Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakaang KANINDO Syariah JATIM
Perbankan syariah memiliki peran strategis dalam meningkatkan
kesejahteraan ummat, melalui proses intermeditasi kegiatan penghimpunan
dan penyaluran dana maupun penyediaan jasa keuangan lainnya,
berlandaskan kepada prinsip-prinsip syariah. Ketika sistem perbankan
konvensional sempoyongan, karena krisis moneter dan memerlukan biaya
yang begitu besar untuk mempertahankannya, perbankan syariah justru
mampu menyelamatkan sebagian ekonomi ummat. Kemampuan survival
perbankan syariah dalam era krisis, telah menarik banyak perhatian para
bankir konvensional yang kemudian membuka kantor-kantor cabang syariah.
Koperasi Agro Niaga Indonesia Syariah yang berdomisili di
kabupaten Malang dirintis pendirinya sejak bulan September pada tahun 1998
oleh beberapa aktifis gerakan koperasi, LSM dan tokoh masyarakat yang
peduli dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Koperasi Agro Niaga
Indonesia didirikan dalam rangka menggalang kekuatan kolektif masyarakat
dari berbagai kalangan, mulai dari petani, peternak, pedagang, industri kecil,
pengrajin dan wirausahawan lainnya. Anggota Kanindo Syariah dengan
badan hokum Prooinsi untuk sementara terbesar di wilayah Malang Raya
untuk menunjang pelayanan anggota dan calon anggota. Agar lebih optimal
Kanindo Syariah membuka delapan kantor cabang dan dua cabang pembantu
yang terdiri dari cabang di Kecamatan Dau, Kecamatan Pujon, cabang
pembantu Pujon di Ngantang, Kecamatan Wajak, Kecamatan Wonosari,
cabang pembantu Wonosari dislorok, Kecamatan Wagir, Kecamatan
Kepanjen, dan Kecamatan Singosari dan Kota Batu.
Sebagai wujud pengakuan dan legalitas dari pemerintah dalam
pendirian ini diterbitkan akte pendirian atau badan hukum.
2

Nama : Kanindo Syariah Jatim (Koperasi Agro Niaga
Indonesia)
Alamat : Jl. Raya Sengkaling No. 293 Mulyoagung Dau-
Malang. Telp. (0341) 464445
Badan Hukum : No. 29/BH/KDK/13.13/XII/1998
Tanggal Badan Hukum : 10 Desember 1998
Akta Perubahan : No. 05/PAD/KDK/13.13/XI/2000
Tanggal : 2 November 2000
TDUP : No. 510/585/421.115/2003
TDP : No. 132525200143
NPWP : No. 01.840.826.0-628.000
Potensi Anggota : Anggota terdiri dari petani, pedagang, industry
kecil dan pengrajin serta wiraswastawan yang
berdomisili di daerah wilayah kerja Kanindo
baik di Cabang Dau, Pujon, Wajak dan wonosari
yang berjumlah kurang lebih 2.800 orang.
1.2.Visi & Misi KANINDO Syariah JATIM
1.2.1. Visi
Membangun idealisme dan prefesionalisme untuk mencapai
kesejahteraan bersama dalam naungan Ridho Ilahi.
Dengan visi ini setiap orang yang bergabung di Kanindo Syariah
di ajak untuk menyadari bahwa dalam setiap insan adalah hamba
Allah yang harus tunduk dan taat terhadap aturan (syariat-Nya) dan
mengembangkan potensi diri sebagai khalifah (pemimpin) untuk
mengelola sumber daya ekonomi demi kesejahteraan diri, keluarga
dan masyarakat, sehingga tercapai kesejahteraan materiil spiritual
dalam naungan ridho ilahi.
1.2.2. Misi
a. Mengembangkan system ekonomi, khususnya lembaga keuangan
berdasarkan syariat Islam.
3

b. Memajukan kegiatan usaha (ekonomi) anggota masyarakat,
khususnya usaha mikro atau kecil dan menengah (UKM).
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia koperasi seutuhnya
(materiil atau spiritual).
d. Meningkatkan harkat dan martabat hidup anggota atau masyarakat
(pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan)
1.2.3. Program kerja dan kegiatan
a. Pendidikan dan pelatihan manajemen LKMS (Lembaga Keuangan
Mikro Syariah) secara berkala dan berkelanjutan.
b. Program pendampingan dan pembinaan UKM untuk dapat
berkembang lebih baik.
c. Training, outbond, famil gathering untuk meningkatkan kualitas
pengelola dalam melayani anggota dan masyarakat.
d. Publikasi dan sosialisasi tentang ekonomi syariah kepada
masyarakat secara luas.
e. Merintis dan memfasilitasi pendirian Baitul Maal sebagai wadah
layanan sosial untuk masyarakat kaum dhuafa.
1.3. Struktur Organisasi KANINDO Syariah JATIM
Struktur organisasi di Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO)
memiliki suatu sistem organisasi yang berupa struktur organisasi fungsional,
dimana terdapat pengelompokan yang didasarkan pada sifat aktivitas dan
hubungan dalam struktur organisasi yang sesuai dengankondisi serta
kebutuhan fungsionalnya. Struktur organisasi perusahaan tergambar sebagai
berikut ini:
4

RAPAT
ANGGOTA
PENGAWAS
PENGURUS
CABANG
KASIR PEMBUKUAN
AO
KASIR PEMBUKUAN AO
CABANG
PEMBANTU
MANAJER
IC IC
Gambar 1. Struktur Organisasi KANINDO Syariah Jatim
Berdasarkan Struktur organisasi di atas tugas dan fungsi masing-
masing bagian adalah:
A. Rapat Anggota
Rapat anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi
koperasi, yang bertujuan untuk:
- Mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas
- Menyusun dan menetapkan rencana kerjadan rancangan anggaran,
pendapatan dan belanja koperasi
5

- Menerima, mengesahkan ataupun menolak laporan pertanggung
jawaban pengurus dan pengawas
B. Pengurus
- Menjalankan rencana kerja dan rancangan anggaran, pendapatan,
dan belanja koperasi
- Mengangkat manajer
- Mengangkat dan memberhentikan karyawan atau usul manajer
C. Pengawas
- Mengawasi proses berjalannya tugas-tugas operasional pengurus.
D. Manajer
- Menjalankan keputusan, program dan tugas yang diberikan oleh
pengurus.
E. Karyawan
- Sebagai penggerak/ujung tombak operasional lembaga yang
berhubungan secara langsung dengan pengguna jasa
- Memberikan pelayanan yang baik dan melaksanakan tugas secara
profesional dengan penuh tanggungjawab
F. Tugas dan Tanggungjawab Personalia
1) Kepala Cabang
- Bertanggung Jawab terhadap jalannya operasional kantor
cabang
- Kedisiplinan dan Ketaatan dengan memantau dan
memonitoring kinerja staf cabang
- Memeriksa keabsahan kredit dan penandatanganan akad
kredit
- Membuat rencana kerja dan laporan secara periodik
- Membina terhadap karyawan cabang
- Memimpin komite kredit
- Memutuskan hasil evaluasi kelayakan calon nasabah.
2) Kasir dan Pembukuan
- Sebagai penerima dan juru bayar
6

- Menyiapkan bukti penerimaan dan pengeluaran uang
- Mengadministrasikan dan pengeluaran kas secara teratur
- Bertanggung jawab atas ketepatan saldo kas
- Memberi laporan saldo kas harian kepada kepala bagian
keuangan atau atasan
- Membuat laporan harian, bulanan, triwulan dan tahunan.
3) Account Officer (AO)
- Menganalisa kelayakan usaha calon nasabah
- Mengumpulkan data/informasi calon nasabah
- Menganalisa data calon nasabah
- Menganalisa keabsahan surat dan data pribadi calon
nasabah
- Survey atau investigasi untuk menganalisa kelayakan usaha
- Menyiapkan perjanjian kredit yang telah disahkan melalui
komite kredit
- Membina dan membangun loyalitas nasabah
- Bertanggung jawab atas kelancaran nasabah yang
dibiayainya.
4) Marketing
- Mencari nasabah dan calon nasabah
- Mendatangi setiap nasabah yang menginginkan untuk
diambil tabiungannya dan atau angsurannya.
- Bertanggung jawab atas nasabahnya
5) IC (Internal Controlling)
- Setiap IC membawahi dan bertugas untuk mengontrol 1
sampai 3 cabang atau cabang pembantu
- Berhak untuk mengingatkan dan menegur anggota atau
karyawan yang ada di tempat naungannya.
1.4. Prinsip-Prinsip Operasional KANINDO Syariah JATIM
Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional mengenai sistem
distribusi hasil usaha, No. 14/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sistem Distribusi
7

Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah. Pada prinsipnya, LKS boleh
menggunakan sistem Accrual Basis maupun Cash Basis dalam administrasi
keuangan. Penetapan sistem yang dipilih harus disepakati dalam akad. Dilihat
dari segi kemaslahatan:
- Dalam catatan sebaiknya digunakan sistem Accrual Basis
- Dalam distribusi hasil usaha hendaknya ditentukan atas dasar
penerimaan yang benar-benar terjadi (Cash Basis).
No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha
Dalam Lembaga Keuangan Syariah. Pada prinsipnya, LKS boleh menggu-
nakan prinsip bagi hasil (Revenue Sharing) maupun bagi untung (Profit
Sharing). Dilihat dari segi kemaslahatan saat ini, pembagian hasil usaha
sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Revenue Sharing). Penetapan prinsip
pembagian hasil yang dipilih harus disepakati dalam akad.
Landasan Syariah Prinsip Distribusi Hasil Usaha (Fatwa DSN No
15/DSN-MUI/IX/2000). Hasi orang yang beriman! Jika kamu melakukan
transaksi hutang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tulislah.
(QS. Al-Baqarah:282). hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu
(QS. Al-Maidah:1). Hadits Naabi Riwayat Tirmidzy dan Amr bin Auf:
Perdamaian dapat dilakukan antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamit, riwayat
Ahmad dari Ibnu Abbas, dan Malik dari Yahya: Tidak boleh membahayakan
diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain. Kaidah fiqh:
- Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkan
- Dimana terdapat kemaslahatan, disitu terdapat hukum Allah
8

Distribusi hasil usaha. Perhitungan pembagian hasil usaha antara
shahibul maal (nasabah) dengan mudharib (LKS) sesuai dengan nisbah yang
disepakati di awal akad. Implementasinya :
- Hanya dibagikan untuk akad mudharabah atau musyakarah.
- Sedangkan milik LKS. LKS dapat memberikan bonus, dengan
tidak diperjanjikan sebelumnya baik adanya apalagi besarnya.
Prinsip-prinsip bagi hasil yang diterapkan pada Kanindo ada tujuh.
Diantaranya adalah prinsip keadilan, prinsip peningkatan prestasi, prinsip
kebersamaan dan tolong menolong, prinsip keterbukaan, prinsip pemenuhan
rukun dan syarat, periode bagi hasil, dan pendapatan yang dihasilkan.
1. Prinsip Keadilan
Adanya keseimbangan antara pemilik modal dengan jumlah dananya dan
pengelola dana dengan ukuran mengelola dana, serta keseimbangan
nisbah bagi hasilnya. Dan kesetaraan kedua belah pihak.
2. Prinsip Peningkatan Prestasi
Kedua belah pihak mengutamakan peningkatan kinerja usaha. Memper-
hatikan peningkatan kualitas sumber daya. Memperoleh keuntungan
melalui proses yang rasional dan adil.
3. Prinsip Kebersamaan dan Tolong Menolong
Menumbuhkan rasa saling memiliki. Saling memperhatikan kelebihan
dan kekurangan masing-masing, dan member kontribusi sesuai kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Saling memahami kesulitan.
4. Prinsip Keterbukaan
Adanya kejujuran dalam kondisi perkembangan usaha. Adanya
penerapan manajemen terbuka. Berusaha memperkesil resiko. Masing-
masing menanggung resiko. Tanggung jawab harus diikuti pembinaan
dan bimbingan.
5. Prinsip Pemenuhan Rukun dan Syarat
Terpenuhi rukun dalam kerjasama. Terpenuhinya syarat untuk setiap
rukun.
9

6. Periode Bagi Hasil
Biasanya dilakukan satu kali dalam satu bulan.
7. Pendapatan yang Dihasilkan
Semua aktiva produktif yang sumber dananya dari dana pihak ketiga
dibagikan dengan akad mudharabah
1.5. Produk-Produk KANINDO Syariah JATIM
Sesuai dengan Pasal 5 AD/ART Kanindo Syariah Jawa Timur, ada
dua Unit Usaha Kanindo Syariah yaitu :
1. Unit Jasa Keuangan Syariah
Seiring dengan perkembangan dan perjalanan waktu Koperasi Agro
Niaga Indonesia pada Unit Simpan Pinjam mulai tahun 2003 telah
berubah dari sistem konvensional ke sistem syariah (Unit jasa keuangan
syariah), langkah tersebut merupakan wujud dari keberpihakan dan
menjalankan ekonomi syariah. Jumlah anggota atau calon anggota yang
dilayani sebanyak kurang lebih 5.000 orang tersebar di wilayah Malang
Raya yaitu kabupaten Malang, kota Malang dan kota Batu. Sedangkan
asset yang dikelola Kanindo Syari;ah Malang-Jatim kurang lebih sebesar
Rp.24.000.000.000,-.
a. Produk-produk simpanan yang dikelola terdiri dari :
1. Simpanan Wadiah yad Dhomanah
Simpanan Wadiah yad dhomanah merupakan sarana investasi
murni sesuai syariah. Bagi hasil yang diperoleh setiap bulannya
merupakan hasil dari pembiayaan KANINDO untuk usaha-usaha
yang tidak diragukan kehalalannya.
2. Simpanan Berjangka (Deposito)
Sempanan nasabah berbentuk tabungan berjangka sesuai dengan
system syariah dengan jangka waktu tertentu. Dengan nisbah
antara nasabah dan KANINDO, untuk 3 bulan 50:50, untuk 6
bulan 55:45, dan untuk 12 bulan 60:40. Dengan syarat simpanan
minimal Rp.500.000,-.

10

3. Simpanan Berjangka Mudharabah
Merupakan langkah tepat untuk berinvestasi atau deposito sesuai
syariah. Menggunakan prinsip mudharabah, bagi hasil diterima
tiap bulan minimal RP.500.000, dapat diperpanjang secara
otomatis.
4. Simpanan Pendidikan (Sipintar)
Dirancang untuk membantu rancangan pendidikan anak untuk
masa yang akan dating. Jangka waktu bisa disesuaikan dengan
rencana, besarnya simpanan bisa disesuaikan dengan kebutuhan,
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah, bagi hasil diterima
tiap bulan, dapat disetor langsung maupun didatangi ketempat
usaha atau rumah.
5. Simpanan Qurban dan Idul Fitri (Qori)
Diperuntukkan bagi nasabah yang ingin berqurban Idhul Adha
dan persiapa menghadapi Idhul Fitri. Menggunakan prinsip
mudharaba mutlaqah, bagi hasil diterima tiap bulan, setoran
pertama Rp.50.000, selanjutnya minimal Rp.5.000, dapat disetor
langsung maupun didatangi ke rumah.
6. Simpanan Haji (Arofah)
Membantu nasabah mewujudkan niat beribadah haji dengan cara
menabung. Menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah, bagi
hasil diterima tiap bulan, setoran pertama Rp.50.000, selanjutnya
minimal Rp.5.000, dapat disetor langsung maupun didatangi
kerumah, cocok bagi ummat yang serius untuk mempersiapkan
kewajiban haji sedini mungkin.
7. Simpanan Aqiqah dan Walimah (IQOMAH)
Dirancang bagi nasabah yang ingin mempersiapkan pernikahan
dan melaksanakan aqiqah. Menggunakan prinsip mudharabah
mutlaqah, setoran pertama Rp. 50.000, selanjutnya minimal Rp.
5.000, dapat disetor langsung maupun didatangi ke rumah.

11

b. Produk-produk Pembiayaan (Lending) yang dikelola antara lain :
1. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah akad jual-beli atas suatu barang, dengan harga
yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya
penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas
barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya.
2. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana
(shahibul maal) yang menyediakan seluruh kebutuhan modal
dengan pihak pengelola usaha (mudharib) untuk melakukan suatu
kegiatan usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi
menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati. Dalam hal terjadi
kerugian, akan ditanggung oleh pemilik modal, selama bukan
diakibatkan karena kelalaian pengelola usaha. Sedangkan
kerugian yang timbul karena kelalaian pengelola akan menjadi
tanggung jawab pengelola usaha itu sendiri. Pemilik modal tidak
turut campur dalam pengelolaan usaha, tetapi mempunyai hak
untuk melakukan pengawasan.
3. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah (syirkah) adalah akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk melakukan sesuatu kegiatan usaha tertentu;
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana sesuai dengan
porsi yang disepakati. Sementara keuntungan yang diperoleh
maupun kerugian yang mungkin timbul akan dibagi secara
proporsional atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
4. Pembiayaan BaI Bitsaman Ajil
Pembiayaan untuk membeli barang-barang konsumtif atau
kendaraan bermotor dimana kanindo akan membeli barang
tersebut. Kemudian dijual kepada nasabah dengan mengambil
keuntungan untuk dibayar secara angsur. Uang muka minimal
30%.
12

5. Pembiayaan Qordul Hasan
Pembiayaan yang diberikan kanindo dengan pertimbangan dan
syarat-syarat khusus untuk kepentingan Dawah, Darurat,
Dhuafa dan lain-lain. Adalah pembiayaan yang sifatnya tidak
mengikat pada proses bagi hasil dan dianjurkan untuk berinfaq.
Pihak Kanindo selaku pemodal dan nasabah selaku pengguna
modal.
2. Unit Perumahan
Diawali dari kerjasama dengan MENPERA dalam menyalurkan
program KPRS Bersubsidi, yang diperuntukkan bagi masyarakat umum
disamping itu juga mengembangkan sebuah kawasan perumahan. Unit
Real Estate dan Property, Perumahan Graha Tirta Asri Landung Sari
Malang. Penandatanganan PKO (Perjanjian Kerjasama Operasi) antara
Kanindo Syariah dengan MENPERA RI pada tanggal 11 Juli 2006,
menandai dirintisnya usaha perumahan. Dengan adanya program subsidi
pemerintah untuk MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) Kanindo
Syariah telah merehab atau merenovasi lebih dari 200 rumah anggota.
Disamping itu juga program setifikasi tanah sebagai bentuk layanan
kepada anggota mulai dirintis. Sekarang sedang disiapkan pembangunan
perumahan bersubsidi dan berbasis swadaya, disamping melayani
anggota dalam hal jual-beli rumah dan tanah.







13

BAB II
PEMAPARAN HASIL INDENTIFIKASI

2.1. Latar Belakang Hasil Indentifikasi Kasus
Di era reformasi ini bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai
masalah yang menuntut perubahan dari segala aspek kehidupan. Untuk
membiayai pembangunan ini bangsa Indonesia harus mampu menyediakan
dana untuk kelangsungan pembangunan, sehingga peranan pemerintah dalam
memanage dana masyarakat tidak terlepas dari lalu lintas penyaluran dan
penggunaan dana melalui koperasi, dimana Koperasi merupakan lembaga
yang bersifat intermediasi yakni sebagai pihak perantara antara pihak yang
kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, dan koperasi diharapkan
dapat menyalurkan kegiatan usahanya dengan baik, dalam hal ini
memberikan kredit dan jasa kepada nasabah. (Hendharto,http://www.open-
subscriber.com/message/Ekonomisyariah@yahoogroups.com/3417105).
Kata kredit bukan hal yang asing dalam masyarakat, tetapi merupakan
istilah yang sangat populer, baik di kalangan masyarakat perkotaan maupun
pedesaan. Dalam istilah sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh
barang dengan membayar cicilan atau angsuran dikemudian hari atau
memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari
dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Kegiatan perkreditan
ini meliputi semua aspek ekonomi baik di bidang produksi, distribusi,
konsumsi, perdagangan, investasi maupun bidang jasa. Jadi dapat diartikan
bahwa kredit dapat berbentuk barang ataupun berbentuk uang (Kasmir,
2000:72).
Dengan demikian, kegiatan perkreditan dapat dilakukan antar
individu, individu dengan badan usaha atau antar badan usaha. Kemudian
berkembang pula dengan badan usaha yang bersifat formal dan secara khusus
14

bergerak di bidang perkreditan dan pembiayaan, yaitu Bank, koperasi dan
Lembaga Keuangan lainya.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Lembaga keuangan Syariah
adalah suatu lembaga ekonomi rakyat kecil yang berupaya menggabungkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi pengusaha kecil yang berupaya mengembangkan usaha-usaha
produktif investasi dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi
berdasarkan prinsi syariah dan koperasi. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
merupakan sebuah sarana pengelolaan dana dari ummat, oleh ummatdan
untuk ummat (maslahah amanah) yang bebas dari riba. BMT mempunyai
peluang yang sangat besar dalam menggerakkan sector UMKM melalui
optimalisasi pembiayaan bagi hasil.
Peranan koperasi Syariah adalah penting dalam rangka memperlancar
mekanisme bisnis. Hal yang lebih penting lagi adalah fungsi-fungsi koperasi
dalam rangka pengumpulan modal dan penyaluran modal, dengan sistem
syirkah dan mudharabah. Mengingat koperasi Syariah berperan sebagai
instrument ekonomi, maka upaya pelaksanaan organisasi koperasi yang
menerapkan prinsip syirkah (kemitraan usaha) dan mudharabah pembagian
hasil harus dilaksanakan dengan benar. Dengan harapan kejahatan-kejahatan
perkoperasian dapat dieliminer (Muhammad, 2005: 87).
Koperasi syariah merupakan koperasi yang beroperasinya berdasarkan
prinsip-prinsip syariah menurut ketentuan Al-quran dan Al-hadist dan
memiliki ciri yang berbeda dengan koperasi-koperasi yang ada (konven-
sional), (Sumitro, 2004:19).
Dalam meningkatkan profitabilitasnya koperasi konvensional
menggunakan manajemen kredit untuk meningkatkan penghasilannya dengan
menggunakan sistem bunga pastinya, akan tetapi berbeda dengan koperasi
yang berbasis syariah dalam meningkatkan profitabilitasnya koperasi
syariah menggunakan sistem-sistem yang sudah ditentukan dalam hukum
islam dan yang jelas tanpa ada bunga yang nanti akan kita bahas pada
pembahasan selanjutnya. Akan tetapi masih banyak masyarakat indonesia
15

yang lebih memilih koperasi konvensional dibandingkan dengan koperasi
syariah dan yang ada pada fikiran orang-orang indonesiaadalah karena
koperasi syariah baru dan lebih ribet dibandingkan koperasi konvensional.
Keunggulan paling utama dari koperasi syariah adalah segala transaksinya
yang menggunakan sistem non-bunga.
Profitabilitas yang digunakan sebagai Kriteria penilaian hasil operasi
perusahaan mempunyai tujuan pokok dan dapat dipakai sebagai:
a. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria
yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahaan
dalam hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen.
b. Suatu alat membuat proyeksi laba perusahaan karena
menggambarkan kolerasi antara laba dan jumlah modal yang
ditanamkan.
c. Suatu alat pengendalian bagi manajemen, karena dapat
dimanfaatkan oleh pihak internal untuk menyusun target, budget,
koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan
pasar pengambilan keputusan penanaman modal.
Produk yang umumnya ditawarkan koperasi syariah kepada nasabah
diantaranya adalah:
a. Produk Funding, berupa wadiah, tabungan mudharabah dan
Deposit mudharabah,
b. Produk Lending berupa: pembiayaan bai bithaman ajil, murabahah
,musyarakah, mudharabah dan qordhul hasan. Pembiayaan bai
bithaman ajil, murabahah merupakan produk berakad jual-beli dan
berorientasi bisnis. Produk Musyarakah dan mudharabah,
merupakan produk berakat kerjasama atau syirkah dan berorientasi
bisnis yang berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat berupa:
giro, tabungan ataupun deposito. Sementara produk qordhul hasan
merupakan produk koperasi Islam yang berakad dan berorientasi
16

kebajikan, produk ini besumber dari dana kebajikan berupa zakat,
infaq, shodaqoh (Muhammad, 2005:179).
KANINDO Syariah termasuk koperasi syariah yang menjalankan
pembiayaan musyarakah yang merupakan akad kerja sama yang dikemas
dalam bentuk investasi serta menawarka return yang ditentukan sesuai
perjanjian. Dalam kontruksi prinsip bagi hasil, KANINDO Syariah
memposisikan diri sebagai mitra kerja, yang menyediakan penambahan
modal usaha dari pihak ketiga.
Tabel 1.1.
Rincian Pembiayaan di KANINDO Syariah Cab. Singosari
Tahun 2010-2011
Tahun
Pembiayaan Total
Pembiayaan Mudharabah Musyarakah
2010 Rp. 17.000.000 Rp. 14.492.500 Rp. 31.492.500
2011 Rp. 25.500.000 Rp. 213.526.938 Rp. 239.026.938
Total Rp. 42.500.000 Rp. 228.019.438 Rp. 270.519.438
Prosentase 16% 84% 100%
Sumber: Laporan Keuangan KANINDO Syariah Cabang Singosari 2010-2011
Tabel diatas menunjukan KANINDO Syariah Cabang Singosari
selama tahun 2010-2011 memberikan pembiayaan pada produk mudharabah
dan musyarakah, pembiayaan bagi hasil musyarakah mendominasi dengan
prosentase 84%, jika dibandingkan dengan mudharabah pembiayaan bagi
hasil dengan akad musyarakah yang tertinggi, karena pembiayaan bagi hasil
dengan akad mudharabah hanya 16%.
KANINDO Syariah Cabang Singosari untuk funding sangat sulit
didapatkan, yang sering dilakukan atau dilaksanakan adalah bagian Lending
murabahah, mudharabah dan musyarakah. Dari ketiga pembiayaan tersebut
musyarakah yang sangat sering direalisasikan atas pengajuan pembiayaan
dari nasabah adalah musyarakah dibandingkan dengan mudharabah.
17

Berdasarkan uraian inilah penulis ingin mengetahui kontribusi pembiayaan
musyarakah terhadap profitabilitas koperasi syariah dengan judul Aplikasi
Pembiayaan Musyarakah Dalam Meningkatkan Profitabilitas Koperasi
Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syariah Jatim Cabang Pembantu
Singosari.

2.2. Penjabaran Hasil Indentifikasi
Selama melakukan kegiatan PKLI (Praktek Kerja Lapangan
Integratif), penulis diwajibkan untuk terjun langsung dalam praktek baik
dalam pencatatan dan pembukuan keuangan, serta observasi ke lapangan
untuk mengindentifikasi calon nasabah. Banyak sekali kasus yang dapat kita
ambil dari program PKLI di Koperasi Koperasi Agro Niaga Indonesia
Cabang Singosari ini antara lain permasalahan tentang profitabilitas yang
dihasilkan lewat pembiayaan (Lending), karena pembiayaan merupakan salah
unit jasa keuangan yang paling sering dilakukan atau dilaksanakan.
Koperasi menurut Moh. Hatta yang dijuluki sebagai bapak koperasi
adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong menolong (berasakan kekeluargaan). Sedangkan
berdasarkan UU No.25 Th 1992 koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Dari
pengertian koperasi menurut Bapak Moh. Hatta terdapat 3 hal yang bisa
dicermati sebagai kesesuainnya dengan Ekonomi Islam yakni:
Pertama koperasi merupakan usaha bersama, bukan orang perorang
dari segi modal, usahanya (praktiknya) sampai pembagian keuntungannya
bukannya milik perorangan sebagaimana faham kapitalisme ataupun sosialis.
Karena itu salah satu upaya mewujudkan usaha bersama tersebut, yakni usaha
bersama anggota koperasi untuk menguasai segala lini usaha dari hulu sampai
ke hilir dari produksi sampai distribusi melalui suatu wadah bersama yakni
koperasi.
18

Kedua koperasi bertujuan memperbaiki nasib penghidupan ekonomi,
hal ini sangat berbeda sekali dengan prinsip kapitalis maupun sosialis dimana
poin perbaikan nasib ekonomi ini diartikan sebagai ekonomi masyarakat/
ekonomi kerakyatan atau dalam arti lain perbaikan nasib ekonomi
masyarakat, bukan usaha mencapai kemapanan ekonomi bagi pemilik modal
atau milik individu-individu semata.
Ketiga koperasi dibangun atas asas tolong-menolong atau berasaskan
kekeluargaan, prinsip ini berkaitan erat dengan poin kedua yaitu ekonomi
kerakyatan dimana prinsip ini berangkat dari keinginan Bung Hatta untuk
mensejahterakan umat bukan memperkaya pemiliki modal atau orang-
perorang. Dengan prinsip tolong menolong diharapkan koperasi mampu
menjadi wadah bagi masyarakat untuk saling berbagi, berusaha bersama dan
mencapai kesejahteraan bersama. Prinsip ini sangat sesuai sekali dengan
pilar-pilar ekonomi Islam yang bermuara pada rahmatan lil alamin.
Menurut Sholihin (2010:423) fungsi dan peran koperasi syariah adalah
membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada
khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonominya. Memperkuat kualitas sumber daya insane
anggota, agar menjadi lebih amanah, profesional, konsisten dan konsukuen di
dalam menerapkan prinsip-prinsip syariah Islam. Berusaha untuk
mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan.
Fungsi dan Peran Koperasi Syariah yaitu :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada
khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejah-
teraan sosial ekonominya.
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih
amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah)
di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip
syariah islam.
19

3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi.
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana,
sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta.
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerja
sama melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.
Landasan koperasi syariah :
1. Berlandaskan pancasila dan UUD 1945
2. Berazaskan kekeluargaan
3. Berlandaskan syariah islam yaitu Al-Quran dan Assunnah dengan saling
tolong meolong dan menguatkan
Koperasi yang dijalankan dengan prinsip syariah, fungsi dan peran
koperasi syariah adalah membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna
meningkatkan kesejahteraan social ekonominya. Memperkuat kualitas sumber
daya insane anggota, agar menjadi lebih amanah, profesional (fathonah),
konsisten dan konsekuen (istiqomah) didalam menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam.
Berusaha untuk mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama azaz kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.,
sebagai mediator antara penyandang dana dan pengguna dana sehinggga
tercapai optimalisasi pemanfaatan harta, menguatkan kelompok-kelompok
anggota sehingga mampu bekerja sama melakukan control terhadap koperasi
secara efektif. Koperasi Agro Niaga Indonesia termasuk salah satu Koperasi
Syariah yang menjalankan pembiayaan musyarakah. Musyarakah merupakan
prinsip kerja sama usaha yang dikemas dalam bentuk investasi serta
menawarkan tingkat return yang ditentukan sesuai perjanjian. Dalam
20

kontruksi prinsip bagi hasil, LKS memposisikan diri sebagai mitra kerja
antara penabung dan pengusaha untuk mendapatkan keuntungan.
Setiap Organisasi/perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu untuk
memperoleh Keuntungan dari operasi yang dijalankan. Keuntungan yang
diharapkan akan tercapai jika perusahaan dapat bekerja secara efisien, dan
juga membutuhkan evaluasi dari kinerja serta anggaran untuk periode
selanjutnya.
Dalam pembiayaan (Lending) dengan system bagi hasil yang
dijalankan KANINDO Syariah Cabang Singosari ialah pembiayaan
mudharabah dan musyarakah. Dari semua pembiayaan dengan system bagi
hasil yang dilakukan yang sering terjadi adalah pembiayaan musyarakah.
Oleh karena itu, penulis berharap bisa membantu mengembangkan koperasi
tersebut khususnya untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta
penetapan kebijakan demi kemajuan dan perkembangan Koperasi Agro Niaga
Indonesia.











21

BAB III
PEMBAHASAN & KESIMPILAN

3.1. Pembahasan
3.1.1. Pembiayaan
Pembiayaan (kredit) menurut Undang-Undang Perbankan
nomor 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2001: 73).
Pembiayaan atau lending, yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata
lain, pembiayaan adalah pendanaan yang di keluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan. (Muhammad,
2005;17)
A. Unsur- Unsur Pembiayaan
A. Unsur- Unsur Pembiayaan Menurut Konvensional
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas pembiayaan Kasmir (2005 : 94) adalah sebagai
berikut:
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan bagi sipemberi pembiayaan bahwa
pembiayaan yang diberikan (baik berupa uang, barang atau
jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.


22

b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam pembiayaan juga
mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi pembiayaan
dengan si penerima pembiayaan. Kesepakatan ini dituangkan
dalam suatu akad dimana masing-masing pihak menandatangi
hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian
pembiayaan yang telah disepakati.
d. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan
menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet
pemberian pembiayaan.
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau
jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa
dalam bentuk bunga dan biaya administrasi pembiayaan ini
merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan
bagi hasil.
B. Unsur- Unsur Pembiayaan Menurut Syariah
Adapun unsurunsur pembiayaan syariah menurut
Sabiq (1998: 178) adalah sebagai berikut :
a. Tidak menyalahi hukum syariah yang disepakati adanya.
Maksudnya bahwa perjanjian yang diadakan oleh para
pihak itu bukanlah perbuatan yang bertentangan dengan
hukum atau perbuatan yang melawan hukum syariah,
sebab perjanjian yang bertentangan dengan hukum syariah
adalah tidak sah, dan dengan sendirinya tidak ada
kewajiban bagi masing-masing pihak untuk menepati atau
23

melaksanakan perjanjian tersebut, atau dengan perkataan
lain apabila isi perjanjian itu merupakan perbuatan yang
melawan hukum (hokum syariah), maka perjanjian yang
diadakan dengan sendirinya batal demi hukum.
b. Terjadinya perjanjian atas dasar saling ridho dan ada
pilihan, dalam hal ini tidak boleh ada unsur paksaan dalam
membuat perjanjian tersebut. Maksudnya perjanjian yang
diadakan dan para pihak haruslah didasarkan kepada
kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing
pihak ridha atau rela akan isi perjanjian tersebut, atau
dengan perkataan lain harus merupakan kehendak bebas
masing-masing pihak Dalam hal ini berarti tidak boleh ada
paksaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain,
dengan sendirinya perjanjian yang diadakan tidak
mempunyai kekuatan hukum apabila tidak didasarkan
kepada kehendak bebas pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian.
c. Isi perjanjian harus jelas dan gamblang. Maksudnya apa
yang diperjanjikan oleh para pihak harus terang tentang
apa yang menjadi isi perjanjian, sehingga tidak
mengakibatkan terjadinya kesalah pahaman diantara para
pihak tentang apa yang telah mereka perjanjikan
dikemudian hari.
Dengan demikian pada saat pelaksanaan atau penerapan
perjanjian masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian
atau yang mengikatkan diri dalam perjanjian haruslah
mempunyai interpretasi yang sama tentang apa yang telah
mereka perjanjikan.



24

C. Jenis-Jenis Pembiayaan
1. Pembiayaan Produktif adalah pembiayaan yang ditujukan
untuk memenuh kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu
untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan
maupun investasi. Pembiayaan produktif dibagi menjadi
(Antonio, 2001)
a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhan:
Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu
jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi,
Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility
of place dari suatu barang.
b. Pembiayaan Investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas
yang erat kaitannya dengan itu. Dalam hal ini pembiayaan
investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan
nasabah yaitu penambahan modal guna mengadakan
rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru,
diamana ciri-ciri pembiayaan investasi ini adalah untuk
pengadaan barang-barang modal, mempunyai perencanaan
alokasi dana yang matang dan terarah, berjangka waktu
menengah dan panjang.
2. Pembiayaan Konsumtif
yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi
kebutuhan atau pembiayaan konsumtif dapat dijelaskan
sebagai suatu jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan
diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. (Antonio,
2001: 168).

25

D. Prinsip Analisis Pembiayaan
Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam
melaksanakan suatu tindakan. Prinsip analisis pembiayaan
adalah pedoman-pedoman yang harus diperhatikan oleh pejabat
pembiayaan bank syariah pada saat melakukan analisis
pembiayaan. Secara umum, prinsip analisis pembiayaan
didasarkan pada rumus 5C, yaitu:
1. Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil
pinjaman
2. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan
usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil.
3. Capital artinya besarnya modal yang di perlukan peminjam.
4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang
diberikan peminjam kepada bank
5. Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau
tidak (Muhammad, 2005:60)
Sedangkan Kasmir (2004:91-95) menyatakan ada
beberapa prinsip-prinsip penialian kredit yang sering dilakukan
yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan atau
7A , yaitu:
Penilaian dengan 7 P kredit adalah sebagai berikut:
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiaanya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga
mencakup emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah.
2. Party
26

Yaitu golongan mengklasifikasikan nasabah dalam klasi-
fikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan
modal, loyalitas serta karakternya.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit yang diinginkan nasabah.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan
datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata
lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting
mengingat jika status fasilitas kredit yang dibiayai tanpa
mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan
tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan usuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana
untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitabilty diukur dari periode ke peride
apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat,
apalagi dengan tambahan kredit yang akan di perolehnya
dari Koperasi.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang di-
kucurkan oleh koperasi namun melalui suatu perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan
asuransi.
Disamping penilaian dengan 5 C dan 7 P, prinsip penilaian
kredit dapat pula dilakukan dengan studi kelayakan, terutama
27

untuk kredit dalam jumlah yang relatif besar. Adapun penilaian
kredit dengan studi kelayakan meliputi:
1. Aspek Hukum
Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian
dokumen-dokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon
debitur, seperti akte notaries atau sertifikat tanah dan
dokumen lainya.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha untuk menilai
Prospek usaha nasabah sekarang dan di masa yuang akan
datang.
3. Aspek Keuangan
Merupakan aspek untuk menilai kemapuan calon nasabah
dalam membiayai dan mengelola usahanya. Dan dari aspek
ini akan tergambar berapa besar biaya dan pendapatan yang
akan dikeluarkan dan di perolehnya.
4. Aspek Operasi/Teknis
Merupakan aspek untuk menilai letak ruangan, lokasi usaha
dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari
sarana dan prasarana yang dimilikinya.
5. Aspek Manajemen
Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang
dimiliki oleh perusahaan, baik dari segi kuantitas maupun
segi kualitas.
6. Aspek Ekonomi/Social
Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial
yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama
terhadap masyarakat, apakah lebih banyak benedit atau cost
atau sebaliknya.
7. Aspek AMDAL
28

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang
akan timbul dengan adanya suatu usaha, kemudian cara-cara
pencegahanya terhadap dampak tersebut.
E. Tujuan Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan memiliki dua tujuan, yaitu: tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan
adalah pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masya-
rakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan,
produksi, jasa-jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya
ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sedangkan tujuan khusus analisis pembiayaan adalah:
- Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam.
- Untuk menekankan risiko akibat tidak terbayarnya
pembiyaan
- Untuk menghitung kebutuhan pembiayan yang layak.
F. Prosedur Analisis Pembiayaan
Aspek-aspek penting dalam analisis pembiayaan yang
perlu dipahami oleh pengelola koperasi syariah, yaitu
1. Berkas dan pencatantan
2. Data pokok dan analisis pendahuluan
- Realisasi pembelian, produksi dan penjualan
- Rencana pembelian, produksi dan penjualan
- Jaminan
- Laporan keuangan
- data Kualitatif dari calon debitur.
3. Penelitian data.
4. Penelitian atas rencana usaha.
5. Penelitian atas realisasi usaha
6. Penelitian dan penilaian barang jaminan
7. Laporan keuangan dan penelitiannya.

29

G. Keputusan Analisis Pembiayaan
1. Bahan pertimbangan pengambilan keputusan
2. Wewenang pengambil keputusan. (Muhammad, 2005:304-
306).

3.1.2. Musyarakah
A. Pengertian Akad Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih
dengan pembagian keuntungan secara bagi hasil. Menurut Dewan
Syariah Nasional MUI dan PSAK Np. 106 mendefinisikan musyarakah
sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan kontribusi dana. Para mitra bersama-sama menyediakan
dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam masyarakat, baik
usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Investasi musyarakah
dapat dalam bentuk kas, setara kas atau asset non kas.

B. Jenis Akad Musyarakah Berdasarkan Eksistensi
1. Syirkah Al Milk atau perkongsian amlak Mengandung kepemilikan
bersama yang keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih
memperoleh kepemilikan bersama atas suatu kekayaan. Syirkah ini
bersifat memaksa dalam hukum positif.
2. Syirkah Al Uqud Yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan
dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu. Setiap mitra berkontribusi dana dn atau dengan bekerja,
serta berbagai keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat
dianggap kemitraan yang sesungguhnya Karena pihak yang
bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat
kerjasama investasi dan berbagi keuntungn dan resiko. Syirkah
30

uqud sifatnya ikhtiariyah (pilihan sendiri). Syirkah Al Uqud dapat
dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Syirkah Abdan
Yaitu bentuk syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerja atau professional dimana mereka sepakat untuk
bekerjasama mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi
penghasilan yang diterima. Syirkah ini dibolehkan oleh ulama
malikiyah, hanabilah dan zaidiyah dengan alasan tujuan dari
kerjasama ini adalah mendapat keuntungan selain itu kerjasama
ini tidak hanya pada harta tetapi dapat juga pada pekerjaan.
Sedangkan ulama syafiiyah, imamiyah dan zafar dari golongan
hanafiyah menyatakan bahwa syirkah jenis ini batal karena
syirkah itu dikhususkan pada harta (modal) dan bukan pada
pekerjaan.
b. Syirkah Wujuh
Kerjasama antara dua pihak dimana masing-masing pihak sama
sekali tidak menyertakan modal dan menjalankan usahanya
berdasarkan kepercayaan pihak ketiga. Penamaan wujuh ini
dikarenaknan jual beli tidak terjadi secara kontan. Kerjasama ini
hanya berbentuk kerjasama tanggungjawab bukan modal atau
pekerjaan. Ulama hanafiyah, hanabilah dan zaidiyah membo-
lehkan syirkah ini sebab mengandung unsure perwakilan dari
seorang partner dalam penjualan dan pembelian. Ulama
malikiyah, sayifiiyah berpendapat bahwa syirkah ini tidak sah
karena syirkah ini tidak ada unsur kerjasama modal atau
pekerjaan.
c. Syirkah Inan
Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam modal
maupun pekerjaan. Ulama foqoh membolehkan syirkah ini.

31

d. Syirkah Muwafadah
Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak- pihak
yang terlibat didalamnya harus sama, baik dalam hal modal,
pekerjaan, agama, keuntungan maupun resiko kerugian. Jika
komposisi modal tidak sama maka syirkahnya batal.
Menurut pendapat ulama hanafiyah dan maliki syirkah ini boleh.
Namun menurut syafii dan hanabilah dan kebanyakan ulama
fiqih lain menolaknya karena syirkah ini tidak dibenarkan syara,
selain itu syarat untuk menyamakan modal sangatlah sulit
dilakukan dan mengundang unsur ke-gharar-an.
C. Musyarakah berdasarkan PSAK
1. Musyarakah Permanen
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana setiap mitra dotentukan saat akad dan jumlahnya
tetap hingga akhir masa akad (PSAK No 106 par 04).
Contohnya : Antara mitra A dan mitra p yang telah melakukan
akad musyarakah menanamkan modal yang jumlah awal masing -
masing Rp 20 juta, maka sampai akhir masa akad syirkah modal
mereka masing-masing tetap Rp 20 juta.
2. Musyarakah Menurun atau Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan
pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik
penuh usaha musyarakah tersebut.
D. Perlakuan Akuntansi PSAK 106
Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat
dari dua sisi pelaku yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud
dengan mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha musyarakah
baik mengelola sendiri maupun menunjuk pihak lain untuk mengelola
32

atas namanya, sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut
mengelola usaha (biasanya lembaga keuangan).
Mitra aktif adalah pihak yang bertanggungjawab melakukan
pengelolaan sehingga ia yang wajib melakukan pencatatan akuntansi.
E. Rukun Dan Ketentuan Syariah Dalam Akad Musyarakah
1. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada 4 :
a. Pelaku terdiri dari para mitra
b. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
c. Ijab qabul
d. Nisbah keuntungan (bagi hasil)
2. Ketentuan syariah
a. Pelaku : mitra harus cakap hukum dan baligh
b. Objek musyarakah harus :
Modal :
- Modal yang diberikan harus tunai
- Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas,
asset perdagangan atau asset tak berwujud seperti hak paten
dan lisensi.
- Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka
harus ditentukan nilai tunainy aterlebih dahulu dan harus
diseoakati bersama.
- Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.
Kerja :
- Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah
- Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut
berpartisipasi
- Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra
- Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya tidak
harus sama, mitra yang bekerja lebih banyak boleh meminta
bagian keuntungan lebih besar.

33

c. Ijab qabul
Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulis dan ekspresi saling
ridha antara para pelaku akad.
d. Nisbah
- Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra.
- Perubahan nisbah harus disepakati para mitra.
- Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai
proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi
keuntungan.
-
F. Berakhirnya Akad Musyarakah
a. Jika salah satu pihak menghentikan akad
b. Salah seorang mitra meninggal atau hilang kal. Dalam hal ini bias
digantikan oleh ahli waris jika disetujui oleh para mitra lainnya.
c. Modal musyarakah habis. (Nurhayati, Wasilah, 2011:142-150).

3.1.3. Profitabilitas
A. Pengertian Profitabilitas
Laba atau profit dalam akuntansi konvensional oleh para
akuntan adalah kelebihan pendapatan atau (surplus) dari kegiatan
usaha, yang dihasilkan dengan mengaitkan (matching) antara
pendapatan (revenue) dengan beban terkait dalam suatu periode
yang bersangkutan (biasanya dalam waktu tahunan). (Triyuwono,
2001:9)
Profitabilitas merupakan perbandingan antara laba operasi
dengan jumlah seluruh aktiva perusahaan pada suatu periode.
Menurut Bringham & Houston (2006: 107) Profitabilitas
adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Sadikin (2005:36)
Profitabilitas adalah keuntungan dan besarnya profitabilitas
34

tergantung dari komponen harga jual, biaya produk per unit, dan
jumlah yang terjual.
Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba.
B. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminology asing (Inggris) dikenal
dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi
diartikan pembagian laba (Muhammad, 2005: 105). Adapun
menurut Muhammad (2001) dalam Ridwan (2004: 120), secara
istilah profit sharing merupakan distribusi beberapa bagian laba
pada para pegawai dari suatu perisahaan. Bentuk-bentuk distribusi
ini dapat berupa pembagian laba akhir, bonus prestasi, dll. Dengan
demikian, bagi hasil merupakan sistem yang meliputi tatacara
pembagian hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana.
Muhamad (2000: 47) berpendapat bahwa secara prinsip bagi
hasil dapat diartikan sebagai prinsip muamalat berdasarkan
syariah dalam melakukan usaha bank seperti dalam hal:
1. Menetapkan imbalan yang akan diberikan masyarakat
sehubungan dengan penggunaan atau pemanfaatan dana
masyarakat yang dipercayakan.
2. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan
penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan
baik dalam bentuk investasi maupun modal kerja.
3. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan lain yang
dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil.
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan
landasan dasar bagi operasional bank Islam secara kesuluruhan,
dimana bank Islam berdasarkan kaidah mudharabah dengan
menjadikan bank sebagai mitra bagi nasabah ataupun bagi
pengusaha yang meminjam dana (Antonio,2001: 137).
35

Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah
dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu:
- Al-musyarakah,
- Al-mudharabah,
- Al-muzaroah, dan
- Al-musyaqah.
C. Pengertian Nisbah
Nisbah merupakan proporsi pembagian hasil. Nisbah ini akan
ditetapkan dalam akad atau perjanjian. Sebelum akad ditanda-
tangani, nasabah/anggota dapat menawar sampai pada tahap kese-
pakatan. Hal ini tentunya berbeda dengan sistem bunga, yakni
nasabah selalu pada posisi pasif dan dikalahkan, karena pada
umumnya bunga menjadi kewenangan pihak bank (Ridwan,
2004:121).

3.1.4. Pembiayaan Musyarakah di KANINDO Syariah Cabang
Singosari
A. Aplikasi Pembiayaan Musyarakah
Aplikasi pembiayaan Musyarakah yang dilakukan oleh
KANINDO Syariah Cabang Singosari adalah Pembiayaan Modal
Kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa dan Investasi
Khusus adalah pembiayaan dengan sumber dana khusus, di luar
dana nasabah penyimpan biasa, yang digunakan untuk proyek-
proyek yang telah ditetapkan oleh nasabah investor (shahibul
maal).
KANINDO Syariah Cabang Singosari merupakan koperasi
yang kegiatan operasionalnya berdasarkan atas syariah Islam dan
lebih dikenal sebagai koperasi tanpa bunga akan tetapi dengan
sistem bagi hasil.


36

Skema 1.1.
Pembiayaan Musyarakah
Nasabah
KANINDO
Syariah
Proyek/Usaha
Hasil Usaha
3
4 4
2 2
1
Sumber: KANINDO Syariah Cabang Singosari

1. Nasabah dan Kanindo Syariah menyepakati akad musyarakah
2. Proyek/Usaha dikelola bersama sesuai akad.
3. Penghasilan proyek/usaha laba/rugi
4. Jika untung dibagi sesuai nisbah, jika rugi dibagi sesuai
proporsi modal.
Sedangkan kelemahan pembiayaan musyarakah yaitu:
1. Penggunaan biaya usaha oleh nasabah yang berlebihan
2. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah yang tidak jujur
3. Side streaming, nasabah menggunakan dana bukan seperti
yang disebutkan dalam akad perjanjian
37

4. Lalai dan kesalahan nasabah yang disengaja dan berbagai
kecurangan yang dapat mengurangi laba atau aset KANINDO
Syariah Cabang Singosari.
Rukun syariah dalam akad musyarakah
1. Nasabah : mitra harus cakap hukum dan baligh
2. Objek musyarakah harus :
Modal :
- Modal yang diberikan harus tunai
- Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas,
asset perdagangan atau asset tak berwujud seperti hak
paten dan lisensi.
- Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas,
maka harus ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu
dan harus disepakati bersama.
- Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.
Kerja :
- Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah
- Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut
berpartisipasi
- Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra
- Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya
tidak sama, mitra yang bekerja lebih banyak boleh
meminta bagian keuntungan lebih besar.
3. Ijab qabul
Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulis dan ekspresi
saling ridha antara para pelaku akad.
4. Nisbah
- Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para
bersama.
- Perubahan nisbah harus disepakati para mitra.
38

- Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai
proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi
keuntungan.
B. Prosedur Pengajuan Pembiayaan
Samahalnya dengan lembaga keuangan pada umumnya,
KANINDO Syariah Cabang Singosari juga memiliki prosedur
pembiayaan yang tertulis, dalam rangka memperoleh pembiayaan,
calon nasabah (debitur) harus memenuhi persyaratan-persyaratan
dan melalui proses yang telah ditentukan yang mana disebut
dengan prosedur. Adapun prosedur pembiayaan tersebut adalah
sebagai berikut
Skema 2.1
Pengajuan Pembiayaan
Analisa
Usulan
Pembiayaan
Dikomite
Keputusan
Realisasi
Administrasi
Nasabah Ditolak
Diterima
Inisiasi
Solisitasi

Sumber : KANINDO Syariah Cabang Singosari
39

1. Inisiasi
a. Calon nasabah datang kekantor KANINDO Syariah untuk
mengajukan permohonan pembiayaan dengan melakukan
syarat dan ketentuan sebagai berikut:
- Mengisi formulir permohonan pembiayaan yang berisi
tentang: Nama, Tempat/ tgl lahir, pekerjaan dan alamat.
Dengan keterangan: jenis pembiayaan yang diminta,
jumlah pembiayaan, pembiayaan sebelumnya bila ada,
jangka waktu serta jumlah angsuran.
- Menyerahkan foto copy kartu keluarga (1 lembar)
- Menyerahkan foto copy KTP Suami dan Istri (2lembar).
- foto copy jaminan (2 lembar).
b. Petugas bank AO (account officer) melakukan survey
ketempat calon debitur untuk mengumpulkan data dengan
melakukan wawancara atau mencari informasi dari
sekitarnya.
2. Solisitasi
Adapun yang berkaitan dengan analisa pembiayaan yaitu
mencakup:
- Keterangan umum debitur mengenai nama, alamat, jenis
usaha yang dijalankan oleh calon debitur, lokasi usaha,
pengalaman usaha, serta surat keterangan dari kepala desa.
- Kemampuan pelunasan pinjaman
o Kesanggupan nasabah untuk mengangsur.
o Angka layak untuk di biayai = Pendapatan bersih x 40%
x Jangka waktu yang disepakati
- Agunan atau jaminan yang terdiri dari jenis agunan yang
bisa berupa surat kendaraan atau sertifikat, nilai agunan
yaitu nilai pasar dan nilai transaksi.
- Permodalan debitur yang terdiri dari:
40

o Modal kerja yang terdiri dari kas, piutang jika ada yang
berupa tabungan atau deposito dan stock barang bila dia
seorang pedagang atau wiraswasta yang kemudian
dijumlahkan. Hasil dari penjumlahan itulah modal kerja
yang dimiliki debitur.
o Modal tetap yang meliputi: lokasi usaha, sarana
transportasi, yang kemudian ditaksir oleh bank dengan
menggunakan harga pasar.
o Kewajiban, apakah calon debitur memiliki utang
sebelumnya yang bisa berupa hutang dagang, utang
kepada bank lain atau utang yang lainnya.
- Pelaporan (Berita Acara).
3. Analisa
a. Mengevaluasi kemampuan dan kesediaan calon nasabah
membayar kembali pembiayaan yang diterima yang sesuai
dengan isi perjanjian atau akad pembiayaan yang didasarkan
pada aspek-aspek :
- Keberhasilan alur usaha di biayai
- Membuat kesimpulan dan usaha atas permodalan
pembiayaan secara cepat dan tepat.
b. Bentuk analisa yang digunakan umumnya adalah dengan
cara:
- Analisa kuantitatif
Analisa yang berdasarkan nilai nilai keuangan. Misalnya:
analisa dari laporan laba rugi, neraca dan lain-lain.
Menghitung L/R usaha calon debitur yang bisa diketahui
dari: penjualan perhari/minggu/bulanharga, pokok pem-
belian=pendapatan kotor calon debitur. Yang kemudian
dikurangi lagi total biaya yang dikeluarkan=total
pendapatan bersih.

41

- Analisa kualitatif
Analisa kualitatif yaitu analisa yang berdasarkan mutu.
Misalnya karakter nasabah, kebiasaan nasabah dan lain-lain.
Karakter nasabah, dilihat dari orang-orang dilingkunganya
menilai dia, apakah dia termasuk orang yang baik atau
tidak.
4. Usulan pembiayaan
a. Setelah proses analisa, maka dibuat usulan pembiayaan (UP)
ke komite pembiayaan untuk direkomendasikan mendapat
fasilitas pembiayaan.
b. Usulan pembiayan berisi (terpenting)
- Bentuk fasilitas pembiayaan
- Jenis fasilitas pembiayaan: baru/ lama,perpanjangan/
penambahan
- Khusus untuk bentuk pembiayaan jual beli tidak ada
penambahan plafon, yang ada hanya penangguhan waktu
(jadwal angsuran di perpanjang).
- Jumlah plafon.
c. Memorandum pembiayaan
- Analisa singkat kualitas pembiayaan
5. Komite Pembiayaan
Anggota komite terdiri dari Internal Control, Kepala Cabang
dan Account Officer untuk pembiayaan diatas Rp. 5.000.000,-.
Sedangkan untuk pembiayaan di bawah dari Rp. 5.000.000,-
dikomitmenkan oleh Kepala Cabang dan Account Officer.
Pembiayaan diatas Rp. 5.000.000,- memakai Nota rill,
Sedangkan untuk pembiayaan di bawah dari Rp. 5.000.000,- di
bawah tangan dan bermaterai.
6. Keputusan
Pemberitahuan kepada nasabah pembiayaan ditolak atau di
terima.
42


7. Administrasi
Nasabah datang ke KANINDO Syariah dengan membawa
jaminan yang asli BPKB/Sertifikat Tanah, dan menanda-
tangani semua surat perjanjian yang telah disepakati.
8. Proses Realisasi Pembiayaan
Proses Realisasi adalah proses pencarian dana atau pembelian
barang nasabah setelah diproses dan di putus oleh komite
pembiayaan. Penggunaan dana jual beli dinamakan
pembayaran dan pengucuran dana untuk pembiayaan dalam
syirkah dan jasa di sebut pencairan. Persyaratan yang harus di
penuhi :
- Pemeriksaan dokumen-dokumen nasabah
- Pemeriksaan kepatuhan ketentuan intern atau ekstern yang
berlaku.
C. Analisa Pembiayaan Musyarakah
Dalam hal ini KANINDO Syariah melakukan analisa
bertujuan untuk:
1. Menilai kelayakan pribadi maupun usaha calon nasabah
2. Untuk menekan (meminimalisir) resiko
3. Untuk memperoleh keyakinan bahwa pembiayaan akan
dibayar kembali sesuai dengan akad perjanjian
4. Untuk memperoleh dasar yang seksama dalam mengambil
keputusan pembiayaan
Analisa ini dilakukan karena untuk memperoleh prosedur
penyaluran dana yang sehat, yang disebut penyaluran dana yang
sehat adalah bahwa setiap calon nasabah harus melalui suatu
proses penilaian yang dilakukan secara obyektif, yang
memberikan keyakinan bahwa nasabah tersebut dapat
mengembalikan kewajibannya kepada bank sesuai dengan
43

perjanjian. Prinsip dasar dari penyaluran dana yang sehat meliputi
prinsip 5C + S.
KANINDO Syariah dalam menganalisa pembiayaan
menggunakan prinsip 5 C (Character, Capacity, Collateral,
Capital, dan Condition), dan S adalah syariah diantaranya:
1. Character
Analisis character yaitu penilaian tentang watak atau
kepribadian calon debitur. Harus mengetahui bahwa calon
debitur tidak mempunyai watak menyimpang, suka ingkar
janji, suka bohong, apalagi penipu. Dalam analisis ini
mencakup analisis terhadap pribadi, perilaku dan lingkungan.
Penilaian character merupakan penilaian nasabah yang
paling sulit. Karena untuk menilai watak seseorang tidak
cukup dengan waktu sehari atau dua hari.Untuk menilai
character ini pihak bank mencari informasi baik melihat sendiri
maupun dari pihak lain seperti pada rekan-rekanya, teman-
temanya ataupun tetangganya. Hal ini dilakukan sebagai upaya
bank agar pembiayaan yang diberikan dapat kembali serta
dapat memperoleh profit yang diingginkan. Harus diyakin
bahwa calon debitur tidak mempunyai watak menyimpang,
suka ingkar janji, suka bohong, apalagi penipu. Dalam analisis
ini mencakup analisis terhadap pribadi, perilaku dan
lingkungan.
2. Capacity
Dalam analisis ini menilai tentang kemampuan debitur
untuk melakukan pembayaran kembali pembiayaan yang telah
diterima dari pihak BPRS Bumi Rinjani. Analisis capacity
meliputi: kinerja, kesehatan usahanya, keterampilan atau
pendidikan, aspek yuridis (kecakapan dan kewenangan),
kemampuan manajerial, kemampuan teknis serta perputaran
usahanya.
44

3. Capital (Modal Sendiri)
Analisis capital yaitu penilaian terhadap modal sendiri
yang dimiliki calon debitur. Hal ini karena pembiayaan yang
diberikan melihat dari modal nasabah, analisa ini dari segi
jaminan dan keahlian.
4. Condition Of Ekonomy (Kondisi Perekonomian)
Kondisi perekonomian secara umum sangat menentukan
keberhasilan suatu usaha yang dibiayai. Keadaan ekonomi
yang baik memberikan harapan akan keberhasilan suatu usaha.
Namun bila sebaliknya atau kalau dalam keadaan ekonomi
sedang lesu atau resesi, tingkat keberhasilan tentunya lebih
rendah, bahkan dapat berujung pada kegagalan. Beberapa
faktor kondisi perekonomian yang diperhatikan, di antaranya:
prospek produk, perusahaan pesaing, resiko usaha, limbah,
politik, social budaya dan adat istiadat.
5. Collateral (Jaminan)
Analisis collateral dilakukan karena pembiayaan yang
diberikan pada debitur perlu diamankan dengan jaminan atau
agunan. Dengan demikian, apabila usaha tersebut mengalami
kegagalan, masih ada jaminan untuk mengcover pengembalian
pembiyaan.
Di sisi lain, analisis collateral juga untuk menghindari
sikap moral hazard nasabah. Dalam prakteknya, jaminan
diperlukan untuk memperkecil resiko-resiko yang merugikan
dan bertujuan apabila nasabah tidak mampu membayar
pembiayaan yang diberikan dapat ditutup dengan agunan yang
diserahkan kepada debitur.
6. Dan S adalah syariah
Dalam analisis ini, pihak KANINDO Syariah melakukan
analisis terhadap usaha yang akan dijalankan nasabah terkait
dengan kehalalan usaha atau proyek yang akan dijalankan
45

nasabah. Pihak KANINDO Syariah juga akan menganalisa
usaha nasabah yang dinilai sesuai dengan syari'ah islam dan
tidak menyimpang dari aturan Islam.
D. Kendala Pembiayaan Musyarakah
Adapun kendala yang dialami KANINDO Syariah Cabang
Singosari yaitu susahnya mencari nasabah yang amanah.
Contoh apabila seorang petani apel yang mana sebenarnya 1
minggu yang lalu sudah panen akan tetapi mengaku ke pihak
bank baru akan panen kurang lebih 1 minggu lagi. Dari
pernyataan diatas nasabah mengaku belum anen, maka hal inilah
yang disebut nasabah yang tidak jujur (tidak amanah) akan tetapi
hal ini tidak dinyatakan sebagai keterlambatan nasabah dalam
pembayaran atau kredit macet dalam pembayaran. Untuk
mengontrol usaha mudhorib, KANINDO Syariah melakukan
silaturahmi ke nasabah dengan sesering mungkin.
Upaya dalam meningkatkan penyaluran dana musyarakah
perlu kiranya dibuat suatu peta wilayah dan sektor ekonomi yang
akan dibidik pihak manajemen guna mempermudah dalam proses
penyaluran dana.
Untuk itu sektor ekonomi dan segmen pasar penyaluran
dana Lembaga Keuangan Syariah adalah sebagai berikut:
1. Dari segi sektor ekonomi
- Segmen Umum, yaitu penyaluran dana yang diberikan
kepada nasabah individu, kelompok dan badan usaha.
Kegunaannya untuk modal kerja, investasi dan konsumtif.
- Segmen Khusus, yaitu penyaluran dana yag diberikan
kepada pedagang pasar dalam memenuhi kebutuhan
usahanya.
2. Dari segi sektor wilayah kerja
Seluruh wilayah yang dapat dijangkau dan memungkinkan
untuk monitoring koperasi.
46

3. Dari segi jenis usaha
- Pertanian, kehutanan dan sarana pertanian
- Pertambangan
- Industri Pengolahan
- Listrik, gas dan air
- Konstruksi
- Perdagangan, restoran dan hotel
- Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi
- Jasa-jasa dunia usaha
- Jasa-jasa sosial masyarakat
- Lain-lain
4. Dari segi pengalaman
Diutamakan yang telah berpengalaman minimal 1 tahun
5. Dari segi plafon
Disesuaikan dan diatur dengan ketentuan tersendiri.
Usaha KANINDO Syariah dalam meningkatkan profita-
bilitas pembiayaan, melakukan peningkatan tata kelola koperasi
yang baik, efisiensi biaya operasional, dan analisis kredit yang
lebih hati-hati.
E. Contoh Pembiayaan Musyarakah.
Sistem perhitungan bagi hasil pembiayaan musyarakah
yang diterapkan di KANINDO Syariah Cabang Singosari, sama
seperti yang di terapkan di Baitul Mal Wat Tamwil atau unit jasa
keuangan syariah yang lain. Dimana nasabah mendatangi kantor
KANINDO Syariah, dan menyampaikan maksud kedatangannya,
setelah itu pihak KANINDO Syariah akan menjelaskan beberapa
produk pembiayaannya kemudian nasabah dipersilahkan untuk
memilih produk yang diingin digunakan. Ada nasabah yang
langsung memilih produk pembiayaan, namun ada juga yang
masih kebingungan dengan produk pembiayaan tersebut. Jika
nasabah ingin menggunakan pembiayaan tersebut untuk modal
47

usaha, akan diberikan opsi pembiayaan musyarakah pada
nasabah.
Dalam perhitungan bagi hasil pada pembiayaan
musyarakah, porsi yang diberikan adalah 30:70, dimana 30%
bagian dari KANINDO dan 70% bagian dari nasabah. Cara
perhitungan dijelaskan diawal perjanjian. Pembiayaan bagi hasil
musyarakah dihitung dari asumsi pendapatan nasabah, yaitu
asumsinya nasabah akan mendapatkan keuntungan sebesar 10%
dari pembiayaan yang diajukan, atau bisa juga sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak. Dari asumsi inilah perhitungan
bagi hasil yang diberikan nasabah kepada KANINDO.
Contoh: Seorang petani meminjam modal usaha Rp.
20.000.000,- untuk untuk menanam padi, jangka waktu yang
disepakati 12 bulan dalam akad, proyeksi keuntungan sebesar
10%, bagi hasil 30% KANINDO 70% anggota.
Pokok =
Saldo
Jangka waktu
=
20.000.000
12
= Rp. 1.666.667

Proyeksi = Saldo x 10%
= 2.000.000 x 10%
= Rp. 2.000.000
Angsuran = Pokok + Proyeksi
= 1.666.667 + 2.000.000
= Rp. 3.666.667.

Tabel 1.1.
Penghitungan Pembiayaan Musyarakah
No. Pokok Proyeksi Angsuran Saldo
0 - - - 20,000,000
1 1,666,667 2,000,000 3,666,667 18,333,333
2 1,666,667 1,833,333 3,500,000 16,666,667
3 1,666,667 1,666,667 3,333,333 15,000,000
48

4 1,666,667 1,500,000 3,166,667 13,333,333
5 1,666,667 1,333,333 3,000,000 11,666,667
6 1,666,667 1,166,667 2,833,333 10,000,000
7 1,666,667 1,000,000 2,666,667 8,333,333
8 1,666,667 833,333 2,500,000 6,666,667
9 1,666,667 666,667 2,333,333 5,000,000
10 1,666,667 500,000 2,166,667 3,333,333
11 1,666,667 333,333 2,000,000 1,666,667
12 1,666,667 166,667 1,833,333 -

20,000,000

33,000,000

Sumber: KANINDO Syariah Cabang Singosari


F. Kontribusi Pembiayaan Musyarakah Pada Profitabilitas
KANINDO Syariah sebagai lembaga keuangan tidak
pernah terlepas dari masalah pembiayaan. Karena pembiayaan
meru-pakan aktivitas utamanya. Produk pembiayaan yang
dikeluarkan oleh KANINDO Syariah salah satunya adalah
musyarakah dan pembiayaan ini diharapkan dapat meningkatkan
keuntungan atau proftabilitas.

Tabel 2.1.
Rincian Pembiayaan di KANINDO Syariah Cab. Singosari
Tahun 2010-2011
Tahun
Pembiayaan Total
Pembiayaan Mudharabah Musyarakah
2010 Rp. 17.000.000 Rp. 14.492.500 Rp. 31.492.500
2011 Rp. 25.500.000 Rp. 213.526.938 Rp. 239.026.938
Total Rp. 42.500.000 Rp. 228.019.438 Rp. 270.519.438
Prosentase 16% 84% 100%
Sumber: Laporan Keuangan KANINDO Syariah Cabang Singosari 2010-2011
Tabel diatas menunjukan KANINDO Syariah Cabang
Singosari selama tahun 2010-2011 memberikan pembiayaan pada
49

produk mudharabah dan musyarakah, pembiayaan bagi hasil
musyarakah mendominasi dengan prosentase 84%, jika
dibandingkan dengan mudharabah pembiayaan bagi hasil dengan
akad musyarakah yang tertinggi, karena pembiayaan bagi hasil
dengan akad mudharabah hanya 16%.
Adapun dari pembiayaan rincian yang direalisasikan
KANINDO Syariah Cabang Singosari diatas telah menghasilkan
pendapatan sebagai berikut:

Tabel. 3.1.
Pendapatan Pembiayaan di KANINDO Syariah Cab. Singosari
Tahun 2010-2011
Tahun
Pendapatan Total
Pendapatan Mudharabah Musyarakah
2010 Rp. 2.010.000 Rp. 3.068.054 Rp. 5.078.054
2011 Rp. 5.980.000 Rp. 28.480.074 Rp. 34.460.074
Total Rp. 7.990.000 Rp. 31.548.128 Rp. 39.538.128
Prosentase 20% 80% 100%
Sumber: Laporan Keuangan KANINDO Syariah Cabang Singosari 2010-2011

Gambar 3.1
50


Pada grafik di atas, menggambarkan jumlah pendapatan
pembiayaan musyarakah selama tahun 2010-2011 mendominasi
pada seluruh pembiayaan bagi hasil yaitu 80%. Hal ini
menunjukkan bahwa produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil
yang paling diminati oleh masyarakat adalah sistem pembiayaan
musyarakah.
3.1.5. Pembiayaan Musyarakah Dalam Pandangan Islam
Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik
berupa barang maupun pelayanan/jasa hendaknya memberikan yang
berkualitas, jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas
kepada orang lain.Seperti dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-
Baqarah ayat 267:
E_GC^4C 4g~-.-
W-EONL4`-47 W-Og^ }g`
ge4:j1C 4` +=O
.Og`4 E4;_4Ou= 7
=}g)` ^O- W 4
W-OO4O> E+1)lEC^-
20%
80%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Mudharabah Musyarakah
Pendapatan Pembiayaan
51

+OuLg` 4pOg4> +-O4
gOCOg4*) ) p
W-O_g^> gOOg _
W-EOU;N-4 Ep -.-
/j_EN N1gEO ^gg_

Hai orangorang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah)
sebagiandari hasil usahamu yang baikbaik dan sebagian dari apa
yang kamikeluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu
memilih yang burukburuk lalu kamu nafkahkan darinya padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya.Dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji (DepartemenAgama RI, 2004:46)
Konsep laba Islam, yang tertuang dalam teori akuntansi
syariah. Salah satu pendekatannya pendekatan Sintaksis adalah
Konsep laba dalam tingkatan ini memberikan aturan-aturan yang
merupakan interpretasi dunia nyata atau dampak perlakuan laba
yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan premis yang terjadi.
Pendekatan aktivitas didasarkan pada firman Allah dalam Al-
Quran surat Al-Baqarah ayat 282:
E_GC^4C -g~-.-
W-EONL4`-47 -O)
7+L4C-E> ^E) -O)
E_ O=OG`
+O+l+- _ U+-'4O^4
74LuO+ lUg>
;E^) _ 4 =4C
RUg>~E p =U+'4C E
52

+OE^U4N +.- _ U+--:4OU
)U;N1^4 Og~-.-
gO^OU4N O-E^-
-+-4O^4 -.- +O+4O
4 ECl4C +OuLg` 6*^OE- _
p) 4p~E Og~-.-
gO^OU4N O-E^- _1gEc
u Og= u
7OgC4-OEC p EgNC 4O-
)U;N1U +OGOg4
;E^) _
W-);=4c-4
^EOjgE+ }g`
:g~E}jO W p) -
4^O74C u-UN_4O N_4O
p>=O-4 }Og`
4pO=O> =}g`
g7.-EOgO- p E_>
E_.Eu) 4O]EO+
E_.Eu) O4Ou=1- _
4 =4C +7.-EOgO-
-O) 4` W-ONN1 _ 4
W-EO4*O> p
+O+l+'> -OO= u
-OO)l -O) g)-E_
_ 7gO 7O=O^~ ELgN
*.- N4O^~4
53

jEEOgOUg -OE+u14
W-EO+>O> W ) p
]O7> E4OEg> LE4Og~4
E_4^NOCg> :E4uO4
"^1U 7^OU4 NE4LN_
E-O+l+'>
W-)_;-4 -O)
+u4C4:> _ 4 O._NC
_Ug>~E 4 /O)_E- _ p)4
W-OUE^> +O^^)
-OOO :)
W-OE>-4 -.- W
N:ggUENC4 +.-
+.-4 ]:) 7/E*
_1)U4 ^ggg
Artinya Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar, dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun dari pada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak
mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki,
Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
54

saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang
seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah
kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Dalam ekonomi konvensional, pilihan didasarkan atas selera
pribadi masing-masing. Manusia boleh mempertimbangkan tuntunan
agama, boleh juga mengabaikan. Sedangkan dalam ekonomi Islam,
keputusan pilihan ini tidak dapat dilakukan semaunya saja, semua
perilaku harus dipandu oleh Allah lewat Al-Quran dan Hadis. Islam
menganjurkan setiap pelaku bisnis untuk bersikap profesional yakni
dapat bekerja dengan cepat dan tepat sehingga tidak menyia-nyiakan
amanat yang menjadi tanggung jawabnya, sebagaimana terdapat
dalam hadis Rasulullah saw diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya:
apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya,
berkata seseorang: bagaimana caranya menyia-nyiakan amanat ya
Rasulullah? Berkata Nabi: apabila diserahkan sesuatu pekerjaan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.
Buruknya perilaku bisnis para pengusaha menentukan
sukses-gagalnya bisnis yang dijalankan. Al Quran Surat Ali Imran
ayat 159
55

E): lOE;O4O =}g)` *.-
=eLg _ W O4 =e47
E^O)UEN UU^-
W-OO_E^+ ;}g` ElgOEO W
-;N gu+4N
Og^4-c-4 +O
-OjE-4 O) jO-
W -O) =e^`=G4N -4O4-
O>4N *.- _ Ep) -.-
OUg47 4-)-g4O4-^-
^)_
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena
itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
Koperasi diselenggarakan berdasarkan azas dan sendi koperasi,
yaitu:
1. Saling tolong menolong.
Azas ini merupakan sesuatu yang membedakan koperasi
sebagai pelaku ekonomi dalam masyarakat dengan pelaku ekonomi
lainnya. Dalam ajaran Islam tolong menolong merupakan perilaku
yang sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh umatnya, firman Allah
QS. Al-Maidah :2:
56

W 4 W-O+^4E> O>4N
^e"- p4;N^-4 _
W-OE>-4 -.- W Ep)
-.- CgE- g^-
^g
Artinya ".Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalamberbuat
dosa dan pelanggaran."
2. Tanggungjawab.
Koperasi terdapat tuntutan Pendidikan Agama Islam bahwa
anggota maupun pengurus dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap hak dan kewajiban sebagai anggota maupun resiko-resiko
dan tanggungan-tanggungan yang diakibatkan oleh usaha koperasi.
Segi tanggung jawab dalam ajaran Islam merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan setiap orang. Keadilan dalam
bidang ekonomi merupakan azas dalam koperasi di mana
kesempatan untuk meningkatkan bagi seluruh anggota yang diatur
berdasarkan aturan yang berdasarkan rasa keadilan. Setiapanggota
memiliki hak dan kewajiban yang sama dan seimbang terhadap
koperasi serta memiliki kesempatan yang sama pula dalam
memanfaatkan koperasi.
3. Ekonomis.
Dalam koperasi persoalan efisiensi dan efektifitas diukur
dalam hubungannya dengan kesejahteraan anggota.
4. Demokrasi.
57

Dalam koperasi rapat anggota merupakan forum tertinggi
dalam mengambil kepulusan. Di sini seluruh anggota bergabung
secara bersama-sama berdasarkan kesamaan sebagai anggota
koperasi membentuk pengaturan koperasi secara demokrasi.
5. Kemerdekaan.
Koperasi adalah kumpulan anggota yang bersifat sukarela dan
mencakup penerimaan tanggung jawab keunggotaan dan kebebasan
perkumpulan koperasi untuk membuat keputusannya sendiri dan
mengolah masalahnya sendiri.
Koperasi dapat diperankan sebagai cara untuk menyampaikan
pengertian dari suatu gagasan yang melandasi tindakan koperasi
untuk meningkatkan kapasitas keanggotaan dan mengatasi masalah-
masalah sosial dan ekonomi dengan suatu cara yang efisien.




3.2.Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti yang telah
didiskripsikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. KANINDO Syariah termasuk koperasi syariah yang
menjalankan pembiayaan musyarakah yang merupakan akad
kerja sama yang dikemas dalam bentuk investasi serta
menawarka return yang ditentukan sesuai perjanjian. Dalam
kontruksi prinsip bagi hasil, KANINDO Syariah memposisikan
58

diri sebagai mitra kerja, yang menyediakan penambahan modal
usaha dari pihak ketiga.
2. Aplikasi pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh
KANINDO Syariah adalah dengan menerapkan pembiayaan
Modal Kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa dan
Investasi Khusus yang mana pembiayaan dengan sumber dana
khusus, di luar dana nasabah penyimpan biasa, yang digunakan
untuk proyek-proyek yang telah ditetapkan oleh nasabah.
3. Dalam pemberian pembiayaan ini KANINDO Syariah
melakukan berbagai macam analisa yang dikenal dengan analisa
5C + S yakni caracter, capacity, capital,collateral, condition of
economy, costraint dan syariah. Sehingga nasabah yang
memiliki karakter yang baik, kemampuan membayar, punya
modal, jaminan, prospek usaha yang dijalankan dan hambatan
yang ada dalam usaha, akan tetapi di KANINDO Syariah
mengalami hambatan dalam mencari nasabah yang amanah.
KANINDO Syariah Cabang Singosari dalam merealisasikan
tujuan dan anggaran dengan mengambil sektor ekonomi
Perdagangan, Perindustrian, Pertanian dan Jasa.
4. Kontribusi pendapatan musyarakah di KANINDO Syariah
Cabang Singosari mampu meningkatkan profitabilitas pada
KANINDO Syariah, Yang mana kontribusi yang di peroleh
KANINDO Syariah dari seluruh produk pembiayaan bagi hasil
selama tahun 2010-2011, prosentase terbesar ada pada
pembiayaan musyarakah yaitu 80%. Hal ini menunjukkan
bahwa produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang paling
diminati oleh masyarakat adalah sistem pembiayaan
musyarakah. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
kontribusi yang di peroleh KANINDO Syariah dari pembiayaan
musyarakah sangatlah besar dibanding pembiayaan bagi hasil
lainnya.
59















DAFTAR PUSTAKA

Ascarya, 2007. Akad dan Produk Bank Syaria, PT. Raja Grafindo
Persada,Jakarta.
Brigham, dan Joel F Houston, 2006. Fundamental of Financial
Management, Dasar-Dasr Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Djakfar, Muhamad, Etika Bisnis dalam Persepektif Islam, Cetakan
Pertama,Penerbit UIN Press, Malang.
60

Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, 2009. Manajemen Perkreditan
Bank Umum, Cetakan Keempat, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung, 2003. Manajemen Syariah
dalam Praktik, Catakan Pertama, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafii, 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan,
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hendharto,http://www.opensubscriber.com/message/Ekonomisyariah@y
ahoo groups.com/3417105.
Karim, Adhiwarman, 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kasmir, 2000. Manajemen Perbankan, Cetakan kedua, Penerbit PT. Raja
Grafindo Prasada, Jakarta.
Muhammad, 2001. Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, UII
Pres Yogyakarta.
Nabhan, Faqih, 2008. Dasar-Dasar Akuntansi Bank Syariah. Lumbung
Ilmu,Yogyakarta.
Nigrum R, Yanik, 2006. Aplikasi Manajemen Kredit Terhadap
Peningkatan Profitabilitas PT. BPR Hamindo Natamakmur Pare-Kediri, Skripsi
UIN Malang.
Ridwan, Muhammad, 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, Edisi
Pertama, Penerbit UII Press, Yogyakarta.
Sadikin, Fransiscus Xaverius, 2005. Tip dan Trik Meningkatkan Efisensi,
Productivitas, dan Profitabilitas. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Ringkasan Fikih Lengkap,
(Jakarta: Darul Falah,2005), hlm. 610.
61

Sholahuddin, M. 2006. Lembaga ekonomi dan Keuangan Islam.
Muhammadiyah University Press, Surakarta.
Sri Nurhayati, Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi
Kedua Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Suhardjono, 2003. Manajemen Perkeriditan Usaha Kecil dan Menengah,
Penerbit AMPYKPN, Yogyakarta.
Sumitro, Warkum, 2004. Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-
Lembaga Terkait: BAMUI, Takaful, dan Pasar Modal Syariah di Indonesia,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Taswan, 2006. Manajemen Perbankan (Konsep Teknik dan Aplikasi),
Penerbit UPP STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai