Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERKULIAHAN

F04210000F–
HUMAN
RELATIONS
Judul Tugas Tugas Besar 2

Abstrak Jenis Tugas


Individu

Nama Mahasiswa & NIM

Capaian Pembelajaran (CPMK)


1. Mampu memahami dan menjelaskan kembali tentang motif dan motivasi serta teori motivasi sebagai bagian dari Human Relations
2. Mampu mengidentifikasi, menguraikan dan menjelaskan sifat- sifat manusia yang terdapat dalam perilaku kelompok sebagai
bagian Human Relations
3. Mampu menerapkan Human Relations dalam bidang komunikasi Organisasi dalam job redesign dan job enrichment
4. Mampu mengidentifikasi, memahami dan mengaplikasikan penerapan dalam pengambilan keputusan sebagai bagian dari
kepemimpinan
5. Mampu memahami dan mengaplikasikan penerapan efektIvitas komunikasi sebagai tantangan dari seorang PR
6. Mampu memahami dan mengaplikasikan penerapan dalam efektivitas komunikasi sebagai tantangan dari seorang PR
7. Mampu menganalisa dan mengevaluasi serta mengatasi semua tantangan dibidang PR (Manajemen konflik)
Durasi/Tempo (Minggu)
Diberikan: 22 Mei 2023
2 Minggu
Batas Akhir Pengumpulan: 18 Juni 2023

Penilaian Bobot Persentase Tugas


30%


Instruksi 
Format file tugas word/pdf
Nama file tugas : Nama_NIM. Contoh (WITRI VILIA_44318010022)
Pengumpulan  Submit file tugas pada menu assignment Tugas Besar 2 di Elearning, atau
Tugas  Submit file tugas ke email shinta.ragil@mercubuana.ac.id (JIKA Elearning BERMASALAH)

Pernyataan Saya/ kami yang bertanda tangan di bawah ini memahami bahwa saya/ kami telah membaca dan setuju untuk mematuhi peraturan
UMB tentang plagiarisme dan penjiplakan dan kebijakan dan prosedur di Program Studi. Saya/ kami menyetujui proses pengecekan
laporan sehingga tidak ada unsur plagiarisme atau penjiplakan akademik.

Tanda tangan

...................................
Nama Lengkap

Fakultas Program Studi Disusun Oleh


Ilmu Komunikasi Ilmu Komunikasi Shinta Ragil Prana, S.Si, M.Si
Capaian Pembelajaran (CPMK):
1. Mampu memahami cara/prosedur dalam mengajukan permohonan magang di industri komunikasi
2. Mampu mengimplementasikan pengetahuan teoritis dalam praktek magang di Industri
3. Mampu melaksanakan aktivitas komunikasi dalam bidang Penyiaran, Public Relations, Periklanan dan Komunikasi Marketing,
atau Komunikasi Digital dalam praktek di tempat magang

Komponen Penilaian Nilai Maksimal Nilai Diberikan

1. Kesesuaian dan kejelasan isi 40


2. Relevansi dengan bidang ilmu 40
3. Sistematika dan format penulisan 20
Pengumpulan Total Total

Tanda tangan Tanggal 100

Apakah ada penambahan waktu? Pengurangan keterlambatan Pengurangan: Nilai Akhir:


Kesepakatan pengumpulan: pengumpulan:

Tanda tangan

Koordinator Mata Kuliah/Kelompok Bidang


Ilmu: Mardhiyyah, M.Ikom Ya / Tidak

Bagian ini digunakan untuk memberi umpan balik atau informasi lain:
KRITERIA DAN SKALA PENILAIAN
PROGRAM SARJANA (S1)

No Nilai Skala Kriteria

Istimewa. Isi laporan (jawaban) menunjukkan orisinalitas


ide/argumen dan analisis yang baik. Jawaban komprehensif
A 80 - 100 dan lengkap yang dengan jelas menunjukkan pemahaman
yang mendalam tentang topik yang ditanyakan. Koherensi
ide dan struktur yang bagus dalam paragraf, penggunaan
1 sitasi sesuai dan relevan terhadap topik.
Sangat Baik. Penulisan baik disertai bukti (gambar,
diagram, tabel) yang relevan. Pengetahuan topik dan logika
B+ 74 - 79,99 pemahaman yang baik. Beberapa ide kurang dijelaskan
2 dengan tepat tapi kemampuan penggunaan bukti cukup,
didukung dengan sumber bacaan yang sesuai.
Baik. Menunjukkan kemampuan untuk memahami
isu/pertanyaan, didukung materi yang baik dari hasil bacaan
yang relevan. Isi disertai bukti (gambar, diagram, tabel) yang
B 68 - 73,99
relevan dengan pengetahuan aplikatif. Sekitar 50% isi tidak
3 dijelaskan secara detail atau pernyataan tidak didukung bukti
yang relevan dan kurangnya sitasi.

Cukup Baik. Kualitas isi dan pemahaman tentang


isu/pertanyaan masih dalam level bisa diterima. Jawaban
C+ 62 - 67,99 menunjukkan pengetahuan mendasar dengan didukung bukti
(gambar, diagram, tabel) yang sesuai. Orisinalitas isi kurang
4
baik, susunan, struktur dan format laporan cukup baik.

Cukup. Pemahaman dan penguasaan materi yang ditulis


masuk akal sesuai isu/pertanyaan, tetapi kurang didukung
C 56 - 61,99 argumen yang relevan. Bukti material yang ditunjukkan ada
tapi sitasi tidak ditulis secara baik. Isi laporan berisi
5
penjelasan yang bersifat deskriptif dan kurang relevan.

Kurang. Struktur isi kurang baik dan beberapa bukti


D 45 - 55,99 (gambar, diagram, tabel) tidak relevan. Sebagian besar isi
diperoleh hanya dari bahan kuliah dan kurang dari sumber
6 bacaan lain. Sitasi tidak ditulis dengan baik.
Tidak Lulus. Kualitas isi pada level yang tidak bisa diterima.
Kurangnya kemampuan dalam menjelaskan topik/isu yang
ditanyakan. Struktur isi tidak terorganisasi dengan baik.
7 E < 45
Gambar, diagram dan tabel tidak relevan. Orisinalitas isi
sangat diragukan. Kemampuan komunikasi dan presentasi
yang tidak baik.
TUGAS BESAR 2
HUMAN RELATIONS

1. Jelaskan apa perbedaan Motif dan Motivasi serta sebutkan 3 (tiga) tujuan Motivasi
dalam Human Relations? 10%

2. Kelompok melewati lima tahap yang jelas yaitu pembentukan (forming), keributan
(storming), penormaan (norming), pelaksanaan (performing), dan peristirahatan
(adjouring). Jelaskan lima tahap tersebut sesuai dengan apa yang telah di pahami
dan berikan contoh konkrit sebuah kelompok atau Perusahaan yang mengalami
tahapan storming serta berikan pendapat dalam menyelesaikan tahapan tersebut?
10%

3. Apa yang dimaksud dengan job redesign dan job enrichment serta apa saja ruang
lingkupnya ? 15%

4. a. Kepandaian yang superior, kematangan emosi, dorongan motivasi, keterampilan


mengatasi masalah, keterampilan manajerial, keterampilan kepemimpinan, dan
keinginan untuk memimpin merupakan beberapa karakteristik personal yang sangat
signifikan dalam menyumbangkan efektivitas kepemimpinan. Indonesia memiliki
Pemimpin yang sukses dalam setiap industri seperti Dr. Ignasius Jonan, S.E., M.A.
dengan kesuksesan KAI, Raffi Ahmad dengan RANS, Susi Pudjiastuti dengan
kesuksesan menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indoneisa
dan lainnya. Sebutkan dan jelaskan karakteristik personal ke 3 (tiga) tokoh tersebut?
15%

b. Sebutkan 4 (empat) hal yang dilakukan pemimpin yang efektif dalam


mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya? 10%

5. Sebutkan dan jelaskan 4 (empat) hambatan dalam komunikasi yang dapat


mengurangi efektivitas komunikasi? 10%

6. Sebutkan 3 (tiga) macam cara meningkatkan kemampuan dalam mendengarkan?


10%

7. Apa yang anda pahami mengenai proses proyeksi citra yang positif? 10%

8. Jelaskan 5 (lima) cara mengelola konflik dan 4 (empat) cara mengelola perubahan?
10%

Selamat Mengerjakan !! Salam sehat selalu untuk kalian

Bobot nilai maksimal: 100


Nama: Kayyisa Aufa Meidina Rahma
NIM: 44322010070

Jawaban

1. Motif dan motivasi adalah dua konsep yang berhubungan dalam konteks manusia dan
hubungan antarmanusia. Berikut ini adalah perbedaan antara motif dan motivasi, serta tiga
tujuan motivasi dalam hubungan antarmanusia:

A. Motif:
Motif mengacu pada alasan atau dorongan yang mendasari suatu tindakan atau perilaku
seseorang. Ini adalah faktor-faktor internal atau eksternal yang mempengaruhi seseorang
untuk bertindak. Motif seringkali berhubungan dengan kebutuhan, keinginan, atau tujuan
individu. Misalnya, seseorang bisa memiliki motif untuk bekerja keras karena ingin meraih
kesuksesan finansial atau untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

B. Motivasi:
Motivasi adalah proses internal yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku
dengan cara tertentu. Motivasi berkaitan erat dengan motif karena motivasi melibatkan
dorongan untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan yang mendasari motif
tersebut. Motivasi dapat muncul dari dalam diri individu (internal) atau dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal. Misalnya, seseorang yang termotivasi secara internal mungkin
merasa senang dan puas ketika mencapai tujuan, sementara seseorang yang termotivasi
secara eksternal mungkin berusaha mencapai tujuan karena ingin mendapatkan
penghargaan atau hadiah.

Tujuan motivasi dalam Human Relations:


Dalam konteks hubungan antarmanusia, tujuan motivasi melibatkan memahami dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan individu serta membangun hubungan yang sehat dan
saling menguntungkan. Berikut ini adalah tiga tujuan motivasi dalam Human Relations:

1. Meningkatkan Kepuasan Kerja:


Salah satu tujuan motivasi dalam hubungan antarmanusia adalah meningkatkan kepuasan
kerja individu. Dengan memotivasi individu untuk mencapai tujuan kerja mereka,
memberikan pengakuan atas prestasi mereka, dan menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung, kepuasan kerja dapat meningkat. Kepuasan kerja yang tinggi dapat
meningkatkan produktivitas, kinerja, dan kualitas hubungan antarmanusia di tempat kerja.

2. Meningkatkan Kolaborasi dan Timwork:


Motivasi juga dapat digunakan untuk membangun kolaborasi dan teamwork yang efektif
dalam hubungan antarmanusia. Dengan memotivasi individu untuk bekerja sama, berbagi
pengetahuan, dan saling mendukung, tim dapat mencapai tujuan bersama secara lebih
efisien. Motivasi yang tepat dapat mendorong individu untuk melihat kepentingan tim dan
membangun hubungan yang positif dengan rekan kerja.

3. Meningkatkan Pengembangan Pribadi:


Motivasi juga dapat digunakan untuk mendorong individu dalam pengembangan pribadi
mereka. Tujuan ini mencakup memberikan peluang dan dukungan untuk belajar dan
mengembangkan keterampilan baru, meningkatkan kompetensi, dan mencapai potensi
penuh mereka. Motivasi yang tepat dapat membangun rasa percaya diri dan meningkat

kan motivasi intrinsik individu untuk terus tumbuh dan berkembang.


Dalam kesimpulannya, motif dan motivasi saling terkait dalam konteks manusia dan
hubungan antarmanusia. Motif adalah alasan atau dorongan yang mendasari perilaku
individu, sedangkan motivasi adalah proses internal yang mendorong tindakan atau perilaku
yang sesuai dengan motif tersebut. Tujuan motivasi dalam Human Relations melibatkan
meningkatkan kepuasan kerja, membangun kolaborasi dan teamwork yang efektif, serta
mendorong pengembangan pribadi individu.

2. Kelompok dalam konteks pengelompokan manusia atau tim kerja memang biasanya
melewati lima tahap yang dikenal sebagai tahapan pembentukan, keributan, penormaan,
pelaksanaan, dan peristirahatan (forming, storming, norming, performing, dan adjourning).
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai setiap tahapan tersebut:

1. Pembentukan (Forming):
Tahap pembentukan adalah tahap awal di mana anggota kelompok baru pertama kali
berkumpul dan saling mengenal. Pada tahap ini, anggota kelompok mencari informasi satu
sama lain, membentuk persahabatan, dan mencoba memahami tujuan dan tugas kelompok.
Biasanya, suasana pada tahap ini masih cenderung formal dan anggota kelompok lebih
berhati-hati dalam interaksi mereka.

2. Keributan (Storming):
Tahap keributan terjadi ketika anggota kelompok mulai berkonflik dan berebut peran dan
kekuasaan. Pada tahap ini, perbedaan pendapat dan kepentingan bisa menjadi jelas dan
menimbulkan konflik. Anggota kelompok mungkin bersaing untuk menguasai situasi atau
menunjukkan dominasi mereka. Tahap ini seringkali dianggap sebagai tahap yang paling
sulit, tetapi juga penting untuk membuka jalan menuju kerjasama yang lebih baik.

Contoh konkrit dari tahap keributan dalam kelompok atau perusahaan adalah saat sebuah
tim proyek beranggotakan beberapa individu yang memiliki pendekatan yang berbeda
terhadap tugas yang diberikan. Mungkin ada perbedaan dalam pendapat tentang
pendekatan terbaik atau prioritas yang harus diambil. Hal ini dapat menyebabkan
ketegangan dan konflik antara anggota tim.

Pendapat dalam menyelesaikan tahap keributan ini adalah dengan memfasilitasi komunikasi
terbuka dan saling pengertian antara anggota kelompok. Penting bagi anggota kelompok
untuk mendengarkan pendapat satu sama lain dengan toleransi dan menghargai perspektif
yang berbeda. Mempromosikan kerjasama, saling menghormati, dan mengidentifikasi
tujuan bersama dapat membantu mengatasi konflik dan mendorong kelompok untuk
beralih ke tahap selanjutnya.

3. Penormaan (Norming):
Tahap penormaan terjadi ketika anggota kelompok mulai menemukan kesepakatan dan
menetapkan norma-norma, peran, dan tujuan bersama. Pada tahap ini, anggota kelompok
mulai bekerja sama, menghargai kontribusi masing-masing, dan mengembangkan pola
komunikasi yang efektif. Kelompok mulai membentuk identitas kelompok dan menjalin
kerjasama yang lebih erat.

4. Pelaksanaan (Performing):
Tahap pelaksanaan adalah tahap di mana kelompok mencapai kinerja yang optimal. Anggota
kelompok bekerja secara sinergis, memanfaatkan keahlian dan kekuatan masing-masing
untuk mencapai tujuan kelompok. Pada tahap ini, kelompok mampu mengatasi tantangan

dengan lebih baik dan mencapai hasil yang diinginkan.


5. Peristirahatan (Adjourning):
Tahap peristirahatan terjadi ketika kelompok atau proyek mencapai akhirnya. Tahap ini
melibatkan penutupan proyek, evaluasi, refleksi, dan pembubaran kelompok. Anggota
kelompok bisa merasakan perasaan kehilangan atau nostalgia karena akhir dari hubungan
kerja atau interaksi yang intensif.

Dalam menyelesaikan tahap keributan, penting untuk memfasilitasi komunikasi yang


terbuka dan membangun pemahaman antara anggota kelompok. Menggunakan teknik
seperti mediasi, pendekatan kolaboratif, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi
semua anggota kelompok dapat membantu mengatasi konflik dan mendorong kelompok
untuk beralih ke tahap penormaan yang lebih produktif.

Penting untuk diingat bahwa setiap kelompok atau perusahaan mungkin mengalami
tahapan ini dalam tingkat dan durasi yang berbeda. Beberapa kelompok dapat mengalami
tahap-tahap ini dengan lancar, sementara yang lain mungkin menghadapi tantangan dan
kesulitan yang lebih besar. Penting bagi pemimpin dan anggota kelompok untuk memahami
dan mengelola setiap tahap dengan bijak untuk mencapai kinerja kelompok yang optimal.

3. Job redesign dan job enrichment adalah dua konsep yang berhubungan dengan
modifikasi atau perubahan dalam tugas pekerjaan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan
kinerja individu. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai job redesign dan job
enrichment serta ruang lingkupnya:

1. Job Redesign:
Job redesign mengacu pada perubahan yang dilakukan pada tugas-tugas pekerjaan yang ada
dengan tujuan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kepuasan kerja. Job redesign
melibatkan pemikiran ulang tentang tugas yang harus dilakukan, urutan pekerjaan, dan
pengaturan pekerjaan secara keseluruhan. Beberapa aspek yang dapat dimodifikasi dalam
job redesign meliputi pembagian kerja, tanggung jawab, aliran kerja, dan metode kerja.
Ruang lingkup job redesign mencakup:

- Pembagian Kerja: Job redesign dapat melibatkan pembagian ulang tugas-tugas kerja untuk
mencapai distribusi yang lebih seimbang, mengurangi monotoni, dan memperkaya
pengalaman pekerjaan.

- Rotasi Pekerjaan: Job redesign dapat melibatkan rotasi tugas, di mana individu
dipindahkan ke berbagai tugas atau posisi dalam organisasi. Ini bertujuan untuk
memberikan variasi dan perkembangan keterampilan.

- Perluasan Pekerjaan: Job redesign juga bisa melibatkan perluasan tugas-tugas pekerjaan
dengan memberikan pekerjaan yang lebih kompleks dan beragam kepada individu,
memungkinkan mereka untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar.

2. Job Enrichment:
Job enrichment adalah proses meningkatkan pekerjaan dengan menambahkan elemen yang
lebih menantang, bermakna, dan memuaskan dalam tugas pekerjaan. Pendekatan ini
bertujuan untuk memberikan pekerjaan yang lebih bermakna dan memuaskan bagi individu
dengan meningkatkan otonomi, tanggung jawab, dan peluang pengembangan pribadi.
Ruang lingkup job enrichment meliputi:

- Pemberdayaan: Job enrichment melibatkan memberikan lebih banyak otonomi dan


keputusan kepada individu dalam menjalankan tugas-tugas pekerjaan mereka. Ini dapat
mencakup pemberian wewenang dalam pengambilan keputusan, perencanaan kerja, dan
kontrol atas sumber daya.
- Peningkatan tanggung jawab: Job enrichment juga melibatkan peningkatan tanggung
jawab individu dengan memberikan tugas yang lebih kompleks, pengambilan keputusan
yang lebih signifikan, dan pengelolaan proyek.

- Peluang Pengembangan: Job enrichment memberikan peluang pengembangan pribadi


dengan memberikan pelatihan, pendidikan, atau kesempatan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan individu.

Ruang lingkup job redesign dan job enrichment berfokus pada perubahan tugas-tugas
pekerjaan untuk meningkatkan kepuasan kerja, motivasi, dan kinerja individu. Tujuannya
adalah menciptakan lingkungan kerja yang lebih bermakna, memuaskan, dan memotivasi
individu untuk mencapai potensi penuh mereka.

4. A. Berikut adalah karakteristik personal tiga tokoh yang disebutkan:

1. Dr. Ignasius Jonan, S.E., M.A. (KAI):


- Kepandaian yang superior: Dr. Ignasius Jonan memiliki keahlian dan pengetahuan yang
tinggi di bidang manajemen dan transportasi. Kepandaiannya dalam mengelola perusahaan
kereta api (KAI) terbukti dengan pencapaian dan transformasi yang berhasil dilakukan
selama kepemimpinannya.
- Keterampilan manajerial: Dr. Ignasius Jonan memiliki keterampilan manajerial yang kuat
dalam merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalikan operasional KAI.
Kemampuannya dalam mengelola sumber daya manusia, keuangan, dan infrastruktur telah
berkontribusi pada keberhasilan perusahaan.
- Keterampilan kepemimpinan: Dr. Ignasius Jonan memperlihatkan keterampilan
kepemimpinan yang efektif dalam memimpin KAI. Dia mampu menginspirasi dan
memotivasi timnya, mengambil keputusan strategis, dan mengatasi tantangan yang
dihadapi dalam industri transportasi.

2. Raffi Ahmad (RANS):


- Dorongan motivasi: Raffi Ahmad memiliki dorongan motivasi yang tinggi untuk mencapai
kesuksesan di berbagai bidang, termasuk bisnis hiburan dan fashion. Dorongan motivasinya
yang kuat mendorongnya untuk terus menciptakan dan mengembangkan RANS
Entertainment menjadi perusahaan yang sukses.
- Kepandaian yang superior: Raffi Ahmad memiliki kepandaian dalam mengidentifikasi
peluang bisnis dan memanfaatkannya. Dia memiliki pemahaman yang baik tentang tren
pasar dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengembangkan bisnisnya.
- Keterampilan manajerial: Raffi Ahmad juga memiliki keterampilan manajerial yang baik
dalam mengelola perusahaan RANS. Dia memiliki kemampuan untuk merencanakan
strategi, mengelola tim kerja, dan menjalin hubungan bisnis yang kuat.

3. Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia):


- Kematangan emosi: Susi Pudjiastuti menunjukkan kematangan emosi yang tinggi dalam
kepemimpinannya. Meskipun menghadapi tekanan dan tantangan dalam mengelola sektor
kelautan dan perikanan yang kompleks, dia mampu menjaga ketenangan, mengambil
keputusan yang tepat, dan berkomunikasi secara efektif.
- Keterampilan mengatasi masalah: Susi Pudjiastuti memiliki keterampilan yang kuat dalam
mengatasi masalah dan menghadapi tantangan yang kompleks. Dia mampu berpikir kreatif
dan inovatif dalam mencari solusi yang efektif dalam menjaga keberlanjutan sumber daya
laut Indonesia.
- Kepandaian yang superior: Susi Pudjiastuti memiliki kepandaian dalam memahami isu-isu
kelautan dan perikanan, termasuk masalah lingkungan, keberlanjutan, dan peraturan
internasional. Pengetahuannya yang luas dan pemahamannya tentang industri ini
memungkinkannya untuk membuat kebijakan yang efektif dan berdampak positif.

Ketiga tokoh di atas memiliki karakteristik personal yang berkontribusi pada kesuksesan
kepemimpinan mereka di bidang yang berbeda. Mereka memiliki kombinasi kepandaian,
keterampilan manajerial, keterampilan kepemimpinan, motivasi, kematangan emosi, dan
keterampilan mengatasi masalah yang membuat mereka menjadi pemimpin yang sukses
dalam industri masing-masing.

B. Berikut adalah empat hal yang dilakukan pemimpin yang efektif dalam mempengaruhi
dan mengarahkan bawahannya:

1. Memberikan Visi yang Inspiratif: Pemimpin yang efektif mengkomunikasikan visi yang
jelas dan inspiratif kepada bawahannya. Mereka mampu menggambarkan gambaran masa
depan yang menarik dan memotivasi, serta menjelaskan bagaimana peran setiap individu
berkontribusi terhadap mencapai visi tersebut. Dengan memberikan visi yang inspiratif,
pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan semangat dan tujuan yang jelas.

2. Memperhatikan dan Mendengarkan: Pemimpin yang efektif memiliki kemampuan untuk


memperhatikan dan mendengarkan bawahannya dengan baik. Mereka menunjukkan minat
dan perhatian terhadap kebutuhan, masalah, dan ide-ide bawahannya. Dengan
mendengarkan dengan empati, pemimpin dapat membangun hubungan yang kuat,
memahami perspektif bawahannya, dan merespon dengan cara yang tepat.

3. Memberikan Umpan Balik dan Penguatan Positif: Pemimpin yang efektif memberikan
umpan balik secara teratur kepada bawahannya. Umpan balik yang jujur dan konstruktif
membantu bawahannya dalam memperbaiki kinerja mereka dan mengembangkan potensi.
Selain itu, pemimpin juga memberikan penguatan positif dan penghargaan untuk
pencapaian yang baik. Ini membantu membangun motivasi, kepercayaan diri, dan
keterlibatan bawahannya.

4. Memberikan Dukungan dan Mendorong Pengembangan: Pemimpin yang efektif


memberikan dukungan dan mendorong pengembangan pribadi dan profesional
bawahannya. Mereka memberikan sumber daya, pelatihan, dan kesempatan untuk
berkembang. Pemimpin juga menjadi mentor dan memberikan arahan yang diperlukan
untuk membantu bawahannya mencapai tujuan mereka. Dengan memberikan dukungan
dan mendorong pengembangan, pemimpin menciptakan lingkungan yang memungkinkan
bawahannya untuk tumbuh dan mencapai potensi terbaik mereka.

Melalui kombinasi dari empat hal di atas, pemimpin yang efektif mampu mempengaruhi
dan mengarahkan bawahannya dengan cara yang positif, membangun hubungan yang kuat,
dan mencapai kinerja yang optimal dalam tim atau organisasi.

5. Berikut adalah empat hambatan umum dalam komunikasi yang dapat mengurangi
efektivitas komunikasi:

1. Kurangnya Keterampilan Komunikasi: Salah satu hambatan utama adalah kurangnya


keterampilan komunikasi yang memadai. Ini dapat mencakup kesulitan dalam
mengungkapkan ide dengan jelas, kurangnya pemahaman tentang aspek nonverbal
komunikasi (misalnya bahasa tubuh, intonasi suara), atau kurangnya keterampilan
mendengarkan aktif. Ketika pesan tidak disampaikan dengan tepat atau tidak dipahami
dengan benar, komunikasi menjadi tidak efektif.
2. Gangguan dan Noise: Gangguan dan noise merujuk pada faktor-faktor yang mengganggu
transmisi dan penerimaan pesan. Ini bisa berupa gangguan fisik seperti suara bising,
gangguan teknis dalam media komunikasi, atau gangguan psikologis seperti pikiran yang
terpecah atau emosi yang kuat. Noise dapat mengaburkan pesan yang disampaikan dan
menghambat pemahaman yang jelas.

3. Perbedaan Budaya dan Bahasa: Perbedaan budaya dan bahasa dapat menjadi hambatan
dalam komunikasi antara individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Perbedaan
nilai-nilai, norma sosial, keyakinan, dan bahasa dapat menyebabkan kesalahpahaman,
interpretasi yang salah, atau konflik komunikasi. Kekuatan budaya dan bahasa yang kuat
juga dapat menghambat integrasi dan pemahaman yang efektif antara individu atau
kelompok yang berbeda.

4. Kurangnya Keterbukaan dan Kepercayaan: Kurangnya keterbukaan dan kepercayaan di


antara komunikator juga dapat menghambat efektivitas komunikasi. Jika seseorang merasa
tidak nyaman untuk berbagi informasi secara terbuka atau meragukan niat atau integritas
komunikator lainnya, maka komunikasi akan terhambat. Kepercayaan dan keterbukaan yang
rendah dapat menghambat aliran informasi yang penting dan mengganggu proses
komunikasi yang efektif.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, penting untuk meningkatkan keterampilan


komunikasi, mengurangi gangguan dan noise, meningkatkan pemahaman lintas budaya, dan
membangun kepercayaan dan keterbukaan. Komunikasi yang efektif melibatkan
penggunaan bahasa yang jelas, pendengaran aktif, pengelolaan gangguan, pemahaman
budaya yang sensitif, dan pembangunan hubungan saling percaya antara komunikator.

6. Berikut adalah tiga cara untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan:

1. Mendengarkan Aktif: Mendengarkan aktif melibatkan memberikan perhatian penuh pada


pembicara dan memfokuskan diri pada apa yang mereka katakan. Cara untuk meningkatkan
kemampuan mendengarkan aktif termasuk:
- Menghilangkan gangguan: Hilangkan gangguan seperti telepon, komputer, atau suara
bising agar dapat fokus sepenuhnya pada pembicara.
- Memperlihatkan minat: Tampilkan minat dan keterlibatan melalui kontak mata, ekspresi
wajah yang responsif, dan isyarat tubuh yang mendukung.
- Mengajukan pertanyaan: Ajukan pertanyaan terkait untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik dan menunjukkan bahwa Anda benar-benar mendengarkan dengan
saksama.

2. Bersikap Empati: Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan
dan perspektif orang lain. Dalam mendengarkan, bersikap empati melibatkan:
- Mencoba memahami sudut pandang orang lain: Cobalah melihat situasi dari sudut
pandang pembicara dan mencoba merasakan apa yang mereka rasakan.
- Menghindari penilaian atau prasangka: Jaga pikiran terbuka dan hindari membuat
penilaian atau prasangka sebelum benar-benar memahami apa yang dikatakan oleh
pembicara.
- Menggali lebih dalam: Tanyakan pertanyaan yang membantu memperjelas perasaan,
kebutuhan, atau motivasi pembicara, sehingga Anda dapat memiliki pemahaman yang lebih
mendalam tentang apa yang mereka sampaikan.

3. Berlatih Kesabaran dan Ketelitian: Kesabaran dan ketelitian penting dalam mendengarkan
dengan efektif. Cara untuk meningkatkan kemampuan ini termasuk:
- Hindari interupsi: Jangan mencoba menginterupsi atau menggagalkan pembicara
sebelum mereka selesai berbicara. Berikan mereka waktu dan kesempatan untuk
menyelesaikan pikiran mereka.
- Hindari membuat asumsi: Jangan membuat asumsi atau mengisi kekosongan informasi
dengan prasangka sebelum mendapatkan semua informasi yang diperlukan.
- Dengarkan dengan seksama: Fokuskan perhatian pada detail-detail penting, seperti kata
kunci, informasi terkait, dan nuansa emosional yang terkandung dalam pembicaraan.

Dengan melatih diri dalam mendengarkan aktif, bersikap empati, dan memiliki kesabaran
serta ketelitian, Anda dapat meningkatkan kemampuan dalam mendengarkan dengan lebih
baik dan memperkuat hubungan komunikasi dengan orang lain.

7. Proses proyeksi citra yang positif mengacu pada cara di mana seseorang atau suatu
entitas (seperti perusahaan, merek, atau organisasi) secara sengaja menciptakan dan
mempertahankan citra yang positif di mata orang lain. Tujuannya adalah untuk
mempengaruhi persepsi orang tentang diri mereka atau entitas tersebut, sehingga
menciptakan kesan yang baik, kepercayaan, dan hubungan yang positif.

Beberapa poin penting dalam proses proyeksi citra yang positif adalah:

1. Penanaman Pesan Positif: Proses dimulai dengan menyusun pesan yang mempromosikan
kualitas, nilai-nilai, prestasi, dan keunggulan yang diinginkan. Pesan-pesan ini disampaikan
melalui berbagai saluran komunikasi, seperti iklan, publisitas, media sosial, dan interaksi
langsung dengan publik.

2. Konsistensi: Penting bagi entitas yang ingin memproyeksikan citra yang positif untuk
konsisten dalam pesan, tindakan, dan perilaku mereka. Konsistensi membantu membangun
kepercayaan dan keyakinan pada apa yang dikomunikasikan, sehingga menciptakan kesan
yang kuat dan meyakinkan.

3. Pengelolaan Reputasi: Proses proyeksi citra yang positif juga melibatkan pengelolaan
reputasi yang baik. Ini mencakup memahami bagaimana entitas tersebut dilihat oleh publik,
merespons dengan tepat terhadap isu-isu yang muncul, dan memperbaiki kerusakan
reputasi jika terjadi. Transparansi dan komunikasi terbuka juga penting dalam menjaga
reputasi yang baik.

4. Interaksi Positif dengan Publik: Memiliki interaksi yang positif dengan publik adalah aspek
penting dalam proyeksi citra yang positif. Ini melibatkan mendengarkan dengan empati,
merespons kebutuhan dan masalah yang muncul, serta membangun hubungan yang saling
menguntungkan dan berkelanjutan dengan para pemangku kepentingan.

Proses proyeksi citra yang positif membutuhkan perencanaan strategis, keselarasan antara
pesan dan tindakan, serta komitmen untuk membangun hubungan yang positif dengan
publik. Dengan memperhatikan elemen-elemen ini, entitas dapat menciptakan persepsi
yang positif, memperoleh dukungan, dan membangun citra yang kuat di mata orang lain.

8. Cara Mengelola Konflik:

1. Komunikasi Terbuka dan Efektif: Komunikasi yang terbuka dan efektif merupakan kunci
dalam mengelola konflik. Penting untuk mendengarkan dengan aktif, memahami perspektif
yang berbeda, dan berbicara dengan jelas dan jujur. Melalui komunikasi yang baik, konflik
dapat diidentifikasi, dipahami, dan dicari solusinya.
2. Mengadopsi Pendekatan Kolaboratif: Pendekatan kolaboratif melibatkan kerjasama dan
pemecahan masalah bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Menggali
kepentingan dan kebutuhan masing-masing pihak, mencari solusi yang saling
menguntungkan, dan bekerja sama untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan.

3. Menerapkan Keterampilan Negosiasi: Keterampilan negosiasi yang baik dapat membantu


mengelola konflik dengan cara yang produktif. Hal ini melibatkan kemampuan untuk
mencari titik tengah, mencapai kompromi yang adil, dan menemukan solusi win-win.
Keterampilan seperti mendengarkan aktif, berpikir kreatif, dan mengelola emosi dapat
membantu dalam proses negosiasi.

4. Mencari Mediasi atau Fasilitasi: Dalam beberapa kasus, melibatkan pihak ketiga yang
netral seperti mediator atau fasilitator dapat membantu mengelola konflik yang sulit.
Mediator atau fasilitator dapat membantu memfasilitasi diskusi, mengelola emosi, dan
membantu mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.

5. Membangun Hubungan dan Timbang Tangan: Setelah konflik diatasi, penting untuk
membangun kembali hubungan yang rusak. Ini melibatkan menghormati dan menghargai
perbedaan, membangun saling percaya, dan berkomitmen untuk berkolaborasi secara
konstruktif di masa depan.

Cara Mengelola Perubahan:

1. Komunikasi yang Efektif: Komunikasi yang jelas dan terbuka sangat penting dalam
mengelola perubahan. Sampaikan informasi tentang perubahan dengan jelas, jelaskan
alasan di balik perubahan, dan berikan kesempatan bagi individu untuk berbagi masalah
atau keprihatinan mereka. Pastikan komunikasi berlangsung dua arah dan berikan dukungan
serta arahan yang jelas.

2. Mempersiapkan dan Mendorong Keterlibatan: Melibatkan orang-orang yang terkena


perubahan dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan dapat membantu
mengurangi resistensi dan meningkatkan keterlibatan. Dengan memberikan kesempatan
bagi individu untuk berpartisipasi, mendengarkan perspektif mereka, dan
mempertimbangkan masukan mereka, dapat menciptakan rasa kepemilikan dan komitmen
terhadap perubahan.

3. Mengelola Ketidakpastian dan Resistensi: Perubahan sering kali menimbulkan


ketidakpastian dan resistensi. Penting untuk mengakui dan mengatasi ketidakpastian
dengan memberikan informasi yang jelas, melib

atkan orang-orang dalam proses perencanaan, dan memberikan dukungan dan bimbingan
selama transisi. Mengelola resistensi melibatkan mengidentifikasi sumber resistensi,
berkomunikasi dengan individu secara individu, dan menjelaskan manfaat dari perubahan
tersebut.

4. Menyediakan Dukungan dan Pelatihan: Untuk membantu individu dalam menghadapi


perubahan, penting untuk menyediakan dukungan dan pelatihan yang tepat. Ini dapat
berupa pelatihan keterampilan baru yang dibutuhkan untuk menghadapi perubahan,
dukungan psikologis, atau bantuan dalam mengatasi hambatan yang muncul selama
perubahan.
Dalam mengelola perubahan, penting untuk mengakui bahwa setiap orang bereaksi dan
beradaptasi dengan cara yang berbeda. Dengan pendekatan yang terfokus pada komunikasi
yang efektif, keterlibatan, pengelolaan resistensi, dan dukungan yang tepat, dapat
membantu individu dan organisasi dalam mengelola perubahan dengan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai