Anda di halaman 1dari 36

BUKU DIGITAL

NORMA KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
UPTD PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
WILAYAH II KARAWANG

DISUSUN OLEH :
ADITYA BAYU AJI AGUNG NUGROHO S.T
BAB I
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

segala kegiatan untuk menjamin dan


melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sumber : Pasal 1 poin 2 PP 50 Tahun 2012

Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada


setiap proses/aktifitas pekerjaan, baik itu
disebabkan perencanaan yang kurang sempurna,
pelaksanaan yang kurang cermat, maupun akibat
yang tidak disengaja seperti keadaan cuaca,
bencana alam, dll.Salah satu risiko pekerjaan
yang terjadi adalah adanya kecelakaan kerja.Saat
kecelakaan kerja (work accident) terjadi,
seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek
kerugian (loss), oleh karena itu sebisa mungkin
dan sedini mungkin, kecelakaan/potensi
kecelakaan kerja harus dicegah/dihilangkan, atau
setidak-tidaknya dikurangi dampaknya.
RUANG LINGKUP K3

Dalam Undang - undang Nomor1 Tahun 1970


tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja, yang
menjadi ruang lingkup penerapan K3 ialah segala
tempat kerja, didalam tanah, dipermukaan air,
didalam air maupun, diudara, yang berada
diwilayah kekuasaan hukum republik indonesia.

Adapun disebutkan lebih rinci dalam pasal 3


ayat (2) UU. No.1 Tahun 1970, antara lain :

Menggunakan mesin produksi, Dilakukan usaha pertanian,


pesawat uap, dll perkebunan, atau sejenisnya

Menggunakan barang atau bahan Dilakukan Usaha pertambangan


berbahaya (mudah meledak, terbakar, dll) dan pengelolaan

Dikerjakan Pembagunan, Perbaikan, atau Dikerjakan bongkar muat barang


pembongaran bangunan atau terowongan muatan
Dilakukan pekerjaan didalam air Dilakukan pekerjaan dengan
(Penyelaman, pengambilan benda, dll ketinggian diatas permukaan tanah

Dilakukan pekerjaan didalam tekanan Dilakukan pekerjaan dengan resiko


udara atau suhu yang tinggi / rendah tertimbun tanah, kejatuham, dll

Dilakukan pekerjaan didalamtangki, Terdapat penyebaran suhu, debu,


sumur, atau lubang kotoran, radiasi, suara,getaran, dll

Dilakukan pendidikan, pembinaan,


Dilakukan pembuangan atau
percobaan yang menggunakan alat
pemusnahan sampah atau limbah
teknis

Pengelolaan energi listrik, gas, diselenggarakan film, rekreasi, dan


minyak,, atau air sejenisnya yang memakai alat mekanik
atau listrik
TUJUAN PENERAPAN K3

Sumber : Undang-undang No.1 Tahun 1970


RESUME K3
BAB II
SISTEM MANANJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
SISTEM MANAJEMEN K3
Sesuai peraturan diatas, maka pihak Perusahaan wajib
menerapkan SMK3 di tempat kerja dengan menintegrasikan
sistemnya dengan SMK3. Kewajiban tersebut berlaku bagi
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja paling
sedikit 100 (seratus) orang atau kurang dari 100 orang
namun dikategorikan mempunyai tingkat potensi bahaya
tinggi.
Tujuan dari Penerapan SMK3 sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012, ini adalah :

1. Meningkatkan dalam efektifitas perlindungan


keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur dan terintegrasi;
2. Mencegah serta mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen,
3. pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
serta ,enghasilkan tempat kerja yang aman, nyaman, dan
efisien untuk mendorong produktivitas.
Faktor menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi oleh faktor manusia, faktor
lingkungan maupun faktor peralatan kerja. Dalam mencegah
kecelakaan kerja, perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
tempat kerjanya. Undang – Undang No. 13 Tahun 2003
menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan
SMK3. Kewajiban itu apabila tidak dilaksanakan dengan baik
maka perusahaan dapat diberikan sanksi oleh Pemerintah
seperti yang diatur dalam Pasal 190 Undang – Undang
tersebut. Sanksi tersebut berupa surat teguran hingga
pencabutan ijin usaha.

5 PRINSIP DASAR MANAJEMEN K3

1. Penyusunan 3. Pelaksanaan
Kebijakan K3 Rencana K3

4. Pemantauan
dan evaluasi
kinerja K3

2. Perencanaan K3 5. Peninjauan
dan peningkatan
kinerja K3
PENETAPAN KEBIJAKAN K3
hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun kebijakan

a 1. Identifikasi potensi
Melakukan tunjauan awal bahaya
kondisi K3 2. perbandingan
penerapan K3 dengan
perusahaan dan sektor
b lain yg lebih baik
Memperhatikan peningkatan
kinerja manajemen K3 secara 3. Peninjauan sebab akibat
terus menerus kejadian yang bahaya
4. Kompensasi dan
gangguan hasil
c
Memperhatikan masukan
penilaian sebelumnya
dari pekerja atau serikat 5. penilaian efisiensi dan
efektifitas sumber daya.

VISI

TUJUAN
PERUSAHAAN

KOMITMEN
KEBIJAKAN K3
paling sedikit memuat KERANGKA DAN
PROGRAM KERJA
PERANCANAAN K3
Perencanaan K3 dibuat oleh pengusaha dengan
mempertimbangkan hal hal berikut :

a c
Peraturan Perundangan dan
Hasil penelaah awal
persyaratan lainnya

b c
Identifikasi potensi bahaya Peraturan Perundangan dan
persyaratan lainnya

RENCANA K3
paling sedikit memuat

TUJUAN DAN PENETAPAN


SASARAN SUMBER DAYA

INDIKATOR
SKALA PRIORITAS PENCAPAIAN

UPAYA SISTEM
PENGENDALIAN PERTANGGUNG
BAHAYA JAWABAN

JANGKA WAKTU
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PERANCANAAN K3
aspek pendukung perencanaan K3

a b
Sumber Daya Manusia Sarana dan Prasarana

1. Kompetensi Kerja 1. Organisasi / unit K3


(Sertifikat 2. Anggaran yang memadai
2. Kewenangan di bidang 3. Prosedur operasi dan
K3 (Izin kerja dan pendokumentasian
penunjukan dari instansi 4. Instruksi Kerja
berwenang)

KEGIATAN PELAKSANAAN
TINDAKAN PENGENDALIAN
PERANCANGAN DAN REKAYASA
PROSEDUR DAN INSTRUKSI
KERJA
PENYERAHAN PEKERJAAN
PEMBELIAN/PENGADAAN
BARANG DAN JASA
PRODUK AKHIR
UPAYA MENGHADAPI KEADAAN
DARURAT (KECELAKAAN /
BENCANA ALAM)RENCANA DAN
PEMULIHAN KEADAAN DARURAT
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan Melalui


Pemeriksaan, Pengujian, Pengukuran, dan Audit internal
SMK3 dan dilakukan oleh sumber daya manusia yang
kompeten baik internal maupun external.

Hasil pemantauan dan Evaluasi kinerja K3 dilaporkan


kepda Pengusaha dan dijadikan acuan untuk langkah
perbaikan

PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3

Perbaikan dan peningkatan Kinerja dapat dilaksanakan


dalam hal sebagai berikut :

Terjadi perubahan undang-undang


Adanya tuntutan pihak yang terkait dan pasar
Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan
Terjadi perubahan Struktur organisasi perusahaan
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk epidomologi
Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja
adanya pelaporan
adanya masukan dari pekerja atau serikat pekerja
BAB III
KECELAKAAN KERJA
DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan ialah kejadian tidak diharapkan dan tidak


terduga. Tidak ada unsur kesengajaan dalam peristiwa
tersebut, apalagi direncanakan. Oleh sebab itu, perbuatan
kriminal yang tidak berada di dalam lingkup kejadian
kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan akibat bekerja ialah
kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja.
Hubungan yang dimaksud, yakni kecelakaan yang terjadi
disebabkan oleh pekerjaan ataupun saat melaksanakannya.
Dalam kasus tersebut, ada 2 masalah yang penting yaitu
kecelakaan yang terjadi akibat langsung dari pekerjaan dan
kecelakaan yang dialami saat pekerjaan sedang dilakukan.
Terkadang kecelakaan diperbesar lingkupnya hingga
meliputi kecelakaan pekerja yang dialami ketika perjalanan
menuju tempat kerja begitu pula sebaliknya. Kecelakaan di
dalam rumah, saat berlibur, ataupun cuti merupakan
kecelakaan diluar pengertian dari kecelakaan akibat kerja,
meskipun pencegahannya dimasukkan ke dalam program
keselamatan masing-masing perusahaan. Kasus tersebut
termasuk dalam kecelakaan umum, hanya yang
membedakannya adalah menimpa pekerja di luar
pekerjaannya.
PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

Tidak ada kecelakaan yang terjadi secara kebetulan tanpa


ada penyebabnya, oleh karenanya kecelakaan mampu di
cegah cukup dengan kemauan untuk dapat mencegahnya
(Suma'mur, 2014). Secara umum kecelakaan memiliki dua
penyebab, yang pertama perilaku manusia tidak memenuhi
aspek keselamatan (unsafe action) dan faktor lingkungan
yang tidak aman (unsafe condition).
Usaha untuk mengklasifikasikan kecelakaan berdasarkan
uraian di atas merupakan cara menemukan sebab terjadinya
kecelakaan. Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan penyebab kecelakaan dinamakan analisa
penyebab kecelakaan. Kegiatan dilakukan dengan cara
mengadakan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap kasus
kecelakaan. Namun melakukan analisa kecelakaan adalah
hal yang sulit, dikarenakan penentuan penyebab kecelakaan
secara tepat merupakan kegiatan yang sangat sulit. Kita
harus mengetahui mengapa kecelakaan tersebut dapat
terjadi dan bagaimana proses terjadinya. Pernyataan suatu
kecelakaan terjadi karena alat kerja atau terkena benda jatuh
belum cukup, harus ada kejelasan mengenai serentetan
kasus dan faktor-faktor lain yang terjadi. Setelah itu menjadi
penyebab sebuah kecelakaan. Jika salah satu kejadian dari
suatu peristiwa dihilangkan, sebuah kecelakaan tidak
mungkin terjadi. Kecelakaan diselidiki dengan tujuan untuk
menentukan siapa bertanggung jawab menyebabkan
terjadinya kecelakaan, serta sebagai koreksi guna mencegah
kejadian serupa terulang kembali.
UNSAFE ACTION
UNSAFE CONDITION

Pada semester 1 tahun 2022 (Januari - Juni) tercatat


sebanyak 6469 kasus kecelakaan kerja
DATA KECELAKAAN KERJA DI WILAYAH II
PELAPORAN KECELAKAAN KERJA

Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap


kecelakaan kerja yang terjadi ditempat kerja yang
dipimpinnya

Kecelakaan Kerja

Penyakit Akibat
Kerja
Kebakaran / peledakan
kejadian berbahaya
lain

Kejadian kecelakaan kerja wajib dilaporkan kepada


Kepala Kantor Departement Tenaga Kerja setempat
dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam
Penyampaian laporan dapat dilakukan secara lisan
sebelum dilakukan secara tertulis
Pengusaha yang telah mendaftarkan pesertanya di BPJS
mengikuti pedoman pelaporan No. PER-05/MEN/1993
Pengusaha yang belum mendaftarkan pesertanya di
BPJS mengikuti pedoman pelaporan No. PER-
04/MEN/1993
PEMERIKSAAN KECELAKAAN KERJA

Setelah menerima laporan, Kepala Kantor Deptnaker


memerintahkan pegawai pengawas untuk melakukan
pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja
Pegawai Pengawas dalam melaksanakan pemeriksaan
menggunakan formulir laporan pemeriksaan sesuai
ketentuan perundang-undangan

SANKSI JIKA TIDAK MELAKUKAN PELAPORAN

Bagi pengusaha yang tidak melaporkan kejadian


kecelakaan kerja dalam kurun waktu 2 x 24 jam,
diberikan ancaman pidana dengan hukuman kurungan
selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi -
tingginya Rp. 100.000,- (UU No.1 Tahun 1970, Pasal 15
ayat 2)
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan


oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan
kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja merupakan
penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan
dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang
menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah
gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang
ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau
kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.

FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA


Tedapat beberapa faktor penyebab PAK yang umum
terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang
digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada
di tempat kerja.
Faktor Fisik
1. Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
2. Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan
Hyperpireksi, Miliaria, Heat Exhaustion, dan Heat Stroke
3. Radiasi sinar elektromagnetik inframerah dapat
menyebabkan katarak
4. Sinar UV dapat menyebabkan konjungtivitis
5. Tekanan udara tinggi menyebabkan coison disease
6. Getaran menyebabkan Reynaud's disease dan gangguan
metabolisme
Pencegahan:
1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang
cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop
Faktor Kimia
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil
samping(produk), sisa produksi atau bahan buangan.
Bentuk: zat padat, cair, gas, uap maupun partikel Cara
masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran
pencerrnaan kulit danmukosa. Masuknya dapat secara akut
dan sevara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif,
asphyxia, keracunan sistematik, kanker, kerusakan kelainan
janin.
Terjadi pada petugas/ pekerja yang sering kali kontak
dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika.
Demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan
dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat
yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini
dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis
kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh
iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena
alergi (keton).
Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika
tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar.
Pencegahan :
1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan
kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas
laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum
untuk mencegah tertelannyabahan kimia dan
terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata,
sarung tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat
antara mata dan lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

Faktor Biologi
Viral Desiases: rabies, hepatitis
Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis,
TBC, Tetanus
Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis
Faktor Ergonomi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat
kerja, lingkungan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah
Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas
tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan.
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja
terhadap kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-
tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan
kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the
Job

Faktor Psikologi
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe
kepemimpinan, hubungan kerjakomunikasi, keamanan), tipe
kerja (monoton, berulang-ulang, kerjaberlebihan, kerja
kurang, kerja shift, dan terpencil).Manifestasinya berupa
stress. Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat
menyebabkan stress antara lain :
1. Pekerjaan yang menyangkut hidup dan mati seseorang
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton
3. Hubungan kerja yang kurang sesuai antara pimpinan
dan bawahan atau sesama kerja
4. beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di
sektor formal ataupun informal
DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada
individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat.Pendekatan tersebut
dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan
sebagai pedoman :
Menentukan diagnosis klinis
Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja
Menentukan apakah pajanan memang dapat
menyebabkan penyakit tersebut
Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup
besar untuk dapat menyebabkan penyakit akibat kerja
Menentukan apakah ada faktor faktor lain yang mungkin
dapat mempengaruhi
Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja
Membuat keputusan apakah penyakit tersebut
disebabkan oleh pekerjaannya
PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder


Health Promotion Specifict Protection
Pencegahan Tersier
Pemeriksaan
Perilaku kesehatan Pengendalian kesehatan pra-kerja
Faktor bahaya di melalui UU Pemeriksaan
tempat kerja Pengendalian kesehatan berkala
administratif Pemeriksaan
perilaku kerja yg
lingkungan secara
baik Pengendalian
berkala
olahraga teknis (APD) pengendalian tempat
gizi Imunisasi kerja
BAB IV
JAMINAN SOSIAL
KECELAKAAN KERJA
JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan kerja atau PAK dapat diberiberitahukan kepada


pemberian kerja, BPJS ketenagakerjaan, dan Dinas Provinsi
atau unit pengawasan ketenagakerjaan setempat oleh :
Peserta
Keluarga Peserta
Serikat Pekerja / Serikat buruh di tempat
Pemberi Kerja
Fasilitas Kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan
JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA
JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA
JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA
JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA
JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA
PENUTUP
Dengan disusunnya buku digital Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ini diharapkan dapat menjadi
pedoman dan instrument bantu dalam kegiatan
pengawasan ketenagakerjaan norma Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Dan dapat memberikan
informasi dan pengetahuan terhadap pihak
pengusaha dan pekerja sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran dalam melaksanakan
kewajibannya sesuai dengan amanat peraturan
perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai