TENTANG
TIMCODE BLUE
MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo Sigi, maka diperlukan penyelenggaraan Pelayanan
Kedokteran Rumah Sakit yang terkoordinasi dengan baik.
b. Bahwa agar Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi
dapat terlaksana dan terkoordinasi dengan baik,perlu adanya Tim Code
Blue Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Rumah Sakit di Rumah Sakit
Umum Daerah Tora Belo Sigi
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud dalam a dan
b,maka perlu membentuk Tim Code Blue Rumah Sakit Umum Daerah
Tora Belo ditetapkan dengan Keputusan DirekturRumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo Sigi.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan direktur rumah sakit umum daerah tora belo sigi
tentangmembentuk timcode blue dirumah sakit umum daerah tora belo
sigi
KEDUA : TIMCODE BLUE Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
Sigi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : TIM CODE BLUE Rumah Sakit bekerja untuk menolong pasien gawat
daruat / pasien yang memerlukan Resusitasi Jantung Paru diseluruh
1
bagian Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi kecuali IGD dan ICU
serta memberikan hasil laporannya langsung kepada Komite Medis.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya,dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di:Sigi,
Pada tanggal: 10 April 2022
Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
2
Lampiran : Keputusan Direktur RSUD Tora Belo
Nomor : 51.a.1/SK/PAP/RSTB/IV/2022
Tanggal : 10 April 2022
2. ICU
1) Leni Agustin, Amd.Kep
2) Putri Ayu Novitasari, S.Kep.,Ns
3) Indah Kusumawati, Amd.Kep
4) Hendra Kristian, S.Kep., Ns
5) Ismawati, Amd.Kep
6) Musdalifah M, S.Kep., Ns
7) Irna, Amd.Kep
8) Anas, Amd.Kep
9) Puspitasari, S.Kep.,Ns
10) Frets Oliver, Amd.Kep
11) Fitriani, Amd.Kep
12) Mohammad Akib, A.md.Kep
13) Lysa Fasti Ningsih, S.Kep., Ns
14) Devi Novita, A.md.Kep
15) Sakina, S.Kep.Ns
16) Moh. Akib Amd. Kep
17) Elfrida
18) kristina
Kelompok Pendukung : Sopir
1. Rustam
2. Moh. Abdu
3. Yasir
Ditetapkan di :Sigi,
Pada tanggal : 10 April 2022
Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
4
PEMERINTAH KABUPATEN SIGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO
Alamat: Jl. Poros Palu – Palolo. Desa Sidera Kec. Sigi Biromaru Kode Pos 94364
Email : rsudsigi@Gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO
NOMOR : 51.b/UM/PAP/RSTB/IV/2022
TENTANG
KEBIJAKAN CODE BLUE
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan direktur rumah sakit umum daerah tora belo sigi tentang
kebijakan code blue di rumah sakit umum daerah tora belo sigi
KEDUA : Kebijakan CODE BLUE Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum Daerah
Tora Belo Sigi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan CODE BLUE Rumah
Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi dilaksanakan oleh Kepala Bidang
5
Pelayanan Medis Rumah Sakit dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Rumah Sakit.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Sigi,
Pada tanggal : 12 April 2022
Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
6
Lampiran : Keputusan Direktur Utama RSUD Tora Belo
Nomor : 51.b/UM/PAP/RSTB/IV/2022
Tanggal : 12 April 2022
I. KEBIJAKAN UMUM
1. Tim code blue dibentuk berdasarkan surat keputusan direktur.
2. Tim code blue beranggotakan sumberdaya manusia yang terlatih dan kompeten di bidangnya.
3. Tim code blue bekerja untuk menolong pasien gawat darurat / pasien yang memerlukan
Resusitasi Jantung Paru diseluruh bagian Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi kecuali
IGD dan ICU.
4. Koordinator tim code blue adalah seorang dokter kepala Instalasi IGD.
5. Penanggungjawab medis tim code blue adalah dokter jaga atau dokter ruangan dengan
uraian tugas yang ditetapkan sebagai tim code blue.
6. Alat komunikasi untuk tim code blue adalah Handy Talky.
7. Setiap jam dinas harus ada tim code blue yang ditunjuk minimal terdiri dari 1 dokter
penanggung jawab medis, 2 perawat terlatih, dan 1 perawat pelaksana.
8. Peralatan Resusitasi yang dibutuhkan tim code blue harus di monitoring supaya selalu
dalam keadaan lengkap.
9. Semua tim code blue’ wajib mengikuti semua pelatihan yang ditetapkan oleh koordinator
tim.
Ditetapkan di : Sigi,
Pada tanggal : 12 April 2023
Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
7
PANDUAN CODE BLUE
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat dan karunia-Nya Panduan Pedoman Pelayanan Medis Reaksi Cepat (Code Blue) RSUD
Torabelo Sigi dapat terselesaikan. Panduan ini merupakan pedoman yang memuat Susunan
Organisasi dan Tata Laksana Tim Reaksi Cepat (Code Blue) RSUD Torabelo Sigi dalam rangka
memberikan pelayanan penanganan kegawatdaruratan bila terjadi di lingkungan RSUD Torabelo
Sigi.
Demi kesempurnaan panduan ini, maka kami sangat mengharapkan masukkan saran dan
perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Semoga panduan Pedoman Pelayanan Tim Medis
Reaksi Cepat (Code Blue) RSUD Torabelo Sigi dapat bermanfaat bagi kita semua.
9
DAFTAR ISI
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan
pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalahpenyakit jantung koroner.
Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit
maupun diluar rumah sakit di Unites State (American Heart Association, 2012).
WHO 2008 menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan
kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan
jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen
kematian global setiap tahun.
Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991,
penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakanpenyebab kematian utama di
Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans 118 2010). Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest
adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui
menderita penyakit jantung, waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah timbul
keluhan (American Heart Association, 2010).
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10menitsetelah
seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans 118 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan
jika tertangani segera dengan cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi untuk mengembalikan
denyut jantung normal.
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 8 sampai 10 persen pada tiapmenit
yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi (American Heart Assosiacion,
2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999
didapatkan data bahwa 64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera
dapat bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah kemampuan
untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin
mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untukmencegah terjadinya kematian otak dan
kematian permanen.
Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memilikikemampuan
dalam melakukan “chain of survival” saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang
selama ini menjadi masalah atau pertanyaan besar, bahkan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan perawat. Tenaga medis dan perawat
di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan
tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal dan seringkali belum terdapat
pengorganisasian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan
terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan Arrest segera yang disebut “CODE BLUE”
11
B. Definisi
e. Pasien gawat
Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukan pertolongan RJP.
f. Triage.
Pemilihan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien.
g. Perawat terlatih
Mendapatkan pelatihan RJP / Code Blue Team.
C. Tujuan
Tujuan dari panduan ini adalah:
1. Untuk memberikan panduan baku bagi tim code blue dalam melaksanakan tugas-
tugasnya sebagai tim reaksi cepat jika code blue diaktifkan.
2. Membangun respon seluruh petugas di RSUD Tora Belo Sigi pada pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat.
3. Mempercepat respon time kegawatdaruratan di rumah sakit untuk menghindari
kematian dan kecacatan yang seharusnya tidak perlu terjadi.
12
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumasakitan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Keselamatan dan Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/ Menkes/ 1128/
2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;
13
BAB II
RUANG LINGKUP
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat
medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon
terbagi dalam 2 tahap yaitu:
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di sekitar
korban yang mengalami kondisi gawat darurat.
2. Respon kedua (responder kedua) berasal dari tim code blue.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. System respon dilakukan dengan waktu
respon tertentu berdasarkan standar kualitas pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit.
Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BHD untuk menunjang
kecepatan respon untuk BHD di lokasi kejadian.
2. Peralatan BHD harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana peralatan
dapat dipindahkan atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.
D. Pengaturan Jaga
a. Dokter Jaga IGD
b. Perawat/bidan yang bertugas sebagai tim CODE BLUE (disetiap bagian dan setiap
shift jaga terdapat perawat yang ditunjuk sebagai petugas penanggung jawab
CODE BLUE)
c. Tim Code Blue yang bertugas diatur secara bergantian setiap bulan
15
BAB III
TATA LAKSANA
2. Uraian Tugas.
a. Koodinator Team
Dijabat oleh Kepala Instalasi IGD bertugas :
i. Mengkoordinir segenap anggota tim.
ii. Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawat daruratan yang dibutuhkan
oleh anggota tim.
c. Perawat Pelaksana.
Perawat bertugas :
i. Bersama dokter penanggung jawab medis mengidentifikasi/triage pasien di ruang
perawatan.
ii. Membantu dokter penanggung jawab medis menangani pasien gawat dan gawat
darurat di ruang perawatan.
d. Tim Resusitasi.
Dijabat Perawat terlatih dan Dokter Jaga IGD. Bertugas :
i. Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat / gawat darurat diruang
perawatan.
ii. Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat darurat diruang perawatan
16
ii. Perawat Terlatih minimal 2 orang (1 orang perawat IGD, satu orang perawat IRI dan
atau 1 orang perawat anestesi).
iii. Perawat pelaksana
c. Melakukan RJP
i. Dokter Jaga IGD dengan atau tanpa bantuan dokter jaga ruangan.
ii. Perawat Terlatih 2 - 3 orang (dari IGD dan IRI).
iii. Perawat pelaksana
4. Perencanaan Komunikasi
Komunikasi dalam penanganan kegawat daruratan di rumah sakit merupakan hal yang
sangat penting, untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
a. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar.
b. Menggunakan kata sandi Kode Biru dan menyebutkan lokasi ruangan dan nomor
kamar pasien.
Alat – alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai standar :
a. Speaker RS yang berada diruang informasi
18
a. Defibrilator 1 bh.
b. Stetoskope 1 bh
c. Tensimeter 1 bh
d. Neck collar cervis
Emergency Medical Kit
a. Airway and Breathing Management Support
i. Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set
ii. Suction 1 bh
iii. Ambubag (bayi, anak, dewasa)
iv. Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)
v. Orofaring tube
b. Circulation Support
i. Set infus mikro 1 bh
ii. Set infus makro 1 bh
iii. Venocath 1 bh
d. Obat – obatan
i. Lidokain inj. 1 bh
ii. Adrenalin inj. 1 bh
iii. Phenobarbital inj. 1 bh
iv. Sulfas Atropin inj. 1 bh
v. MgSO4 inj. 1
vi. Dopamin inj
vii. Dobutamin inj
viii. Norepinephrine
19
8. Algoritma Code Blue
Penolong pertama
Penolong kedua
Setelah tim code blue datang, mereka akan mengambil alih resusitasi.
BLS dilanjutkan oleh tim code blue menggunakan AED/defibrilator
Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim code blue
20
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap kejadian code blue dicatat di formulir kejadian. Pencatatan dilakukan oleh petugas
code blue sesuai zonasi dan dievaluasi setiap bulan oleh tim code blue. Monitoring ketersediaan
dan kesiapan obat serta alat-alat emergency dilakukan setiap bulan oleh tim code blue bekerjasama
dengan petugas ruangan, instalasi farmasi dan IPSRS.
21
BAB V
PENUTUP
Langkah-langkah kritis yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan code blue adalah
pengenalan keadaan serta aktivasi sistem gawat darurat segera, RJP segera serta defibrilasi segera.
Tindakan tersebut harus dilakukan oleh orang di sekitar yang paling dekat jika menyaksikan
seseorang tidak sadarkan diri secara mendadak.
Tidak seperti mitos yang kita dengar, untuk kondisi penderita seperti diatas, RJP merupakan
tindakan yang tidak berbahaya. Lebih berbahaya bagi penderita jika penolong tidak bertindak apa-
apa. Kualitas RJP harus kita perhatikan, kompresi dada harus dikerjakan dengan baik melalui
menekan cepat dan kuat di bagian setengah bawah tulang dada. Seluruh tim medis Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Tangerang memegang peranan penting dalam perkembangan sistem code
blue.
22
PROSEDUR CODE BLUE
Prosedur :
Langkah-langkah aktivasi code blue pasien henti jantung
dan henti napas
Orang pertama yang menemukan klien.
Meminta pertolongan orang sekitar untuk mengaktifkan Code
Blue dgn menghubungi bagian informasi agar bagian
informasi dapat memanggil Tim Code Blue yang sedang jaga
pada saat itu melalui speaker RS atau menelpon nomor darurat
Mengeccek respon pasien dengan memanggil nama dan
PROSEDUR menepuk bahu pasien secara perlahan.
Membaringkan pasien dengan posisi terlentang
Mengamankan lingkungan dan berikan ruang yang cukup luas
disekitar pasien.
Membersihkan jalan napas
Melakukan Head tilt chin lift.
Memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas maka berikan
ventilasi (tidak boleh melakukan ventilasi mouth to mouth)
Memeriksa nadi carotis untuk mengetahui tanda-tanda
sirkulasi
Melakukan CPR jika nadi carotis tidak teraba dengan
perbandingan 30 kompresi dan 2 23
kali
ventilasidengan perhatian pada kompresi yang dalam (minim
al 5cm), kompresi yang cepat (minimal 100x/ kali/menit), dan
menghindari interupsi selama siklus kompresi dan ventilasi
dan tetap melakukan Basic Life Support sampai pertolongan
datang.
Untuk mencegah kelelahan penolong setiap 2 menit atau 5
siklus petugas yang melakukan kompresi harus bergantian.
Hand Over dengan Tim Code Blue.
Tugas 2 Perawat terlatih, Sopir dan Satpam
Perawat yang bertugas mengambil dan membawa alat
emergensi Kit, Suction portable, Defibrator, Satpam
membawa O2, Sopir membawa Long spine board dan
membawa ke tempat Kejadian Code blue.
Perawat Memansang Oropharingeal
Menyambungkan ambubag dengan oksigen dan berikan
oksigen 15 L/mnt
Memberikan Ventilasi dengan ambubag.
Memastikan Suction berfungsi dengan baik
Mempersiapkan alat-alat untuk intubasi dan menjadi asisten.
Memastikan semua kegiatan telah dapat dilakukan dengan
baik seperti CPR, Managemen Airway, dokumentasi dan
menanyakan peristiwa yang terjadi dari orang yang
menemukan korban.
Mempersiapkan defibrillator dan memasang defib pada (jelly)
pada dada pasien
Memeriksa dan memasang akses IV line dan mempersiapkan
cairan infus normal salin atau kristaloid (Perwat ahli yang
telah mengikuti pelatihan ACLS)
Menyiapkan obat-obat emergensi yang akan digunakan
sesuai indikasi dan order dokter.
1. Tugas Penanggung jawab medis (Dokter jaga IGD yang ada pada
jam itu)
Mengambil alih sebagai Leader
Memeriksa kondisi pasien, dan hand over dengan orang pertama
yang menemukan pasien di tempat kejadian serta dengan anggota
tim lain
Mempertahankan A-B-C (Airway, Breathing, Cirkulatiun),
defibrilasi, dan intubasi.
Memberikan instruksi pengobatan sesuai flow chart ACLS
Mendiskusikan perkembangan kondisi pasien dengan dokter
primer yang merawat pasien
Memutuskan apakah proses resusitasi dilanjutkan atau dihentikan
Jika resusitasi jantung paru berhasil, ditandai dengan kembalinya
fungsi sirkulasi dan pernapasan korban, maka korban akan ditrans
port menuju ke ruang dengan peralatan monitoring (ICU)
untuk selanjutnya dilakukan penatalaksanaan yang sesuai untuk p
asien dengan paska henti jantung
Mendokumentasikan kejadian dan hasil Code Blue di catatan
status pasien dan formulir Code Blue serta menandatanganinya
Mendiskusikan kondisi pasien dengan keluarga
2. Tugas Perawat pelaksana
Membersihkan area dari peralatan dan furniture
24
Menenangkan pasien lain dan pengunjung yang didekat area
kejadian Code Blue
Memastikan Rekam medis pasien tercatat dengan lengkap dan
benar
Memastikan dokumentasi formulir kejadian resusitasi (Form
Code Blue) sudah terisi dengan baik
Melengkapi Form Resusitasi (Form Code Blue), form pasien
pindah ICU dan mempersiapkan kepindahan pasien ke ICU
3. Tugas Penanggung jawab medis (Dokter jaga IGD yang ada pada
jam itu)
Mengambil alih sebagai Leader
Memeriksa kondisi pasien, dan hand over dengan orang pertama
yang menemukan pasien di tempat kejadian serta dengan anggota
tim lain
Mempertahankan A-B-C (Airway, Breathing, Cirkulatiun),
defibrilasi, dan intubasi.
Memberikan instruksi pengobatan sesuai flow chart ACLS
Mendiskusikan perkembangan kondisi pasien dengan dokter
primer yang merawat pasien
Memutuskan apakah proses resusitasi dilanjutkan atau dihentikan
Jika resusitasi jantung paru berhasil, ditandai dengan kembalinya
fungsi sirkulasi dan pernapasan korban, maka korban akan ditrans
PROSEDUR
port menuju ke ruang dengan peralatan monitoring (ICU)
untuk selanjutnya dilakukan penatalaksanaan yang sesuai untuk p
asien dengan paska henti jantung
Mendokumentasikan kejadian dan hasil Code Blue di catatan
status pasien dan formulir Code Blue serta menandatanganinya
Mendiskusikan kondisi pasien dengan keluarga
4. Tugas Perawat pelaksana
Membersihkan area dari peralatan dan furniture
Menenangkan pasien lain dan pengunjung yang didekat area
kejadian Code Blue
Memastikan Rekam medis pasien tercatat dengan lengkap dan
benar
Memastikan dokumentasi formulir kejadian resusitasi (Form
Code Blue) sudah terisi dengan baik
Melengkapi Form Resusitasi (Form Code Blue), form pasien
pindah ICU dan mempersiapkan kepindahan pasien ke ICU
34.a/SPO/PAP/RSTB/IV/2
022 00 4 dari 4
Seluruh bagian Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi kecuali IGD
UNIT TERKAIT
dan ICU
26
DOKUMEN BUKTI PELAYANAN
RESUSITASI
27
28
29
Jadwal Code Blue
30
31
32