Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI JURNALISTIK

 Najwa Shihab
Najwa Shihab, seorang jurnalis terkemuka asal Indonesia yang dikenal karena
keberaniannya dalam menghadirkan wawancara yang tajam dan mendalam. Lahir pada
ahir 16 September 1977 , putri kedua Quraish Shihab, Menteri Agama Indonesia pada
era Kabinet Pembangunan VII, dan keponakan dari politikus Alwi Shihab. Dia menikah
dengan Ibrahim S. Assegaf pada tahun 1998, dan memiliki satu anak laki-laki. Najwa
Shihab lahir dan besar di Jakarta, Indonesia. Dia mengejar pendidikannya di bidang
jurnalistik atau bidang terkait yang membekalinya dengan keterampilan dan pengetahuan
yang diperlukan untuk berkembang sebagai seorang jurnalis. Najwa Shihab ditunjuk
sebagai Duta Baca Indonesia (2016-2020) oleh Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, dengan tugas utama menyebarkan minat baca ke penjuru negeri. Najwa mulai
membawakan acara gelar wicaranya sendiri yang berjudul Mata Najwa di Metro TV pada
tanggal 25 November 2009. Najwa Shihab dikenal karena gaya wawancaranya yang
tajam, kritis, dan mendalam. Dia sering menghadirkan wawancara dengan tokoh-tokoh
penting dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk tokoh politik, pemikir, dan tokoh
masyarakat. Keberaniannya untuk mengajukan pertanyaan sulit dan menggali lebih dalam
ke dalam isu-isu yang kompleks membuatnya dihormati dalam dunia jurnalisme. Najwa
Shihab juga memiliki pengaruh yang besar di media sosial, dengan jumlah pengikut yang
signifikan di berbagai platform. Aktivitasnya di media sosial sering mencerminkan
komitmennya terhadap jurnalisme yang berkualitas dan upayanya untuk memberikan
informasi yang objektif kepada masyarakat.

 Andy Noya

6 November 1960, Surabaya, Jawa Timur, tanggal lahir salah satu seorang wartawan dan
pembawa acara televisi Indonesia. Andy F. Noya lahir di Surabaya dan mengalami masa
kecil yang sulit di desa mayoritas bukan keturunan Belanda. Diskriminasi yang ia alami
di sekolah membuatnya sering berlari dan bersembunyi di rumah. Kehilangan ayahnya
meninggalkan kesedihan mendalam. Lulus dari SD Sang Timur Malang dan melanjutkan
ke Sekolah Teknik Negeri Jayapura. Meskipun sempat berpindah-pindah sekolah dasar,
ia berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat SMP di Sekolah Teknik Jayapura dan
melanjutkan ke STM Jakarta. Impian Andy menjadi wartawan membawanya ke Sekolah
Tinggi Oublistik (STP), meskipun lulusan STM seperti dia tidak diizinkan masuk. Ibunya
berjuang setiap hari agar dia bisa diterima, bahkan menangis di hadapan dosen STP.
Akhirnya, Andy diterima di sekolah itu.
Karir Awal:

 1985: Menjadi reporter paruh waktu untuk proyek penerbitan buku "Apa &
Siapa Orang Indonesia" di Majalah Tempo ketika masih kuliah di STP
Jakarta.
 Bergabung dengan Bisnis Indonesia setelah diundang oleh pimpinan
Grafitipers, Lukman Setiawan.
 Pindah ke majalah Matra pada tahun 1987 untuk belajar hal baru.

Media Indonesia dan Langkah-Langkah Kontroversial:

 Bergabung dengan Media Indonesia pada tahun 1992, di mana Surya Paloh
menaruh harapan besar padanya untuk memimpin.
 Pada tahun 1999, diutus untuk membantu perbaikan Seputar Indonesia di RCTI.
 Tahun 2000, dipanggil kembali oleh Surya Paloh untuk memimpin Metro TV
sebagai pemimpin redaksi.
 Tahun 2003, kembali ke Media Indonesia sebagai pemimpin redaksi.

"Kick Andy" Sejak 2006, menjadi presenter acara "Kick Andy" di Metro TV, acara
yang sangat populer dan disukai banyak orang karena memberikan edukasi dan fakta.

 Karny Ilyas

Dr. (H.C.) Sukarni "Karni" Ilyas, S.H. gelar Sutan Bareno (lahir 25 September 1952)
adalah salah seorang tokoh jurnalis dan pejuang hukum Indonesia. Karni merupakan
wartawan yang sukses, dan banyak melahirkan liputan serta program-program unggulan.
Sukarni Ilyas dilahirkan di Nagari Balingka, Kecamatan IV Koto, Kabupaten
Agam, Sumatera Barat pada 25 September 1952. Orang tuanya, Ilyas Sutan Nagari
(ayah) dan Syamsinar (ibu), berasal dari Minangkabau. Kakeknya dari pihak ibu yang
bernama Datuk Basa (Angku Datuak), merupakan seorang pedagang kain partai besar dan
salah satu pendiri Diniyah School Padang Panjang. Sejak kecil Karni berminat pada
jurnalistik. Puisi pertamanya dimuat di Harian Haluan. Semasa remaja ia bersekolah di
SMP Negeri 5 Padang dan tamat pada 1968. Setelah menamatkan SMEA Negeri
1 Padang (kini SMK Negeri 2 Padang) pada 1971, ia melanjutkan pendidikannya
di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan meraih gelar Sarjana Hukum pada
1984. Ia menerima gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang hukum dari Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada 2013. Kamy Ilyas memulai kariernya di dunia
jurnalisme dan penyiaran, menunjukkan bakatnya sebagai komunikator yang handal.

Pencapaian Utama:

 Berkontribusi dalam beberapa proyek media terkemuka di Indonesia.


 Menunjukkan keahliannya dalam penyiaran dan jurnalisme melalui berbagai
program dan proyek yang dijalankannya.
Pengaruh Sosial: Kamy Ilyas dikenal karena pengaruh positifnya di masyarakat melalui
kontribusinya dalam penyiaran.

Gaya Jurnalistik: Dikenal dengan gaya penyiaran yang lugas, ramah, dan dapat
membuat pemirsa terhubung dengan isu-isu yang diangkat.

Aktivitas Lain: Selain kariernya di dunia jurnalisme, Kamy Ilyas mungkin terlibat dalam
kegiatan sosial atau proyek-proyek lain yang mendukung masyarakat.

Penghargaan: Mungkin mendapatkan pengakuan dan penghargaan dalam karirnya


sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam dunia jurnalisme.

Dengan latar belakang yang mencolok dan kontribusinya yang berarti dalam dunia media,
Kamy Ilyas menjadi salah satu tokoh terkemuka dalam industri jurnalisme Indonesia.
Harap dicatat bahwa informasi ini mungkin perlu diperbarui sesuai perkembangan
terakhir.

 Jacob Utomo

Jakob Oetama, lahir di Borobudur pada 27 September 1931, adalah wartawan dan salah
satu pendiri surat kabar Kompas. Setelah lulus dari SMA Seminari Yogyakarta, ia
mengajar di beberapa SMP sebelum menjadi redaktur mingguan Penabur pada tahun
1955. Pengalaman jurnalistiknya dimulai sebagai redaktur Mingguan Penabur pada tahun
1956. Pada April 1961, bersama P.K. Ojong, Jakob mendirikan majalah Intisari yang
fokus pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesuksesan Intisari berlanjut
dengan pendirian Koran Kompas pada tahun 1965, di tengah ancaman pemberontakan
PKI. Jakob Oetama, akrab dengan wartawan terkemuka seperti Mochtar Lubis dan
Rosihan Anwar, memiliki peran penting dalam membentuk identitas Kompas. Bersama
Ojong, pada tahun 1963, mereka mendirikan majalah Intisari yang kemudian sukses
diikuti oleh pendirian Koran Kompas pada tahun 1965. Selain aktif di dunia jurnalisme,
Jakob juga terlibat dalam Ikatan Sarjana Katolik Indonesia dan memiliki minat pada
sejarah. Kelompok usaha Kompas Gramedia, yang tumbuh dari perkembangan Kompas,
dipimpin oleh Jakob dan telah melebarkan sayapnya di berbagai bidang usaha, termasuk
bisnis hotel dan jurnalisme pertelevisian. Dalam kepemimpinannya, terjadi metamorfosis
pers Indonesia dari yang sektarian menjadi media massa yang mencerminkan inclusive
democracy. Jakob Oetama juga merupakan penulis beberapa karya, termasuk skripsi
tentang peran pers dalam sistem demokrasi terpimpin dan buku-buku seperti "Dunia
Usaha dan Etika Bisnis" serta "Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan."

Anda mungkin juga menyukai