1749-Article Text-24888-1-10-20220825
1749-Article Text-24888-1-10-20220825
3, Agustus 2022
Intisari—Akhir-akhir ini, pemanfaatan energi angin melalui Operasi kecepatan variabel pada suatu PLTB dapat dicapai
pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) kecepatan variabel untuk melalui penggunaan doubly fed induction generator (DFIG)
pembangkitan daya listrik telah mengalami peningkatan yang atau permanent magnet synchronous generator (PMSG)
cukup signifikan. Hal ini berbanding terbalik dengan PLTB sebagai konverter energi utamanya. Namun, saat ini aplikasi
kecepatan tetap yang penggunaannya semakin menurun.
DFIG lebih populer karena harganya yang lebih murah
Pesatnya perkembangan PLTB kecepatan variabel ini terjadi
dibandingkan PMSG [1]. Untuk dapat menyelidiki atau
terutama karena PLTB tersebut dapat mengekstraksi atau
menangkap energi angin secara lebih optimal dibandingkan menganalisis sistem tenaga yang mengandung PLTB,
PLTB kecepatan tetap. Operasi kecepatan variabel pada suatu diperlukan pemodelan komponen-komponen sistem tenaga
PLTB dapat dicapai melalui aplikasi doubly fed induction tersebut (termasuk PLTB). Dalam konteks pemodelan PLTB
generator (DFIG) sebagai konverter energi utamanya. Untuk untuk analisis aliran daya, beberapa teknik telah diusulkan.
dapat menyelidiki atau menganalisis sistem tenaga yang Referensi [2]-[16], misalnya, melaporkan beberapa metode
mengandung PLTB, langkah penting pertama yang harus terbaru. Dalam [2]-[4], model multisimpul dari PLTB yang
dilakukan adalah pemodelan dari seluruh komponen sistem berbasis generator asinkron untuk analisis aliran daya telah
tenaga (termasuk PLTB). Analisis terhadap sistem tenaga ini diusulkan. Metode yang diusulkan tersebut dapat diaplikasikan
biasanya dilakukan untuk mengevaluasi kinerja atau penampilan pada program-program aliran daya konvensional tanpa perlu
sistem tenaga tersebut. Makalah ini membahas pemodelan PLTB adanya modifikasi terhadap kode-kode sumber (source codes)
kecepatan variabel yang berbasis DFIG untuk digunakan pada
program tersebut. Akan tetapi, untuk dapat mengikutsertakan
analisis aliran daya sistem tenaga listrik. Usulan model PLTB
tersebut diperoleh berdasarkan formula-formula yang PLTB ke dalam analisis aliran daya, data masukan untuk
menghitung daya dan rugi-rugi daya dari PLTB. Pemodelan program tersebut perlu dimodifikasi. Lebih lanjut, metode pada
konverter elektronika daya dari DFIG yang biasanya cukup rumit [2]-[4] ini hanya dapat digunakan untuk PLTB kecepatan tetap.
tidak diperlukan dalam proses pembentukan model. Lebih lanjut, Diusulkan juga model PLTB yang berbasis generator
tidak seperti pada metode-metode yang sebelumnya telah asinkron untuk analisis aliran daya [5], [6]. Pada kedua
dipublikasi, yaitu dua model yang berbeda harus digunakan penelitian tersebut, model PLTB dibentuk berdasarkan
untuk mengakomodasi analisis aliran daya pada kondisi keseimbangan daya dari generator asinkron dalam sistem
subsinkron dan kondisi supersinkron, pada makalah ini PLTB tenaga. Pada [7], model PLTB kecepatan tetap yang berbasis
yang berbasis DFIG tersebut cukup direpresentasikan melalui squirrel cage induction generator (SCIG) telah diusulkan.
satu model matematis. Model tersebut dapat digunakan untuk
Model pada [7] dapat digunakan untuk analisis aliran daya
menyatakan DFIG, baik pada kondisi subsinkron maupun
kondisi supersinkron. Model ini kemudian diintegrasikan ke sistem distribusi tak seimbang. Referensi [8]-[12] membahas
dalam analisis aliran daya untuk mengevaluasi kinerja keadaan berbagai model keadaan mantap dari PLTB kecepatan tetap
mantap sistem. Hasil-hasil dari studi kasus juga disajikan pada untuk analisis aliran daya. Dalam metode yang diusulkan
makalah ini. Pada studi kasus tersebut, dilakukan penyelidikan tersebut, model PLTB yang dikembangkan dikombinasikan
terhadap aplikasi dari metode yang diusulkan pada sistem tenaga dengan formulasi aliran daya sistem tanpa PLTB. Persamaan
terinterkoneksi yang mengandung PLTB. Hasil penyelidikan gabungan ini kemudian diselesaikan secara iteratif untuk
mengonfirmasi validitas usulan model DFIG. mendapatkan solusi dari masalah aliran daya sistem secara
keseluruhan. Sama seperti pada [2]-[4], metode-metode yang
Kata Kunci—Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, DFIG, Analisis diusulkan pada [5]-[12] ini juga tidak dapat diaplikasikan pada
Aliran Daya, Sistem Tenaga. PLTB kecepatan variabel.
I. PENDAHULUAN Beberapa penelitian mengusulkan model PLTB yang
berbasis DFIG untuk analisis aliran daya [13]-[16]. Telah
Penggunaan PLTB kecepatan variabel untuk pembangkitan diusulkan model keadaan mantap dari PLTB yang berbasis
tenaga listrik telah mengalami peningkatan akhir-akhir ini. DFIG untuk analisis aliran daya tiga-fase [13], [14]. Model
Peningkatan ini terjadi terutama karena PLTB kecepatan pada [13] dikembangkan berdasarkan komponen-komponen
variabel dapat mengekstraksi atau menangkap energi angin utama DFIG, yaitu turbin angin, konverter elektronika daya,
secara lebih optimal dibandingkan PLTB kecepatan tetap. dan generator induksi. Sementara itu, model pada [14]
diturunkan dengan menggunakan teori komponen-komponen
*Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas urutan. Penelitian lainnya mengusulkan pendekatan iteratif
Tanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak 78124, untuk mengintegrasikan PLTB berbasis DFIG pada analisis
INDONESIA (tel.: 0561-740186; email: rudygianto@gmail.com) aliran daya [15], [16]. Model pada kedua penelitian tersebut
diperoleh melalui rangkaian-rangkaian ekuivalen dari DFIG
[Diterima:24 April 2021, Revisi:11 Maret 2022] dan teknik forward-backward sweeping (FBS) telah digunakan
p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719 Rudy Gianto: Pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga ...
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 3, Agustus 2022 ID-223
Rudy Gianto: Pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga ... p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719
ID-224 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 3, Agustus 2022
𝑍𝑅𝑅 = 𝑅𝑅 + 𝑗𝑋𝑅 . (2) dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan stator dan rotor seperti
berikut.
B. Rumusan Daya DFIG
Berdasarkan Gbr. 1, keluaran daya aktif dan reaktif dari 𝐼𝑆 = 𝐸𝑉𝑅 − 𝐹𝑉𝑆 (14)
PLTB adalah dan
𝑃𝑔 = 𝑃𝑆 − 𝑃𝑅 (3) 𝐼𝑅 = 𝐺𝑉𝑅 − 𝐻𝑉𝑆 (15)
dan dengan
1
𝑄𝑔 = 𝑄𝑆 = 0. (4) 𝐸= (16a)
𝑠(𝑍𝑆 +𝑍𝑅 +𝑍𝑅 𝑍𝑆 /𝑍𝑀 )
Kemudian, berdasarkan Gbr. 2 dan Gbr. 3, daya pada 1+𝑍𝑅 /𝑍𝑀
rangkaian stator GIRB dapat dirumuskan menggunakan (5). 𝐹= (16b)
𝑍𝑆 +𝑍𝑅 +𝑍𝑅 𝑍𝑆 /𝑍𝑀
p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719 Rudy Gianto: Pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga ...
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 3, Agustus 2022 ID-225
TABEL I TABEL II
JENIS BUS DAN BESARAN DATA CABANG SISTEM 5-BUS (DALAM PU)
Jenis Besaran yang Besaran yang Bus Impedansi Seri Admitansi Shunt
Persamaan Saluran
Bus Ditentukan Dicari p-q (Z) (Ysh/2)
Slack (25) |Y|, , PL, QL, 1 1–3 0,042+j0,168 0
PG dan QG
|V|, dan = 0o 2 1–4 0,031+j0,126 0
|Y|, , PL, QL, 2–3
PV (25) dan QG 3 0,031+j0,126 0
PG, dan |V|
4 2–4 0,053+j0,210 0
|Y|, , PL, QL, dan
PQ (25) |V| dan 5 2–5 0,084+j0,336 0
PG = QG = 0
(24) dan |Y|, , PL, QL, , s, |V| = |VS|, = S 6 4–5 0,063+j0,252 0
PLTB
(25) dan Pm Re(VR), dan Im(VR) TABEL III
DATA BUS SISTEM 5-BUS (DALAM PU)
𝐼𝑚(𝑉𝑅 𝐼𝑅∗ ) − 𝑠 𝐼𝑚(𝑆𝑙𝑜𝑠𝑠 ) = 0. (24b)
Bus |V| Pembangkitan Beban* Ket.
Perlu dicatat bahwa pada (24), Sloss dihitung melalui (18), 1 1,07 0 - 0,65+j0,30 Slack
sedangkan IS dan IR dihitung berdasarkan (14) dan (15). Karena 2 1,06 - 1,8+j- 0,70+j0,40 PV
IS dan IR merupakan fungsi dari tegangan stator dan rotor, Sloss
3 - - 0 1,15+j0,60 PQ
juga dapat dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan stator dan
rotor. Dalam formulasi masalah aliran daya, tegangan stator 4 - - 0 0,85+j0,40 PQ
dan rotor ini merupakan besaran-besaran yang akan dicari atau 5 - - - 0,70+j0,30 PLTB
dihitung nilainya. Model matematis (24) ini kemudian Ket.: - : besaran yang akan dicari
diintegrasikan pada analisis aliran daya. Langkah pertama * : beban per fase
dalam proses integrasi tersebut adalah menggabungkan (24) TABEL IV
dengan persamaan berikut. DATA UNIT TURBIN-GENERATOR
𝑃𝐺𝑖 − 𝑃𝐿𝑖 − ∑𝑛𝑗=1|𝑉𝑖 ||𝑌𝑖𝑗 ||𝑉𝑗 | 𝑐𝑜𝑠( 𝛿𝑖 − 𝛿𝑗 − 𝜃𝑖𝑗 ) = 0 (25a) Daya: 3,0 MW
Turbin Panjang bilah turbin: 40 m
𝑄𝐺𝑖 − 𝑄𝐿𝑖 − ∑𝑛𝑗=1|𝑉𝑖 ||𝑌𝑖𝑗 ||𝑉𝑗 | 𝑠𝑖𝑛( 𝛿𝑖 − 𝛿𝑗 − 𝜃𝑖𝑗 ) = 0 (25b) Kecepatan:
Cut-in: 4 m/s; Rated: 13 m/s; Cut-out: 23 m/s
dengan Roda gigi Rasio: 1/90
PGi, QGi = pembangkitan daya aktif dan daya reaktif Jenis: DFIG
pada bus ke-i, Jumlah kutub: 2 pasang
PLi, QLi = kebutuhan (beban) daya aktif dan daya Generator Tegangan: 690 Volt
reaktif pada bus ke-i, Resistansi/Reaktansi (dalam pu*):
𝑉𝑖 = |𝑉𝑖 |𝑒 𝑗𝛿𝑖 = tegangan pada bus ke-i, RS = 1; XS = 25; RR = 1; XR = 25; Rc = 3.000;
Xm = 350
𝑌𝑖𝑗 = |𝑌𝑖𝑗 |𝑒 𝑗𝜃𝑖𝑗 = elemen ke-ij dari matriks admitansi bus,
Transformator Impedansi (dalam pu*): j5
N = jumlah bus sistem tenaga. pad mount
Persamaan (25) merupakan formulasi masalah aliran daya diperlihatkan pada Tabel II dan Tabel III. Sistem 5-bus ini
untuk sistem tanpa PLTB [23]. Langkah selanjutnya adalah kemudian dimodifikasi dengan menghubungkan PLTB pada
menyelesaikan persamaan gabungan tersebut untuk bus 5 melalui transformator step-up dengan impedansi j0,05 pu
mendapatkan solusi aliran daya yang diinginkan. Detail dari (lihat Gbr. 4). PLTB tersebut terdiri atas seratus unit turbin
persamaan-persamaan yang akan diselesaikan dan besaran- generator identik. Konfigurasi PLTB diperlihatkan pada Gbr. 4,
besaran listrik yang akan dihitung diperlihatkan pada Tabel I. sedangkan data unit turbin generator diperlihatkan pada Tabel
Karena tegangan stator GIRB (VS = |VS|∟S) juga merupakan IV. Pada Tabel IV, data dalam pu memiliki dasar 200 MVA.
tegangan pada terminal PLTB (V = |V|∟), maka untuk setiap
bus PLTB, |V| = |VS| dan = S juga merupakan besaran- B. Perhitungan Slip dan Daya Turbin
besaran yang akan dihitung. Lebih lanjut, untuk setiap bus Pada makalah ini diasumsikan bahwa nilai tip speed ratio ()
PLTB berlaku PG = Pg dan QG = Qg = 0. Daya Pg dapat dihitung turbin angin adalah 8 dan koefisien kinerja (coefficient of
menggunakan (5) dan (6) pada (3) atau performance, CP) sebesar 0,5, sehingga berdasarkan (L.1) pada
bagian lampiran, daya mekanik turbin untuk berbagai
𝑃𝑔 = 𝑅𝑒(𝑉𝑆 𝐼𝑆∗ ) − 𝑅𝑒(𝑉𝑅 𝐼𝑅∗ ). (26) kecepatan angin adalah
IV. STUDI KASUS 𝑃𝑚 = 0,5(1,225)(𝜋402 )𝑉𝑤3 (0,5) (27)
A. Sistem Pengujian sedangkan slip generator (s) dapat dihitung dengan
Studi kasus didasarkan pada sistem 5-bus yang diadopsi dari menggunakan (L.4) pada lampiran, yaitu
penelitian sebelumnya [24]. Sistem tersebut memiliki beban 𝑝𝑉𝑤 𝜆
𝑠 = 1− (28)
total tiga-fase sebesar 810 MW dan 400 MVAR. Data sistem 2𝜋𝑓𝑆 𝑎𝑔 𝑅
Rudy Gianto: Pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga ... p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719
ID-226 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 3, Agustus 2022
p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719 Rudy Gianto: Pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga ...
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 3, Agustus 2022 ID-227
300 11
250
10
Keluaran Daya PLTB (MW)
8
100
50 7
0 6
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Daya Turbin (MW) Daya Turbin (MW)
Gbr. 6 Variasi keluaran daya PLTB. Gbr. 7 Variasi rugi daya PLTB.
TABELVIII 850
TEGANGAN BUS PLTB, KELUARAN G1+G2, RUGI-RUGI SALURAN
mengirimkan daya aktif (Pg) ke sistem (lihat kolom 2 di Tabel Gbr. 8 Variasi keluaran daya G1+G2.
VI). Keluaran daya aktif ini semakin besar dengan
meningkatnya daya mekanik turbin (Pm), tetapi nilainya sedikit Hasil-hasil pada Tabel VI hingga Tabel VIII mengonfirmasi
lebih kecil dibandingkan daya mekanik turbin tersebut karena validitas model PLTB berbasis DFIG yang diusulkan. Validitas
adanya rugi-rugi daya pada GIRB (lihat Gbr. 6). Keluaran daya ini juga dapat diverifikasi dengan melihat hasil, yaitu daya
aktif ini juga merupakan selisih antara daya aktif stator (PS) dan G1+G2 ditambah daya PLTB (Pg + jQg) selalu sama dengan
daya rotor (PR) dari GIRB. Perlu dicatat bahwa pada operasi beban sistem total ditambah rugi-rugi saluran. Perlu dicatat
subsinkron, PR bernilai positif, atau daya sebesar PR diserap bahwa rugi-rugi saluran pada Tabel VIII dihitung berdasarkan
oleh rotor GIRB. Sebaliknya, pada operasi supersinkron, PR impedansi-impedansi saluran dan arus-arus yang mengalir pada
bernilai negatif, atau daya sebesar PR dikirim oleh rotor GIRB saluran tersebut.
(lihat kolom 4 di Tabel VI). Meningkatnya daya mekanik turbin
V. KESIMPULAN
dan keluaran daya aktif PLTB mengakibatkan membesarnya
rugi-rugi daya DFIG akibat naiknya arus pada rangkaian GIRB Model keadaan mantap dari PLTB kecepatan variabel
(lihat Gbr. 7). (PLTB yang menggunakan DFIG) untuk analisis aliran daya
Karena DFIG beroperasi pada faktor daya 1, tidak ada telah diusulkan pada makalah ini. Model ini diperoleh
pertukaran daya reaktif antara DFIG dan sistem tenaga, atau berdasarkan formula-formula yang menghitung daya dan rugi-
nilai Qg = 0 (lihat kolom 2 di Tabel VII). Pada kondisi operasi rugi daya dari PLTB tersebut. Pemodelan konverter elektronika
ini, daya reaktif yang diproduksi rotor GIRB (QR) seluruhnya daya dari DFIG yang biasanya cukup rumit tidak diperlukan
digunakan untuk mengompensasi daya reaktif yang dibutuhkan dalam pembentukan model. Lebih lanjut, usulan model tersebut
oleh GIRB untuk keperluan magnetisasi rangkaian inti dapat digunakan untuk mengakomodasi analisis aliran daya,
generator induksi (lihat kolom 3 di Tabel VII). Hasil studi baik pada kondisi subsinkron maupun kondisi supersinkron.
aliran daya juga memperlihatkan bahwa meningkatnya daya Model ini kemudian diintegrasikan ke dalam analisis aliran
mekanik turbin akan membuat keluaran daya aktif PLTB juga daya untuk mengevaluasi kinerja keadaan mantap sistem
meningkat dan pembangkitan daya aktif total G1 dan G2 akan tenaga secara keseluruhan, termasuk PLTB. Hasil-hasil dari
berkurang (lihat Gbr. 8). Berkurangnya pembangkitan daya studi kasus juga telah disajikan pada makalah ini. Pada studi
aktif G1 dan G2 terjadi karena sebagian beban dapat disuplai kasus tersebut, aplikasi dari metode yang diusulkan pada sistem
oleh PLTB. tenaga terinterkoneksi yang mengandung PLTB telah diselidiki.
Rudy Gianto: Pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga ... p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719
ID-228 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 3, Agustus 2022
Hasil penyelidikan mengonfirmasi validitas dari usulan model [4] J. Wang, C. Huang, dan A.F. Zobaa, “Multiple-Node Models of
Asynchronous Wind Turbines in Wind Farms for Load Flow Analysis,”
DFIG, baik pada kondisi subsinkron maupun supersinkron. Electr. Power Compon., Syst., Vol. 44, No. 2, hal. 135-141, Des. 2015.
[5] A. Feijoo dan D. Villanueva, “A PQ Model for Asynchronous Machines
KONFLIK KEPENTINGAN Based on Rotor Voltage Calculation,” IEEE Trans. Energy Convers., Vol.
Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan. 31, No. 2, hal. 813-814, Jun. 2016.
[6] A. Feijoo dan D. Villanueva, “Correction to ‘A PQ Model for
LAMPIRAN Asynchronous Machines Based on Rotor Voltage Calculation’,” IEEE
Trans. Energy Convers., Vol. 31, No. 3, hal. 818-818, Jun. 2016.
Telah diketahui bahwa turbin angin pada sistem PLTB [7] A. Koksoy, O. Ozturk, M.E. Balci, dan M.H. Hocaoglu, “A New Wind
berfungsi mengubah energi kinetik angin menjadi energi Turbine Generating System Model for Balanced and Unbalanced
mekanis. Besar energi atau daya mekanis yang diekstrak atau Distribution Systems Load Flow Analysis,” Appl. Sci., Vol. 8, No. 4, hal.
ditangkap dari angin ini diberikan oleh (L.1) [17], [18]. 1-18, Mar. 2018.
[8] R. Gianto, K.H. Khwee, H. Priyatman, dan M. Rajagukguk, “Two-Port
𝑃𝑚 = 0,5𝜌𝐴𝑉𝑤3 𝐶𝑝 . (L.1) Network Model of Fixed-Speed Wind Turbine Generator for Distribution
System Load Flow Analysis,” TELKOMNIKA, Vol. 17, No. 3, hal. 1569-
Pada (L.1), Pm adalah daya mekanis dalam watt, adalah 1575, Jun. 2019.
kerapatan udara dalam kg/m3 (untuk kondisi udara normal, [9] R. Gianto, “T-Circuit Model of Asynchronous Wind Turbine for
nilainya sekitar 1,225 kg/m3), A=R2 (dengan R adalah panjang Distribution System Load Flow Analysis,” Int. Energy J., Vol. 19, No. 2,
hal. 77-88, Jun. 2019.
bilah turbin dalam meter), Vw adalah kecepatan angin (m/s), dan
[10] R. Gianto, “Model Ekivalen-Pi dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Cp adalah koefisien kinerja turbin. dengan Generator Asinkron untuk Analisis Aliran Daya,” TRANSMISI,
Koefisien Cp merupakan fungsi dari tip speed ratio () dan Vol. 21, No. 4, hal. 103-108, Okt. 2019.
pitch angle (). Tip speed ratio ini memiliki nilai tipikal antara [11] R. Gianto, “Integrasi Model Pembangkit Listrik Tenaga Angin pada
6–8 [17]. Koefisien kinerja turbin memiliki rumusan umum Analisis Aliran Daya Sistem Tenaga,” J. Rekayasa Elektrika, Vol. 16, No.
3, hal. 161-167, Des. 2020.
sebagai berikut [18].
[12] R. Gianto, “Model Rangkaian-T Pembangkit Listrik Tenaga Bayu untuk
𝑐 Analisis Aliran Daya Tiga-Fase,” J. Nas. Tek. Elektro, Teknol. Inf., Vol.
𝐶𝑃 = 𝑐1 ( 2 − 𝑐 3𝜃 − 𝑐 3𝜃 𝑐4 − 𝑐6 ) 𝑒 −𝑐7/𝜆𝑖 (L.2) 10, No. 1, hal. 91-99, Feb. 2021.
𝜆𝑖
[13] A. Dadhania, B. Venkatesh, A.B. Nassif, dan V.K. Sood, “Modeling of
dengan Doubly Fed Induction Generators for Distribution System Power Flow
1 Analysis,” Int. J. Elect. Power, Energy Syst., Vol. 53, hal. 576-583, Des.
𝜆𝑖 = 1 𝑐 (L.3) 2013.
− 9
𝜆+𝑐8 𝜃 𝜃3 +1 [14] Y. Ju, dkk., “Three-Phase Steady-State Model of DFIG Considering
Various Rotor Speeds,” IEEE Access, Vol. 4, hal. 9479-9488, Des. 2016.
dan
[15] V.S.S. Kumar dan D. Thukaram, “Accurate Modelling of Doubly Fed
𝑎𝑔 𝜔𝑅 𝑅 𝑎𝑔 𝜔𝑆 (1−𝑠)𝑅 Induction Based Wind Farms in Load Flow Analysis,” Electric Power
𝜆= = (L.4) Syst. Res., Vol. 15, hal. 363-371, Feb. 2018.
𝑝𝑉𝑤 𝑝𝑉𝑤
[16] C.V.S. Anirudh dan S.K.V. Seshadri, “Enhanced Modeling of Doubly
Pada (L.4), ag adalah rasio roda gigi (gear ratio), p adalah Fed Induction Generator in Load Flow Analysis of Distribution Systems,”
jumlah pasang kutub (pole-pair) generator induksi, R adalah IET Renew. Power Gener., Vol. 15, No. 5, hal. 980-989, Apr. 2021.
kecepatan sudut rotor generator (rad/s), S = 2f (dengan f [17] O. Anaya-Lara, dkk., Wind Energy Generation: Modelling and Control.
Chichester, Inggris: John Wiley & Sons. Ltd., 2009.
adalah frekuensi sistem), dan s adalah slip generator. Perlu juga
[18] T. Ackermann, Ed., Wind Power in Power Systems, Chichester, Inggris:
dicatat di sini bahwa konstanta-konstanta c1 sampai c9 pada John Wiley & Sons. Ltd., 2012.
(L.2) dan (L.3) ditentukan berdasarkan data dari manufaktur [19] V. Akhmatov, Induction Generators for Wind Power. Brentwood, Inggris:
turbin angin, sedangkan koefisien Cp dalam praktiknya Multi-Science Publishing Co. Ltd., 2007.
biasanya berkisar antara 0,4–0,5 [22]. [20] I. Boldea, Variable Speed Generators. Boca Raton, AS: CRC Press, 2005.
[21] B. Fox, dkk., Wind Power Integration: Connection and System
REFERENSI Operational Aspects. London, Inggris: The Institution of Engineering and
[1] N.R. Babu dan A. Arulmozhivarman, “Wind Energy Conversion System Technology, 2007.
– A Technical Review,” J. Eng. Sci., Technol., Vol. 8, No. 4, hal. 493- [22] M.R. Patel, Wind and Solar Power Systems. Boca Raton, AS: CRC Press,
507, Agu. 2013. 1999.
[2] M.H. Haque, “Evaluation of Power Flow Solutions with Fixed Speed [23] R. Gianto dan K.H. Khwee, “A New Method for Load Flow Solution of
Wind Turbine Generating Systems,” Energy Convers., Manage., Vol. 79, Electric Power Distribution System,” Int. Rev. Electr. Eng., Vol. 11, No.
hal. 511-518, Mar. 2014. 5, hal. 535-541, Okt. 2016.
[3] M.H. Haque, “Incorporation of Fixed Speed Wind Turbine Generators in [24] W.D. Stevenson, Elements of Power System Analysis. New York, AS:
Load Flow Analysis of Distribution Systems,” Int. J. Renew. Energy Tata McGraw- Hill Book Co.Inc., 1992.
Technol., Vol. 6, No. 4, hal. 317-324, Jun. 2015.
p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719 Rudy Gianto: Pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga ...