Disusun oleh:
Nama : Mario Wirya
NPM : 1406509372
DAFTAR ISI
2.4 Pengaruh Tipe PLTB terhadap Small Signal Stability [5] ............................... 12
3. Simulasi ............................................................................................................. 13
3.1 Steady State security pada STL dengan banyak PLTB [2] ............................. 13
3.1.1 Sistem Tenaga Listrik Steady State Security ............................................ 13
3.1.2 Simulasi Steady State Security ................................................................. 14
3.2 Risk assessment dari Transienst Stabilty pada STL [4] .................................. 15
3.2.1 Single Line Diagram Risk Assessment ..................................................... 15
3.2.2 Simulasi Risk Asessment.......................................................................... 16
4. Hasil Simulasi ....................................................................................................... 18
4.1 Simulasi Steady State Security ....................................................................... 18
4.2 Simulasi Risk Asessment ................................................................................ 19
5. Kesimpulan .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 23
DAFTAR SINGKATAN
DDPMG
DFIG
EWEA
PLTB
SCIG
STL
1. Pendahuluan
Saat ini teknologi energi terbarukan sudah berkembang dengan cepat
terutama pada PLTB. EWEA (European Wind Energi Association) telah
mentargetkan pada tahun 2030, sebesar 28.5% dari kebutuhan listrik di Eropa
akan disuplai oleh PLTB [7]. Secara global PLTB dikoneksikan pada STL pada
berbagai level tegangan untuk didistribusikan.
Potensi PlTB on shore secara global sangat besar yaitu pada kisaran 2.74 5
x1012 kWH [5], diestimasikan oleh Global Wind Energi Council bahwa 2x107 MW
dapat dijadikan energi listrik, dimana sepuuh kali lebih besar dari potensi energi
PLTA.
Pembangkit dengan energi tidak terbarukan seperti batubara, minyak bumi
dan gas telah lama digunakan sehingga dapat dikontrol dengan baik dan
ketersediaan yang dapat dijaga. Namun PLTB skala besar dan pembangkit
energi terbarukan lainnya semakin berperan penting dan membawa perubahan
pada STL. Karena pada beberapa area konfigurasi STL yang terpusat tidak akan
lagi digunakan.
Namun energi yang dihasilkan oleh PLTB bergantung dari besar kecil nya
kecepatan angina yang stochastic dan tidak dapat diprediksikan dengan pasti.
Teknologi yang digunakan juga berbeda dengan generator sinkron, dimana
elektronika daya banyak digunakan pada PLTB modern seperti Douby-Fed
Induction Generator (DFIG) atau Fully Rated dengan generator induksi atau
generator sinkron [7].
Perbedaan
sumber
energi
dan
teknologi
pembangkitan
membuat
2. Kartakteristik PLTB
Berdasarkan referensi [1] sampai dengan [7] maka karakteristik PLTB dapat
dijabarkan sebagai berikut.
2.1.1 SCIG
Konfigurasi SCIG ditunjukkan pada Gambar 1. Dimana rotor trubin angin
dihubungkan langsung dengan generator melalui gearbox dan stator langsung
dihubungkan ke STL. SCIG memiliki karakter menyerap daya reaktif yang besar dan
perlu menggunakan kapasitor bank untuk menjaga tegangan STL.
2.1.2 DFIG
Konfigurasi DFIG terdiri dari turbin angin, drive train, gear box, generator
induksi dan PWM konvverter. Stator dihubungkan langsung dengan STL dan rotor
dihubungkan juga ke STL melalui PWM konverter. Daya aktif dan reaktif dari DFIG
dapat dikontrol secara terpisah dengan mengatur koefiesien modulasi pada sisi
konverter rotor yang dapat meningkatkan effisiensi konversi energi, menjaga faktor
daya dari PLTB dan stabilitas tegangan. Skematik diagram dari DFIG ditunjukkan
pada Gambar 2. DFIG saat ini paling banyak digunakan karena faktor-faktor yang
disebutkan sebelumnya. Tetapi memiliki kemampuan redaman osilasi yang terbatas
karena tahanan internal dari DFIG sangat kecil.
2.1.3 DDPMG
Konfigurasi DDPMG terdiri dari wind turbine generator, drive train, dan
konverter PWM full scale back to back seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Rotor
dihubungkan langsung dengan generator dan stator dihubungkan langsung ke STL
melewati full scale konverter PWM full scale. DDPMG menghemat gearbox jika
dibandingkan dengan DFIG, penggunaakn sikat arang dan slip ring meningkatkan
kehandalan operasi dan mengurangi biaya pemeliharaan, namun membutuhkan
konverter full-scale. Output dari daya elektro magnetic dikontrol dengan mengkontrol
pitch angle dan konverter PWM ful scale yang membuat PLTB dan STL tidak
terkopel.
Tipe
SCIG
DFIG
DDPMG
Kelebihan
Kekurangan
Murah
Berisik
Effisiensi besar
Simple
Memerlukan Gearbox
Tidak berisik
Mahal
Effisiensi kecil
Memerlukan Gearbox
Tidak berisik
Mahal
MechanicalStress kecil
2.3
Positive Damping
Negative Damping
SCIG
DFIG
DDPMG
Dari Tabel diatas hanya SCIG yang memiliki efek positif terhadap karakteristik
damping. Sedangakan untuk tipe DFIG dan DDPMG dapat positif atau negative
bergantung dari kecepatan angin yang mempengaruhi kecepatan turbin dan
generator [5].
3. Simulasi
Simulasi diambil dari referensi [2] dan [4]
3.1 Steady State security pada STL dengan banyak PLTB [2]
3.1.1 Sistem Tenaga Listrik Steady State Security
STL dengan 17 bus dan 8 transformer, dimana transformer 15MVA 33/132kV
dilengkapi dengan on load tap changing seperti ditunjukkan pada Gambar 7.
(a)
(b)
dimana:
Dan,
ENS
k
rest
P
i,n
k
shed
Perhitungan
simulasi
dimulai
dengan
menaikkan
beban
pada
STL
Fault
Line Fault
Probaility
Number
[St]
[Like(St)]
17-18
0.1297
2-3
0.1204
1-39
0.1136
8-9
0.1013
9-39
0.0945
4-14
0.0791
19-33
0.074
10-13
0.0684
3-4
0.046
10
26-28
0.0348
11
16-19
0.0345
12
29-38
0.0344
13
6-31
0.0303
14
23-26
0.0202
15
21-22
0.0187
Untuk setiap gangguan, stabilitas transient dapat dinilai dari resiko sudut daya
Risk(St)angle dan resiko tegangan Risk(St)v. Kedua resiko dikalikan untuk mendapat
probabilitas Like(St) dari kemungkinan ganggaun St dengan indicator severity
(Sev(St)angle atau Sev(St)v, sesuai rumusan:
Risk(St)angle = Like(St) x Sev(St)angle
,dan
4. Hasil Simulasi
4.1 Simulasi Steady State Security
Dari referensi [2] maka didapat hasil simulasi untuk kondisi yang dijelaskan
pada bagian 3.1 pada Gambar 11 dan Gambar 12.
Dari kedua grafik diatas terlihat dampak karena PLTB pada steady state
security tidak bersifat linier dan assessment secara kuantitatif perlu dilakakukan
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Semakin kecil nilai dari impact factor maka
memberikan instal kapasitas yang lebih besar yang dapat disuplai ke STL sehingga
memberikan steady state security STL yang leih besar.
Pada Gambar 12 dapat telihat integrasi dari PLTB berkapasitas 2 MW
memberikan keuntungan yang paling baik karena memiliki impact factor yang kecil
dan mengurangi pengunaan pembangkit berbahan bakar minyak, gas atau batubara.
PLTB berkapastias 3 dan 4MW memberikan dampak yang lebih besar jika
dibandingkan dengan PLTB berkapasitas 2MW. Variasi yang terjadi karena
perubahan dan karakteristik dari PLTB.
reaktif pada PLTB saat terjadi gangguan (selama 0.2s) pada dua lokasi yang
berbeda yaitu: jaringan 9-39 (dekat dengan PLTB) dan jaringan 21-22 (jauh dari
PLTB) [4].
(a)
(b)
Gambar 14. (a) Daya aktif PLTB (b) Daya Reaktif PLTB
5. Kesimpulan
Pengaruh dari integrasi PLTB pada stabilitas transient STL mejadi issue penting
yang perlu diperhatikan. Pengaruh dari integrasi PLTB dengan skala besar akan
dipengaruhi oleh [5] tipe dari PLTB, kapasitas PLTB, koneksi point pada STL.
Dimana PLTB dengan skala besar akan mengurangi momen inertia dari STL.
Simulasi perhitungan steady state security dengan Metode Monte Carlo [2] telah
dilakukan pada sistem dengan jaringan distribusi. Ketersediaan dari cadangan daya
dapat menghilangkan dampak ketidakpastian. Namun peningkatan PLTB pada
PSTL tidak meningkatkan cadangan daya secara langsung. Cadangan daya oleh
PLTB yang banyak pada PSTL tidak meningkatkan steady state security.
Analisis simulasi dengan metode deterministic secara umum menghiraukan
ketidakpastian dalam STL [4]. Dengan menggunakan risk assessment dari stabilitas
transient pada STL yang terdapat PLTB, pada sistem 10 generator 39 bus dengan
PLTB diinvestigasi dengan metode Monte Carlo. Hasilnya menunjukkan resiko pada
jaringan yang dekat dengan PLTB dan grid akan meningkat
jaringan yang jauh dari titik koneksi menurun secara ramping [4].
DAFTAR PUSTAKA
on
Power
Delivery,
Vol.27,
No.3
July
2012.
DOI
10.119/TPWRD.2012.2195685.
4. Lu Miao, Jiakun Fang, Jinyu Wen, Weihua Luo. Transient stability risk
assessment of power sistem incorporating wind farms. J. Mod. Power Syst.
Clean Energi, 2013, 1(2):134-141, DOI : 10.1007/s40565-013-0022-2.
5. Ping He, Fushuan Wen, Gerard Ledwich, Yusheng Xue. Small signal stability
analysis of power sistems with high penetration of wind power. J. Mod. Power
Syst. Clean Energi, 2013, 1(3):241-248, DOI : 10.1007/s40565-013-0028-9.
6. Sun H S, Liu J, Wen J Y, et al. Participation of large-scale wind power generation
in power sistem frequency regulation. Chin Sci. Bull., 2013, 58:4557-4565, DOI:
10.1007/s11434-013-6094-6.
7. Zhe Chen. Wind power in modern power sistems. J. Mod. Power Syst. Clean
Energi, 2013, 1(1):2-13, DOI : 10.1007/s40565-013-0012-4.