Anda di halaman 1dari 25

Koperasi Syariah - BMT (Baitul

Maal wa Tamwil)
Lembaga Keuangan Syariah
Syah Amelia Manggala Putri
Koperasi ?
• Koperasi : Badan usaha yang beranggotakan
orang atau badan hukum yang berlandaskan
pada kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
• Kegiatan usaha Koperasi -> UUD 1945 Pasal 33
(1) : Koperasi berkedudukan sebagai soko guru
perekonomian nasional dan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dalam sistem
perekonomian nasional.
Istilah koperasi syariah, apakah SAMA
?

BMT KJKS KSPPS


Sama, hanya saja...
• KJKS -> Hanya menjalankan satu lembaga
usaha saja, yaitu lembaga koperasi yang
dijalankan dengan sprinsip syariah.
• BMT -> Bisa menjalankan 2 lembaga yaitu:
1. Baitul Maal : Lembaga Zakat.
2. Lembaga Keuangan (Koperasi
Syariah.
Landasan Hukum & Standar Manajemen
operasional Koperasi Syariah
• Landasan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia tidak
memiliki perbedaan dengan koperasi konvensional
yaitu Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
• Namun, Koperasi syariah diatur khusus melalui
Perundang-undangan tersendiri. BMT yang berbadan
hukum koperasi menggunakan Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik IndonesiaNomor: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007
tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa
Keuangan Syariah.
Koperasi Syariah ?
• Koperasi Syariah : Badan usaha koperasi yang
menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip
syariah. Sehingga seluruh produk &
operasionalnya harus dilaksanakan dengan
mengacu kepada fatwa DSN MUI.
• Tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-
bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur
riba, maysir, & gharar.
Koperasi Syariah menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi &
Usaha Kecil dan Menengah RI No. 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 :

• Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-


seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas kekeluargaan.
• Koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) -> koperasi yang
kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan,
investasi, & simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
• Unit jasa keuangan syariah selanjutnya disebut KJKS -> Unit
koperasi yang bergerak di bidang pembiayaan, investasi, &
simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian
dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.
Tujuan Koperasi Syariah
• Meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan
kesejahteraan masyarakat dan ikut serta
dalam membangun perekonomian Indonesia
berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Fungsi & Peran Koperasi Syariah
• Membangun & mengembangkan potensi, kemampuan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial
ekonominya.
• Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota -> :
amanah, profesional, konsisten & konsekuen
(istiqomah) dalam menerapkan prinsip-prinsip syariah.
• Mewujudkan & mengembangkan perekonomian
nasional (usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan & demokrasi ekonomi).
• Mengembangkan & memperluas kesempatan kerja.
Prinsip Koperasi Syariah (landasan
operasional koperasi syariah)
• Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak
dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak.
• Manusia diberi kebebasan bermuamalah selama
bersama dengan ketentuan syariah.
• Manusia merupakan khalifah Allah & pemakmur
di muka bumi.
• Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap
bentuk ribawi & pemusatan sumber dana
ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok
orang saja.
Usaha-usaha Koperasi Syariah,
meliputi:
• Semua kegiatan usaha yang halal, baik dan
manfaat serta menguntungkan dengan sistem
bagi hasil & tanpa riba, judi dan gharar.
• Koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana
tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi.
• Usaha-usaha harus sesuai dengan fatwa &
ketentuan DSN MUI.
• Usaha-usaha tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Negara.
Jenis-jenis usaha BMT sebenarnya dimodifikasi dari produk perbankan Islam. Oleh
karena itu, usaha BMT/Koperasi Syariah dapat dibagi kepada dua bagian utama, yaitu
memobilisasi simpanan dari anggota dan usaha pembiayaan.
Bentuk dari usaha memobilisasi simpanan dari anggota dan jamaah itu antara lain
berupa:
1. Simpanan MDA Biasa & Simpanan Wadiah
2. Simpanan MDA Pendidikan
3. Simpanan MDA Haji
4. Simpanan MDA Umrah
5. Simpanan MDA Qurban
6. Simpanan MDA Idul Fitri
7. Simpanan MDA Walimah
8. Simpanan MDA Aqikah
9. Simpanan MDA Perumahan
10. Simpanan MDA Kunjungan Wisata
11. Titipan zakat, Infaq, shadaqah (ZIS)
12. Produk simpanan lainnya yang dikembangkan sesuai dengan lingkungan dimana
BMT itu berada.
Sedangkan jenis usaha pembiayaan BMT lebih
diarahkan pada pembiayaan usaha makro, kecil
bawah dan baawah. Diantara usaha pembiayaan
tersebut adalah:
1. Pembiayaan Mudharabah
2. Pembiayaan Musyarakah
3. Pembiayaan Murabahah
4. Pembiayaan Al Bai; Bithaman Ajil
5. Al-Qardhul Hasan
BMT juga mengembangkan usaha dibidang sector ril seperti :
• kios telepon
• kios benda pos
• memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan
produktivitas hasil para anggota
• mendorong tumbuhnya industri rumah tangga atau
pengolahan hasil
• mempersiapkan jaringan perdagangan atau pemasaran
masukan dan hasil produksi
• usaha lainnya yang layak, menguntungkan dalam jangka
panjang dan tidak menganggu program jangka pendek.
Operasional Koperasi Syariah
Pada prinsipnya, operasional Koperasi Syariah tidak
berbeda dengan BMT (Baitul Maal Wattamwil),
Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah
(UUS), dan BPR Syariah, hanya sekalanya saja yang
berbeda.

Di Koperasi Syariah ini justru dapat lebih luas lagi


pengembangannya terutama dalam mempraktekan
akad-akad muamalat yang sulit dipraktekan di
Perbankan Syariah karena adanya keterbatasan PBI
& POJK (Peraturan BI & OJK).
Operasional KS - BMT
Contoh Struktur Organisasi BMT
Perkembangan Koperasi Syariah di
Indonesia
- Jumlah unit usaha koperasi mencapai 150.223
unit usaha, dari jumlah tersebut 1,5% merupakan
koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah
(KSPPS).

- Tercatat jumlah KSPPS sebanyak 2.253 unit


dengan angggota 1,4 juta orang.

- Modal sendiri mencapai Rp 968 Miliar dan modal


luar Rp 3,9 triliun dengan volume usaha Rp 5,2
triliun.
Sumber Keuangan & Penggunaan Dana
Koperasi Syariah
Empat macam modal koperasi menurut
penggunaannya :
1. Modal organisasi
2. Modal alat perlengkapan
3. Modal kerja/modal lancar
4. Modal uang muka
Untuk memenuhi kebutuhan modal, koperasi
memiliki beberapa sumber modal yaitu:
1. Anggota -> berupa simpanan pokok,
simpanan wajib & simpanan sukarela.
2. Sisa hasil usaha.
3. Dari luar koperasi (DPK, Pembiayaan dari
bank atau penanam modal).
Kendala-kendala yang terjadi di
KS/BMT:
1. Kebutuhan dana masyarakat belum bisa dipenuhi
seluruhnya oleh KS/BMT
2. Rentenir: dana yang memadai dan pelayanan CEPAT & lebih
fleksibel dibanding KS/BMT.
3. Anggota yang bermasalah atau Nasabah bank yang macet.
4. Persaingan tidak Islami antar KS/BMT
5. pengarahan pengelola pada orientasi bisnis terlalu dominan
sehingga mengikis sedikit rasa idealis
6. Ketimpangan fungsi utama BMT, antara baitul mal dengan
baitutamwil. BMT mempunyai 2 fungsi.
7. Jumlah SDM yang kurang & belum paham dengan
penerapan prinsip-prinsip syariah dalam operasionalnya.
Kendala lainnya...
Permasalahan mendasar BMT di antaranya:
• Minim modal
• SDM yang tidak memadahi
• Lemahnya sistem operasional.
Strategi mengatasi kendala-kendala
yang ada:
1. Optimalisasi SDM yang ada di BMT/KS
2. Strategi pemasaran yang lebih meluas
3. Inovasi Produk sesuai kebutuhan masyarakat
4. pengembangan asset paradigmatic
5. Fungsi partner BMT/KS harus digalakkan
bukan menjadi lawan
6. Evaluasi Bersama BMT/KS
G. Memajukan BMT/KS
Syafii Antonio (Tokoh Ekonomi Syariah) mempunyai tujuh
konsep untuk memajukan BMT & KS:

1. Capital structure (struktur permodalan) yang memadai. Dalam


arti, modal BMT harus diupayakan mendekati angkat Rp. 500
juta – Rp. 1 milyar.

2. Human resources (sumber daya manusia) yang kompeten.


Tenaga pelaksana BMT diharapkan minimal lulusan D3,
mempunyai semangat mengembangkan dan kalau bisa sudah
berpengalaman.

3. Minimum IT requirement (perlengkapan IT minimal). Suatu


BMT diharapkan mempunyai perangkat komputer dan software
pendukung akuntasinya.
4. Minimum size business (terdiri dari minimal beberapa bisnis). Jadi
BMT/KS harus mempunyai beberapa produk bisnis yang dapat
diandalkan, jangan hanya satu jenis saja.

5. Networking (jaringan). Jaringan BMT harus menjangkau pasar,


masjid, juga tokoh ulama dan masyarakat.

6. Coaching (pembinaan). Pembinaan terhadap nasabah harus rutin


dilakukan.

7. Risk management (manajemen resiko). Meskipun sederhana,BMT


harus menerapkan manajemen resiko, yang terdiri beberapa unsur,
seperti, manajemen strategi, operasional, kredit, pasar, likuiditas, legal,
dan manajemen reputasi.

Anda mungkin juga menyukai