalam Taufik dan Isril (2013: 136)

“implementasi menyangkut tindakan seberapa jauh arah yang telah

diprogramkan itu benar-benar memuaskan”. Grindle dalam Mulyadi

(2015: 47), “Menyatakan implementasi merupakan proses umum tindakan

administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu”.

Sedangkan Horn dalam Tahir (2014: 55), “Mengartikan

implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh baik

individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompokkelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam kebijakan”.

Kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan

atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti

bahwa implementasi bukan hanya sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan

yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan

norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

implementasi adalah suatu cara pelaksanaan kegiatan yang sudah

direncanakan sebelumnya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan

dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

2. Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani

(sustēma). Pengertian sistem secara bahasa adalah adalah suatu kesatuan

yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
9

memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu

tujuan.

Definisi tradisinonal menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat

komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu

tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sistem adalah

perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk

suatu totalitas. Sistem juga diartikan sebagai susunan yang teratur dari

pandangan, teori, asas, dan sebagainya. KBBI juga mendefinisikan

pengertian sistem sebagai sebuah metode.

Sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai

tujuan, cara untuk mencapai tujuan tertentu di mana dalam penggunaannya

bergantung kepada berbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha

pencapaian tujuan tersebut. (Muzayyin, 2003: 245)

Menurut Sutanto dalam Djahir dan Pratita (2015: 6)

mengemukakan bahwa “Sistem adalah kumpulan/grup dari

subsistem/bagian/komponen apapun, baik fisik ataupun nonfisik yang

saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis

untuk mencapai satu tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Mulyani

(2016:2) menyatakan bahwa “sistem bisa diartikan sebagai sekumpulan

sub sistem, komponen yang saling bekerja sama dengan tujuan yang sama

untuk menghasilkan output yang sudah ditentukan sebelumnya”. Selain itu

menurut Hutahaean (2015:2) mengemukakan bahwa “sistem adalah suatu

jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul


10

bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran

yang tertentu”.

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa sistem merupakan suatu kumpulan komponen dari subsistem yang

saling bekerja sama dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan

untuk menghasilkan output dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Kurikulum berasal dari kata curir yang artinya pelari dan

curere artinya tempat berpacu atau tempat lomba. Di Indonesia

Istilah “Kurikulum” boleh dikatakan menjadi popular sejak tahun

lima puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh

pendidikan di Amerika Serikat. Kini Istilah itu sudah dikenal orang

diluar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah

“rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya

dengan rencana pelajaran. Menurut Nasution sebagaimana yang

dikutip dari buku Hilda Taba mengartikan kurikulum sebagai “a

plan for learning” yakni sesuatu yang direncanakan untuk

pelajaran Anak.

Berbeda dengan J.G. Tallor dan William Alexander yang

masih dikutip oleh Syafrudin mereka masih mendefinisikan “The

curriculum is the sum total of school’s effordt to playground or out

of school”, yakni segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk

mempengaruhi belajar anak, baik di dalam maupun diluar kelas.


11

Jadi kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan

berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,

direncanakan, dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-

norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses

pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk

mencapai program pendidikan.

Kurikulum didefinisikan sebagai seluruh pengalaman diatur

dalam kehidupan persekolahan, mulai dari mata pelajaran dikelas

sampai kegiatan ekstrakulikuler. Hamalik (2006: 97) menyatakan

kurikulum merupakan perencanaan kesempatan belajar untuk

membina siswa ke arah perubahan perilaku yang diinginkan dan

menilai hingga di mana perubahan - perubahan tersebut telah

terjadi pada diri siswa yang bersangkutan.

Pengertian kurikulum menurut Badan Standar Nasional

Pendidikan adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

pendidikan tertentu.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu”. Kurikulum merupakan suatu pedoman atau


12

cetak biru pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik

dapat mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan

mengajar adalah prosedur yang dipergunakan guru untuk

membantu peserta didik mencapai tujuan program. Guru

mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta didik

dan kemudian memilih metode mengajar yang paling sesuai untuk

menghasilkan pengalaman belajar yang paling optimal, kemudian

melakukan evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Kurikulum penjas merupakan bagian dari

kurikulum sekolah secara keseluruhan yang memberikan

sumbangan bagi filosofi, tujuan dan sasaran pendidikan.

b. Kurikulum 2013

Implementasi kurikulum 2013 di sekolah/madrasah yang

sudah dimulai disejumlah sekolah dari sekolah dasar sampai

sekolah menengah atas, secara terbatas, merupakan salah satu

bentuk inovasi pendidikan yang dilakukan pemerintah. Seperti

yang dijelaskan Fadlillah (2014: 16) Kurikulum 2013 adalah

pengembangan dari kurikulum sebelumnya, baik Kurikulum

Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004 maupun

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006.

Kurikulum 2013 menekankan adanya peningkatan dan

keseimbangan softskill dan hardskill yang meliputi aspek

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian,


13

kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran

berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

Kurikulum 2013 merupakan upaya yang dilakukan oleh

pemerintah sebagai bagian dar proses pengembangan kurikulum

sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2006 (dimana kurikulum ini

juga telah mengalami penambahan muatan karakter pada 2010).

Kurikulum 2013 adalah hasil dari pengembangan antara kurikulum

berbasis kompetensi (2004) dan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (2006) serta kurikulum tingkat satuan pendidikan

berbasis pendidikan karakter (2010) sehingga kurikulum 2013

dinamakan dengan Kurikulum 2013 Berbasis Kompetensi dan

Karakter. Kurikulum ini bertujuan untuk meningkatkan mutu

proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan

budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,

dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada

setiap satuan pendidikan. Merujuk pada Permendikbud RI No. 67

Tahun 2013, Kurikulum 2013 dirancang dengan karateristik

sebagai berikut:

1) Mengembangkan keseimbangan anntara pengembangan

sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja

sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang

memeberikan pengalaman belajar secara terencana dimana


14

peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke

dalam kehidupan masyarakat;

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi disekolah dan

masyarakat.

Dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 dijelaskan bahwa

prinsip pembelajaran kurikulum 2013 sesuai dengan Standar

Kompetensi Kelulusan dan Standar Isi yaitu:

1) Dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari

tahu;

2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi

belajar berbasis aneka sumber belajar;

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan

penggunaan pendekatan ilmiah

4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran

berbasis kompetensi;

5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal

menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya

multidimensi;

7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan

aplikatif;

8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal

(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);


15

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang

hayat;

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun

kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut

wuri handayani);

11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di

masyarakat;

12) Pembelajaran yang menerakan prinsip bahwa siapa saja

adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan dimana

saja adalah kelas;

13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang

budaya peserta didik.

c. Kurikulum Darurat

Kurikulum darurat merupakan salah satu kebijakan baru

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan ini

dikeluarkan untuk meringankan kesulitan belajar selama pandemi.

Khususnya bagi sekolah yang tetap melaksanakan kegiatan

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dan dipastikan kurikulum darurat


16

ini dapat digunakan untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD), SD, SMP, SMA dan SMK.

Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) yang disiapkan

oleh Kemendikbud merupakan penyederhanaan dari kurikulum

nasional. Pada kurikulum tersebut dilakukan pengurangan

kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan

siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi

prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya.

Kebijakan Kurikulum Darurat tersebut dirancang oleh

pemerintah untuk digunakan sebagai opsi kurikulum bagi sekolah.

Dimana pemerintah memberikan tiga opsi, yaitu tetap memakai

Kurikulum Nasional, memakai Kurikulum Darurat, atau memakai

kurikulum yang telah disederhanakan secara mandiri oleh sekolah.

Dengan opsi dan jangka waktu tersebut, sekolah dapat memilih

sesuai kemampuan dan kondisi wilayah sekolah yang

bersangkutan.

4. Blended Learning

Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata

yaitu Blended yang berarti campuran dan Learning yang berarti

pembelajaran. Dengan demikian Blended Learning mengandung makna

pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran atau

penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya dalam

pembelajaran. Menurut Semler dalam Soekartawi (2006) “Blended

learning combines the best aspects of online learning, structured face-to-


17

face activities, and real world practice. Online learning systems,

classroom training, and on-the-job experience have major drawbacks by

themselves. The blended learning approach uses the strengths of each to

counter the others’ weaknesses.”

Blended Learning merupakan salah satu inovasi pembelajaran e-

learning untuk memperoleh pembelajaran output yang lebih baik. Blended

Learning merupakan jenis pembelajaran yang menggabungkan pengajaran

klasikal (face to face) dengan pengajaran online. Blended learning

menggabungkan aspek pembelajaran berbasis web/ internet, streaming

video, komunikasi audio synchronous dan asynchronous dengan

pembelajaran tradisional “tatap muka” (Sjukur, 2012: 4). Thorne (2003:

16) menjelaskan bahwa Blended Learning merupakan evolusi yang logis

dalam proses pembelajaran, Hal inilah yang membuat sistem absen ganjil

genap muncul.

Model blended learning adalah penggabungan antara pembelajaran

tatap muka dengan pembelajaran dalam jaringan (daring), baik dari cara

penyampaian hingga gaya pembelajaran, sehingga kombinasi pengajaran

yang tercipta tetap menekankan interaksi sosial, tapi tidak meninggalkan

aspek teknologi. Blended Learning memberikan kesempatan yang terbaik

untuk belajar dari kelas transisi ke e-learning. Blended Learning

melibatkan kelas atau tatap muka dan belajar online. Metode ini sangat

efektif untuk menambah efisiensi dalam pembelajaran di kelas dan

memungkinkan peningkatan diskusi. Perpaduan antara pembelajaran

konvensional di mana pendidik dan peserta didik bertemu langsung


18

dengan pembelajaran secara online yang dapat diakses kapan saja dan

dimana saja. Adapun bentuk lain dari blended learning adalah pertemuan

virtual antara pendidik dengan peserta didik yang mungkin saja berada di

dua tempat yang berbeda, namun bisa saling memberi feedback, bertanya,

atau menjawab yang semuanya dilakukan secara real time.

Blended learning memberikan solusi untuk tantangan

menyesuaikan pembelajaran dan pengembangan untuk kebutuhan

individu. Blended learning merupakan kesempatan untuk

mengintegrasikan kemajuan inovatif dan teknologi yang ditawarkan oleh

pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi yang terbaik dari

pembelajaran tradisional. Blended learning menawarkan fleksibilitas

dalam hal waktu, tempat, dan variasi metode pembelajaran yang lebih

banyak dibandingkan metode online maupun face to face. Jadi Blended

learning adalah campuran dari teknologi multimedia, CD ROM video

streaming, kelas virtual, email, animasi teks online yang dikombinasikan

dengan bentuk-bentuk tradisional pelatihan di kelas.

Penerapan Blended Learning mendorong peserta didik cepat

memahami materi dengan lebih baik dan lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa,

Pembelajaran ini juga menekankan peserta didik untuk belajar mandiri

dengan memanfaatkan berbagai sumber guna untuk menambah

wawasannya. Peserta didik dapat membangun pengetahuan dalam diri

mereka secara alami kemudian dapat menerapkan pengetahuan tersebut

dalam kehidupan sehari-hari.


19

Kelemahan dari Blended Learning adalah membutuhkan media

yang sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan

prasarana tidak mendukung. Selain itu kondisi yang ada menunjukkan

tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan

akses internet. Meskipun Blended Learning memiliki kelamahan namun

beberapa kelebihan dari Blended Learning yaitu:

a. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang

keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi,

b. Pembelajaran lebih efektif dan efisien,

c. Meningkatkan aksesibilitas. Dengan adanya Blended Learning

maka peserta didik menjadi semakin mudah dalam mengakses

materi pembelajaran.

5. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Aqidah merupakan akar atau pokok agama. Syariah/Fikih (ibadah,

muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi

dan konsekuensi dari keimanan dan keyakinan hidup. Akhlak merupakan

aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, yang mengatur

hubungan manusia dengan Allah Swt dan hubungan manusia dengan

manusia yang lainnya.

Mata Pelajaran Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan

memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan

yang kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan/keimanannya serta

menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma‟ al-husna. Akhlak

menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan dan menghiasi diri


20

akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari

akhlak tercela (madzmumah) dalam kehidupan sehari-hari. (Kementrian

Agama, 2014)

a. Pengertian Aqidah

Yang dimaksud dengan aqidah dalam bahasa arab (dalam

bahasa Indonesia ditulis akidah), menurut etimologi, adalah ikatan,

sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi

sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis

artinya adalah iman atau keyakinan. (Daud Ali, 2011: 199)

Setelah terbentuk menjadi kata, akidah berarti perjanjian

yang teguh dan kuat, terpatri dan tertanam didalam lubuk hati yang

paling dalam. Secara terminologis berarti credo, creed, keyakinan

hidup iman dalam arti khas yakni pengikraran yang bertolak dari

hati.

Jamil Shaliba dalam Kitab Mu’jam al-Falsafi, mengartikan

akidah (secara bahasa) adalah menghubungkan dua sudut sehingga

bertemu dan bersambung secara kokoh. Ikatan tersebut berbeda

dengan terjemahan kata ribath yang berarti juga ikatan, tetapi

ikatan yang mudah dibuka, karena akan mengandung unsur yang

membahayakan. Dalam bidang perundang- undangan akidah

berarti menyepakati antara dua perkara atau lebih yang harus

dipatuhi bersama. (Alim, 2011: 124)

Sebagian ulama fiqih mendefinisikan akidah, sebagai

berikut: Akidah ialah sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh,


21

sukar sekali untuk diubah. Ia beriman berdasarkan dalil-dalil yang

sesuai dengan kenyataan, seperti beriman kepada Allah, kitab-kitab

Allah, dan Rasul-rasul Allah, adanya kadar baik dan buruk, dan

adanya hari kiamat. (Abdul Qadir, 2008: 116)

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa akidah

ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh

keyakinan, tidak bercampur dengan keraguan, serta memberi

pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan

sehari-hari.

Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung, tidak

boleh melalui perantara. Akidah demikian yang akan melahirkan

bentuk pengabdian hanya pada Allah, berjiwa bebas, merdeka

dan tidak tunduk pada manusia dan makhluk Tuhan yang

lainnya. Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati

tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah; ucapan dengan

lisan dalam bentuk dua kalimah syahadat; dan perbuatan dengan

amal saleh.

Pada umumnya, inti materi pembahasan mengenai akidah,

ialah mengenai rukun iman yang enam, yaitu: iman kepada Allah,

kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada

hari akhirat dan kepada Qada dan Qadar. Akidah Islam

merupakan akar pokok agama Islam. (Alim, 2011: 125)

b. Pengertian Akhlak
22

Akhlak dalam Islam mulai dari akhlak yang berkaitan

dengan diri pribadi, keluarga, sanak famili, tetangga, masyarakat,

lalu akhlak yang berkaitan dengan flora dan fauna hingga akhlak

yang berkaitan dengan alam yang luas ini. Akhlak merupakan salah

satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat

ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tampil

mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat

dunia akhirat. (Alim, 2011: 149)

Secara bahasa pengertian akhlak diambil dari bahasa arab

yang berarti: (a) perangai, tabiat, adat, (diambil dari kata dasar

khuluqun), (b) kejadian, buatan, ciptaan, (diambil dari kata dasar

khalqun). Adapun pengertian akhlak secara terminologis, para

ulama telah banyak mendefinisikan diantaranya Ibn Maskawaih

dalam bukunya Tahdzib al- Akhlaq, beliau mendefinisikan akhlak

adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan

pertimbangan. Selanjutnya Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya‟

Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah

laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan

dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

(Alim, 2011: 151)

Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu

perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut:


23

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah

tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi

kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa

pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam

keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila.

Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam

diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan dan tekanan

dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura

atau karena bersandiwara. (Alim, 2011: 152)

Menurut Sidi Ghazalba akhlak adalah sikap kepribadian

yang melahirkan perbuatan manusia terhadap Tuhan dan manusia,

diri sendiri dan makhluk lain sesuai dengan suruhan dan larangan

serta petunjuk Al-Qur’an dan Hadits. (Aminuddin, 2006: 94)

Selain dengan kata-kata tersebut dalam kamus besar Bahasa

Indonesia, perkataan akhlak sering juga disamakan dengan

kesusilaan atau sopan santun. Bahkan supaya kedengarannya lebih

‘modern’ dan ‘mendunia’, perkataan akhlak kini sering diganti

dengan kata moral dan etika. Pergantian itu sah-sah saja dilakukan,

asal orang mengetahui dan memahami perbedaan arti kata-kata

yang dimaksud. (Daud Ali, 2011: 353)

Pendidikan akhlak berkisar tentang persoalan kebaikan dan

kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang


24

timbul dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana seharusnya

seorang siswa bertingkah laku.

Pendidikan akhlak didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an

dan hadits Rasul, serta memberikan contoh-contoh yang baik yang

harus diikuti. Jika diteliti isi Al-Qur’an akan kita jumpai ajaran

yang mengajak berbuat baik dan mencegah perbuatan yang buruk.

Al-Qur’an memberikan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan

sebagai berikut: “Kebaikan ialah setiap perintah Allah untuk

mengerjakannya, sedangkan kejahatan ialah setiap larangan Allah

untuk mengerjakannya”. (Abdul Qadir, 2008: 201)

Sasaran pengajaran akhlak sebenarnya ialah keadaan jiwa,

tempat berkumpul segala rasa, pusat yang melahirkan berbagai

karsa, dari sana kepribadian terwujud, disana iman tertanam.

Dengan demikian tidak salah jika pada sekolah kedua bidang

pembahasan ini dijadikan satu bidang studi yang dinamakan bidang

studi “Akidah Akhlak”

Jadi mata pelajaran Akidah Akhlak mengandung arti

pembelajaran yang membicarakan tentang keyakinan dari suatu

kepercayaan dan nilai suatu perbuatan baik atau buruk, yang

dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak

dicampuri keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh

ajaran agama.

c. Fungsi Pembelajaran Aqidah Akhlak


25

1) Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki

manusia sejak lahir. Manusia sejak lahir telah memiliki

potensi keberagamaan (fitrah), sehingga sepanjang

hidupnya membutuhkan agama dalam rangka mencari

keyakinan terhadap Tuhan.

2) Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Agama

sebagai kebutuhan fitrah akan senantiasa menuntut dan

mendorong manusia untuk terus mencarinya. Akidah

memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan

rohaninya dapat terpenuhi.

3) Memberikan pedoman hidup yang pasti. Keyakinan

terhadap Tuhan memberikan arahan dan pedoman yang

pasti sebab akidah menunjukkan kebenaran keyakinan yang

sesungguhnya. Akidah memberikan pengetahuan asal dan

tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan

lebih jelas dan lebih bermakna.

d. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Sasaran pengajaran Aqidah Akhlak ialah untuk

mewujudkan maksud-maksud sebagai berikut:

1) Memperkenalkan kepada murid akan kepercayaan yang

benar, yang menyelamatkan mereka dari siksaan Allah

Ta’ala.
26

2) Memperkenalkan tentang rukun iman, ketaatan kepada

Allah, dan beramal dengan amal yang baik untuk

kesempurnaan iman mereka.

e. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak adalah sama

dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang

berkaitan dengan pola hubungan. Aqidah Akhlak dalam ajaran

Islam mencakup berbagai aspek, dimulai terhadap Allah, hingga

kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,

dan benda-benda tak bernyawa). (Alim, 2011: 152)

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mencari beberapa penelitian

terdahulu yang temanya bersinggungan dan relevan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yaitu yang berkaitan dengan Implementasi Pembelajaran

Tatap Muka Terbatas & Blended Learning. Adapun beberapa penelitian tersebut

sebagai berikut:

1. Fatimah Qalbi dalam penelitiannya berupa skripsi denga judul “Efektivitas

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Dalam Pembelajaran Tematik Materi

Matematika Saat Pandemi Covid-19 Di SDN 140 Seluma”. Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa Efektivitas pembelajaran tatap muka

terbatas dalam pembelajaran tematik materi matematika di SDN 140

Seluma sudah terlaksana dengan baik. Hal ini di karena kelas yang lebih

kondusif, terkontrol dan pembelajaran dapat berlangsung maksimal, serta

media yag digunakan dan pembelajaran juga sudah komunikatif.


27

Efektivitas pembelajaran tatap muka terbatas dalam pembelajaran tematik

materi matematika saat pandemi covid-19 di SDN 140 Seluma dapat

dilihat dari hasil belajar siswa yang lebih mudah memahami materi jika

belajar di sekolah, serta dapat mengembangkan pengetahuannya jika

belajar di sekolah. (Qalbi, 2022: 64)

Sedangkan dalam penelitian ini berfokus pada penerapan

pembelajaran tatap muka terbatas sistem absen ganjil genap pada mata

pelajaran Aqidah Akhlak di kelas X IPS 1 MA BPI Baturompe.

2. Lely Suryani dkk, 2022 dalam penelitiannya berupa Jurnal yang berjudul

“Analisis Implementasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

di Masa New Normal”. Hasil Penelitiannya menunjukan bahwa

pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan membagi shif kelas agar

tidak menyalahi aturan Pemerintah dan proses pembelajaran tetap

berlangsung. (Suryani dkk, 2022: 2234)

Sama halnya dengan penelitian ini penerapan pembelajaran tatap

muka terbatas menggunakan sistem absen ganjil genap, perbedaanya

hanya pada lokasi dan sasaran penelitiannya.

3. Mitra Kasih La Ode Onde dkk, dalam penelitiannya berupa Jurnal yang

berjudul “Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (TMT)

di masa New Normal terhadap Hasil Belajar Matematika di Sekolah

Dasar”. Hasil penelitiannya menunjukan kegiatan belajar siswa dapat

dikatakan tidak sukses memenuhi tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan, hal demikian terjadi karena jam pelajaran yang kurang

sehingga muatan materi cukup dipadatkan, sehingga pokok bahasan hanya


28

membahas poin-poin pentingnya saja, selain itu kurangnya pemanfaatan

media pembelajaran dan model pembelajaran interaktif yang dapat

memancing aktivitas belajar siswa dalam membangun pengetahuannya

sendiri. (Onde dkk, 2021: 4405)

Persamaannya dengan penelitian ini adalah pelaksanaan

pembelejaran tatap muka terbatas, perbedaanya penelitian diatas berfokus

pada hasil belajar siswa sekolah dasar pada mata pelajaran matematika.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir merupakan sebuah model atau juga gambaran yang

berupa konsep yang didalamnya itu menjelaskan mengenai suatu hubungan antara

variabel yang satu dengan varibel yang lainnya.

Oleh karna itu, sebaiknya kerangka berpikir tersebut dibuat di dalam

bentuk diagram atau juga skema, dengan tujuan untuk dapat mempermudah

memahami beberapa variabel data yang kemudian akan dipelajari ditahap

selanjutnya.

Kerangka berpikir ini pun juga bisa atau dapat dikatakan yakni sebagai

rumusan masalah yang telah dibuat dengan berdasarkan adanya suatu proses

deduktif di dalam rangka menghasilkan beberapa dari konsep serta juga proposisi

yang digunakan untuk dapat atau bisa memudahkan seorang peneliti itu didalam

merumuskan hipotesis penelitiannya. (Pendidikan.co.id)

Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini yaitu:


29

Pembelajaran
Tatap Muka
Terbatas

Implementasi Sistem Ganjil Genap

Kendala yang dihadapi Guru &


Siswa dalam proses pembelajaran
sistem ganjil genap

Gambar 1. Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini ialah pendekatan deskriptif

dengan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian

yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif lainnya.

penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang dapat digunakan untuk meneliti

kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan

sosial, atau hubungan kekerabatan. Penelitian kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang mampu menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan

perilaku dari orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif ini

dimungkinkan untuk diperoleh pemahaman tentang kenyataan melalui proses

berpikir induktif. (Nugrahani. 2014: 4)

Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang dapat digunakan

untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang berasal dari masalah-masalah

sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya

penting seperti: mengajukan pertanyaan, menyusun prosedur, mengumpulkan data

yang spesifik dari para informan atau partisipan. Menganalisis data secara

induktif, mereduksi, memverifikasi, dan menafsirkan atau menangkap makna dari

konteks masalah yang diteliti. (Nugrahani. 2014: 25)

Metode penelitian dekriptif kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mampu menggambarkan proses dari waktu ke waktu dalam situasi yang

alami tanpa rekayasa peneliti, dan dapat mengungkap hubungan yang

wajar antara peneliti dan informant.

30
31

2. Memungkinkan pendokumentasian sistematis tentang pelaksanaan

program, sehingga dapat digunakan sebagai landasan untuk

pengembangan teori secara induktif.

3. Memungkinkan untuk dilakukan analisis induktif yang berorientasi pada

eksplorasi, penemuan dan logika induktif, untuk menemukan teori yang

bersumber pada pola dan kenyataan yang terjadi sesungguhnya.

4. Memungkinkan untuk pendeskripsian perilaku manusia dalam konteks

natural, yaitu konteks kebulatan menyeluruh. Mengingat bahwa suatu

fenomena hanya dapat ditangkap maknanya dalam keseluruhan

konteksnya. (Nugrahani. 2014: 108-109)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang peneliti dapatkan melalui

observasi awal, maka lokasi penelitian ini dilakukan di MA BPI Baturompe yang

berlokasi di Cigantang hilir, Kelurahan Cigantang, Kecamatan Mangkubumi, Kota

Tasikmalaya. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 6 bulan yang terhitung

setelah bulan Januari sampai bulan Juni 2022 sesuai dengan kalender akademik

sekolah.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber

data sekunder. Menurut Iqbal data primer adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau

yang bersangkutan kerena memerlukannya. Data primer ini disebut data asli atau

data baru. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Iqbal
32

Hasan, 2002: 82). Berdasarkan sumber pengambilan data dibedakan menjadi dua

yaitu:

1. Sumber Data Primer

Data primer yang akan diperoleh peneliti melalui observasi,

kuisioner (angket) dan wawancara siswa-siswi, guru mata pelajaran

Aqidah Akhlak, guru MA BPI Baturompe yang berkaitan dengan proses

pembelajaran.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang mendukung terhadap data primer.

Sumber data dalam penelitan kualitatif ini selain berupa kata-kata, bahasa

dan tindakan dari informan juga dapat diperoleh melalui studi kepustakaan

dengan media buku dan media internet untuk mendukung analisis dan

pembahasan. Selain itu pengambilan dokumentasi pada saat penelitian

berlangsung. Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan, maka

sumber data menjadi sangat penting sehingga akan didapatkan hasil

penelitian yang benar-benar detail. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti

akan memperoleh data sekunder berupa informasi tambahan berupa data

yang diperoleh dari pihak sekolah berupa letak geografis, keadaan sekolah

dan dokumentasi masyarakat MA BPI Baturompe.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan fokus kepada intisari penelitian yang

akan dilakukan. Fokus penelitian merupakan garis terbesar dalam jantungnya

penelitian mahasiswa, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian bakal

menjadi lebih terarah. (Sugiyono, 2013: 137)


33

Penelitian ini difokuskan pada proses implementasi pembelajaran system

ganjil genap kurikulum darurat pada mata pelajaran Aqidah Akhlak yang objek

utamanya adalah siswa kelas X IPS 1 MA BPI Baturompe.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Pengumpulan data

dapat dilakukan dalam berbagai setting. Bila dililhat dari setting-nya data dapat

dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting) pada laboratorium dengan

metode eksperimen dengan berbagai responden. Bila dilihat dari sumber datanya,

maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder

selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data maka teknik

pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),

wawancara, kuisioner (angket), dokumentasi dari gabungan keempatnya. Dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi

yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak

pada observasi (partispan observasion), wawancara mendalam dan dokumentasi.

(Sugiyono, 2014: 225)

Maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sesuai jenis

penelitian yang digunakan. Adapun pengumpulan datanya dilakukan dengan

beberapa teknik yaitu: Observasi, wawancara, kuesioner (angket), dan

dokumentasi.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan mengamati yang

dilakukan manusia menggunakan pancaindra sebagai alat utamanya dan


34

dibantu dengan pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan

kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk

menggunakan pengamatan melalui hasi kerja pancaindra. Menurut Burhan

bungin. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan (Bungin, 2011: 188).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi

partisipan untuk memperoleh data tentang penerapan sistem ganjil genap

pada proses pembelajaran dengan cara terjun langsung ke lapangan atau

tempat penelitian untuk melihat langsung proses pembelajaran yang terjadi

di MA BPI Baturompe. Sehingga data penelitian jelas dan tidak mengada-

ngada.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan berhadapan langsung dengan yang diwawancarai tetapi juga dapat

diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk menjawab pada kesempatana

lain (Noor, 2011:138).

Dalam wawancara yang akan dilakukan peneliti untuk menggali

data dilapangan yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak

terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang sebagian jenis

pertanyaanya sudah ditentukan urutan dan jenis pertanyaan yang telah siap

untuk ditanyakan kepada informan seperti Guru-guru MA BPI Baturompe,

Siswa-siswi MA BPI Baturompe, dan Kepala Sekolah MA BPI

Baturompe. Sedangkan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang


35

tidak ketat dan tidak ditentukan sebelumnya mengenai jenis, urutan dan

materi pertanyaan serta pelaksanaan tanya jawabnya mengalir seperti

dalam percakapan sehari-hari, adapun informan dalam wawancara tidak

terstruktur adalah masyarakat MA BPI Baturompe.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan salah satu teknik dalam mengumpulkan data

penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden terkait hal yang ingin di teliti

dan kemudian untuk dijawab oleh responden sesuai dengan apa yang

diketahui atau dialami oleh responden. Maka untuk mengumpulkan data

peneliti menggunakan angket langsung dimana pertanyaan tersebut

diberikan kepada responden atau siswa MA BPI Baturompe untuk

mengetahui bagaimanakah proses pembelajaran sistem ganjil genap.

Dipandang dari cara menjawab maka ada:

a. Kuesioner terbuka (open ended) yang memberikan kesempatan

kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnyasendiri

secara bebas.

b. Kuesioner tertutup (closed form) yang sudah disediakan alternatif

jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Metode ini mempunyai kebaikan-kebaikan yang memberi

kemudahan-kemudahan dalam teknik pencarian data secara objektif yang

dalam pelaksanaannya melalui pertanyaan-pertanyaan secara sistematik.

Dipandang dari jawaban yang diberikan maka kuesioner di bagi menjadi 2

bagian yaitu:
36

a. Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya.

b. Kuesioner tidak langsung yaitu responden menjawab tentang orang

lain.

Berdasarkan pembahasan kuesioner diatas peneliti menggunakan

kuesioner terbuka dan langsung. Adapun dalam penelitian ini kuesioner

diberikan kepada 12 Siswa dan 2 Guru MA BPI Baturompe.

4. Dokumentasi

Dokumentasi ini guna untuk menambah data, yang akan

didokumentasikan adalah kegiatan selama proses belajar mengajar, atau

kegiaatan yang dikirakan perlu untuk didokumentasikan, Ini bertujuan

untuk membuktikan bahwa data yang diambil mempunyai fakta yang

benar-benar ada dan terjadi.

F. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan menganalisis data pada

penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan

oleh Muhammad Ali, yaitu: Reduksi data (Data Reduction), Penyajian data (Data

Display), dan Penarikan kesimpulan (Verification). (Ali, 1993: 167)

Agar penelitian ini lebih dipertanggujawabkan kevalidanya, maka peneliti

menggunakan teknik analisa data sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam penelitian data yang diperoleh dipastikan sangat banyak

jumlahnya, untuk itu bagi peneliti diharuskan untuk mencatatnya. Semakin

lama peneliti mengamati dilapangan maka semakin banyak pula data yang
37

diperoleh untuk itu diperlukan analisis data dengan menggunakan reduksi

data.

Menurut Sugiyono mereduksi data berarti merangkum, memilih

ha-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. (Sugiyono, 2014: 247)

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah melakukan reduksi data maka langkah yang di ambil

selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kuanitatif penyajian

data dapat disajikan dengan bentuk tabel, grafik, phie, chart, pictogram,

dan sebagainya. Maka dengan penyajian data tersebut data akan mudah

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan mudah

difahami. Sedangkan dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa

disaijikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan yang paling sering menggunakan teks bersifat naratif dan

sejenisnya (Sugiyono, 2014: 250). Maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan penyajian data dalam bentuk teks, narasi-narasi.

3. Penarikan Kesimpulan (Verification)

Menurut Miles and Huberman langkah ke tiga dalam analisis data

kualitatif adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2014:

252). Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
38

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah tetapi mugkin juga tidak, karena seperti

telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masakah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelian

dilakukan. Oleh karena itu kesimpula penelitian kualitatif adalah

merupakan kesimpulan yang berupa temuan baru yang sebenarnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek

yang sebelumnya masih dugaan sementara sehingga setelah diteliti

menjadi jelas.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang

dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan

keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam

proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berpengaruh terhadap hasil

akhir suatu penelitian.

Maka dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengecekana

keabsahan data dengan teknik triangulasi. Triangulasi adalah pengujian kredibiltas

yang diartikan sebagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Triangulasi dalam suatu penelitian dapat diartikan sebagai pengecekan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
39

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dengan membandingkan

berbagai sumber, metode dan waktu maka keabsahan data akan lebih kuat

keabsahannya.

Dalam proses pengecekan keabsahan data tersebut peneliti menguji

kredibilitas data yang dilakukan dengan pengecekan data dengan narasumber

menggunakan teknik wawancara kepada siswa-siswi, Guru mata pelajaran, dan

Kepala sekolah. Kemudian data dicek dengan observasi langsung ke MA BPI

Baturompe untuk memastikan data yang diperoleh sudah benar dan valid adanya.
40
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil MA BPI Baturompe

1. Latar Belakang

Gambar 2. Sekolah MA BPI Baturompe

MA BPI Baturompe merupakan salah satu instansi yang bergerak

dibidang pendidikan, asal mula pengambilan nama BPI bermula dari

keinginan untuk membangun sarana pendidikan khususnya dibidang

pendidikan islam, maka kami memberikan Nama BPI yang memiliki

Balai Pendidikan Islam, nama balai itu sendiri merupakan arti dari suatu

instansi yang umum dalam artian bukan hanya pendidikan. Pada tahun

2000 kami mulai mendirikan BPI, yang berlokasi di Cigantang hilir,

kelurahan cigantang kecamatan mangkubumi Kota Tasikmalaya.

Madrasah ini berada dalam naungan Yayasan dakwah nuansa baru yang

pendirinya seorang ulama bernama Prof. Dr. KH. Amas Masor Zaenal

Thoha.

Awal mulanya hanya MTs dan MA namun dengan berlangsungnya

waktu kami juga mendirikan RA sebagai taman pendidikan usia dini guna

41
42

memberikan pengetahuan dasar terhadap siswa siswi di usia dini, dan pada

tahun berikutnya kami juga membangun SMK sebagai wadah bagi siswa

siswi yang ingin menyalurkan bakatnya khusunya dibidang tata boga,

menjahit, dan lain lain. Muatan pelajaran agama yang dimiliki menjadi ciri

Khas dari MA BPI Baturompe sendiri, jurusan yang dibuka yakni jurusan

IPA dan IPS, dari kedua jurusan tersebut nuansa islam atau muatan

pelajaran islam tetap terisi.

MA BPI Baturompe diresmikan dan mendapat izin operasional dari

kementrian Agama republik Indonesia, siswa yang mengikuti pendidikan di

MA ini awalnya sangat sedikit sehingga berpengaruh terhadap kinerja

pendidikan di MA ini. Namun saat ini jumlah siswa yang mengikuti

pendidikan di Madrasah Aliyah BPI Baturompe terus mengalami

peningkatan dan jumlah alumni juga sudah tersebar mengisi lowongan

pekerjaan diberbagai instansi pemerintah maupun swasta juga meneruskan

pendidikan diperguruan tinggi Negri Maupun Swasta, dimana MA BPI

Baturompe adalah daerah pendidikan yang sangat kental dengan Nuansa

Agamis. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya lembaga Pesantren disetiap

wilayah, demikian sejarah singkat yang bisa dipaparkan, penulis ini dari

hasil wawancara dengan Wakamad kurikulum di madrasah ini. mohon maaf

bila terdapat kesalahan. Letak geografis MA BPI Baturompe Letak

Geografis Madrasah Aliyah BPI Baturompe dibawah naungan kementrian

Agama Kota Tasikmalaya, bertempat di Cigantang kecamatan mangkubumi

Kota tasikmalaya, tepatnya di sebelah jalan berdampingan dengan Madrasah

Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah menengah kejuruan (SMK) yang mana


43

Madrasah Aliyah BPI Baturompe mendapat dukungan penuh dari

masyarakat dan kembaga lembaga lain di sekitarnya.

Selama berdiri MA BPI Baturompe Cigantang Mangkubumi

mengalami pergantian Kepala Sekolah yaitu:

Pengurus Yayasan MA BPI Baturompe

NO NAMA KEPALA

1. Prof. Dr. KH. Amas Masor Zaenal Thoha

2. Ina Mutmainah. S.Pd

3. Drs. Baisuni

4. Drs. Asep Burhanudin. M.Pd

Tabel 1. Pengurus Yayasan MA BPI Baturompe

2. Profil Madrasah

a. Visi

Visi Madrasah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar

atau rujukan dalam menentukan tujuan atau keadaan masa depan

Madrasah yang secara khusus diharapkan oleh Madrasah. Visi

Madrasah merupakan turunan dari Visi Pendidikan Nasional, yang

dijadikan dasar atau rujukan untuk merumuskan Misi, Tujuan

sasaran untuk pengembangan Madrasah dimasa depan yang

diimpikan dan terus terjaga kelangsungan hidup dan

perkembangannya.

Adapun Visi Madrasah MA BPI Baturompe adalah:

“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Sesuai Dengan Perundang-

undangan Negara dan Sejalan Dengan Nilai-nilai Yang Islami”


44

Indikator Visi MA BPI Baturompe:

1) Sesuai dengan perundang-undangan negara:

Segala kegiatan pembelajaran di Madrasah Aliyah

BPI Baturompe Kota Tasikmalaya sesuai dengan peraturan

pemerintah pusat dan daerah dalam hal ini Kementerian

Agama dan Kemeneterian Pendidikan.

2) Sejalan dengan nilai-nilai yang islami:

Segala kegiatan pembelajaran di Madrasah Aliyah

BPI Baturompe Kota Tasikmalaya sesuai dengan aturan

agama yang bersumberkan dari Al-Quran dan Hadits.

Unggul dalam berakhlakul karimah, siswa lulusan

memiliki akhlak terpuji diantaranya; jujur, amanah, sidiq,

fathonah, disiplin, sportif, tanggung jawab, percaya diri,

hormat pada orang tua dan guru, menyayangi sesama dan

suka menolong.

b. Misi

1) Meningkatkan taraf pendidikan masyarkat

2) Memfasilitasi penggalian dan pembinaan potensi

3) Ikut mensukseskan program pemerintah dalam bidang

pendidikan setingkat SLTA

c. Tujuan MA BPI Baturompe Kota Tasikmalaya

Ikut berusaha mewujudkan sosok pribadi muslim,

pemberdayaan diri sesuai dengan dinamika, kreativitas, dan

aktivitas peseta didik.


45

3. Identitas Sekolah

Nama Madrasah : MAS BPI BATUROMPE

NSM : 131232780018

NPSN : 20277190

Tahun Pendirian Madrasah : 2000

No. SK Pendirian : Wi/i/PP.00.6/2736/2010

Tanggal SK Pendirian : 24-09-2001

Status Akreditasi : B

No. SK Akreditasi : 02.00/203/SK/BAN SM/XII/2018

Tanggal SK Akreditasi : 04-12-2018

Tanggal SK Izin Oprasional 24-09-2001

Alamat Lengkap Madrasah : Cigantang Hilir

Kelurahan : Cigantang

Kecamatan : Mangkubumi

Kota : Tasikmalaya

Kode Pos : 46181

Provinsi : Jawa Barat

E-mail : -

NPWP : 72-197-385-7-425-000

Nama Kepala : Drs. Asep Burhanudin, M.Pd

Komite Madrasah : Asep Farid, M. Ag

Nama Yayasan : Yayasan dakwah nuansa baru

No. Rekening Bank : 20201099225

Tabel 2. Identitas Madrasah


46

4. Tanah

Status Tanah : Hak Milik

Kepemilikan : Yayasan nuansa dakwah

Letak Kp. Cigantang hilir Kelurahan cigantang Kecamatan


:
Geografis mangkubumi Kota Tasikmalaya Jawa Barat

Kota : Tasikmalaya

Penggunaan : Bangunan Gedung Madrasah

Tabel 3. Status Tanah

5. Keadaan Fasilitas Civitas Akademika Madrasah

Jumlah Ruang Menurut Kondisi

(Unit)
No. Jenis Bangunan
Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat

1. Ruang Kelas 9 0 0

2. Ruang Kepala Madrasah 1 0 0

3. Ruang Guru 1 0 0

4. Ruang Tata Usaha 1 0 0

5. Laboratorium Biologi 1 0 0

6. Laboratorium Fisika 1 0 0

7. Laboratorium Kimia 1 0 0

8. Laboratorium Komputer 1 0 0

9. Laboratorium Bahasa 0 0 0

10. Ruang Perpustakaan 1 1 0

11. Ruang UKS 1 1 0


47

12. Ruang Keterampilan 1 0 0

13. Ruang Kesenian 1 0 0

14. Toilet Guru 1 0 0

15. Toilet Siswa 2 0 0

16. Ruang Bimbingan Konseling 0 0 0

17. Aula Serba Guna 0 0 0

18. Ruang Osis 1 0 0

19. Ruang Pramuka 1 1 0

20. Masjid / Musholla 1 0 0

21. Gedung/Ruang Olah Raga 0 0 0

26. Kantin 1 0 0

Tabel 4. Jumlah & Kondisi Bangunan

6. Struktur Organisasi Madrasah

Ketua Yayasan : Drs.Dudi Abdullah

Kepala Madrasah : Drs. Asep Burhanudin, M. Pd

Komite Madrasah : Hj.Ike Rukiyati S.Pd

Kepala Tata Usaha : Irma Rosmawati,S.Pd

Operator : Pipik Puradini, S.Pd

Bidang Kurikulum : Roni Sumaryono, S. Sos. I

Bidang Kesiswaan : Evi Hanafi, M. Pd

Bidang Konseling : Windy Ulfa Fitrianisa.S.Pd

BidangSarana Prasarana : Iyus Yusandi, S.Pd

Bidang Humas : Evi Hanafi, M. Pd


48

Tabel 5. Struktur Organisasi Madrasah

7. Profil Pendidik & Tenaga Kependidikan

Data seluruh pegawai BPI Baturompe Kota Tasikmalaya pada

tahun ajaran 2021/2022 adalah sebanyak 21, yang terdiri dari 19 guru

(pendidik) dan 3 tenaga Tata Usaha/Operator (Kependidikan) yakni

sebagai berikut:

a. Tenaga Pendidik

No Mata pelajaran Jumlah Pendidik

1 Aqidah Akhlak 1 Roni Sumaryono, S. Sos. I

2 SKI 1 Atep Solihul Aripin, S. Pd. I

3 Al-Qur'an Hadits 1 Muh. Fathoni G.S, S.Pd.I

4 Bahasa Arab 1 Yusuf Aminulloh, S.Pd

5 Fikih 1 Roni Sumaryono, S. Sos. I

6 Bahasa Indonesia 2 Febi Fitriani, S.Pd

7 PKN 1 Reka Budi Utama, S.Pd

8 Matematika 1 Nurul Habibah, S.Pd

9 Matematika Peminatan Dewi Yuliani, S. Pd

10 Bahasa Inggris 1 Windy Ulfa Fitrianisa, S.Pd

11 Basa Sunda 1 Pahmi Hidayat, S.Pd

12 TIK 1 Edi

13 SBK 1 Lia Marliana, S. Pd

14 Penjaskoress 1 Dasep M Ikbal, S.Pd

15 Geografi 1 Evi Hanafi, M. Pd


49

16 Sejarah Indonesia 1 Rini Sri Wulandari, S.Pd

17 Kewirausahaan 1 Reka Budi Utama, S.Pd

18 Fisika 1 Melinda,S.Pd

19 Biologi 1 Febi Fitriani, S.Pd

20 Kimia 1 Yusita Setia Mulyani, S.Pd

21 Ekonomi dan Sosiologi 1 Kusdinar S.Pd

Jumlah : 19

Tabel 6. Tenaga Pendidik

b. Tenaga Kependidikan

No Uraian Jumlah Pendidik

1. OP 1 Pipik Puradini, S.Pd

2. TU 1 Irma Rosmawati

3. BK 1 Windy Ulfa Fitrianisa, S.Pd

Tabel 7. Tenaga Kependidikan

c. Keadaan Siswa

Peserta didik MA BPI Baturompe Tasikmalaya terdiri atas

siswa–siswi yang berada di wilayah kec. mangkubumi dan

sekitarnya, sehingga jumlah peserta didik saat ini (tahun ajaran

2021/2022) seluruhnya sebanyak 258 orang. Peserta didik sejumlah

itu dibagi menjadi 9 rombel, 3 rombel kelas X, 3 rombel kelas XI,

dan 3 rombel kelas XII, yang terbagi atas kelas IPA dan kelas IPS.

Jumlah peserta didik MA BPI Baturompe secara terperinci adalah

sebagai berikut:
50

Kelas Jumlah Siswa Jumlah

X IPA 29 85

IPS 56

XI IPA 27 87

IPS 60

XII IPA 29 86

IPS 57

Jumlah 258

Tabel 8. Keadaan Siswa

B. Analisis Data Implementasi Sistem Ganjil Genap Kurikulum Darurat Pada

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X IPS 1 MA BPI Baturompe

Penelitian di MA BPI Baturompe berlangsung kurang lebih selama dua

minggu. Selama penelitian berlangsung peneliti berusaha mengumpulkan data

dengan beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sehingga terkumpulnya data dan fakta

mengenai implementasi pembelajaran tatap muka terbatas sistem ganjil genap.

Kemudian data dan fakta yang telah peneliti peroleh di lapangan diolah dengan

cara menganalis data tersebut.

1. Implementasi Sistem Ganjil Genap

Implementasi pembelajaran sistem ganjil genap merupakan

kebijakan baru yaitu kombinasi antara pembelajaran daring dan luring

selama masa pandemi. Kebijakan pembelajaran tatap muka terbatas

dilaksanakan sesuai dengan hasil surat Keputusan Bersama oleh empat (4)

menteri yang memuat langkah-langkah persiapan, pelaksanaan, dan


51

evaluasi, pembelajaran tatap muka terbatas yang menerapkan protokol

kesehatan secara ketat. Sesuai dengan hasil keputusan bersama tersebut,

MA BPI Baturompe membuat perangkat pembelajaran terbaru dengan

memperhatikan kondisi dan keadaan selama pandemi. Berikut pernyataan

kepala sekolah terkait program pembelajaran yang dilakukan di MA BPI

Baturompe:

“Pembelajaran yang dilakukan di MA BPI Baturompe yaitu dengan


mengkombinasikan pembelajaran online dan tatap muka. kami
tetap tidak bisa menghilangkan pembelajaran tatap muka sehingga
kami terus berupaya untuk menyesuaikan pendidikan yang
optimal”.

Bentuk perangkat pembelajaran terbaru yang digunakan selama

pandemi mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh kurikulum 2013, yakni

RPP satu lembar. Sesuai dengan hasil pengamatan dan dokumentasi

terhadap RPP. RPP tatap muka terbatas tersebut memuat identitas sekolah,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran, dan penilaian. Adanya pandemi dan pembatasan waktu

pembelajaran dikelas membuat beberapa materi yang seharusnya

disampaikan secara detail menjadi dipersingkat. Hal tersebut juga terjadi

pada indikator atau pencapaian siswa yang dikurangi, siswa hanya

disiapkan untuk terampil dalam menulis teks narasi dengan bimbingan

seadanya mengingat keterbatasan waktu dalam pembelajaran tatap muka

terbatas. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu RSW selaku

wali kelas X IPS 1 MA BPI Baturompe.


52

“Bentuk perangkat pembelajaran mengikuti aturan yang


dikeluarkan oleh kurikulum 2013, yakni RPP satu lembar.
Sementara itu, isi dari perangkat pembelajaran tatap muka terbatas
materi menulis teks narasi fantasi disesuaikan dengan keadaan dan
kondisi saat ini. Ada beberapa materi yang disederhanakan,
indikator atau pencapaian yang dikurangi, dan waktu pembelajaran
yang dipersingkat”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu RSW menyatakan bahwa

kegiatan pembelajaran tatap muka saat pandemi Covid-19 berbeda dengan

kondisi pada saat normal. Hal tersebut dibuktikan dengan durasi

pembelajaran yang dipersingkat dengan cara memadatkan materi serta

kegiatan pembelajaran hanya boleh dilakukan didalam kelas. Untuk itu

guru dibimbing untuk menyusun RPP yang disesuaikan dengan kondisi

saat ini, dengan cara pelatihan serta diskusi dalam Kelompok Kerja Guru

sehingga tersusunlah RPP yang cocok digunakan pada saat pandemi covid-

19. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, (2020)

yang menyatakan bahwa proses pelaksanaan belajar mengajar dimasa

pandemi dilakukan denga cara menyampaikan materi cukup dipadatkan

dan hanya menyampaikan materi yang penting saja dan mempertegas

latihan soal karena dipacu oleh waktu.

Selain tatap muka terbatas di sekolah, guru juga menggunakan

aplikasi whatsapp. Aplikasi ini digunakan sebagai media tambahan untuk

mengirimkan video pembelajaran dan untuk memberikan tugas kepada

siswa yang akan dikerjakan di rumah. Tugas ini dimaksudkan agar siswa

bisa belajar di rumah pada hari yang merupakan bukan jadwal tatap muka
53

terbatas. Pekerjaan rumah tersebut akan dikumpulkan di hari berikutnya

sesuia jadwal PTM. Hal ini bertujuan agar capaian pembelajaran yang ada

di RPP tetap terpenuhi.

Tahap yang terakhir dalam pembelajaran yaitu tahap penilaian.

Tahap penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, setiap guru juga

melakukan evaluasi, yaitu melakukan penilaian sikap dan penilaian materi

seperti melaksanakan ulangan harian, Penilaian Tengah Semester (PTS)

dan Penilaian Akhir Semester (PAS) seperti halayak umumnya. Dengan

demikian setiap proses dalam pembelajaran tidak ada yang tertinggal, dari

mulai perencanaan, pelaksanaan serta tahap evaluasi atau penilaian

meskipun pada kondisi pandemi Covid-19.

2. Kesulitan Sistem Ganjil Genap

Dalam pelaksanaan tatap muka terbatas sistem ganjil genap, dari

hasil wawancara bersama guru mata pelajaran Aqidah Akhlah, masih ada

kendala dalam hal capaian pembelajaran, yang dapat dilihat dalam kutipan

wawancara bersama Guru RS.

Peneliti: “Kesulitan apa yang bapak rasakan dalam proses


pembelajaran tatap muka terbatas sistem ganjil genap ini?
Guru : “Dalam melaksanakan sistem ganjil genap ini, ada beberapa
hal yang kami rasa masih kurang maksimal diantaranya
adalah waktu yang diberikan sangat pendek, sehingga saya
kesulitan dalam menuntaskan materi, dan saya harus
memadatkan materi sesuai dengan waktu yang diberikan.”
54

Guru RS juga menyatakan, langkah yang diambil dalam mengatasi

kesulitan adalah:

“Apabila saya rasa tidak tuntas dalam pembelajaran di hari itu,


maka saya dan guru lainnya akan memberikan tugas kepada siswa
untuk di kerjakan di rumah sesuai kesepakatan kami bersama
kepala sekolah. Ini agar capaian pembelajaran dapat tercapai walau
tidak maksimal”.

Guru RS juga menambahkan bahwa, dalam pembelajaran Tatap

Muka Terbatas sistem ganjil genap ini lebih baik dibandingkan dengan

daring, ini karena menurut narasumber bahwa pembelajaran dengan tatap

muka lebih menimbulkan komunikasi dua arah secara aktif dengan siswa

dibandingkan dengan daring. Dalam pembelajaran tatap muka terbatas

sistem ganjil genap ini Guru lebih dapat memahami siswa dan mengenal

siswa dengan baik.

C. Hasil Penelitian Implementasi Sistem Ganjil Genap Kurikulum Darurat

Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X IPS 1 MA BPI Baturompe

Setiap lembaga pendidikan berhak menentukan cara untuk melakukan

pembelajaran tatap muka terbatas asalkan tetap menerapkan protokol kesehatan

yang telah ditetapkan. Sesuai dengan hasil pengamatan, MA BPI Baturompe

menetapkan pembelajaran tatap muka terbatas diikuti oleh 50% siswa dan 50%

lainnya mengikuti pembelajaran daring. Penentuan siswa yang mengikuti

pembelajaran didasarkan pada absen ganjil genap siswa.


55

Gambar 3. Proses Pembelajaran Sistem Absen Ganjil Genap

Pemberlakuan sekolah tatap muka terbatas sudah dimulai sejak Akhir

Agustus 2021. Pemerintah mengambil kebijakan sekolah tatap muka dari Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah Akhir. Setiap

sekolah memiliki aturan sendiri di setiap sekolahnya, salah satunya Madrasah

Aliyah BPI Baturompe yang berlokasi di Cigantang, Kec. Mangkubumi, Kota

Tasikmalaya.

Sebelumnya sama seperti sekolah-sekolah lain, MA BPI Baturompe juga

menggunakan aplikasi daring untuk melakukan proses pembelajaran. Dengan

zoom, google meet, hingga berkomunikasi melalui WhatsApp Group.

Selain memberlakukan protokol kesehatan yang sesuai dengan aturan

pemerintah yaitu 5M, Mencuci tangan, Menggunakan masker, Menjaga jarak,

Menjauhi kerumunan, dan Mengurangi mobilitas, MA BPI Baturompe juga

memberlakukan sistem bergilir masuk sekolah tatap muka dengan sesuai absen

ganjil-genap, kebijakan ini mendapat antusiasme tinggi dari para siswa yang

sudah rindu dengan guru dan teman-teman sekolah mereka.


56

MA BPI Baturompe memberlakukan sistem bergilir masuk sekolah

permasing-masing kelas dengan menerapkan sistem absen ganjil-genap masing-

masing murid. Bagi murid yang memiliki absen ganjil akan masuk sekolah tatap

muka, sementara murid dengan absen genap akan diberi tugas di rumah. Lalu

kemudian di minggu depan, murid dengan absen genap akan masuk sekolah tatap

muka, sementara murid dengan absen yang ganjil akan diberi tugas di rumah,

begitu seterusnya selama sekolah berlangsung, siswa yang hadir pun harus

mendapat persetujuan dari orangtua.

Berdasarkan Keputusan Bersama Empat menteri yaitu Menteri Dalam

Negeri, Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan dan Menteri Agama, bahwa

maksimal ruang kelas apabila akan digunakan harus 50% sehingga proses

memilih siswa 50% kita berdasarkan kapasitas kelas dan absensi siswa.

Dipastikan murid yang masuk ke dalam satu kelas berjumlah 50% dari masing-

masing kapasitas kelas biasanya. Sebelum memasuki kelas para murid juga

diwajibkan mengetes suhu badan, suhu di bawah 37 derajat diperbolehkan

memasuki kelas dan mengikuti pembelajaran di sekolah. Sekolah menyediakan

tempat cuci tangan sebelum murid memasuki sekolah dan memastikan agar para

murid memakai masker dengan baik dan benar sesuai aturan pemerintah.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai

Implementasi Sistem Ganjil Genap Kurikulum Darurat Pada Mata Pelajaran

Aqidah Akhlak Di Kelas X IPS 1 MA BPI Baturompe dapat ditarik beberapa

kesimpulan:

1. Implementasi sistem ganjil genap kurikulum darurat pada mata pelajaran

aqidah akhlak di kelas X IPS 1 MA BPI Baturompe meliputi:

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan merancang tujuan

program pembelajaran sistem absen ganjil genap, menyiapkan

sarana dan prasarana penunjang pembelajaran, penyusunan jadwal

pembelajaran, penyusuna alat evaluasi dan sosialisasi sebelum

dimulainya penerapan sistem absen ganjil genap.

b. Pelaksanaan

MA BPI Baturompe memberlakukan sistem bergilir masuk sekolah

permasing-masing kelas dengan menerapkan sistem absen ganjil-

genap masing-masing murid. Bagi murid yang memiliki absen

ganjil akan masuk sekolah tatap muka, sementara murid dengan

absen genap akan diberi tugas di rumah. Lalu kemudian di minggu

depan, murid dengan absen genap akan masuk sekolah tatap muka,

sementara murid dengan absen yang ganjil akan diberi tugas di

rumah, begitu seterusnya selama sekolah berlangsung.

57
58

c. Evaluasi

Evaluasi sistem pembelajaran absen ganjil genap dengan

mengadakan pertemuan atau rapat guru beserta kepala sekolah

yang dilakukan satu bulan sekali untuk mengevaluasi perencanaan,

pelaksanaan dan hasil belajar siswa.

2. Kesulitan dalam penerapan sistem absen ganjil genap ini yang dialami

oleh guru yaitu dalam penuntasan materi, karena waktu yang diberikan

terbatas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diambil saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sekolah dapat meningkatkan fungsi teknologi pembelajaran, dan terus

berupaya untuk menyediakan teknologi pembelajaran yang variatif dan

inovatif. Dalam meningkatkan mutu SDM guru, sekolah dapat

meningkatkan kualitas profesi guru seperti menyediakan berbagai kegiatan

pelatihan. Untuk menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua siswa,

sekolah dapat memaksimalkan kegiatan perkumpulan guru dan orang tua

siswa dengan lebih intents dan menyediakan fasilitas online untuk

berkomunikasi dengan orang tua siswa. Evaluasi sistem pembelajaran juga

perlu di maksimalkan dengan melakukan kegiatan evaluasi yang lebih

rutin dan terjadwal dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait dalam

proses belajar mengajar. Kekurangan-kekurangan yang ada dalam

pelaksanaan pembelajaran sistem absen ganjil genap ini dapat diperbaiki

dan dikembangkan, agar kedepannya di era new normal atau pasca


59

pandemi, pembelajaran berbasis absen ganjil genap dapat terus diterapkan

dan dikembangkan.

2. Bagi Guru

Guru sebaiknya meninggalkan pola pikir lama dan mengembangkan pola

pikir sesuai dengan perkembangan zaman seperti pola pembelajaran

berpusat pada peserta didik, pola pembelajaran interaktif, pola

pembelajaran berbasis multimedia dan lain sebagainya. Kemudian guru

juga dapat mendesain pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran

berbasis online dan offline. Pada pembelajaran di masa pandemi ini

sebaiknya guru juga mengurangi beban tugas siswa dan lebih banyak

berkomunikasi dan memotivasi siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat menganalisis lebih detail dalam perspektif

guru dan siswa terkait implementasi sistem absen ganjil genap dengan

memperhatikan berbagai kendala yang mengakibatkan hal tersebut,

kemudian dengan mengetahui kekurangan-kekurangan dan permasalahan

dalam sistem yang di terapkan di MA BPI baturompe dapat menjadi

rujukan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan model atau

sistem pembelajaran yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Mohammad. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung, 1986.

Ali, Mohammad. Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa, 1993.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011).

Asmadi Alsa, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaif serta Kombinasinya dalam

penelitian Psikologi, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2003.

Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2011).

Farida Nugrahani. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan

Bahasa. (Surakarta: 2014)

Hadari Nawawi dan Mini Martini, Penelitian Terapan, Gajah Mada University

Press, yogyakarta, 1999.

Hajar, Ibnu Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan,

Grafindo Persada, Jakarta, 1996, cet. 1.

Hasan, M. Iqbal., 2002, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya, Jakarta : Jfilia Indonesia.

Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Guru Akidah Akhlak Pendekatan

Saintifik Kurikulum 2013, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), h.12

Laxmi Devi (eds), Encyclopedia of Social Research, Mehra Offset Press, New

delhi, 1997.

Lexy J Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

60
61

Majid, Abdul. (2015), Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis,

Bandung : Interes Media.

Mustafa, Sulihin., Hastuti Mustikaningsih, Rina Imayanti, Pembelajaran Tatap

Muka (PTM) Pada Masa Pandemi Covid-19 di SMA. Jakarta: 2021

Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2003).

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, Sinar Baru,

Bandung, 1989.

Nasution, Harun. Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) cet. Ke 4.

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, Alfabeta, Bandung, 2015.

Sutrisno Hadi, Metode Research I, Andi Osffet, Yogyakarta, 1989.

Skripsi

Fatimah Q. 2022. Efektivitas Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Dalam

Pembelajaran Tematik Materi Matematika Saat Pandemi Covid 19 Di Sdn

140 Seluma. Skripsi. Bengkulu: Universitas Islam Negeri Fatmawati

Sukarno Bengkulu

Jurnal

Ekantini, Anita. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran

IPA di Masa Pandemi Covid-19: Studi Komparasi Pembelajaran Luring

dan Daring pada Mata Pelajaran IPA SMP, Jurnal Pendidikan Madrasah,

volume 5 (2), November


62

Suryani, L. dkk. (2022). Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini:

Analisis Implementasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di

Masa New Normal, Volume 6 Issue 3, h. 2234-2244

Onde, M. dkk. (2021). Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan: Analisis Pelaksanaan

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (TMT) di masa New Normal terhadap

Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar, Vol 3, No 6, h. 4400 – 4406

Internet

https://pendidikan.co.id/pengertian-kerangka-berpikir/. Diakses pada 2 Juli 2022

Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, di akses tanggal 14 Fenruari 2022,


https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/12/keputusan-bersama-4-
menteri-tentang-panduan-penyelenggaraan-pembelajaran-di-masa-
pandemi-covid19
Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, di akses tanggal 15 Februari 2022,
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendikbud-terbitkan-
kurikulum-darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-kondisi-khusus
63

N
Lampiran 4. Instrumen Pertanyaan Kepala Sekolah

1. Bagaimana model pembelajaran sistem ganjil genap yang dilaksanakan di

MA BPI Baturompe Selama masa pandemic Covid-19 ini?

2. Melihat kondisi pandemi saat ini apakah pembelajaran sistem ganjil genap

merupakan pembelajaran yang tepat digunakan di MA BPI Baturompe?

3. Menurut pendapat Bapak apakah pembelajaran sistem absen ganjil genap

ini dapat diterapkan untuk semua sekolah di Indonesia?

4. Persiapan apa yang dilakukan bapak sebagai kepala sekolah untuk

menerapkan model pembelajaran ini?

5. Menurut bapak apakah pembelajaran dengan mengkombinasikan tatap

muka dan online (Blended) dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran

khususnya di masa pandemi ini?

6. Apakah manfaat yang dirasakan sekolah dalam menerapkan pembelajaran

Blended Learning di masa pandemi ini?

7. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pembelajaran sistem ganjil

genap ini?

8. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang terjadi

pada penerapan pembelajaran sistem ganjil genap?

9. Bagaimana tanggapan Bapak terkait kinerja guru dalam menerapkan

pembelajaran sistem ganjil genap? Apakah semua guru menjalankanya

dengan baik?
Lampiran 5. Instrumen Pertanyaan Guru

1. Persiapan apa saja yang dilakukan bapak/ibu dalam menerapkan

pembelajaran sistem ganjil genap ini?

2. Bagaimana proses pembelajaran sistem ganjil genap ini berlangsung?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan pada pembelajaran

ini?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran sistem absen ganjil

genap yang dilaksanakan di masa pandemi Covid-19?

5. Apakah pembelajaran yang dilaksanakan berdampak baik terhadap

pembelajaran di masa pandemi ini?

6. Apakah pembelajaran ini dapat memicu siswa untuk lebih aktif dalam

belajar khususnya di masa pandemi ini?

7. Apakah dalam penerapan pembelajaran sistem ganjil genap ini ibu/ bapak

menemukan kesulitan?

8. Bagaimana cara ibu/bapak dalam menyelesaikan permasalahan tersebut?

9. Apakah pembelajaran sistem ganjil genap dapat meningkatkan efektifitas

pembelajaran khususnya di masa pandemi Covid-19?


Lampiran 6. Instrumen Pertanyaan Siswa

1. Bagaimana pendapat anda tentang penerapan sistem ganjil genap yang

dilaksanakan?

2. Apakah pembelajaran sistem ganjil genap yang diterapkan di masa

pandemi ini lebih efektif dibandingkan hanya pembelajaran secara daring

saja?

3. Apakah dengan diberlakukannya pembelajaran berbasis absen ganjil genap

di masa pandemi ini dapat lebih memudahkan anda dalam memahami dan

mendalami materi pembelajaran?

4. Apa saja kendala yang dirasakan selama pembelajaran sistem ganjil genap

di masa pandemi ini?

5. Apakah anda kebingungan dengan model pembelajaran yang diterapkan di

masa pandemi ini?

6. Jika disuruh memilih apakah anda lebih menyukai pembelajaran secara

tatap muka atau secara online?

7. Bagaimana harapan anda untuk pembelajaran kedepannya di era new

normal atau pasca pandemi?


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, pada tanggal

30 Januari 1997, anak ke 2 dari pasangan Awang

Sandi & Ai Nurjanah. Penulis menyelesaikan

pendidikan SD di SD Sindanggalih dari tahun

2004 sampai 2009, kemudian melanjutkan lagi ke

SMP di SMP Negeri 9 Tasikmalaya dari tahun

2009 sampai 2012, pendidikan SMK ditempuh

dari tahun 2012 - 2015, kemudian melanjutkan pendidikan tinggi pada program

studi Pendidikan Agama Islam di IAI Tasikmalaya masuk pada tahun 2018.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di:

1. Organisasi Intra Kampus, Dewan Mahasiswa (DEMA) dari tahun 2019

sampai 2021

2. Organisasi Intra Kampus, Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pendidikan

Agama Islam (PAI) dari tahun 2021-2022

3. Organisasi Ekstra Kampus, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dari tahun

2018 sampai selama menjadi mahasiwa.

Anda mungkin juga menyukai