Anda di halaman 1dari 32

PEMERINTAH KABUPATEN SIGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO


Alamat: Jl. Poros Palu – Palolo.Desa Sidera Kec. Sigi Biromaru Kode Pos 94364
Email : rsudsigi@Gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTURRUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO


NOMOR : 51.a.1/SK/PAP/RSTB/IV/2022

TENTANG
TIMCODE BLUE

DIREKTUR RUMAHSAKIT UMUM DAERAH TORA BELO SIGI

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo Sigi, maka diperlukan penyelenggaraan Pelayanan
Kedokteran Rumah Sakit yang terkoordinasi dengan baik.
b. Bahwa agar Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi
dapat terlaksana dan terkoordinasi dengan baik,perlu adanya Tim Code
Blue Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Rumah Sakit di Rumah Sakit
Umum Daerah Tora Belo Sigi
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud dalam a dan
b,maka perlu membentuk Tim Code Blue Rumah Sakit Umum Daerah
Tora Belo ditetapkan dengan Keputusan DirekturRumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo Sigi.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentangPraktek Kedokteran.


2. Undang-Undang Nomor36 tahun 2009 tentangKesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun2009 tentangRumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.631/MENKES/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Peraturan Internal Staf Medisdi Rumah Sakit.
5. Peraturan MenteriKesehatanNo.1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran.
6. Peraturan Menteri KesehatanNo.755/MENKES/PER/IV/2011tentang
Penyelenggaraan Komite Medik RS.
7. PeraturanMenteriKesehatanNo.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien RumahSakit.

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan direktur rumah sakit umum daerah tora belo sigi
tentangmembentuk timcode blue dirumah sakit umum daerah tora belo
sigi
KEDUA : TIMCODE BLUE Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
Sigi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : TIM CODE BLUE Rumah Sakit bekerja untuk menolong pasien gawat
daruat / pasien yang memerlukan Resusitasi Jantung Paru diseluruh

1
bagian Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi kecuali IGD dan ICU
serta memberikan hasil laporannya langsung kepada Komite Medis.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya,dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di:Sigi,
Pada tanggal: 10 April 2022
Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo

dr. Trieko Stefanus Larope


Nip. 19800321 201001 1 005

2
Lampiran : Keputusan Direktur RSUD Tora Belo
Nomor : 51.a.1/SK/PAP/RSTB/IV/2022
Tanggal : 10 April 2022

SUSUNAN TIM CODE BLUE


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO

Koordinator TIM : dr. Muhammad Rizal, Sp.An, M.Kes


Penanggung Jawab Medis : Dokter jaga IGD
1. dr. Astri Rahmawati
2. dr. Adetya Silviani
3. dr. Dwiatmanda Ekasari
4. dr. Ratih Kumala Sari
5. dr. Farayat
6. dr. Moh. Adji
7. dr. I Kadek Yoga R
8. dr. Haryati
9. dr. Meisel
10. dr. Fifin Damayanti
11. dr. Nurhidayah
12. dr. Adi Permana
13. dr. Dhea
14. dr. Rayhand
15. dr. Riskiawan
16. dr. Fahri
17. dr. Nur astri
Perawat Pelaksana : Perawat IGD & Perawat ICU
1. IGD
1) Hasrawati, H, S.Kep.,Ns
2) Ella Yunita, A.Md.Kep
3) Oktaviani, A.Md.Kep
4) Sagiman, A.Md.Kep
5) Hasnia, A.Md.Kep
6) Moh. Yayan, S.Kep.,Ns
7) Wiwin Hardianti, S.Kep.,Ns
8) I Made Agus Rudiartam,A.Md.Kep
9) Irma Dian, A.Md.Kep
10) Moh. Akram Syam, Amd.Kep
11) Yudistira, A.Md.Kep
12) Hildayanti, A.Md.Kep
13) Christina Ruminggih, A.Md.Kep
14) Almuhajirin, A.Md.Kep
15) Heruyanto, Amd. Kep
16) Iin Lestari,A.Md.Kep\
17) Gusti Made Adi Wira,A.Md.Kep
18) Andryaningsih, A.Md.Kep
19) Riltom Leo, A.Md.Kep
20) Sudrajat, A.Md.Kep
21) Kristian, A.Md. Kep
22) Laraswati, A.Md. Kep
3
23) Nelfi, A.Md. Kep
24) Melisa S Kamba, A.Md. Kep

2. ICU
1) Leni Agustin, Amd.Kep
2) Putri Ayu Novitasari, S.Kep.,Ns
3) Indah Kusumawati, Amd.Kep
4) Hendra Kristian, S.Kep., Ns
5) Ismawati, Amd.Kep
6) Musdalifah M, S.Kep., Ns
7) Irna, Amd.Kep
8) Anas, Amd.Kep
9) Puspitasari, S.Kep.,Ns
10) Frets Oliver, Amd.Kep
11) Fitriani, Amd.Kep
12) Mohammad Akib, A.md.Kep
13) Lysa Fasti Ningsih, S.Kep., Ns
14) Devi Novita, A.md.Kep
15) Sakina, S.Kep.Ns
16) Moh. Akib Amd. Kep
17) Elfrida
18) kristina
Kelompok Pendukung : Sopir
1. Rustam
2. Moh. Abdu
3. Yasir

Ditetapkan di :Sigi,
Pada tanggal : 10 April 2022
Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo

dr. Trieko Stefanus Larope


Nip. 19800321 201001 1 005

4
PEMERINTAH KABUPATEN SIGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO
Alamat: Jl. Poros Palu – Palolo. Desa Sidera Kec. Sigi Biromaru Kode Pos 94364
Email : rsudsigi@Gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO
NOMOR : 51.b/UM/PAP/RSTB/IV/2022

TENTANG
KEBIJAKAN CODE BLUE

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO SIGI

MENIMBANG a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


: Umum Daerah Tora Belo Sigi, maka diperlukan penyelenggaraan
Pelayanan Kedokteran Rumah Sakit yang terkoordinasi dengan baik.
b. Bahwa agar Pelayanan Kedokteran Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo Sigi dapat terlaksana dan terkoordinasi dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
Sigi sebagai landasan bagi penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran
Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tora Belo Sigi.

MENGINGAT 1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.


:
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.631/MENKES/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Peraturan Internal Staf Medis di Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No.1419/MENKES/PER/X/2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.755/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik RS.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
MEMPERHATIKAN Perlunya usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD Tora
: Belo Sigi

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan direktur rumah sakit umum daerah tora belo sigi tentang
kebijakan code blue di rumah sakit umum daerah tora belo sigi
KEDUA : Kebijakan CODE BLUE Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum Daerah
Tora Belo Sigi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan CODE BLUE Rumah
Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi dilaksanakan oleh Kepala Bidang
5
Pelayanan Medis Rumah Sakit dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Rumah Sakit.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Sigi,
Pada tanggal : 12 April 2022
Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo

dr. Trieko Stefanus Larope


Nip. 19800321 201001 1 005

6
Lampiran : Keputusan Direktur Utama RSUD Tora Belo
Nomor : 51.b/UM/PAP/RSTB/IV/2022
Tanggal : 12 April 2022

KEBIJAKAN CODE BLUE


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO

I. KEBIJAKAN UMUM
1. Tim code blue dibentuk berdasarkan surat keputusan direktur.
2. Tim code blue beranggotakan sumberdaya manusia yang terlatih dan kompeten di bidangnya.
3. Tim code blue bekerja untuk menolong pasien gawat darurat / pasien yang memerlukan
Resusitasi Jantung Paru diseluruh bagian Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi kecuali
IGD dan ICU.
4. Koordinator tim code blue adalah seorang dokter kepala Instalasi IGD.
5. Penanggungjawab medis tim code blue adalah dokter jaga atau dokter ruangan dengan
uraian tugas yang ditetapkan sebagai tim code blue.
6. Alat komunikasi untuk tim code blue adalah Handy Talky.
7. Setiap jam dinas harus ada tim code blue yang ditunjuk minimal terdiri dari 1 dokter
penanggung jawab medis, 2 perawat terlatih, dan 1 perawat pelaksana.
8. Peralatan Resusitasi yang dibutuhkan tim code blue harus di monitoring supaya selalu
dalam keadaan lengkap.
9. Semua tim code blue’ wajib mengikuti semua pelatihan yang ditetapkan oleh koordinator
tim.

II. KEBIJAKAN KHUSUS


1. Tim code blue pada setiap periode dinas adalah dokter IGD, 2 Perawat IGD, 2 perawat
ICU, yang berdinas pada jam itu.
2. Tim code blue hanya bekerja dilingkungan RSUD Tora Belo Sigi.

Ditetapkan di : Sigi,
Pada tanggal : 12 April 2023
Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo

dr. Trieko Stefanus Larope

Nip. 19800321 201001 1 005

7
PANDUAN CODE BLUE

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO


2022

8
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat dan karunia-Nya Panduan Pedoman Pelayanan Medis Reaksi Cepat (Code Blue) RSUD
Torabelo Sigi dapat terselesaikan. Panduan ini merupakan pedoman yang memuat Susunan
Organisasi dan Tata Laksana Tim Reaksi Cepat (Code Blue) RSUD Torabelo Sigi dalam rangka
memberikan pelayanan penanganan kegawatdaruratan bila terjadi di lingkungan RSUD Torabelo
Sigi.

Demi kesempurnaan panduan ini, maka kami sangat mengharapkan masukkan saran dan
perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Semoga panduan Pedoman Pelayanan Tim Medis
Reaksi Cepat (Code Blue) RSUD Torabelo Sigi dapat bermanfaat bagi kita semua.

9
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 4
A. Pendahuluan ..............................................................................4
B. Definisi ...................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................... 5
D. Landasan Hukum ....................................................................... 6
BAB II Lingkungan Hidup… ............................................................................ 7
BAB III Tata Laksana ....................................................................................... 9
1. Organisasi Tim Code Blue .....................................................................9
2. Uraian Tugas .........................................................................................9
3. Perencanaan Sumber Daya Manusia ....................................................... 9
4. Perencanaan Alur Komunikasi ............................................................... 10
5. Sistem dan Alur Kerja Code Blue .......................................................... 10
6. Obat dan alat ........................................................................................ 11
7. Pelatihan dan Pendidikan Tim Code Blue ............................................. 12
8. Algoritma Code Blue ............................................................................ 13
BAB IV Dokumentasi ...................................................................................... 14
BAB V Penutup .............................................................................................. 15

10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan
pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalahpenyakit jantung koroner.
Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit
maupun diluar rumah sakit di Unites State (American Heart Association, 2012).
WHO 2008 menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan
kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan
jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen
kematian global setiap tahun.
Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991,
penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakanpenyebab kematian utama di
Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans 118 2010). Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest
adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui
menderita penyakit jantung, waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah timbul
keluhan (American Heart Association, 2010).
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10menitsetelah
seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans 118 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan
jika tertangani segera dengan cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi untuk mengembalikan
denyut jantung normal.
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 8 sampai 10 persen pada tiapmenit
yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi (American Heart Assosiacion,
2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999
didapatkan data bahwa 64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera
dapat bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah kemampuan
untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin
mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untukmencegah terjadinya kematian otak dan
kematian permanen.
Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memilikikemampuan
dalam melakukan “chain of survival” saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang
selama ini menjadi masalah atau pertanyaan besar, bahkan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan perawat. Tenaga medis dan perawat
di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan
tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal dan seringkali belum terdapat
pengorganisasian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan
terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan Arrest segera yang disebut “CODE BLUE”

11
B. Definisi

a. Code blue/ kode biru


Code Blue adalah kode informasi atau pertanda untuk melihat stabilisasi kondisi darurat
medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan
perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan
dalam kondisi cardiac arrest atau respiratory arrest (tidak respon), nadi tidak teraba,
atau tidak bernapas misalnya pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR).

b. Tim code blue


Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan perawat yang ditunjuk sebagai
tim code blue, yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim
ini menggunakan emergency trolley, kursi roda atau tandu, alat – alat penting seperti
defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, bag valve manual, obat-obatan resusitasi
(adrenalin, atropin, lignocaine dan IV set untuk menstabilkan pasien).

c. Basic Live Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar


Basic Live Support atau Bantuan Hidup dasar merupakan adalah respons tindakan gawat
darurat.BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, perawat maupun orang awam yang
melihat pertama kali korban. Kemampuan BLS haruslah dikuasai oleh tenaga medis,
perawat dan sebaiknya orang awam juga menguasainya karena sering kali korban justru
ditemukan pertama kali bukan oleh tenaga medis. BLS adalah suatu cara memberikan
bantuan atau pertolongan hidup dasar yang meliputi bebasnya jalan napas (Airway/A,
pernapasan yang adekuat Breathing/B, sirkulasi yang adekuat Circulation/C).

d. Pasien gawat darurat


Pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan RJP
segera.

e. Pasien gawat
Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukan pertolongan RJP.

f. Triage.
Pemilihan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien.

g. Perawat terlatih
Mendapatkan pelatihan RJP / Code Blue Team.

C. Tujuan
Tujuan dari panduan ini adalah:
1. Untuk memberikan panduan baku bagi tim code blue dalam melaksanakan tugas-
tugasnya sebagai tim reaksi cepat jika code blue diaktifkan.
2. Membangun respon seluruh petugas di RSUD Tora Belo Sigi pada pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat.
3. Mempercepat respon time kegawatdaruratan di rumah sakit untuk menghindari
kematian dan kecacatan yang seharusnya tidak perlu terjadi.

12
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumasakitan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Keselamatan dan Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/ Menkes/ 1128/
2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;

13
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup Pelayanan

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat
medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon
terbagi dalam 2 tahap yaitu:
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di sekitar
korban yang mengalami kondisi gawat darurat.
2. Respon kedua (responder kedua) berasal dari tim code blue.

Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. System respon dilakukan dengan waktu
respon tertentu berdasarkan standar kualitas pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit.
Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BHD untuk menunjang
kecepatan respon untuk BHD di lokasi kejadian.
2. Peralatan BHD harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana peralatan
dapat dipindahkan atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.

B. Organisasi Tim Code Blue


Tim Code Blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat atau sepanjang waktu. Tim
Code Blue terdiri dari 5 anggota, yaitu:
a. 1 orang kapten
b. 1 orang petugas ventilasi
c. 1 orang petugas kompresi
d. 1 orang petugas obat
e. 1 orang petugas dokumentasi

C. Kualifikasi Tim Code Blue


Kualifikasi
No Nama Jabatan URAIAN TUGAS
Formal
1 Leader/ Dokter Jaga 1. Menguasai seluruh algoritma.
Kapten Memberikan intruksi dengan jelas dan
sistemik.
2. Mengambil alih tugas bila diperlukan.
3. Mengecek tugas Ventilator (orang
yang melakukan pembebasan jalan
nafas / Airway & Breathing)
4. Mengecek tugas Kompresor (orang
yang melakukan pijat jantung).
5. Mengecek tugas Sirkulator (orang
yang melakukan pemasangan IV line
dan persiapan alat).

2 Ventilasi Perawat 1. Melakukan tindakan


14
Airway/Breathing/Circulation
2. Memasang oropharingeal airway.
3. Memasang sungkup muka dengan
benar.
4. Melakukan ventilasi.
5. Melakukan intubasi.
6. Memastikan letak ETT tepat
7. Melakukan fiksasi
8. Memperhatikan pengembangan dada.
3 Kompresi Perawat/ Melakukan
bidan pijatan jantung luar.
4 Obat Perawat/ 1. Melakukan pengecekan tekanan darah,
bidan nadi & irama, mengambil sample
darah dan pencatatan.
2. Memasang IV Line, jika diperlukan.
3. Memberi obat-obatan yang
diinstruksikan oleh leader.
5 Dokumentasi Perawat/ Mendokumentasikan semua kegiatan
bidan saat code blue berlangsung

D. Pengaturan Jaga
a. Dokter Jaga IGD
b. Perawat/bidan yang bertugas sebagai tim CODE BLUE (disetiap bagian dan setiap
shift jaga terdapat perawat yang ditunjuk sebagai petugas penanggung jawab
CODE BLUE)
c. Tim Code Blue yang bertugas diatur secara bergantian setiap bulan

15
BAB III
TATA LAKSANA

1. Organisasi Blue Team.


Terdiri dari:
 Coordinator team : Kepala Instalasi IGD
 Penanggung jawab medis : Dokter Jaga IGD
 Perawat pelaksana : Pj. IGD & ICU, Perawat diruangan
 Kelompok pendukung : Petugas informasi, Sopir, Satpam

2. Uraian Tugas.

a. Koodinator Team
Dijabat oleh Kepala Instalasi IGD bertugas :
i. Mengkoordinir segenap anggota tim.
ii. Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawat daruratan yang dibutuhkan
oleh anggota tim.

b. Penanggung jawab Medis


Dijabat oleh Dokter Jaga IGD Bertugas :
i. Mengidentifikasi awal / triage pasien di ruang perawatan.
ii. Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawat daruratan
iii. Memimpin tim dalam pelaksanaan RJP
iv. Menentukan sikap selanjutnya.

c. Perawat Pelaksana.
Perawat bertugas :
i. Bersama dokter penanggung jawab medis mengidentifikasi/triage pasien di ruang
perawatan.
ii. Membantu dokter penanggung jawab medis menangani pasien gawat dan gawat
darurat di ruang perawatan.

d. Tim Resusitasi.
Dijabat Perawat terlatih dan Dokter Jaga IGD. Bertugas :
i. Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat / gawat darurat diruang
perawatan.
ii. Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat darurat diruang perawatan

3. Perencanaan Sumber Daya Manusia


Dalam satu shift harus ada 4 orang perawat terlatih yang bertugas.
Perencanaan SDM ditentukan berdasarkan kondisi kegawatdaruratan pasien, sebagai berikut
:
a. Melakukan identifikasi awal / triage pasien di ruang perawatan :
i. Dokter ruangan /dokter jaga. Bila ada pasien yang membutuhkan IRI, dokter jaga
ruangan menghubungi DPJP, mengusulkan pasien dipindah ke IRI.
ii. Perawat Pelaksana.

b. Melakukan penanggulangan pasien gawat di ruang perawatan :


i. Dokter Jaga IGD.

16
ii. Perawat Terlatih minimal 2 orang (1 orang perawat IGD, satu orang perawat IRI dan
atau 1 orang perawat anestesi).
iii. Perawat pelaksana

c. Melakukan RJP
i. Dokter Jaga IGD dengan atau tanpa bantuan dokter jaga ruangan.
ii. Perawat Terlatih 2 - 3 orang (dari IGD dan IRI).
iii. Perawat pelaksana

4. Perencanaan Komunikasi
Komunikasi dalam penanganan kegawat daruratan di rumah sakit merupakan hal yang
sangat penting, untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
a. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar.
b. Menggunakan kata sandi Kode Biru dan menyebutkan lokasi ruangan dan nomor
kamar pasien.
Alat – alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai standar :
a. Speaker RS yang berada diruang informasi

5. Sistem dan Alur kerja Tim Code Blue


A. Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac respiratory arrest maka
penolong pertama atau perawat ruangan (I) atau first responder berperan dalam tahap
pertolongan, yaitu:
a. Pastikan 3A (aman diri penolong, pasien, dan lingkungan), --- HATI
b. Letakkan penderita di lingkungan yang aman untuk dilakukan pertolongan,
c. Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban,
d. Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau menepuk bahu,
e. Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau petugas yang ditemui di
lokasi untuk mengaktifkan code blue,
f. Lakukan cek nadi dan nafas (bagi tenaga medis), lakukan cek nafas (bagi tenaga
non medis),
g. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code blue datang.
B. Perawat ruangan yang lain (II) atau penolong kedua, segera menghubungi operator
telepon “114” untuk mengaktifkan code blue, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Perkenalkan diri.
b. Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue.
c. Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest dengan lengkap dan
jelas, yaitu: area ….., nama lokasi atau ruangan.
d. Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan: “ nama ruangan
….. nomor …. “.
C. Waktu respon operator menerima telepon “114” adalah harus secepatnya diterima,
kurang dari 3 kali deringan telepon.
D. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun rawat jalan, setelah
menghubungi operator, penolong kedua atau perawat ruangan (II) jika memungkinkan
segera membawa troli emergensi (emergency trolley) atau AED (jika lokasi di
poliklinik/lobi lantai 1) ke lokasi dan membantu penolong pertama atau perawat
ruangan (I) melakukan resusitasi sampai dengan tim Code Blue datang. Operator
mengumumkan code blue melalui paging, jika paging bermasalah maka menggunakan
alat telekomunikasi Handy Talky (HT) atau pengeras suara mengatakan code blue
dengan prosedur sebagai berikut:
a. “Code Blue, Code Blue, Code Blue, di area ….. (nama lokasi atau ruangan…..”.
17
b. Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan: “Code Blue, Code
Blue, Code Blue, nama ruangan ….. nomor kamar …..”.
E. Setelah tim code blue menerima informasi tentang aktivasi code blue, mereka segera
menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil resusitasi kit serta trolley emergency
dan menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest. Waktu respon dari aktivasi code
blue sampai dengan kedatangan tim code blue di lokasi terjadinya cardiac respiratory
arrest adalah 5 menit.
F. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi lokasi code blue untuk memastikan
bahwa tim code blue sudah menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest.
G. Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah lokasi yang padat manusia (public
area) maka petugas keamanan (security) segera menuju lokasi terjadinya untuk
mengamankan lokasi tersebut sehingga tim code blue dapat melaksanakan tugasnya
dengan aman dan sesuai prosedur.
H. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan diputuskan bahwa resusitasi
dihentikan oleh kapten tim code blue.
I. Untuk pelaksanaan code blue di area terbuka (lobi, ruang tunggu, area poliklinik, dan
tempat parkir), Tim code blue memberikan bantuan hidup kepada pasien hingga
transportable kemudian pasien segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
J. Kapten tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi pada pasien rawat inap,
yaitu:
a. Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan secepatnya ke Instalasi
Perawatan Intensif untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien
setuju.
b. Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan Intensif penuh maka
pasien dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas
c. Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di ruang perawatan
biasa, maka keluarga pasien menandatangani surat penolakan.
d. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan koordinasi
dengan bagian bimbingan rohani, kemudian pasien dipindahkan ke kamar jenazah.
K. Kapten tim code blue melakukan koordinasi dengan DPJP.
L. Kapten tim code blue memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga pasien.
M. Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam rekam medis pasien dan
melakukan koordinasi dengan ruangan pasca resusitasi.

6. Obat dan Alat-Alat


a. Tim Code Blue bertanggungjawab atas pengelolaan obat-obatan dan peralatan yang
dipakai dalam hal ini berkerjasama dengan petugas ruangan masing-masing yang terdapat
trolley emergency, instalasi farmasi dan IPSRS.
b. Tim code blue bertanggungjawab atas pemeliharaan alat-alat resusitasi selain di ruang
perawatan pasien.
c. Instalasi farmasi bertanggungjawab atas pengisian dan monitoring obat-obatan dan bahan
habis pakai dalam trolley emergency dan box emergency. Pengisian trolley emergency
dan box emergency dibedakan berdasarkan penggunaan untuk pasien dewasa, anak,
ruang intensif, neonatal, dan maternal.

Peralatan Tim “Code Blue”.


Personal Kit:

18
a. Defibrilator 1 bh.
b. Stetoskope 1 bh
c. Tensimeter 1 bh
d. Neck collar cervis
Emergency Medical Kit
a. Airway and Breathing Management Support
i. Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set
ii. Suction 1 bh
iii. Ambubag (bayi, anak, dewasa)
iv. Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)
v. Orofaring tube

b. Circulation Support
i. Set infus mikro 1 bh
ii. Set infus makro 1 bh
iii. Venocath 1 bh

c. Minor Surgery Set


i. 1 set lengkap

d. Obat – obatan
i. Lidokain inj. 1 bh
ii. Adrenalin inj. 1 bh
iii. Phenobarbital inj. 1 bh
iv. Sulfas Atropin inj. 1 bh
v. MgSO4 inj. 1
vi. Dopamin inj
vii. Dobutamin inj
viii. Norepinephrine

7. Pelatihan dan Pendidikan Tim Code Blue

Perencanaan kegiatan Blue Tim meliputi :


a. Pelayanan Sehari–hari. Merupakan kegiatan sehari-hari dalam rangka mengidentifikasi
(Triage) pasien-pasien yang ada di ruangan perawatan. Sehingga keadaan gawat / gawat
darurat pasien dapat lebih dini diketahui dan ditanggulangi sehingga mencegah kematian
dan kecacatan yang tidak perlu terjadi.
b. Pelayanan Kegawat daruratan Pasien Di Ruangan. Merupakan kegiatan pelayanan dalam
menangani pasien gawat darurat dengan memberikan pertolongan bantuan hidup dasar
dan resusitasi jantung, paru dan otak (RJP).
c. Pelatihan dan Peningkatan SDM. Guna menjaga dan meningkatkan kualitas kemampuan
anggota tim, maka dibuatkan suatu pendidikan dan pelatihan meliputi teori dan praktek
sesuai kebutuhan tim .
d. Evaluasi dan Kendali Mutu. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan dan penanganan
pasien gawat / gawat darurat oleh Blue Team harus dapat dievaluasi dan kendali mutu
agar kesempurnaan kegiatan menjadi lebih baik. Oleh karena itulah Tim Pengendalian
Mutu rumah sakit diharapkan dapat turut berperan dalam hal evaluasi dan kendali mutu
Blue Team

19
8. Algoritma Code Blue

Ditemukan korban/pasien dengan cardiopulmonary arrest

Staf rumah sakit/penolong pertama melakukan 3A (aman diri,


pasien, dan lingkungan), cek respon, memanggil pertolongan untuk
mengaktifasi code blue.

Penolong pertama

Penemu pertama/penolong pertama terlebih dahulu melakukan


BLS/RJP sampai tim code blue datang.
Jika tidak memiliki kemampuan BLS, tunggu pertolongan datang,
sementara menunggu, amankan korban dari kerumunan
Segera hubungi code blue rumah sakit untuk mengaktivasi Hospital
alert

Penolong kedua

Penolong kedua menghubungi “114” untuk mengaktivasi code blue.


Setelah mengaktifasi code blue, penolong kedua yang bertugas di sekitar
tempat kejadian bergegas menuju tempat kejadian dengan resusitasi kit.
Mulai atau lanjutkan BLS/CPR sementara menunggu tim code blue
datang

Tim Code Blue

Setelah tim code blue datang, mereka akan mengambil alih resusitasi.
BLS dilanjutkan oleh tim code blue menggunakan AED/defibrilator
Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim code blue

20
BAB IV
DOKUMENTASI

Setiap kejadian code blue dicatat di formulir kejadian. Pencatatan dilakukan oleh petugas
code blue sesuai zonasi dan dievaluasi setiap bulan oleh tim code blue. Monitoring ketersediaan
dan kesiapan obat serta alat-alat emergency dilakukan setiap bulan oleh tim code blue bekerjasama
dengan petugas ruangan, instalasi farmasi dan IPSRS.

21
BAB V
PENUTUP

Langkah-langkah kritis yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan code blue adalah
pengenalan keadaan serta aktivasi sistem gawat darurat segera, RJP segera serta defibrilasi segera.
Tindakan tersebut harus dilakukan oleh orang di sekitar yang paling dekat jika menyaksikan
seseorang tidak sadarkan diri secara mendadak.
Tidak seperti mitos yang kita dengar, untuk kondisi penderita seperti diatas, RJP merupakan
tindakan yang tidak berbahaya. Lebih berbahaya bagi penderita jika penolong tidak bertindak apa-
apa. Kualitas RJP harus kita perhatikan, kompresi dada harus dikerjakan dengan baik melalui
menekan cepat dan kuat di bagian setengah bawah tulang dada. Seluruh tim medis Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Tangerang memegang peranan penting dalam perkembangan sistem code
blue.

22
PROSEDUR CODE BLUE

Jl. Poros Palu-Palolo No. Dokumen : No. Revisi: Halaman:


Desa Sidera, Kec. Sigi
Biromaru, Kab. Sigi 34.a/SPO/PAP/RSTB/IV/2022 00 1 dari 4
Ditetapkan
Tanggal terbit: Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo
STANDAR 15 April 2022
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Trieko Stefanus Larope


NIP, 198003021 201001 1 005
Code Blue adalah suatu system yang dirancang untuk digunakan pada
PENGERTIAN
kejadian henti nafas dan atau henti jantung (cardiopulmonary arrrest).
1. Memastikan pencapaian hasil yang terbaik bagi pasien, keluarga, dan
pengunjung yang mengalami peristiwa henti nafas dan atau henti
TUJUAN jantung.
2. Memisahkan tanggung jawab dan pengelolaan pada saat Code Blue di
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi.
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi
KEBIJAKAN
53/UM/PAP/I/20232017 tahun 2022 tentang Kebijaka Code Blue.
Persiapan Alat :
 Emergensi Kit
 O2
 Deeffibrator
 Sungkup

Prosedur :
 Langkah-langkah aktivasi code blue pasien henti jantung
dan henti napas
 Orang pertama yang menemukan klien.
 Meminta pertolongan orang sekitar untuk mengaktifkan Code
Blue dgn menghubungi bagian informasi agar bagian
informasi dapat memanggil Tim Code Blue yang sedang jaga
pada saat itu melalui speaker RS atau menelpon nomor darurat
 Mengeccek respon pasien dengan memanggil nama dan
PROSEDUR menepuk bahu pasien secara perlahan.
 Membaringkan pasien dengan posisi terlentang
 Mengamankan lingkungan dan berikan ruang yang cukup luas
disekitar pasien.
 Membersihkan jalan napas
 Melakukan Head tilt chin lift.
 Memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas maka berikan
ventilasi (tidak boleh melakukan ventilasi mouth to mouth)
 Memeriksa nadi carotis untuk mengetahui tanda-tanda
sirkulasi
 Melakukan CPR jika nadi carotis tidak teraba dengan
perbandingan 30 kompresi dan 2 23
kali
ventilasidengan perhatian pada kompresi yang dalam (minim
al 5cm), kompresi yang cepat (minimal 100x/ kali/menit), dan
menghindari interupsi selama siklus kompresi dan ventilasi
dan tetap melakukan Basic Life Support sampai pertolongan
datang.
 Untuk mencegah kelelahan penolong setiap 2 menit atau 5
siklus petugas yang melakukan kompresi harus bergantian.
 Hand Over dengan Tim Code Blue.
 Tugas 2 Perawat terlatih, Sopir dan Satpam
 Perawat yang bertugas mengambil dan membawa alat
emergensi Kit, Suction portable, Defibrator, Satpam
membawa O2, Sopir membawa Long spine board dan
membawa ke tempat Kejadian Code blue.
 Perawat Memansang Oropharingeal
 Menyambungkan ambubag dengan oksigen dan berikan
oksigen 15 L/mnt
 Memberikan Ventilasi dengan ambubag.
 Memastikan Suction berfungsi dengan baik
 Mempersiapkan alat-alat untuk intubasi dan menjadi asisten.
 Memastikan semua kegiatan telah dapat dilakukan dengan
baik seperti CPR, Managemen Airway, dokumentasi dan
menanyakan peristiwa yang terjadi dari orang yang
menemukan korban.
 Mempersiapkan defibrillator dan memasang defib pada (jelly)
pada dada pasien
 Memeriksa dan memasang akses IV line dan mempersiapkan
cairan infus normal salin atau kristaloid (Perwat ahli yang
telah mengikuti pelatihan ACLS)
 Menyiapkan obat-obat emergensi yang akan digunakan
sesuai indikasi dan order dokter.
1. Tugas Penanggung jawab medis (Dokter jaga IGD yang ada pada
jam itu)
 Mengambil alih sebagai Leader
 Memeriksa kondisi pasien, dan hand over dengan orang pertama
yang menemukan pasien di tempat kejadian serta dengan anggota
tim lain
 Mempertahankan A-B-C (Airway, Breathing, Cirkulatiun),
defibrilasi, dan intubasi.
 Memberikan instruksi pengobatan sesuai flow chart ACLS
 Mendiskusikan perkembangan kondisi pasien dengan dokter
primer yang merawat pasien
 Memutuskan apakah proses resusitasi dilanjutkan atau dihentikan
 Jika resusitasi jantung paru berhasil, ditandai dengan kembalinya
fungsi sirkulasi dan pernapasan korban, maka korban akan ditrans
port menuju ke ruang dengan peralatan monitoring (ICU)
untuk selanjutnya dilakukan penatalaksanaan yang sesuai untuk p
asien dengan paska henti jantung
 Mendokumentasikan kejadian dan hasil Code Blue di catatan
status pasien dan formulir Code Blue serta menandatanganinya
 Mendiskusikan kondisi pasien dengan keluarga
2. Tugas Perawat pelaksana
 Membersihkan area dari peralatan dan furniture
24
 Menenangkan pasien lain dan pengunjung yang didekat area
kejadian Code Blue
 Memastikan Rekam medis pasien tercatat dengan lengkap dan
benar
 Memastikan dokumentasi formulir kejadian resusitasi (Form
Code Blue) sudah terisi dengan baik
 Melengkapi Form Resusitasi (Form Code Blue), form pasien
pindah ICU dan mempersiapkan kepindahan pasien ke ICU

3. Tugas Penanggung jawab medis (Dokter jaga IGD yang ada pada
jam itu)
 Mengambil alih sebagai Leader
 Memeriksa kondisi pasien, dan hand over dengan orang pertama
yang menemukan pasien di tempat kejadian serta dengan anggota
tim lain
 Mempertahankan A-B-C (Airway, Breathing, Cirkulatiun),
defibrilasi, dan intubasi.
 Memberikan instruksi pengobatan sesuai flow chart ACLS
 Mendiskusikan perkembangan kondisi pasien dengan dokter
primer yang merawat pasien
 Memutuskan apakah proses resusitasi dilanjutkan atau dihentikan
 Jika resusitasi jantung paru berhasil, ditandai dengan kembalinya
fungsi sirkulasi dan pernapasan korban, maka korban akan ditrans
PROSEDUR
port menuju ke ruang dengan peralatan monitoring (ICU)
untuk selanjutnya dilakukan penatalaksanaan yang sesuai untuk p
asien dengan paska henti jantung
 Mendokumentasikan kejadian dan hasil Code Blue di catatan
status pasien dan formulir Code Blue serta menandatanganinya
 Mendiskusikan kondisi pasien dengan keluarga
4. Tugas Perawat pelaksana
 Membersihkan area dari peralatan dan furniture
 Menenangkan pasien lain dan pengunjung yang didekat area
kejadian Code Blue
 Memastikan Rekam medis pasien tercatat dengan lengkap dan
benar
 Memastikan dokumentasi formulir kejadian resusitasi (Form
Code Blue) sudah terisi dengan baik
 Melengkapi Form Resusitasi (Form Code Blue), form pasien
pindah ICU dan mempersiapkan kepindahan pasien ke ICU

PROSEDUR CODE BLUE


Jl. Poros Palu-Palolo Desa
Sidera, Kec. Sigi Biromaru,
Kab. Sigi
No. Dokumen : No. Revisi: Halaman:

34.a/SPO/PAP/RSTB/IV/2
022 00 4 dari 4

 Memastikan dan mendelegasikan kebersihan dan penggantian


stok emergensi kit paska Code Blue.

A. Langkah-langkah aktivasi code blue pasien henti jantung


dan henti napas: 25
1. Pasien dibangsal perawatan, poliklinik dan ruang
tindakan,harus dipantau secara kontinyu sesuai dengan kondis
masing-masing pasien. Monitoring harus dicatat dan jika pasien
menunjukkan perubahan
atau penurunan kondisi maka kondisi pasien harus dilaporkan
kepada dokter penanggung jawab pasien dan dilakukan terapi
untuk sementara dan monitoring yang lebih ketat.
2. Jika pasien menunjukkan tanda-tanda kegawatan Pasien kritis
atau potensial kritis Penurunan kesadaran dan kejang, maka
petugas medis akan memanggil code blue.
3. Tim code blue datang (respon maksimal 10 menit) dengan
membawa peralatan emergency kit (obat-
obatan dan defibrillator), melakukan assessmen awal pada
pasien dan melakukan resusitasi apabila diperlukan.
4. Jika kondisi pasien sudah membaik
dan layak transport maka pasien akan dipindahkan ke ruang IC
U untuk dilakukan monitoring yang lebih ketat.
5. Tim code blue mendokumentasikan semua kejadian
dan tindakan yang dilakukan dan mencatat di rekam medis.
6. Tim code blue memberikan penjelasan kepada keluarga
mengenai kondisi pasien dan tindakan yang akan dilakukan.

Seluruh bagian Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi kecuali IGD
UNIT TERKAIT
dan ICU

26
DOKUMEN BUKTI PELAYANAN
RESUSITASI

27
28
29
Jadwal Code Blue

30
31
32

Anda mungkin juga menyukai