Anda di halaman 1dari 6

Khutbah I ‫ ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبْر َك ِبْيًرا‬.

‫ ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر‬.‫ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر‬
،‫ َص َدَق َو ْع َد ُه َو َنَص َر َع ْبَد ُه َو َأَع َّز ُج ْن َد ُه َو َه َز َم اَأْلْح َزاَب َو ْح َد ُه‬،‫ اَل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه‬،‫َو اْلَحْم ُد ِهّٰلِل َك ِثْيًرا َو ُسْبَح اَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َأِص ْيًال‬
‫ َو َع َلى ٰا ِل ِه‬، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ُمَحَّم ٍد َس ِّيِد َو َل ِد َع ْدَناَن‬، ‫ ُهللَا َأْك َبُر َو ِهّٰلِل ْالَحْم ُد الَحْم ُد ِهّٰلِل اْلَم ِلِك الَّد َّياِن‬،‫َالِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ُهللا َأْك َبُر‬
، ‫ َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه اْلُم َنـَّز ُه َع ِن اْلِج ْس ِم َّيِة َو اْلِج َه ِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم َك اِن‬، ‫َو َص ْح ِبِه َو َتاِبِع ْيِه َع َلى َم ِّر الَّز َم اِن‬
، ‫ َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْق َو ى ِهللا الَم َّن اِن‬، ‫ ِع َباَد الَّرْح ٰم ِن‬،‫ َأَّم ا َبْعُد‬، ‫َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي َك اَن ُخ ُلَقُه اْلُقْر آُن‬

‫ َص َدَق ُهللا الَعِظ يُم‬.‫ ِإَّن َش اِنَئَك ُهَو اَأْلْبَتُر‬. ‫ َفَص ِّل ِلَر ِّبَك َو اْنَح ْر‬. ‫اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيْم ِإَّنا َأْع َطْيَناَك اْلَك ْو َثَر‬

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Idul Adha yang dirayakan

oleh umat Islam di seluruh dunia pada setiap bulan Dzulhijjah merupakan

hari raya yang sangat identik dengan dua ibadah, yakni haji dan kurban.

Dalam tuntunan agama Islam, ke dua ibadah ini memang hanya bisa

dilakukan pada bulan Dzulhijjah. Hari raya Idul Adha, haji, dan kurban juga

tak bisa dipisahkan dari kisah dan perjalanan hidup Nabi Ibrahim beserta

keluarga karena banyak peristiwa yang mewarnai kehidupannya diabadikan

dalam ritual ibadah haji dan kurban.

Pada kesempatan khutbah kali ini, mari kita menapak tilas dan

menelusuri kembali kisah perjalanan dan perjuangan hidup yang dialami

oleh kakek moyang Nabi Muhammad saw ini yang berkaitan erat dengan

ibadah haji dan kurban. Dengan mengenang kembali perjuangan Nabi

Ibrahim, diharapkan kita mampu mengambil ibrah, hikmah, dan nilai-nilai

spiritual sebagai modal dalam menjalani kehidupan ini. Dengan memahami

sejarah ini, mudah-mudahan kita juga bisa termotivasi untuk bisa

melaksanakan ibadah haji dan kurban yang semua umat Islam pasti

mengidam-idamkannya. Kaum mulsimin dan muslimat, jamaah shalat Idul

Adha rahimakumullah, Kita awali kisah perjalanan dan perjuangan keluarga

Nabi Ibrahim dan istrinya yang bernama Siti Hajar dari saat Allah

menganugerahi mereka seorang putra yang sudah diidam-idamkan sejak

lama.

Kelahiran putra yang diberi nama Ismail ini diiringi dengan perintah

dan cobaan dari Allah swt untuk menempatkan Siti Hajar dan Ismail di
daerah lembah yang tandus dan gersang. Kisah ini diabadikan dalam Al-

Qur’an surat Ibrahim ayat 37:


‫َر َّبَنٓا ِاِّنْٓي َاْسَك ْنُت ِم ْن ُذ ِّرَّيِتْي ِبَو اٍد َغْيِر ِذ ْي َز ْر ٍع ِع ْنَد َبْيِتَك اْلُمَح َّرِۙم َر َّبَنا ِلُيِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َفاْج َع ْل َاْفِٕـَد ًة ِّم َن الَّناِس َتْهِو ْٓي‬

‫ِاَلْيِهْم َو اْر ُز ْقُهْم ِّم َن الَّثَم ٰر ِت َلَع َّلُهْم َيْشُك ُرْو َن‬

Artinya:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan

sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada)

di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu

kami lakukan) agar mereka melaksanakan shalat. Maka, jadikanlah hati

sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka

rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.” Saat

tinggal di lembah itu, suatu hari Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak

bisa menyusui Ismail. Ia pun mencari air ke sana-kemari sambil berlari-lari

kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali.

Peristiwa inilah yang kemudian diabadikan menjadi salah satu rukun

haji, yakni Sa’i atau berlari-lari kecil antara kedua bukit tersebut. Di tengah

kesusahan itu, Allah menurunkan pertolongan melalui mata air yang

muncul dari tanah, tepat di bawah kaki Ismail, yang saat itu sedang

menangis kehausan. Di tempat inilah keluar air penuh berkah yang sampai

saat ini bisa terus dinikmati oleh umat Islam seluruh dunia bernama air

zamzam. Cobaan keluarga Nabi Ibrahim tidak berhenti sampai di situ. Nabi

berjuluk “Khalilullah” (kekasih Allah) ini mendapatkan perintah dari Allah swt

melalui mimpi untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail.

Perintah ini juga menjadi sebuah ujian keimanan dan ketakwaan

Nabi Ibrahim kepada Allah. Karena sebelumnya, ia pernah mengeluarkan

janji bahwa Allah menghendaki Ismail untuk dikurbankan, maka ia akan

melakukannya. Perintah itu pun akhirnya benar-benar datang kepada-Nya

Awalnya, ketika bermimpi diperintahkan untuk menyembelih Ismail,

Ibrahim merasa ragu. Ia pun melakukan perenungan dan berfikir-fikir

apakah ini benar-benar perintah Allah. Peristiwa ini kemudian diabadaikan


dengan nama Tarwiyah yakni hari perenungan di mana kita disunnahkan

berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah. ADVERTISEMENT Setelah perenungan

ini, kemudian hilanglah keragu-raguan itu.

Karena Nabi Ibrahim kembali bermimpi hal yang sama untuk

menyembelih Ismail dan tahu jika itu adalah benar-benar perintah Allah

swt. Peristiwa ini yang kemudian diabadikan dengan nama hari Arafah yang

berarti ‘mengetahui’ di mana kita juga disunahkan berpuasa pada tanggal 9

Dzulhijjah. Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah, Setelah Nabi Ibrahim

tahu dan yakin perintah itu datang dari Allah, maka ia pun menyampaikan

dan berdiskusi dengan Ismail. Dialog bersejarah antara Ayah dan anak ini

pun diabadikan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 102:


‫َفَلَّم ا َبَلَغ َم َع ُه الَّسْع َي َقاَل ٰي ُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰر ى ِفى اْلَم َناِم َاِّنْٓي َاْذ َبُحَك َفاْنُظْر َم اَذ ا َتٰر ۗى َقاَل ٰٓيَاَبِت اْفَع ْل َم ا ُتْؤ َم ُۖر َس َتِج ُد ِنْٓي ِاْن‬

‫َش ۤا َء ُهّٰللا ِم َن الّٰص ِبِرْيَن‬

Artinya, “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja

bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku

bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia

(Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan

(Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-

orang sabar.” Akhirnya, hari itu pun datang ketika Ibrahim dengan

keimanan dan ketakwaannya serta Ismail dengan keyakinannya akan

melaksanakan prosesi penyembelihan.

Pada waktu itu, setan juga terus membisikkan kepada Ibrahim,

Ismail, dan juga Siti Hajar untuk tidak usah menjalankan perintah Allah ini.

Namun, keyakinan mereka tidak goyah sedikit pun. Untuk mengusir setan

yang mengganggu, Nabi Ibrahim pun melemparinya dengan batu yang

kemudian peristiwa ini diabadikan dalam ritual ibadah haji, yakni melempar

jumrah. Ketika detik-detik Ibrahim akan menyembelih Ismail, tiba-tiba

Allah swt berfirman dan memerintahkan Ibrahim berhenti tidak

menyembelih Ismail. Firman ini termaktub dalam Al-Qur’an surat As-Saffat


ayat 107-110: ‫ َك ٰذ ِلَك َنْج ِزى اْلُم ْح ِس ِنْيَن‬. ‫ َو َتَر ْك َن ا َع َلْي ِه ِفى اٰاْل ِخ ِرْيَن ۖ َس ٰل ٌم َع ٰٓلى ِاْب ٰر ِهْيَم‬. ‫َو َفَد ْيٰن ُه ِب ِذ ْبٍح َع ِظ ْيٍم‬

Artinya: “Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar.

Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang

kemudian, ‘Salam sejahtera atas Ibrahim. Demikianlah Kami memberi

balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan’.”

Atas peristiwa ini Malaikat Jibril yang membawakan hewan untuk

disembelih sebagai pengganti Ismail pun berseru “Allahu Akbar, Allahu

Akbar, Allahu Akbar.” Takbir ini disambut Ibrahim dengan “Lailaha illahu

Allahu Akbar” yang kemudian disambung oleh Ismail “Allahu Akbar Walillahil

Hamdu.’ Dari peristiwa epik inilah, umat Islam kemudian disyariatkan untuk

menyembelih hewan kurban di hari raya Idul Adha pada 10 Dzulhijjah.

Peristiwa ini juga menegaskan bahwa seseorang dilarang keras mengalirkan

darah manusia. Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Dari peristiwa

bersejarah keluarga Nabi Ibrahim ini, kita bisa banyak mengambil hikmah

dan keteladanan. Dimulai dari keteladanan perjuangan hidup sampai

dengan keteguhan iman dan takwa dalam menjalankan segala perintah

Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Kisah-kisah Nabi Ibrahim, yang termaktub dalam Al-Qur’an dan

terwujud dalam bentuk ibadah seperti Sa’i, melempar jumrah, puasa

tarwiyah dan Arafah, serta menyembelih hewan kurban ini harus semakin

meningkatkan keyakinan dan keteguhan kita dalam beribadah. Karena

memang tujuan dari diciptakannya kita ke dunia ini adalah untuk

beribadah. Allah berfirman: ‫ َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬Artinya: “Tidaklah Aku

menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Ad

Dzariyat: 56). Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Dalam

menjalankan ibadah haji dan kurban, kita membutuhkan keteguhan dan

keyakinan yang kuat karena harus rela mengeluarkan harta yang kita miliki.

Jika tidak memiliki niat yang kokoh, maka haji dan kurban pun akan sulit
untuk dilakukan. Untuk berhaji, kita harus berkorban menyiapkan puluhan

juta rupiah guna membayar biaya perjalanan ke Tanah Suci.

Ditambah juga kesabaran tinggi karena harus rela antre bertahun-

tahun karena banyaknya umat Islam yang ingin menjalankan rukun Islam

kelima ini. Untuk berkurban, kita juga harus menyediakan anggaran jutaan

rupiah untuk membeli hewan kurban dan kemudian dibagi-bagikan kepada

orang lain. Namun, ma’asyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul

Adha rahimakumullah, Kita tidak perlu khawatir. Harta dunia yang kita

keluarkan untuk berangkat ke Tanah Suci ini akan dibalas oleh Allah swt

dengan kenikmatan kehidupan akhirat di surga yang abadi. Dalam hadits

riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda: ‫اْلَح ُّج اْلَم ْب ُروُر َلْيَس َل ُه َج َزاٌء ِإاَّل اْلَج َّن ُة‬

Artinya: “Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali

surga,” (HR al-Bukhari).

Begitu juga dengan ibadah kurban, Rasulullah telah menegaskan

dalam dari Siti Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu

Majah: ‫َم ا َع ِمَل آَد ِمٌّي ِم ْن َع َم ٍل َي ْو َم الَّنْح ِر َأَح َّب ِإَلى ِهللا ِم ْن ِإْه َر اِق الَّد ِم ِإَّنَه ا َلَت ْأِتي َي ْو َم اْلِقَياَم ِة ِبُقُروِنَه ا َو َأْش َع اِر َها‬

‫ َو َأْظاَل ِفَها َو َأَّن الَّد َم َلَيَقُع ِم ْن ِهللا ِبَم َك اٍن َقْب َل َأْن َيَق َع ِم ْن اَأْلْر ِض َفِط يُب وا ِبَه ا َنْفًس ا‬Artinya: “Tidak ada suatu

amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha

yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu

akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan

kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum

menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.”

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Demikian khutbah Idul Adha yang

mengangkat tentang kisah inspiratif penuh perjuangan dari keluarga Nabi

Ibrahim yang diabadikan dalam ritual ibadah haji dan kurban. Semoga bisa

menambah pengetahuan kita sekaligus meningkatkan keimanan dan

ketakwaan kepada Allah. Dan semoga Allah swt senantiasa menurunkan

hidayah dan rezekinya kepada kita sehingga kita bisa menjalankan tugas
‫‪kita untuk beribadah khususnya mampu untuk melakukan ibadah haji dan‬‬

‫‪berkurban. Amin.‬‬

‫ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر‪ُ .‬هللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َبُر ُهللَا َأْك َب ُر‪ُ .‬هللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر اْلَحْم ُد ِهَّلِل اَّل ِذ ي َأْر َس َل َر ُس وَلُه‬
‫ِباْلُهَدى َو ِد يِن اْلَح ِّق ِلُيْظِهَرُه َع َلى الِّديِن ُك ِّلِه َو َلْو َك ِرَه اْلُم ْش ِرُك وَن ‪َ .‬أْش َهُد أْن ال إَلَه إال ُهللا َو ْح َد ُه ال َش ِريَك َل ُه‪ ،‬وأشهُد أَّن ُمَحَّم ًدا‬
‫عْبُده وَر ُسوُله‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِرْك َع َلى َنِبِّيَنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن ‪َ .‬أَّم ا َبْع ُد‪ِ ،‬ع َب اَد‬
‫الَّرْح ٰم ِن ‪َ ،‬فإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن َي ا َأُّيَه ا اَّل ِذ يَن َآَم ُن وا اَّتُق وا َهَّللا َح َّق ُتَقاِت ِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم‬
‫ُم ْس ِلُم وَن ‪َ .‬و اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه َو َثـَّنى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل َتعَاَلى ِإَّن َهللا َو َم آلِئَكَت ُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبِّي يآ‬
‫َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪ .‬اللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َن اِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآِء ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت‬
‫اللُهَّم َأِع َّز ْاِإل ْس َالَم َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِرِكْيَن َو اْنُص ْر ِع َب اَدَك ْالُمَو ِّح ِد َّي َة َو اْنُص ْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل‬
‫ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر َأْع َداَء الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َيْو َم الِّدْيِن ‪ .‬اللُهَّم اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء َو الَّز َالِزَل َو ْالِمَح َن َو ُس ْو َء ْالِفَتِن َو ْالِمَح َن‬
‫َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا ِاْنُدوِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَداِن ْالُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى‬
‫ْاآلِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر ‪َ .‬ر َّبَنا َظَلْم َنا َاْنُفَس َناَو ِاْن َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َحْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن ْالَخ اِس ِرْيَن ‪ِ .‬ع َباَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َي ْأُم ُر ِبْالَع ْد ِل‬
‫َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَعِظ ْيَم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو اْش ُك ُرْو ُه‬
‫ْر‬ ‫ِذ ْك ُر ِهللا َأْك َب‬ ‫ِزْد ُك ْم َو َل‬ ‫ِه َي‬ ‫َعلَى ِنَعِم‬

Anda mungkin juga menyukai