Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia adalah sebuah negara berkepulauan yang kaya akan keanekaragaman
hayati, seni, dan budaya, sehingga keanekaragaman tersebut menjadi sebuah identitas
bagi bangsa Indonesia. Namun belakangan ini, dengan maraknya teknologi yang
berkembang pesat membuat masyarakat cenderung secara tidak langsung melupakan
identitas bangsa sendiri, sehingga terjadi celah pada bangsa Indonesia ini, dimulai dari
dicurinya keanekaragaman hayati sampai merambah ke budaya.
Budaya lokal sebenarnya sudah mulai ditinggalkan pada awal 2000an. Namun,
akhir-akhir ini masyarakat sudah mulai menyadari akan budaya mereka yang sudah mulai
pudar sehingga masyarakat mulai mencoba melestarikan kembali budaya tersebut. Cara
mereka melestarikan pun bermacam-macam, ada yang melestarikan dengan cara
membuat sanggar, ada juga yang menginovasi dalam bentuk game, dekorasi dan lain-lain
Namun, dibidang mainan tradisional masih cenderung kurang peminatnya,
hanya bebarapa segelinir permainan yang masih bertahan, contohnya seperti balap
karung, congklak, enggrang, engklek, gasing, lompat tali, laying-layang, lompat tali,
pletokan, dan panjat pinang.
Banyaknya orang kreatif di Indonesia, membuat itu tidak menjadi masalah,
dengan hal-hal yang sederhana pun bisa menjadi hal baru tanpa mengurangi esensinya.
Ada banyak cara yang dilakukan para seniman kreatif dalam berinovasi, ada yang
menambahkan tampilan menjadi lebih modern, menambah fungsi baru, mengubah
media, atau mengubah fungsi itu sendiri menjadi fungsi yang berbeda.
Fungsi yang berbeda adalah cara penulis dalam menginovasi salah satu mainan
tradisional ini, mainan yang penulis inovasi berupa egrang batok (nama familiarnya).
Egrang batok merupakan salah satu mainan tradisional yang menggunakan media batok
kelapa dengan seutas tali yang diikatkan diantara keduanya.
Permainan egrang batok atau batok kelapa, yang berasal dari provinsi Sulawesi
Selatan ini, biasanya dimainkan oleh suku Bugis. Bagi suku Bugis sendiri permainan ini
dikenal dengan nama majjeka, yang berasal dari kata jeka yang artinya jalan.1

1
http://gpswisataindonesia.blogspot.com/2014/01/sejarah-permainan-tradisional-egrang.html

1
Gb.1. Foto egrang batok
Sumber : http://www.mainyuk.byethost14.com

Cara memainkanya pun sederhana, yaitu dengan menahan keseimbangan serta


ketahanan tubuh pada tumpuan kaki yang mana batok kelapa yang menjadi media
tumpuan kakinya. Dan juga pegangan yang sudah diikatkan tengahnya dengan
menggunakan tali sebagai medianya.
Permainan ini sangat simple dan membantu menambah daya kesimbangan pada
seorang anak, selain itu juga bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan egrang
batok pun masih sering dijumpai dimana saja.
Bahanya pun hanya meliputi batok kelapa yang besar dan sudah tua yang mana
nantinya batok kelapa tersebut dibelah menjadi dua bagian, lalu bagian tengahnya
dilubangi untuk memberikan ruang ikat untuk dipasangkan tali. Tali yang digunakan
pun bermacam-macam tergantung tingkat kebutuhan dan siapa yang akan memakai,
sifatnya pun harus kuat.

2
Gb.2. Bahan membuat egrang batok
Sumber : www.aggregate.com, www.joshtraders.com

Dalam cara memainkannya pun hampir sama dengan egrang biasa, yang
membedakan hanyalah medianya. Namun, permainan ini seperti yang sudah disebutkan,
bahwa peminatnya masih terbilang sedikit. Oleh karena itu penulis mencoba membuat
sesuatu yang berbeda pada mainan egrang batok tersebut. Tujuanya adalah untuk
mencoba memberikan kesan atau ingatan manis kepada konsumen tentang egrang
batok. Selain itu penulis juga menggabungkan unsur mainan tradisional dengan unsur
material yang lain sehingga menghasilkan sebuah produk baru dalam bentuk furniture.
Konsep yang penulis rancang berupa tata rias set. Konsep ini penulis setujui,
lantaran kebanyakan tata rias set itu berbentuk meja dengan cermin yang begitu besar
sehingga beban sangat berat pada umumnya. Namun pada era ini, banyak masyarakat
yang membangun rumah dengan konsep minimalis. Tentunya dengan meja rias yang
sudah beredar di pasaran akan memakan tempat pada ruangan. Selain itu juga dalam
bercermin, mayoritas masyarakat lebih banyak merias penampilan di daerah kepala dan
wajah ketimbang bagian yang lainnya.

Gb.3. Meja rias pada umumnya


Sumber : www.tokofurnitureyenz.com

3
Atas dasar itulah penulis mencoba membuat sebuah furniture tata rias set yang
minimalis, namun tetap memberikan fasilitas-fasilitas yang ada pada tata rias set pada
umumnya, yaitu dengan memberikan tempat penyimpanan untuk alat-alat merias
dengan berbagai ukuran. Bentuk tata rias yang penulis rancang, berbentuk simbol
manusia yang sedang memainkan egrang batok. Simbol inilah yang diharapkan menjadi
memorable terhadap permainan egrang batok.

B. Orisinalitas (State of the art)


Dalam perancangan tata rias set yang penulis buat, merupakan suatu penggabungan
sebuah mainan tradisional dengan furniture. Hal itu sendiri sebenarnya merupakan
kelebihan dari perancangan yang penulis buat. Bahkan penulis selaku perancang pun
belum pernah melihat ada sebuah furniture yang menggabungkan dengan mainan
tradisional. Kebanyakan mainan tradisional di inovasikan dalam bentuk digital maupun
sekedar pajangan.
Kelebihan yang lainnya, terdapat pada bentuknya yang terbilang unik, karena
bentuknya yang menyerupai simbol manusia. Selain itu ada aspek ringan, sederhana,
minimalis dan mudah dalam peletakkan barang. Aspek ringan sendiri terinspirasi oleh
sifat manusia yang gampang jenuh dalam menata barang, sifat manusia yang selalu ingin
membuat suasana baru pada ruangan inilah yang membuat penulis merancang untuk
mempunyai sifat ringan.
Untuk aspek sederhana, didapat dari berbagai rumah yang mulai banyak memakai
bangunan dengan konsep minimalis, dengan adanya produk yang minimalis membuat
ruangan menjadi lebih lega dan tidak terlihat penuh.

C. Tujuan dan Manfaat rancangan


1. Tujuan Perancangan
Tujuan perancangannya adalah untuk memberikan sebuah inspirasi, bahwa
keanekaragaman yang dimiliki oleh Indonesia sebenarnya masih mempunyai
banyak nilai jika diolah secara kreatif.
2. Manfaat Perancangan
a. Untuk Personal
Manfaat bagi penulis sendiri adalah mempunyai pengalaman menarik
dalam menggabungkan sesuatu budaya dengan furniture. Selain itu juga penulis
sendiri menyadari bahwa hal-hal yang sebenarnya ada disekitar dan terlihat tidak

4
mempunyai nilai jual sebenarnya masih memiliki nilai jual bahkan bisa lebih tinggi
dari harga barang itu sendiri jika kita mampu mengolahnya dengan kreatif, unik
dan baik.
b. Untuk Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat sendiri adalah memberikan inspirasi pada
masyarakat bahwa dengan benda-benda sekitar jika ada niat untuk mengolahnya,
maka akan membuat nilai pada benda tersebut menjadi lebih baik bahkan bisa
menambah nilai jual benda itu sendiri.
c. Untuk Akademik
Manfaat untuk akademik sendiri, perancangan ini akan menjadi referensi
bagi mahasiswa yang ingin membuat hal yang sama seperti penulis.

D. Peluang dan Tantangan Studi


1. Peluang Studi
Peluang yang penulis dapatkan ketika menjalani proses perancangan ini,
adalah sudah banyaknya usaha-usaha mebel kayu, rotan dan lain-lain, sehingga
tidak kesulitan dalam mencari pengrajin yang bisa membuat perancangan yang
sudah penulis buat.
Selain itu, banyaknya produk-produk yang mengedepankan fungsi utama,
namun tidak menambahkan fungsi yang lain (multifungsi). Sehingga untuk produk
tata rias ini, mempunyai peluang dalam hal pemasaran ketimbang produk pada
umumnya.
2. Tantangan Studi
Tantangan yang penulis dapatkan ketika memulai proses perancangan ini,
terdapat pada referensi yang sangat jarang didapatkan, bahkan penulis harus
mengaskses dari luar Indonesia dan buku-buku terbitan selain Indonesia untuk
mendapatkan sebuah referensi bentuk dan fungsi guna menghasilkan produk yang
baik.

E. Relevansi dan Konsekuensi Studi


Relevansi dan konsekuensi studi merupakan unsur-unsur studi yang
mempengaruhi pola penciptaan. Dalam hal ini, berhubungan dengan unsur grafis seperti
bentuk fungsi, dan estetika. Selain itu juga, tujuan lainnya adalah mengembangkan dan

5
menginformasikan permainan egrang batok yang diubah menjadi sebuah produk
furniture multifungsi yaitu sebuah tata rias set.
Permainan tradisional sudah lama tidak mendapatkan perhatian yang layak,
sehingga sudah mulai berkurang peminatnya, padahal masih banyak celah dalam
menginovasi atau mengembangkan permainan tersebut dalam berbagai aspek. Seperti
hal-nya dalam meleburkan unsur-unsur permainan tradisional egrang batok terhadap
furniture. Dengan menginovasi, target pasar pun bisa disesuaikan dengan fungsi
furniturenya sehingga permainan tradisional dapat melekat dalam benak siapa saja yang
dijadikan target pasar.
1. Relavansi Studi
a. Membuat pandangan baru terhadap pengembangan permainan egrang batok yang
digabungkan dengan furniture.
b. Memberikan suatu yang unik pada furniture tata rias set sehingga memiliki nilai
dekoratif serta unsur tradisionalnya.
c. Memberikan banyak fungsi sehingga tidak hanya sekedar sebuah furniture biasa.
2. Konsekuensi Studi
a. Memberikan rasa minat pada masyarakat untuk menginovasi berbagai budaya di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai