Anda di halaman 1dari 39

PEMERINTAH KABUPATEN GORONTALO UTARA

UPTD RSUD dr. Hi. ZAINAL UMAR SIDIKI


Alamat: Jln Cimelati, Desa Bulalo Kec. Kwandang Kode Pos 96252

KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD RSUD dr. Hi. ZAINAL UMAR SIDIKI


NOMOR 022.4 TAHUN 2023

TENTANG

PENENTUAN TINGKAT RESIKO OBAT-OBATAN


DAN PERBEKALAN MEDIS SERTA PERALATAN MEDIS
UPTD RSUD dr. Hi. ZAINAL UMAR SIDIKI
KABUPATEN GORONTALO UTARA

DIREKTUR

Menimbang : a. Bahwa berdasarkan resiko yang ditimbulkan akibat


penggunaan obat-obatan dan perbekalan medis terhadap pasien,
terdapat obat-obatan dan perbekalan Kesehatan medis yang
menimbulkan resiko
b. Bahwa berdasar resiko yang ditimbulkan akibat penggunaan alat
medis terhadap pasien, terdapat alat medis yang menimbulkan
resiko tinggi
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
poin a dan b, maka perlu ditetapkan Surat Keputusan Direktur
UPTD RSUD dr. Hi. Zainal Umar Sidiki tentang Penentuan
Tingkat Resiko Obat-obatan dan Perbekalan Medis serta
Peralatan Medis
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2016 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah
sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
42 Tahun 2018 tentang Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2020 Tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 586);
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
10. Izin Operasional Rumah Sakit Nomor
21/ORS/DPMPT/0001/IV/2021 Tanggal 29 April 2021 tentang
Izin Operasional Kelas C.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Surat Keputusan Direktur UPTD RSUD dr. Hi. Zainal Umar Sidiki
Tentang Penentuan Tingkat Resiko Obat-obatan dan Perbekalan Medis
serta Peralatan Medis
KEDUA : Mengesahkan penentuan tingkat resiko obat-obatan dan perbekalan
medis serta peralatan medis sebagaimana tercantum dalam lampiran
surat keputusan ini
KETIGA : Penentuan tingkat resiko obat-obatan dan perbekalan medis serta
peralatan medis yang telah ditetapkan dala keputusan ini sebagai acuan
dalam menentukan penggunaan obat, perbekalan medis dan peralatan
medis di UPTD RSUD dr. Hi. Zainal Umar Sidiki
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Kwandang Pada


tanggal : 09 Januari 2023

DIREKTUR,

dr. Sri Fenty N. Sagaf, M.Kes


LAMPIRAN : KEPUTUSAN UPTD RSUD dr. Hi. ZAINAL UMAR SIDIKI

NOMOR : 022.4 Tahun 2023


TANGGAL : 09 Januari 2023
TENTANG : PENENTUAN TINGKAT RESIKO OBAT-
OBATANDAN PERBEKALAN MEDIS SERTA
PERALATAN MEDIS UPTD RSUD dr. Hi.
ZAINAL UMAR SIDIKI

A. DAFTAR PERBEKALAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN


BERSESIKO TINGGI

1. OBAT-OBATAN

- Daftar Obat Kategori High Alert Medicine (HAM)

No Kategori Jenis Obat


.
KCI 7,4% 25 ml
1 Elektrolit Pekat MgSO 40% 25 ml

D40% 25 ml

Insulin Inj

Oksitosin Inj

Lidocain Inj
2 High Alert Lainnya
Dobutamin Inj

Dopamin Inj

Epinefrin Inj

Norepinefrin Inj

3 Narkotika Fentanyl 0,5 mg/ml Inj


- Daftar Obat Lasa / Norum
Look A Like Sound A Like/Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip

NAMA OBAT MIRIP


No

1 Ceftriaxone Cefotaxime
2 Asam Mefenamat Asam Tranexamat
3 Amlodipine Nifedipine
4 Bisoprolol Propanolol
5 Cefiximen Cetirizine
6 Citicoline Cefazoline
7 Amoxicillin Amytriptiline
8 Prednison Eperisone
9 Isoflurane Cevoflurane
Cendo Xytrol Cendo Lyteers
OBAT SAMA, DOSIS BEDA
No
1 Bisoprolol 2,5 mg Bisoprolol 5 mg
2 Cefixime 100 mg Cefixime 200 mg
3 Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg
4 Amlodipine 5 mg Amlodipine 10 mg
Na. Diklofenak
5 25 mg Na. Diklofenak 50 mg
OBAT BEDA, BENTUK SAMA
No
1 Amoxicillin inj Ceftriaxone inj
OBAT SAMA, PEMBERIAN BEDA
No
Gentamicin
1 Zalf Kulit Gentamicin Zalf Mata/Tetes Matas
2 Acyclovir Zalf Acyclovir Tablet
DAFTAR OBAT EMERGENCY UGD
NO Nama Obat Satuan Jumlah Keterangan

1 Diazepam Inj Amp 3


2 Aminophyline Inj Amp 3
3 Asam Tranexamat Inj Amp 3
4 Dexamethasone Inj Amp 3
5 Ephedrine Inj Amp 2
6 KCl Inj Flac 2
7 MgSO4 Flac 2
8 Lidocain Inj Amp 2
9 Ephineprine Inj Amp 3
10 Ketorolac Inj Amp 3
11 Natrium Phenytoin Inj Amp 3
12 Lar. Infus Ringer Lactat Botol 4
13 Lar. Infus NaCL 0,9 Botol 3
14 Lar. Infus D5% Botol 2
15 Lar. Infus D10% Botol 2
No Nama BHP Satuan Jumlah Keterangan
1 Nasal Canula Anak pcs 1
2 Nasal Canula Bayi pcs 1
3 Nasal Canula Dewasa pcs 1
4 Infus Set Dewasa pcs 3
5 Infus Set Anak pcs 2
6 Blood Set pcs 2
7 Dispo 1 cc pcs 2
8 Dispo 3 cc pcs 2
9 Dispo 5 cc pcs 2
10 Dispo 10 cc pcs 2
11 Abocath 16 pcs 2
12 Abocath 18 pcs 2
13 Abocath 20 pcs 2
14 Abocath 22 pcs 2
15 Abocath 24 pcs 2
16 Abocath 26 pcs 2
17 O2 Mask Anak pcs 2
18 O2 Mask Dewasa pcs 2
19 Silk 2/0 pcs 2
20 Silk 3/0 pcs 2
21 Underpath pcs 2

B. DAFTAR PERBEKALAN MEDIS BERESIKO TINGGI

Nama Obat-obatan

Insulin

C. DAFTAR PERALATAN MEDIS BERESIKO TINGGI

No Nama Alat Medis

1 Alat Rontgen/Xray
2 Baby Incubator
3 FotoTherapi/BlueLight

D. ALUR RANTAI PERBEKALAN FARMASI

Produsen Distribut Eksped Gudang Farmasi Nurse

Suhu Suhu Suh Suh Suh Suhu


Keamanan Keamanan Keamana Keamana Keaman Keama
NILAI
Very High (4)

High (3)

Medium (2)

Low (1)

E. UPAYA MITIGASI RESIKO DALAM RANTAI PERBEKALAN


1. Membeli obat dan perbekalan medis dari distributor resmi
2. Item perbekalan medis memunculkan barcode
3. Ada berita acara serah terima obat dan perbekalan medis
4. Tidak menyetok obat dan perbekalan medis di bangsal dalam jumlah yang
banyak
5. Melakukan double cek untuk obat HAM dan LASA/NORUM
PEMERINTAH KABUPATEN GORONTALO UTARA
UPTD RSUD dr. Hi. ZAINAL UMAR SIDIKI
Jl. Cimelati Desa Bulalo Kec Kwandang Kab Gorontalo Utara

KEPUTUSAN DIREKTUR
UPTD RSUD dr. Hi. ZAINAL UMAR SIDIKI
NOMOR : 445 /RSUD- ZUS / 001.1 / I /2023

TENTANG
PENETAPAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI (HIGH ALERT) DAN OBAT
LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA)

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


farmasi Rumah Sakit, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan yang bermutu tinggi tentang medication error dan
keselamatan pasien;
b. bahwa untuk memberikan keamanan pemberian obat yang tepat
dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi;
c. bahwa agar pelayanan farmasi Rumah sakit dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Peraturan Direktur tentang penetapan
obat kewaspadaan tinggi (HIGH ALERT) dan obat look alike
sound alike (LASA) sebagai landasan bagi sasaran keselamatan
pasien di rumah sakit.
Mengingat : 1. Undang – Undang RI Nomor 44, tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Peraturan Direktur Rumah Sakit Tentang Penetapan Obat Kewaspadaan Tinggi

(HIGH ALERT) Dan Obat Look Alike Sound Alike (LASA)

KEDUA : Kebijakan Tentang Penetapan Obat Kewaspadaan Tinggi (HIGH ALERT) Dan

Obat Look Alike Sound Alike (LASA) sebagaimana tercantum dalam

lampiran Peraturan ini.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian

hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan

perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Kwandang
Pada Tanggal : Januari 2023

Direktur

dr. SRI FENTY N. SAGAF, M.Kes


LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
Nomor : 445/RSUD-ZUS/ 001.1/I/2023
Tanggal : Januari 2023

DAFTAR OBAT HIGH ALERT HIGH


UPTD RSUD dr.Hi. ZAINAL UMAR SIDIKI
TAHUN ALERT
NO KELAS NAMA GENERIK BENTUK NAMA KEKUATAN KET

TERAPI SEDIAAN DAGANG

1 ELEKTROLIT MAGNESIUM INJEKSI MGSO4 20% 25 ML


PEKAT SULFAT
40% 25 ML

KALIUM KLORIDA INJEKSI OTSU-KCL 7,46% 25 ML

NATRIU INFUS OTSU-SALINE 3% 500 ML


M 3%
KLORIDA
BUPIVACAIN HCL INJEKSI BUCAIN SPINAL 0,5% 4 ML
HEAVY

2 OBAT ANASTESI KETAMINE INJEKSI KETAMIN 100 MG / ML


UMUM/INHALAS
I
PROPOFOL INJEKSI RECOFOL N 10 MG /ML

MIDAZOLAM INJEKSI MIDAZOLAM 5 MG / ML

ISOFLURANE INJEKSI TERREL 250 ML

3 ADRENERGIK EPINEPHRIN INJEKSI EPINEPHRINE 1 MG / ML


AGONIS

NOREPINEPHRIN INJEKSI 1 MG / ML

ADRENERGIK PROPRANOLOL TABLET PROPRANOLOL 10


ANTAGONIS MG/TABLET

EPHEDRIN HCL INJEKSI EPHEDRIN HCL 50 MG/ML

4 ANASTESI AGENT LIDOCAIN INJEKSI LIDOCAIN HCL 20 % 20 MG /


20% ML

5 ANTI CLOPIDOGREL TABLET CLOPIDOGREL 75 MG


THROMBOLITIC
AGENT CILOSTAZOL TABLET CILOSTAZOL 50
MG/TABLET

6 DEXTROSE DEXTROSE INJEKSI OTSU-D40% 40% 25 ML


HYPERTONIC,
40%

METFORMIN TABLET METFORMIN 500 MG

8 ANTI
DIABETIK
ORAL DAN INSULIN ASPART INJEKSI SANSULIN 100 IU / ML
INSULIN RAPID

INSULIN DETEMIR INJEKSI LEVEMIR 300 IU / 3 ML


FLEXPEN

10 OBAT JANTUNG DOPAMIN HCL INJEKSI DOPAMIN HCL 200 MG / 5 ML


DOBUTAMIN HCL INJEKSI DOBUTAMIN 250 MG/5 ML
HCL

12 HORMON OXYTOCIN INJEKSI OXYTOCIN 10 IU / ML

13 OBAT NARKOTIKA CODEIN TABLET CODEIN 10 MG


/TABLET

FENTANYL INJEKSI FENTANYL 100 MCG/2


ML

14 ANTIDOTUM CALCIUM INJEKSI CALCIUM 10 ML


GLUCONATE 10% GLUCONATE
10%
LASA
DAFTAR OBAT-OBAT
LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) / NAMA OBAT RUPA UCAPAN MIRIP (NORUM)

NO OBAT LOOK ALIKE / RUPA OBAT MIRIP KETERANGAN


1 Amlodipine 5 mg Amlodipin 10 mg Tablet
2 Alprazolam 0,5 mg Alprazolam 1 mg Tablet
3 Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg Tablet
4 Cefotaxime inj Ceftriaxone inj Injeksi
5 Ciprofloxacin 500 mg Levofloxacine 500 mg Tablet
6 Dexamethasone inj Lidocain injeksi Injeksi
7 Furosemid Injeksi Ranitidine injeksi Injeksi
8 Methyl Ergometrin injeksi Oxytocyn injeksi Injeksi
9 Ranitidine injeksi Metamizole injeksi Injeksi
10 Megabal injeksi Ranitidin injeksi Injeksi
11 Metochlorpramide injeksi Furosemid injeksi Injeksi
12 Fartison injeksi Farsorbid injeksi Injeksi

NO OBAT SOUND ALIKE / NAMA OBAT DAN UCAPAN MIRIP KETERANGAN


1 alloPURINol haloPERIDol Tablet
2 AMOXicillin DOXYcyclin Tablet
3 AMLOdipine NIFEdipine Tablet
4 asam TRANEXamat asam MEFENamat Tablet
5 ALPRaZOlam LORAZEpam Tablet
6 BISOprolol PROPANolol Tablet
7 CEFAdroxil CEFIxime Sirup
8 CEFTRIAXONE CEFOTAXIME Injeksi
9 CIPROfloxacine LEVOfloxacine Kapsul
10 ciTICHOLine ceTIRIZine Tablet
11 ceFADROxil caPTOPRil Tablet
12 DIAzepam LORAzepam Tablet
13 diPHENhidRAMINE diMENhidRINAT Tablet
14 doPAmin doBUTAmin Injeksi
15 efiNEFrin epHEDrin Injeksi
16 metFORMIN metRONIDAZOLE Tablet
17 NICARdipine NIFEdipin Tablet
18 natrium DIKLOFENAK natrium BIKARBONAT Tablet
DAFTAR OBAT ELEKTROLIT PEKAT

UPTD RSUD dr. Hi. ZAINAL UMAR SIDIKI

TAHUN 2023 ELEKTROLI


T PEKAT
KELAS BENTUK NAMA
NO NAMA GENERIK KEKUATAN KET
TERAPI SEDIAAN DAGANG

1 ELEKTROLIT MAGNESIUM INJEKSI MGSO4  20% 25 ML Elektrolit


PEKAT SULFAT
Pekat tidak
 40% 25 ML
boleh
KALIUM INJEKSI OTSU-KCL 7,46% 25 ML
disimpan di
KLORIDA
ruang
NATRIUM INFUS OTSU-SALINE 3% 500 ML
KLORIDA 3% perawatan
kecuali IGD,
Kamar
bersalin, IBS
dan ICU
PANDUAN HIGH ALERT
MEDICATIONS
UPTD RSUD dr.Hi. Zainal Umar Sidiki

Jl. Cimelati, Desa Bulalo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara


Telp. 0822 9030 8881. Email : rsud.zus@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kuasa-Nya
kami bisa menyelesaikan Panduan HIGH ALERT MEDICATIONS di RSUD dr. Hi. Zainal Umar
Sidiki.
Panduan ini berjudul Panduan HIGH ALERT MEDICATIONS di RSUD dr. Hi. Zainal
Umar Sidiki Kabupaten Gorontalo Utara. Panduan ini disusun sebagai panduan dalam melakukan
Pengelolaan obat HIGH ALERT hingga pemberian kepada pasien.
Akhir kata penyusun harapkan agar panduan ini bermanfaat untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan dapat dipahami oleh petugas yang ada di RSUD dr. Hi. Zainal Umar Sidiki.

Kwandang, Januari 2023


Direktur RSUD dr. Hi. Zainal Umar Sidiki

dr. SRI FENTY N. SAGAF, M.KES


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I DEFINISI.................................................................................................
BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................
BAB III TATALAKSANA.....................................................................................
BAB IV DOKUMENTASI......................................................................................
BAB I

DEFINISI

A. Latar Belakang
HIGH ALERT MEDICATIONS memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan
komplikasi, efek samping, atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis
terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya
kesalahan.
Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti:1
a. menyediakan akses informasi mengenai high alert medications
b. membatasi akses terhadap high alert medications
c. menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk high alert medications
d. menstandarisasi prosedur instruksi / peresepan, penyimpanan, persiapan, dan
pemberian high alert medications
e. melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obat tertentu.
Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau ulang
dalam audit dan revisi HIGH ALERT MEDICATIONS oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
B. Tujuan
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya mengenai kebijakan
manajemen dan pemberian obat-obatan yang tergolong dalam kategori high alert
medications (obat-obatan dengan pengawasan).
2. Meningkatkan kewaspadaan akan high alert medications sehingga meningkatkan
keselamatan pasien.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi terjadinya
kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi risiko terhadap pasien.
Definisi
HIGH ALERT MEDICATIONS adalah obat-obatan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk
menyebabkan / menimbulkan adanya komplikasi / membahayakan pasien secara signifikan jika
terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval, dan pemilihannya).3
Berikut adalah obat-obatan yang termasuk dalam kategori high alert medications:
Tabel 1.Obat-obatan dalam Kategori High Alert Medications

Kategori / Kelas Obat-obatan Jenis obat


Agonis adnergik IV Epinefrin, fenilefrin,
Antagonis adrenergic IV Propanolol, metoprolol,
Agen anestesi (umum, inhalasi, dan IV) Propofol, ketamin
Anti-aritmia IV Lidokain, amiodaron
Anti-trombotik, termasuk:
a. Antikoagulan : Warfarin, LMWH (low-molecular-weight heparin),
unfractionated heparin IV
b. Inhibitor faktor Xa : Fondaparinux
c. Direct thrombin inhibitors : Argatroban, bivalrudin, dabigatran
texilate, lepirudin
Larutan / solusio kardioplegik
Agen kemoterapi (parenteral dan oral)
Dekstrosa hipertonik ( ≥ 20%)
Larutan dialysis (peritoneal dan hemodialisis)
Obat-obatan epidural atau intratekal
Obat hipoglikemik (oral)
Obat inotropik IV Digoksin, milrinone
Insulin (SC dan IV) Insulin regular, aspart,
Obat-obatan dengan bentuk liposomal amfoterisin B liposomal
Agen sedasi moderat / sedang IV Dexmedetomidine,
Agen sedasi moderat / sedang oral, untuk anak Chloral hydrate, ketamin,
Opioid / narkose:
a. IV
b. Transdermal
Agen blok neuromuscular : Suksinilkolin,Rokuronium, Vekuronium,
Atrakurium, pankuronium
Preparat nutrisi parenteral
Agen radiokontras IV
Akua bi destilata, inhalasi, dan irigasi (dalam kemasan ≥ 100ml)
NaCl untuk injeksi, hipertonik, dengan konsentrasi > 0,9%
Konsentrat KCl untuk injeksi
Epoprostenol IV
Injeksi Magnesium Sulfat (MgSO4)
Digoksin IV
Metotreksat oral (penggunaan non-onkologi)
Opium tincture
Oksitosin IV
Injeksi natrium nitropruside
Injeksi kalium fosfat
Prometazin IV
Kalsium intravena
Vasopressin (IV atau intraoseus)
Antikonvulsan benzodiazepine

 Vial yang mengandung konsentrat elektrolit (misalnya KCl) tidak boleh


disimpan di lingkup atau area perawatan pasien kecuali ICU dan VK.
 Obat-obatan yang digunakan dalam emergensi medis (misalnya:
kondisi mengancam nyawa yang bersifat gawat darurat) tidak
diwajibkan untuk mengikuti Pedoman dan Prosedur Penggunaan high
alert medications

Prinsip- prinsip dalam High Alert Medications5


1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah high alert medications yang disimpan di suatu
unit
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
c. Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Misalnya: kesalahan fatal terjadi di mana injeksi vial 50 ml berisi
lidokain 2% tertukar dengan manitol (kemasan dan cairan obat
serupa). Solusinya: sediakan lidokain 2% dalam vial 10 ml,
sehingga kalaupun terjadi salah pemberian, jumlah lidokain yang
diinjeksikan kurang berdampak fatal.
b. Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip (LASA)
c. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
d. Batasi akses terhadap high alert medications
e. Gunakan tabel dosis standar (daripada menggunakan dosis
perhitungan berdasarkan berat badan / fungsi ginjal, di mana
rentan terjadi kesalahan).
BAB II

RUANG LINGKUP

1. Alkaloid Vinca (Vincristine, vinblastine, vinorelbine)


a. Semua dosis vinkristin dan vinblastin disiapkan dan disimpan dalam
larutan 10ml NaCl 0,9% (injeksi)
b. Vinorelbine disiapkan dan disimpan dalam larutan 20ml NaCl 0,9% (injeksi)
c. Spuit harus diberi label dengan peringatan:
i. ‘fatal jika diberikan intratekal’
ii. ‘hanya untuk penggunaan IV’
iii. ‘perlu pengecekan ganda’
d. Setiap spuit harus disertai tutup dan harus tetap intak hingga waktu
pemberian obat tiba.
2. Pemberian obat melalui intratekal
a. Lakukan pengecekan ganda setelah persiapan dosis obat
intratekal untuk memastikan obat dan pelabelan benar.
b. Pelabelan meliputi peringatan:
i. Perhatian: hanya untuk penggunaan intratekal
ii. Perlu pengecekan ganda
c. Obat-obatan kemoterapi intratekal akan disimpan dan disiapkan dalam
sediaan spuit 10 ml atau lebih kecil.
d. Tidak boleh ada obat-obatan sitotoksik lainnya di sebelah tempat tidur pasien
selama proses pemberian obat kemoterapi intratekal.
e. Lakukan pengecekan ganda
3. Agonis Adrenergik IV (epinefrin, fenilefrin, norepinefrin, isoproterenol)
a. Instruksi medikasi harus meliputi ‘kecepatan awal’.
b. Saat titrasi obat, haruslah meliputi parameternya
c. Konsentrasi standar untuk infuse kontinue:
i. Epinefrin: 4 mg/250ml
ii. Norepinefrin: 8 mg/250ml
iii. Fenilefrin: 50 mg/250ml
d. Pada kondisi klinis di mana diperlukan konsentrasi infuse yang tidak
sesuai standar, spuit atau botol infuse harus diberi label ‘konsentrasi yang
digunakan adalah ….
e. Gunakan monitor kardiovaskular pada semua pasien dengan pemasangan vena
sentral
4. Antagonis adrenergic (propanolol, esmolol, metoprolol, labetalol)
a. Konsentrasi standar esmolol:
i. Vial 100 mg/10ml
ii. Ampul 2,5 g/10ml
5. Dopamine dan dobutamin
a. Sering terjadi kesalahan berupa obat tertukar karena namanya yang mirip,
konsentrasi yang mirip, dan indikasinya yang serupa. Gunakan label yang
dapat membedakan nama obat (misalnya: DOBUTamin, DOPamin)
b. Gunakan konsentrasi standar
c. Beri label pada pompa dan botol infuse berupa ‘nama obat dan dosisnya’
6. Kalsium Intravena (sebagai gluceptate, gluconate, atau chloride).
a. CaCl tidak boleh diberikan melalui IM karena bersifat sangat iritatif
terhadap jaringan
b. Faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium dalam darah adalah
kadar fosfor serum dan albumin serum
c. Efek samping yang dapat terjadi:
i. Interaksi obat dengan digoksin (injeksi cepat kalsium dapat menyebabkan
bradiaritmia, terutama pada pasien yang mengkonsumsi digoksin)
ii. Antagonis terhadap CCB (calcium-channel blocker) dan peningkatan
tekanan darah
iii. Hipokalsemia atau hiperkalsemia akibat pemantauan kadar kalsium yang
tidak efisien
iv. Rasio kalsium-fosfor yang tidak tepat dalam larutan IV dan menyebabkan
presipitasi dan kerusakan organ
v. Nekrosis jaringan akibat ekstravasasi kalsium klorida
d. Instruksikan pemberian kalsium dalam satuan milligram.
e. Lakukan pengecekan ganda
7. Agen Kemoterapi (intravena, intraperitoneal, intraarterial, intrahepatik,
dan intrapleural).
a. Dalam meresepkan obat kemoterapi, perlu dilakukan sertifikasi dan
verifikasi secara tepat sebelum meresepkan dan memberikan obat.
b. Instruksi kemoterapi harus ditulis di ‘formulir instruksi kemoterapi’
dan ditandatangani oleh spesialis onkologi.
c. Tidak diperbolehkan memberikan instruksi obat kemoterapi hanya dalam
bentuk verbal (harus tertulis)
d. Singkatan ‘u’ untuk ‘unit’ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan
singkatan.
e. Jangan menggunakan pompa IV jika hanya perlu dosis bolus
f. Kapanpun memungkinkan, gunakan instruksi yang dicetak (print)
dalam meresepkan obat.
g. Saat meresepkan obat kemoterapi IV, instruksi harus tertulis dengan dosis
individual, bukan jumlah total obat yang diberikan sepanjang program
terapi ini.
h. Instruksi lengkap mengenai pemberian obat ini harus mencakup:
i. Nama pasien dan nomor rekam medis
ii. Tanggal dan waktu penulisan instruksi
iii. Semua elemen yang digunakan untuk menghitung dosis inisial atau
perubahan tatalaksana kemoterapi harus dicantumkan dalam resep
(tinggi badan, berat badan, dan atau luas permukaan tubuh)
iv. Indikasi dan inform consent
v. Alergi
vi. Nama obat kemoterapi, dosis, rute pemberian, dan tanggal pemberian
setiap obat
vii. Jumlah siklus dan atau jumlah minggu pemberian regimen
pengobatan, jika memungkinkan
i. Berikan label yang jelas dan kemasan berbeda-beda untuk membedakan
dengan obat lainnya.
j. Semua dosis obat harus disertai dengan tulisan: ‘Perhatian: agen
kemoterapi’
k. Adanya dosis obat yang hilang harus diselidiki segera oleh ahli farmasi
dan dosis pengganti sebaiknya tidak diberikan sebelum disposisi dosis
pertama diverifikasi.
l. Obat kemoterapi akan diberikan berdasarkan pada instruksi dokter dan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
m. Berikan label pada setiap alat / benda spesifik milik pasien yang
berhubungan dengan kemoterapi, misalnya: ‘Peringatan: materi / bahan
anti-neoplastik. Perlakukan dengan baik dan hati-hati.’
n. Obat kemoterapi akan dikemas dengan 2 lapisan untuk meminimalisasi
kemungkinan tercecer atau tersebar.
o. Semua obat kemoterapi yang telah dipersiapkan akan menjalani
pengecekan ganda
p. Lakukan pengecekan dalam perhitungan dosis sebanyak 2 kali oleh 2
orang yang berbeda
q. Lakukan pengecekan pengaturan pompa kemoterapi sebelum memberikan
obat.
r. Hanya perawat yang memiliki kompetensi dalam pemberian kemoterapi
yang boleh memberikan obat.
8. Infuse kontinu Heparin, Lepirudin, Argatroban, Warfarin IV5
a. Protokol standar indikasi adalah untuk thrombosis vena dalam (Deep Vein
Thrombosis – DVT), sakit jantung, stroke, dan ultra-filtrasi.
b. Singkatan ‘u’ untuk ‘unit’ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan.
c. Standar konsentrasi obat untuk infuse kontinu:
i. Heparin: 25.000 unit/500ml dekstrosa 5% (setara dengan 50 unit/ml)
ii. Lepirudin: 50 mg/250ml dan 100 mg/250ml
iii. Argatroban: 250 mg/250ml
d. Gunakan pompa infuse
e. Lakukan pengecekan ganda
f. Berikan stiker atau label pada vial heparin dan lakukan pengecekan ganda
terhadap adanya perubahan kecepatan pemberian.
g. Untuk pemberian bolus, berikan dengan spuit (daripada memodifikasi kecepatan
infus)
h. Obat-obatan harus diawasi dan dipantau
i. Warfarin harus diinstruksikan secara harian berdasarkan pada nilai INR / PT
harian.

9. Insulin IV
a. Singkatan ‘u’ untuk ‘unit’ tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan.
b. Infuse insulin: konsentrasi standar = 1 unit/ml, berikan label ‘high alert’ , ikuti
protokol standar ICU
c. Vial insulin yang telah dibuka memiliki waktu kadaluarsa dalam 30 hari
setelah dibuka
d. Vial insulin disimpan pada tempat terpisah di dalam kulkas dan diberi label.
e. Pisahkan tempat penyimpanan insulin dan heparin (karena sering tertukar)
f. Jangan pernah menyiapkan insulin dengan dosis U100di dalam spuit 1 cc, selalu
gunakan spuit insulin (khusus)
g. Lakukan pengecekan ganda
h. Perawat harus memberitahukan kepada pasien bahwa mereka akan diberikan
suntikan insulin/
i. Distribusi dan penyimpanan vial insulin dengan beragam dosis:
i. Simpan dalam kulkas secara terpisah dan diberi label yang tepat
ii. Semua vial insulin harus dibuang dalam waktu 30 hari setelah dibuka (injeksi
jarum suntik). Tanggal dibuka / digunakannya insulin untuk pertama kali harus
dicatat pada vial.
10.Konsentrat elektrolit: injeksi NaCl > 0,9% dan injeksi Kalium (klorida,
asetat, dan fosfat) ≥ 0,4 Eq/ml.
a. Jika KCl diinjeksi terlalu cepat ( misalnya pada kecepatan melebihi 10 mEq/jam)
atau dengan dosis yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan henti jantung.
b. KCl tidak boleh diberikan sebagai IV push / bolus.
c. Hanya disimpan di apotek, ICU, ICCU, dan kamar operasi
d. Standar konsentrasi pemberian infuse NaCl: maksimal 3% dalam 500ml.
e. Berikan label pada botol infuse: ‘larutan natrium hipertonik 3%’
(Tulisan berwarna merah)
f. Protokol untuk KCl:
i. Indikasi infuse KCl
ii. Kecepatan maksimal infuse
iii. Konsentrasi maksimal yang masih diperbolehkan
iv. Panduan mengenai kapan diperlukannya monitor kardiovaskular
v. Penentuan bahwa semua infuse KCl harus diberikan via pompa
vi. Larangan untuk memberikan larutan KCl multipel secara berbarengan
(misalnya: tidak boleh memberikan KCl IV sementara pasien sedang
mendapat infuse KCl di jalur IV lainnya)
vii. Diperbolehkan untuk melakukan substitusi dari KCl oral menjadi KCl IV,
jika diperlukan
g. Lakukan pengecekan ganda

11. Infuse narkose / opiat, termasuk infuse narkose epidural


a. Opiate dan substansi lainnya harus disimpan dalam lemari penyimpanan yang
terkunci di apotik / unit farmasi dan di ruang perawatan pasien.
b. Kapanpun memungkinkan, instruksi yang dicetak (print) sebaiknya tersedia
dalam meresepkan obat.
c. Berikan label ‘high alert’: untuk infuse kontinu dengan konsentrasi non- standar
yang diberikan /diantarkan ke unit rawat, jika dperlukan sewaktu- waktu.
d. Konsentrasi standar:
i. Morfin: 1 mg/ml
ii. Meperidin: 10 mg/ml
iii. Hidromorfin: 0,2 mg/ml (lima kali lebih poten dibandingkan morfin)
iv. Fentanil (penggunaan ICU): 10 mcg/ml
e. Konsentrasi tinggi: (berikan label ‘konsentrasi tinggi’)
i. Morfin: 5 mg/ml
ii. Hidromorfin: 1 mg/ml (lima kali lebih poten dibandingkan morfin)
iii. Fentanil (penggunaan ICU): 50 mcg/ml
f. Instruksi penggunaan narkose harus mengikuti Kebijakan Titrasi.
g. Pastikan tersedia nalokson atau sejenisnya di semua area yang
terdapat kemungkinan menggunakan morfin
h. Tanyakan kepada semua pasien yang menerima opiate mengenai riwayat alergi
i. Hanya gunakan nama generic
j. Jalur pemberian epidural:
i. Semua pemberian infuse narkose / opiate harus diberikan dengan pompa
infuse yang terprogram dan diberikan label pada alat pompa
ii. Gunakan tabung infuse yang spesifik (misalnya: wana: kuning
bergaris) tanpa portal injeksi
iii. Berikan label pada ujung distal selang infuse epidural dan selang infus IV
untuk membedakan.
k. Jika diperlukan perubahan dosis, hubungi dokter yang bertanggungjawab
l. Lakukan pengecekan ganda

12. Agen sedasi IV (lorazepam, midazolam, propofol).


a. Setiap infuse obat sedasi kontinu memiliki standar dosis, yaitu:
i. Lorazepam: 1 mg/ml
ii. Midazolam: 1 mg/ml, efek puncak: 5-10 menit
iii. Propofol: 10 mg/ml
b. Lakukan monitor selama pemberian obat (oksimetri denyut, tanda vital,
tersedia peralatan resusitasi)
13. Infus Magnesium Sulfat
a. Tergolong sebagai high alert medications pada pemberian konsentrasi
melebihi standar, yaitu > 40 mg/ml dalam larutan 100 ml (4 g dalam 100
ml larutan isotonic / normal saline).
b. Perlu pengecekan ganda (perhitungan dosis, persiapan dosis, pengaturan
pompa infuse)
14. Infuse Alteplase (t-PA, activase) IV7
a. Semua infuse alteplase yang digunakan di rumah sakit harus disiapkan oleh
ahli farmasi.
b. Untuk penggunaan dalam kondisi emergensi, saat ahli farmasi tidak ada di
tempat untuk mempersiapkan obat, satu sediaan alteplase akan disimpan di
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Saat obat ini hendak digunakan, lakukanlah
pencatatan yang sesuai dan lengkap berisi identifikasi pasien dan alasan /
indikasi pemberian obat. Pencatatan ini harus ditransmisikan ke farmasi /
apotek sebelum dosis obat berikutnya diberikan.
c. Siapkan alteplase dengan dosis spesifik untuk setiap pasien.
d. Tidak diperbolehkan adanya obat ekstra / berlebih di container obat final yang
akan diberikan kepada pasien (contohnya: hanua obat dengan dosis spesifik
dan tepat yang diletakkan di container obat final).
e. Beri label pada setiap dosis obat yang digunakan (di spuit dan container
infuse), dan harus meliputi minimal:
i. Nama pasien
ii. Nomor rekam medis pasien
iii. Lokasi pasien
iv. Nama generic dan paten obat yang digunakan
v. Konsentrasi obat yang dinyatakan dalam mg/ml
vi. Kuantitas total obat / volume total larutan yang terkandung di
dalam sediaan
vii. Tanggal kadaluarsa obat
viii. Kecepatan pemberian infuse
f. Pemberian obat tidak boleh diinterupsi dan dilakukan di area / tempat yang
bebas gangguan /distraksi
g. Perlu pengecekan ganda

15. Injeksi Tenecteplase IV


a. Pada tempat penyimpanan obat, berikan label yang jelas, untuk dapat
membedakan dengan alteplase dan meminimalisasi kemungkinan obat tertukar
b. Lakukan pengecekan ganda

16.Agen blok neuromuscular (Suksinilkolin, rokuronium, vekuronium, atrakurium,


pankuronium)8
a. Harus disimpan di area khusus dan spesifik, seperti: kamar operasi, Ruang
Rawat Intensif (Pediatric Intensive Care Unit / Neonates Intensive
Care Unit / Intensive Care Unit), IGD, Cath Lab.
b. Berikan label yang terlihat jelas dan dapat dibedakan dengan obat- obatan
lainnya. Farmasi akan memberikan label pada semua vial untuk
penyimpanan obat di luar kamar operasi.
c. Penyimpanan harus dipisahkan dari obat-obatan lainnya, misalnya dengan
kotak berwarna, penyekatan, dan sebagainya
d. Semua infuse agen blok neuromuscular harus memiliki label yang
bertuliskan:
i. ‘peringatan: agen paralisis’
ii. ‘dapat menyebabkan henti napas’
e. Lakukan pengecekan ganda
f. Untuk setiap container obat baru yang disediakan oleh farmasi (misalnya:
vial, spuit, dan sebagainya), pengecekan ganda harus dicatat oleh kedua
petugas di rekam medis pasien.
g. Catatlah jika ada perubahan instruksi, termasuk perubahan kecepatan infuse
dan pengaturan pompa infuse
h. Kapanpun memungkinkan, instruksi yang dicetak (print) sebaiknya
tersedia. Instruksi juga harus menyatakan ‘Pasien harus terpasang
ventilator’.
i. Jangan pernah menganggap obat-obatan ini sebagai ‘relaksan’Harus
dihentikan pemberiannya pada pasien yang di- ekstubasi dan tidak
menggunakan ventilator lagi

17. Obat-obatan inotropik IV (digoksin, milrinone)


a. Obat-obatan ini memiliki rentang terapeutik yang sempit dan memiliki
sejumlah interaksi obat.
b. Pasien-pasien yang harus mendapatkan pengawasan ekstra adalah: lansia
(geriatric) yang mendapat dosis tinggi obat inotropik dan juga mengkonsumsi
quinidine.
c. Dalam penggunaan obat, berikan edukasi kepada pasien mengenai
pentingnya kepatuhan pasien dalam hal dosis, perlunya pemeriksaan darah
perifer secara rutin, dan tanda-tanda peringatan akan terjadinya potensi
overdosis
d. Tingkatkan pemantauan pasien dengan memperbanyak kunjungan dokter dan
pemeriksaan laboratorium
e. Lakukan pemeriksaan digoksin darah secara rutin
f. Monitor penggunaan Digibind dan kembangkan suatu protokol mengenai
indikasi penggunaan Digibind

18. Garam fosfat (natrium dan kalium)


a. Sebisa mungkin, berikan terapi pengganti fosfat melalui jalur oral
b. Berikan dalam bentuk natrium fostat, kapanpun memungkinkan
c. Pemberian kalium fosfat berdasarkan pada level / kadar fosfat inorganic pasien
dan faktor klinis lainnya.
d. Dosis normal kalium fosfat: tidak melebihi 0,32 mmol/kgBB dalam 12 jam.
Dosis dapat diulang hingga serum fosfat > 2 mg/dl.
e. Selalu berikan via pompa infuse
PEMBERIAN HIGH ALERT MEDICATIONS PADA PEDIATRIK DAN
NEONATUS
1. High alert medications pada neonatus dan pediatric serupa dengan obat-
obatan pada dewasa, dan obat-obatan di bawah ini:
a. Regicide (semua jalur pemberian)
b. Chloral hydrate (semua jalur pemberian)
c. Insulin (semua jalur pemberian)
d. Digoksin (oral dan IV)
e. Infuse dopamine, dobutamin, epinefrin, norepinefrin
2. Pemberian chloral hydrate untuk sedasi:
a. Kesalahan yang sering terjadi:
i. Dosis tertukar karena terdapat 2 sediaan: 250 mg/5ml dan 500 mg/5ml.
ii. Instruksi sering dalam bentuk satuan volume (ml), dan bukan dalam
dosis mg.
iii. Pasien agitasi sering mendapat dosis multipel sebelum dosis yang
pertama mencapai efek puncaknya sehingga mengakibatkan terjadinya
overdosis.
b. Tidak boleh untuk penggunaan di rumah
c. Monitor semua anak yang diberikan chloral hydrate untuk sedasi pre-operatif
sebelum dan setelah prosedur dilakukan. buatlah rencana resusitasi dan
pastikan tersedianya peralatan resusitasi.
3. Prosedur pemberian obat:
a. Lakukan pengecekan ganda oleh 2 orang petugas kesehatan yang
berkualitas (perawat, dokter, ahli farmasi)
b. Berikut adalah konsentrasi standar obat-obatan untuk penggunaan secara
kontinu infuse intravena untuk semua pasien pediatric yang dirawat, PICU,
dan NICU. Berikan label ‘konsentrasi …….’ untuk spuit atau botol infuse
dengan konsentrasi modifikasi.
Tabel 2. Konsentrasi Standar Obat-obatan untuk Pediatric, PICU, dan NICU6
Oba Konsentrasi 1 Konsentrasi 2 Konsentrasi 3
KCl 0,1 mEq/ml 0,2 mEq/ml
Spesifik untuk pediatric / PICU
Dopamin 1600 mcg/ml 3200 mcg/ml
Dobutamin 200 mcg/ml 4000 mcg/ml
Epinefrin 16 mcg/ml 64 mcg/ml
Norepinefrin 16 mcg/ml 32 mcg/ml 64 mcg/ml
Insulin, regular 0,5 unit/ml 1 unit/ml
Spesifik untuk NICU
Dopamine 400 mcg/ml 800 mcg/ml 1600 mcg/ml
Dobutamin 500 mcg/ml 1000 mcg/ml 2000 mcg/ml
Epinefrin 20 mcg/ml 40 mcg/ml
Insulin, regular 0,1 unit/ml 0,5 unit/ml
Fentanil 4 mcg/ml 12,5 mcg/ml
c. Hanya staf yang berpengalaman dan kompeten yang diperbolehkan memberikan
obat.
d. Simpan dan instruksikan hanya 1 (satu) konsentrasi
e. Harus memberikan instruksi dalam satuan milligram, tidak boleh menggunakan
satuan milliliter
f. Jangan menginstruksikan penggunaan obat-obatan ini sebagai rutinitas
/ jika perlu. Jika diperlukan pemberian obat secara pro re nata (jika perlu),
tentukan dosis maksimal yang masih diperbolehkan (misalnya: dosis maksimal
500 mg perhari).
BAB III
TATA LAKSANA
Prosedur
Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,
mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan High Alert Medications.
1. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert
medications.
b. Instruksi ini harus mencakup minimal:
i. Nama pasien dan nomor rekam medis
ii. Tanggal dan waktu instruksi dibuat
iii. Nama obat (generic), dosis, jalur pemberian, dan tanggal
pemberian setiap obat
iv. Kecepatan dan atau durasi pemberian obat
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap
high alert medications secara tertulis
d. Sistem instruksi elektronik akan memberikan informasi terbaru secara periodic
mengenai standar pelayanan, dosis, dan konsentrasi obat (yang telah disetujui
oleh Komite Farmasi dan Terapeutik), serta informasi yang dibutuhkan untuk
mengoptimalisasi keselamatan pasien.
e. Jika memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah
terstandarisasi dengan menggunakan instruksi tercetak.
f. Instruksi kemoterapi harus ditulis pada ‘Formulir Instruksi Kemoterapi’ dan
ditandatangani oleh spesialis onkologi, informasi ini termasuk riwayat alergi
pasien, tinggi badan, berat badan, dan luas permukaan tubuh pasien. Hal ini
memungkinkan ahli farmasi dan perawat untuk melakukan pengecekan ganda
terhadap penghitungan dosis berdasarkan berat badan dan luas permukaan
tubuh.
2. Persiapan dan Penyimpanan
a. High alert medications disimpan di pos perawat di dalam troli atau cabinet
yang memiliki kunci.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan
dengan obat-obatan rutin lainnya. Jika high alert medications harus disimpan
di area perawatan pasin, kuncilah tempat penyimpanan dengan diberikan
label
‘Peringatan: high alert medications’ pada tutup luar tempat
penyimpanan
c. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert
medicationsI, berikanlah pesan pengingat di tutup cabinet agar pengasuh /
perawat pasien menjadi waspada dan berhati-hati
dengan high alert medications. Setiap kotak / tempat yang berisi high alert
medications harus diberi label.
d. Infus intravena high alert medications harus diberikan label yang jelas
dengan menggunakan huruf / tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.
e. Keterangan gambar label obat high alert

Label Informasi
Obat yang memerlukan kewaspadaan
HIGH tinggi (high alert)

Obat yang masuk dalam daftar Look


Alike Sound Alike (LASA), yaitu
LASA memiliki nama/penampilan
yang mirip dengan obat lain
Obat sitostatika yang harus

OBAT KANKER ditangani dengan hati-hati oleh


setiap petugas yang menyimpan
TANGANI DENGAN HATI-HATI
dan mendistribusikan
Larutan Elektrolit Pekat merupakan
larutan berkadar garam tinggi yang
ELEKTROLIT harus diencerkan dan memerlukan
penyimpanan khusus dan
PEKAT
kewaspadaan tinggi

3. Pemberian obat
a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double- check)
terhadap semua high alert medications sebelum diberikan kepada
pasien.
b. Pengecekan Ganda Terhadap High Alert Medications3
i. Tujuan: identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau
pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya (sebagai orang
kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan meningkatkan
keselamatan dan akurasi.
ii. Kebijakan:
• pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert
medications tertentu / spesifik dan di saat pelaporan pergantian
jaga atau saat melakukan transfer pasien.
• Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau
pada catatan pemberian medikasi pasien.
• Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang
berwenang untuk menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan
obat-obatan, antara lain: perawat, ahli farmasi, dan dokter.
• Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang
berwenang, teknisi, atau perawat lainnya. (petugas tidak boleh sama
dengan pengecek pertama)
• Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda /
verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisi- kondisi seperti
berikut:
a. Setiap akan memberikan injeksi obat
b. Untuk infuse:
 Saat terapi inisial
 Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
 Saat pemberian bolus
 Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
 Setiap terjadi perubahan dosis obat
 Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan
instruksi dari dokter.
iii. Berikut adalah high alert medications yang memerlukan pengecekan ganda:

High alert medications yang Memerlukan Pengecekan Ganda untuk


Semua Dosis Termasuk Bolus

Obat-obatan
Kemoterapi
Heparin
Insulin
Infuse Magnesium sulfat pada pasien obstetric
Infuse kateter saraf epidural dan perifer
*abciximab
Argatroban
Bivalirudin
*eptifibatide
Lepirudan
Citrate ACD-A
Kalsium klorida 8 gm/1000ml infuse (untuk CRRT)
* Obat-obatan yang sebaiknya tidak diberikan sebagai bolus dari kantong infuse
/ vial
Obat-obatan yang Memerlukan Pengecekan Ganda jika Terdapat
Perubahan Kantong Infus

Obat-obatan
Infuse Benzodiazepin
Kemoterapi
Infuse Epidural
Infuse Opioid
Infuse kateter saraf perifer

Obat-obatan yang Memerlukan Pengecekan Ganda jika Terdapat


Perubahan Dosis /Kecepatan Pemberian

Obat-obatan
Epoprostenol
Kemoterapi
Treprostinil
Infuse bensodiazepin
Infuse opioid, epidural
Heparin
iv. Prosedur:
• Untuk dosis inisial atau inisiasi infuse baru
1. Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini untuk
menjalani pengecekan ganda oleh petugas kedua:
a. Obat-obatan pasien dengan label yang masih intak
b. Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien,
atau resep / instruksi tertulis dokter
c. Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya
2. Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
a. Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi
b. Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang
hendak diberikan telah sesuai dengan instruksi dokter.
c. Obat memenuhi 5 persyaratan.
d. Membaca label dengan suara lantang kepada perawat
untuk memverifikasi kelima persyaratan ini:
 Obat tepat
 Dosis atau kecepatannya tepat, termasuk pengecekan
ganda mengenai penghitungan dan verifikasi pompa infuse
 Rute pemberian tepat
 Frekuensi / interval tepat
 Diberikan kepada pasien yang tepat
3. Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan / vial obat untuk
memastikan bahwa obat yang disiapkan adalah obat yang benar,
misalnya: dosis insulin
4. Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda dan
kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada
rekam medis / catatan pemberian medikasi pasien.
5. Petugas kedua harus menulis ‘dicek oleh:’ dan diisi dengan nama
pengecek.
6. Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan kepada
pasien
7. Pastikan infuse obat berada pada jalur / selang yang benar dan lakukan
pengecekan selang infuse mulai dari larutan / cairan infuse, pompa,
hingga tempat insersi selang.
8. Pastikan pompa infuse terprogram dengan kecepatan pemberian yang
tepat, termasuk ketepatan data berat badan pasien.

• Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer


pasien:

1. Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:


a. Obat yang diberikan harus memenuhi kelima persyaratan.
b. Perawat berikutnya akan membaca label dengan lantang kepada
perawat sebelumnya untuk memverifikasi kelima persyaratan (seperti
yang telah disebutkan di atas).
2. Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwa obat
telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada bagian ‘pengecekan oleh
perawat’ di rekam medis pasien.
3. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan,
dosis, dan tujuannya (pasien dapat juga berperan sebagai pengecek, jika
menungkinkan).
4. Semua pemberian high alert medications intravena dan bersifat kontinu
harus diberikan melalui pompa infus IV. Pengecualian dapat diberikan
pada pasien di Ruang Rawat Intensif Neonatus (Neonates Intensive
Care Unit – NICU), atau pada pasien risiko tinggi mengalami kelebihan
cairan (volume over-load).4Setiap selang infuse harus diberi label
dengan nama obat yang diberikan di ujung distal selang dan pada pintu
masuk pompa (untuk mempermudah verifikasi dan meminimalkan
kesalahan)
5. Pada situasi emergensi, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan
ganda dapat menghambat/menunda penatalaksanaan dan berdampak
negatif terhadap pasien, perawat atau dokter pertama-tama harus
menentukan dan memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar-benar
bersifat emergensi dan perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa
sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang memberikan
obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan
sebelum memberikannya kepada pasien.
6. Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada farmasi / apotek, dan
dilakukan peninjauan ulang oleh ahli farmasi atau apoteker apakah terjadi
kesalahan obat yang belum diberikan.
7. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk
mengetahui indikasi penggunaan dosis ekstra.
BAB IV
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai