Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BANYU

(PLTB) TERHADAP STABILITAS SISTEM

Makalah ini dibuat sebagai Tugas Pengganti Ujian Tengah Semester(UTS)


Mata Kuliah Ekonomi Perusahaan Gatrik
Dosen Pengajar : Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa M. K . M.T.

Disusun oleh:
Nama : Mario Wirya
NPM : 1406509372

Magister Manajemen Teknik Tenaga Listrik


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................... 3


1. Pendahuluan........................................................................................................ 4
2. Kartakteristik PLTB .............................................................................................. 6
2.1 Jenis PLTB ........................................................................................................ 6
2.1.1 SCIG ........................................................................................................... 6
2.1.2 DFIG ........................................................................................................... 7
2.1.3 DDPMG ...................................................................................................... 7
2.1.4 Perbandingan performance ........................................................................ 8
2.3

Karakteristik Operasi PLTB ........................................................................... 9

2.4 Pengaruh Tipe PLTB terhadap Small Signal Stability [5] ............................... 12
3. Simulasi ............................................................................................................. 13
3.1 Steady State security pada STL dengan banyak PLTB [2] ............................. 13
3.1.1 Sistem Tenaga Listrik Steady State Security ............................................ 13
3.1.2 Simulasi Steady State Security ................................................................. 14
3.2 Risk assessment dari Transienst Stabilty pada STL [4] .................................. 15
3.2.1 Single Line Diagram Risk Assessment ..................................................... 15
3.2.2 Simulasi Risk Asessment.......................................................................... 16
4. Hasil Simulasi ....................................................................................................... 18
4.1 Simulasi Steady State Security ....................................................................... 18
4.2 Simulasi Risk Asessment ................................................................................ 19
5. Kesimpulan .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 23

DAFTAR SINGKATAN

DDPMG

: Direct Driven Permanent Magnet wind power Generator

DFIG

: Douby-Fed Induction Generator

EWEA

: European Wind Energi Association

PLTB

: Pembangkit Listrik Tenaga Banyu (Angin)

SCIG

: Squirrel Cage Induction wind power Generator

STL

: Sistem Tenaga Listrik

1. Pendahuluan
Saat ini teknologi energi terbarukan sudah berkembang dengan cepat
terutama pada PLTB. EWEA (European Wind Energi Association) telah
mentargetkan pada tahun 2030, sebesar 28.5% dari kebutuhan listrik di Eropa
akan disuplai oleh PLTB [7]. Secara global PLTB dikoneksikan pada STL pada
berbagai level tegangan untuk didistribusikan.
Potensi PlTB on shore secara global sangat besar yaitu pada kisaran 2.74 5
x1012 kWH [5], diestimasikan oleh Global Wind Energi Council bahwa 2x107 MW
dapat dijadikan energi listrik, dimana sepuuh kali lebih besar dari potensi energi
PLTA.
Pembangkit dengan energi tidak terbarukan seperti batubara, minyak bumi
dan gas telah lama digunakan sehingga dapat dikontrol dengan baik dan
ketersediaan yang dapat dijaga. Namun PLTB skala besar dan pembangkit
energi terbarukan lainnya semakin berperan penting dan membawa perubahan
pada STL. Karena pada beberapa area konfigurasi STL yang terpusat tidak akan
lagi digunakan.
Namun energi yang dihasilkan oleh PLTB bergantung dari besar kecil nya
kecepatan angina yang stochastic dan tidak dapat diprediksikan dengan pasti.
Teknologi yang digunakan juga berbeda dengan generator sinkron, dimana
elektronika daya banyak digunakan pada PLTB modern seperti Douby-Fed
Induction Generator (DFIG) atau Fully Rated dengan generator induksi atau
generator sinkron [7].
Perbedaan

sumber

energi

dan

teknologi

pembangkitan

membuat

permasalahan teknis dan tantangan baru yang membuat pengoperasian STL


lebih rumit dari sebelumnya. Sistem mempunyai ketidakpastian dan menjadi lebih
rentan jika masalah dan tantangan yang ada tidak diselesaikan dengan baik.

Pada PLTB frekuensi dikontrol oleh converter yang dioperasikan sangat


berbeda dengan kecepatan rotor pada generator sinkron. Karena itu PLTB tidak
dapat merespon perubahan frekuensi STL dan energi kinetic yang ada pada rotor
tersimpan pada converter [6]. Karena itu momen inersia dari PLTB sama dengan
nol, yang berarti semakin banyak PLTB yang masuk ke dalam STL akan
melemahkan stabilitas frekuensi dari sistem.
Karena itu dalam paper ini akan dibahas model-model dari PLTB, jakauan
pengaturan frekuensi, kapasitas PLTB yang mempengaruhi sistem, dan simulasi
dengan perhitungan probabilitas dan risk assessment dari stabilitas transient
berdasarkan referensi [1] sampai dengan [7]. Dengan disertai contoh perhitungan
pada referensi [2], dan [4].

2. Kartakteristik PLTB
Berdasarkan referensi [1] sampai dengan [7] maka karakteristik PLTB dapat
dijabarkan sebagai berikut.

2.1 Jenis PLTB


PLTB bekerja dengan mengkonversi energi kinetik dari angin menjadi listrik.
Umumnya turbin angin berputar pada kecepatan 4.8-48 km/ jam [5]. Sistem PLTB
terdiri dari turbin angin, generator, converter yang interface ke STL, kincir angin, yaw
control, brake, gear box, control device dan anemometer.
Bersarakan momen ada tiga PLTB yang tersedia di pasaran yaitu squirrel
cage induction wind power generator (SCIG), doubly fed induction wind power
generator (DFIG) dan direct driven permanent magnet wind power generator
(DDPMG).

2.1.1 SCIG
Konfigurasi SCIG ditunjukkan pada Gambar 1. Dimana rotor trubin angin
dihubungkan langsung dengan generator melalui gearbox dan stator langsung
dihubungkan ke STL. SCIG memiliki karakter menyerap daya reaktif yang besar dan
perlu menggunakan kapasitor bank untuk menjaga tegangan STL.

Gambar 1. Skematik diagram SCIG [5]


Slip dan kecepatan rotor bervariasi sesuai dengan daya yang dihasilkan.
Varasi kecepatan rotor dari SCIG sanagt kecil mendekati 1 sampai 2 %. Karena itu
tipe turbin angina ini biasa dianggap sebagai kecaptan konstan atau fixed speed
turbine. PLTB ini dapat berputar drengan dua kecepatan yangberbeda dengan
mengubah jumlah kutub dari belitan stator.

2.1.2 DFIG
Konfigurasi DFIG terdiri dari turbin angin, drive train, gear box, generator
induksi dan PWM konvverter. Stator dihubungkan langsung dengan STL dan rotor
dihubungkan juga ke STL melalui PWM konverter. Daya aktif dan reaktif dari DFIG
dapat dikontrol secara terpisah dengan mengatur koefiesien modulasi pada sisi
konverter rotor yang dapat meningkatkan effisiensi konversi energi, menjaga faktor
daya dari PLTB dan stabilitas tegangan. Skematik diagram dari DFIG ditunjukkan
pada Gambar 2. DFIG saat ini paling banyak digunakan karena faktor-faktor yang
disebutkan sebelumnya. Tetapi memiliki kemampuan redaman osilasi yang terbatas
karena tahanan internal dari DFIG sangat kecil.

Gambar 2. Skematik diagram DFIG [5]

2.1.3 DDPMG
Konfigurasi DDPMG terdiri dari wind turbine generator, drive train, dan
konverter PWM full scale back to back seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Rotor
dihubungkan langsung dengan generator dan stator dihubungkan langsung ke STL
melewati full scale konverter PWM full scale. DDPMG menghemat gearbox jika
dibandingkan dengan DFIG, penggunaakn sikat arang dan slip ring meningkatkan
kehandalan operasi dan mengurangi biaya pemeliharaan, namun membutuhkan
konverter full-scale. Output dari daya elektro magnetic dikontrol dengan mengkontrol
pitch angle dan konverter PWM ful scale yang membuat PLTB dan STL tidak
terkopel.

Gambar 3. Skematik diagram DDPMG [5]

2.1.4 Perbandingan performance


Berdasarkan referensi [5] perbandingan keuggulan dan kelemahan dari
masing-masing tipe PLTB ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan antar tipe PLTB

Tipe
SCIG

DFIG

DDPMG

Kelebihan

Kekurangan

Murah

Berisik

Effisiensi besar

Mechanical Stress besar

Simple

Effisiensi Aerodinamis kecil

Konstruksi yang robust

Memerlukan Gearbox

Tidak berisik

Mahal

Effisiensi Aerodinamis besar

Effisiensi kecil

Rating converter kecil

Memerlukan Gearbox

Tidak berisik

Memerlukan rating konverter yang besar

Effisiensi Aerodinamis besar

Mahal

Tidak memerlukan Gearbox

Generator besar dan berat

MechanicalStress kecil

2.3

Karakteristik Operasi PLTB

Jangkauan operasi pada PLTB berkapasitas 25kW sampai 1.5MW ditunjukkan


pada Gambar 4.

Gambar 4. Kemampuan operasi dari PLTB [7]


Untuk menjaga frekuensi STL diperlukan pengaturan daya nyata (P) yang diatur
dengan mengatur putaran. Sedangkan tegangan dipengaruhi oleh daya reaktif.
Besarnya daya reaktif yang diserap dari PLTB menjadi lebih besar jika kapasitas
PLTB lebih besar.

Gambar 5. Frekuensi kontrol pada PLTB [7]


Berdasarkan kecepatan angin yang mana juga akan mempengaruhi daya PLTB,
kecepatan rotor dan variasi pitch angle pada kecepatan angiin yang berbeda, pola
operasi dari PLTB dibagi menjadi empat zone:

Gambar 6. Zone operasi PLTB [6]


Pada Zone 1 kecepatan angin lebih rendah dari kecepatan angin cut-in, sehingga
PLTB akan beroperasi tidak terhubung dengan jaringan. Pada Zone 2 PLTB bekerja

pada kondisi Maximum Power Point Trancikng (MPPT) dengan pengaturan


kecepatan rotor, dan pitch angel tidak dikontrol dalam kondisi ini. Pada Zone 3
kecepatan angin mencapai nominal turbin dan turbin berputar pada kecepatan
nominal. Pada kondisi ini daya PLTB meningkat seiring dengan peningkatan
kecepatan angin, karena itu pada kondisi ini pengaturan frekuensi relative tidak sulit.
Pada Zone 4 turbin angin beroperasi pada kondisi nominal dan pitch angle bervariasi
sesuai kecepatan angina. Dengan meningkatkan daya aktif karena putran rotor,
pitch angle menurun dan PLTB akan menangkap angin lebih besar sehingga dapat
mengatur frekuensi.

2.4 Pengaruh Tipe PLTB terhadap Small Signal Stability


Small signal stability adalah kemampuan sistem untuk mencapai kondisi stabil
pada saat terjadi gangguan didaerah keseimbangan. Analisis yang menentukan
adalah electromechanical modes of oscillation (EMO) yang melibatkan rotor dari
setiap generaor atau generator dalam group yang berosilasi satu sama lain [5]. Ada
dua faktor utama yang mempengaruhi small signal stability dari STL yaitu:
1. Tidak cukupnya torsi sinkronisasi dimana sebanding dengan peningkatan power
angle, yang menghasilkan peningkatan rotor angle dari generator.
2. Kurangnya damping torque, dimana sebanding dengan perningkatan kecepatan
putar generator yang menghasilkan osilasi pada rotor.
Pengaruh jenis PLTB terhadap kemampuan damping dengan permodelan pada
[5] menghasilkan data seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Dampak damping dari jenis PLTB
ipe

Positive Damping

Negative Damping

SCIG

DFIG

DDPMG

Dari Tabel diatas hanya SCIG yang memiliki efek positif terhadap karakteristik
damping. Sedangakan untuk tipe DFIG dan DDPMG dapat positif atau negative
bergantung dari kecepatan angin yang mempengaruhi kecepatan turbin dan
generator [5].

3. Simulasi
Simulasi diambil dari referensi [2] dan [4]

3.1 Steady State security pada STL dengan banyak PLTB [2]
3.1.1 Sistem Tenaga Listrik Steady State Security
STL dengan 17 bus dan 8 transformer, dimana transformer 15MVA 33/132kV
dilengkapi dengan on load tap changing seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Single line diagram dari STL [2]


Kapasitas dari standby generator adalah 9MW dan terhubung ke STL 33kV
melalui transformer 10MV 11/33 kV. Dan ada 3 PLTB beroperasi pada power factor
satu dan memiliki karakteristik operasi yang sama, dengan kapasitas faktor 0.28.
Dengan beban maksimum atau peak load esbesar 8MW dan 1.4 MVAr dan
berfluktuasi dengan faktor beban 0.48. Kurva beban dan kurva pembangkitan
ditunjukkan pada Gambar 8.

(a)

(b)

Gambar 8. (a) Kurva beban, (b) Kurva Pembangkitan [2]

3.1.2 Simulasi Steady State Security


Dengan pendekatan metode Monte Carlo pada referensi [2] dihitung besarnya
dampak PLTB terhadap steady state security dengan rumusan impact factor:

dimana:

Dan,

ENS

: Energi Not Supplied

EENS : Expected ENS

k
rest

P
i,n

k
shed

: durasi waktu kehilangan beban

: total load shed


: banyaknya percobaan

Perhitungan

simulasi

dimulai

dengan

menaikkan

beban

dan ,menaikkan kapasitas PLTB untuk memenuhi kebutuhan beban.


Kenaikkan PLTB sesuai dengan beban ditunjukkan pada Gambar 9.

pada

STL

Gambar 9. Kapasitas PLTB sesuai dengan bean [2]

3.2 Risk assessment dari Transienst Stabilty pada STL


3.2.1 Single Line Diagram Risk Assessment
Perhitungan dilakukan pada STL dengan 10 generator dan 39 bus yang
terdapat PLTB dengan SLD ditunjukkan pada Gambar 10. Data dari STL dapat
ditemukan pada [4].
Genertor sinkron pada 39 bus dengan daya aktif sebesar 900MW diganti
dengan DFIG berkapasitas 900 MW. Compensating capasitor dipasang untuk
memastikan factor daya dari DFIG menjadi 1 pada kondisi steady state.

Gambar 10. Modifikasi Sistem 10 generator dan 39 bus

3.2.2 Simulasi Risk Asessment


Output daya aktif dari DFIG bervariasi dari 0 ke 900MW. Untuk risk
assessment, saat output daya aktif dari DFIG dipilih, output daya aktif dari generator
sinkron yang lain akan menyesuaikan, sehingga aliran daya dihitung untuk
menentukan keadaan steady state.
List dugaan gangguan ditunjukkan pada Tabel 3 [4]. Kolom pertama
memberikan nomor gangguan, kolom kedua memberikan gangguan jaringan [St],
dan kolom ketiga memberikan probabilitas dari terjadinya gangguan yaitu nilai dari
Like(St).

Tabel 3. List dugaan Gangguan Sistem


Fault

Fault

Line Fault

Probaility

Number

[St]

[Like(St)]

17-18

0.1297

2-3

0.1204

1-39

0.1136

8-9

0.1013

9-39

0.0945

4-14

0.0791

19-33

0.074

10-13

0.0684

3-4

0.046

10

26-28

0.0348

11

16-19

0.0345

12

29-38

0.0344

13

6-31

0.0303

14

23-26

0.0202

15

21-22

0.0187

Untuk setiap gangguan, stabilitas transient dapat dinilai dari resiko sudut daya
Risk(St)angle dan resiko tegangan Risk(St)v. Kedua resiko dikalikan untuk mendapat
probabilitas Like(St) dari kemungkinan ganggaun St dengan indicator severity
(Sev(St)angle atau Sev(St)v, sesuai rumusan:
Risk(St)angle = Like(St) x Sev(St)angle

,dan

Risk(St)v = Like(St) x Sev(St)v


Saat nilai dari kedua resiko berbeda, resiko comprehensive harus diambil untuk
menyatukan stabilitas sudut daya dan stabilitas tegangan. Resiko comprehensive
Risk(St)tra dapat difenisikan sebagai pengabungan Risk(St)angle dan Risk(St)v.

Pada sistem original 10 generator 39 bus, generator merupakan generator


sinkron dengan daya output 900MW. Risk assessment dari stabilitas transient dari
sistem original juga dilakukan sesuai pada referensi [4].

4. Hasil Simulasi
4.1 Simulasi Steady State Security
Dari referensi [2] maka didapat hasil simulasi untuk kondisi yang dijelaskan
pada bagian 3.1 pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11. Annual EENS berdasarkan gangguan [2]

Gambar 12. Impact factor berdasarkan kapasitas PLTB [2]

Dari kedua grafik diatas terlihat dampak karena PLTB pada steady state
security tidak bersifat linier dan assessment secara kuantitatif perlu dilakakukan
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Semakin kecil nilai dari impact factor maka
memberikan instal kapasitas yang lebih besar yang dapat disuplai ke STL sehingga
memberikan steady state security STL yang leih besar.
Pada Gambar 12 dapat telihat integrasi dari PLTB berkapasitas 2 MW
memberikan keuntungan yang paling baik karena memiliki impact factor yang kecil
dan mengurangi pengunaan pembangkit berbahan bakar minyak, gas atau batubara.
PLTB berkapastias 3 dan 4MW memberikan dampak yang lebih besar jika
dibandingkan dengan PLTB berkapasitas 2MW. Variasi yang terjadi karena
perubahan dan karakteristik dari PLTB.

4.2 Simulasi Risk Asessment


Nilai dari Risk(St)angle, Risk(St)v dan Risk(St)tra ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Urutan setiap Indikator Resiko

Dapat dilihat dari Tabel 4 bahwa untuk memodifikasi sistem 10 generator 39


bus, stabilitas sudut daya lebih besar dari stabilitas tegangan karena sistem
mempunyai daya reaktif yang berlimpah. Perlu lebih diperhatiakn stabilitas power
angel saat mendesain sistem control untuk menjaga stabilitas transient STL.
Risk assessment stabilitas transient dalam kondisi lain pada original sistem
juga dilakukan yaitu saat output daya aktif dari generator sinkron pada bus 39 diset
398.6 MW, yang merupakan nilai rata-rata dari daya distribusi probabilitas PLTB [4].
Kemudian jika dibandingkan hasil risk assessment untuk sistem 10 generator 39 bus
dengan dan tanpa PLTB ditunjukkan pada Gambar 14, dimana SG merupakan
singkatan dari Synchronous Generator (Generator Sinkron).

Gambar 13. Komparasi dari resiko


Terliihat resiko stabilitas transient pada dugaan gangguan yang terbanyak
menurun saat PLTB diintegrasikan. Mengganti DFIG dengan 900MW generator
sinkron dibandingakan dengan 398.6 MW membuat sistem jauh lebih stabil. Namun,
jika dibandingkan nilai resiko dengan atau tanpa PLTB, ada kenaikkan yang drastic
pada resiko gangguan pada kedua jaringan 1-39 (gangguan nomor 3) dan 9-39
(gangguan no.5) yang mana dekat dengan koneksi point antara grid dengan PLTB.
Hal ini karena gangguan dekat PLTB akan menyebabkan drop yang signifikan dari
daya aktif PLTB dan pada saat yang sama peningkatan penyerapan daya reaktif
oleh PLTB. Gambar 14 (a) dan (b) menunjukkan performance output daya aktif dan

reaktif pada PLTB saat terjadi gangguan (selama 0.2s) pada dua lokasi yang
berbeda yaitu: jaringan 9-39 (dekat dengan PLTB) dan jaringan 21-22 (jauh dari
PLTB) [4].

(a)

(b)

Gambar 14. (a) Daya aktif PLTB (b) Daya Reaktif PLTB

5. Kesimpulan

Pengaruh dari integrasi PLTB pada stabilitas transient STL mejadi issue penting
yang perlu diperhatikan. Pengaruh dari integrasi PLTB dengan skala besar akan
dipengaruhi oleh [5] tipe dari PLTB, kapasitas PLTB, koneksi point pada STL.
Dimana PLTB dengan skala besar akan mengurangi momen inertia dari STL.
Simulasi perhitungan steady state security dengan Metode Monte Carlo [2] telah
dilakukan pada sistem dengan jaringan distribusi. Ketersediaan dari cadangan daya
dapat menghilangkan dampak ketidakpastian. Namun peningkatan PLTB pada
PSTL tidak meningkatkan cadangan daya secara langsung. Cadangan daya oleh
PLTB yang banyak pada PSTL tidak meningkatkan steady state security.
Analisis simulasi dengan metode deterministic secara umum menghiraukan
ketidakpastian dalam STL [4]. Dengan menggunakan risk assessment dari stabilitas
transient pada STL yang terdapat PLTB, pada sistem 10 generator 39 bus dengan
PLTB diinvestigasi dengan metode Monte Carlo. Hasilnya menunjukkan resiko pada
jaringan yang dekat dengan PLTB dan grid akan meningkat
jaringan yang jauh dari titik koneksi menurun secara ramping [4].

dan resiko pada

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadi H, Ghasemi H. Maximum penetration level of wind generation


considering power sistem security limits. IET Generation, Transmission &
Distribution, 21 May 2012. DOI : 10.1049/iet-gtd.2012.0015.
2. Dilan Jayaweera, Syed Islam. Steady-state security in distribution networks with
large wind farms. J. Mod. Power Syst. Clean Energi, 2014, 2(2):134-142, DOI :
10.1007/s40565-043-0052-4.
3. Esmaeil Rezaei, Ahmadreza Tabesh, Mohammad Ebrahimi. Dynamic Model and
Control of DFIG Wind Energi Sistems Based on Power Transfer Matrix. IEEE
Transactions

on

Power

Delivery,

Vol.27,

No.3

July

2012.

DOI

10.119/TPWRD.2012.2195685.
4. Lu Miao, Jiakun Fang, Jinyu Wen, Weihua Luo. Transient stability risk
assessment of power sistem incorporating wind farms. J. Mod. Power Syst.
Clean Energi, 2013, 1(2):134-141, DOI : 10.1007/s40565-013-0022-2.
5. Ping He, Fushuan Wen, Gerard Ledwich, Yusheng Xue. Small signal stability
analysis of power sistems with high penetration of wind power. J. Mod. Power
Syst. Clean Energi, 2013, 1(3):241-248, DOI : 10.1007/s40565-013-0028-9.
6. Sun H S, Liu J, Wen J Y, et al. Participation of large-scale wind power generation
in power sistem frequency regulation. Chin Sci. Bull., 2013, 58:4557-4565, DOI:
10.1007/s11434-013-6094-6.
7. Zhe Chen. Wind power in modern power sistems. J. Mod. Power Syst. Clean
Energi, 2013, 1(1):2-13, DOI : 10.1007/s40565-013-0012-4.

Anda mungkin juga menyukai