UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP NILAI-NILAI PANCASILA MENGGUNAKAN MODEL PROBEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS 5 SD SABDODADI KEYONGAN ARUM PRAMISTYASARI Universitas Ahmad Dahlan Email : arum2107563408@webmail.uad.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas V di SD Sabdodadi Keyongan. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya permasalahan belajar yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasrakan hasil pengamatan langsung di kelas V SD Sabdodadi Keyongan, tingkat pemahaman konsep nilai-nilai Pancasila siswa kelas V masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan data awal peserta didik ada 4 siswa yang mendapat nilai diatas KKM atau sekitar 34 % dari keseluruhan yang berjumlah 24 siswa. Siswa di kelas V SD Sabdodadi Keyongan cenderung menggunakan hafalan tanpa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga siswa hanya hafal saja tetapi tidak dapat menerapkan dan kurangnya pengetahuan secara luas. Masih ada juga beberapa siswa yang masih kesulitan untuk membaca sehingga sulit untuk memahami materi yang disampaikan guru. Peneliti ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitattif dengan subjek siswa kelas V SD sabdodadi Keyongan. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan tes. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep nilai-nilai Pancasila di kelas V SD Sabdodadi Keyongan yaitu adanya peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aspek kognitif yaitu pemahaman siswa dengan nilai rata-rata kelasnya 56 kemudian meningkat menjadi 76,6, serta presentasenya meningkat dari 6% menjadi 74%. Beberapa seab yang dapat meningkatkan pemahaman siswa yaitu menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan pada pembelajaran. Sehingga siswa dapat lebih aktif dan ikut berpartisipasi langsung kedalam proses belajar mengajar. Sehingga siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep nilai-nilai Pancasila di kelas V SD Sabdodadi Keyongan. Kata Kunci: PBL, Pemahaman Konsep Nilai-Nilai Pancasila ABSTRACT This study aims to determine the understanding of fifth grade students at SD Sabdodadi Keyongan. This research is motivated by the existence of learning problems carried out by students during learning activities. Based on the results of direct observations in the fifth grade of SD Sabdodadi Keyongan, the level of understanding of the concept of Pancasila values for fifth grade students is still low. This is evidenced by the initial data of students, there are 4 students who score above the KKM or about 34% of the total number of 24 students. Students in class V SD Sabdodadi Keyongan tend to use memorization without being directly involved in learning so that students only memorize but cannot apply and lack knowledge widely. There are also some students who still have difficulty reading so it is difficult to understand the material presented by the teacher. This researcher uses a quantitative and qualitative approach with the subject of the fifth grade students of SD Sabdodadi Keyongan. In collecting data, researchers used the methods of observation, documentation, and tests. Based on the results of the study, it can be concluded that there was an increase in understanding the concept of Pancasila values in class V SD Sabdodadi Keyongan, namely an increase from cycle 1 to cycle 2. The results showed an increase in cognitive aspects, namely students' understanding with an average grade of 56 then increased to 76.6, and the percentage increased from 6% to 74%. Several seabs that can improve students' understanding are using the Problem Based Learning (PBL) learning model which is carried out in learning. So that students can be more active and 82SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS Vol. 2 No. 2 Juni 2022, e-ISSN : 2797-8842 | p-ISSN : 2797-9431 participate directly in the teaching and learning process. So that students experience increased understanding of the concept of Pancasila values in class V SD Sabdodadi Keyongan. Keywords: PBL, Understanding the Concept of Pancasila Values PENDAHULUAN Menurut Slavin (2013 : 15) pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan menurut Munif Chatib (2013:17) pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembejaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dimana guru sebagai pemberi informasi atau fasilitator dan peserta didik sebagai penerima informasi. Pendidikan kewarganegaraan merupakan wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab, PKn memiliki peranan yang amat penting. (Malik Fajar, 2014:6-8). Esensi dari PBL adalah menyajikan suatu masalah yang sesuai kenyataan dan bermakna kepada siswa untuk diselidiki secara terbuka dan ditemukan solusi penyelesaiannya (Wisudawati dan Sulistyowati, 2015: 89). Pendapat tersebut diperkuat oleh Siregar dan Nara (2021: 121) yang mengungkapkan bahwa PBL merupakan suatu pengajaran yang menantang pelajar untuk “learn to learn”, bekerjasama dalam sebuah group untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang nyata di dunia ini. Model pembelajaran PBL dapat memancing siswa menggunakan dan mengembangkan pemahaman untuk menyelesaikan masalah dengan tepat menggunakan berbagai cara penyelesaian. Berdasarkan PTK dari Intan Diah Prasepti yang berjudul “ Peningkatan critical thingking skill siswa melalui model problem based learning (PBL) pada mata pelajaran IPS kelas VA”. Terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa dan terbuktu bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam memahami materi. Sehingga peneliti semakin yakin menerapkan model pembelajaran ini di kelas V SD Sabdodadi Keyongan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 22 dengan pendistribusian siswa laki-laki 14 dan perempuan 8 siswa. Sehingga peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Nilai-Nilai Pancasila model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Sabdodadi Keyongan”. Yang dilaksanakan di SD Sabdodadi Keyongan pada tanggal 11 April sampai 28 Mei 2022. Teknik pengumpulan data dalam penelitan ini adalah teknik tes, observasi, lembar, dan observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Siklus I Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan melalui satu pertenyab yang terdiri dari proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan tes akhir siklus. Proses pembelajaran dilasanakan pada tanggal 26 April 2022. Pembelajaran dimulai pukul 07.30-09.00. Tindakan pembelajaran pada siklus I ini berisi kegiatan pembelajaran dengan bahan pokok pembahasan tentang nilai-nilai pancasila, perencanaan, pelaksanaan kegiaan dengan penerapan model PBL, observasi, refleksi, 2. Hasil Siklus II Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan melalui satu pertenyab yang terdiri dari proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan tes akhir siklus. Proses pembelajaran dilasanakan pada tanggal 27 Mei 2022. Pembelajaran dimulai pukul 83SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS Vol. 2 No. 2 Juni 2022, e-ISSN : 2797-8842 | p-ISSN : 2797-9431 07.30-09.00. Tindakan pembelajaran pada siklus I ini berisi kegiatan pembelajaran dengan bahan pokok pembahasan tentang nilai-nilai pancasila, perencanaan, pelaksanaan kegiaan dengan penerapan model PBL, observasi, refleksi, Langkah- langkah model pembelajaran PBL yaitu: memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, mengorganisasikan, membantu investigasi kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil, dan menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Hasil penelitian yang diperoleh berupa tes dan non tes. Hasil tes diperoleh melalui tes formatif pada akhir siklus I dan siklus II. Hasil non tes diperoleh melalui pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa, dan lembar evaluasi siswa. Adapun hasil penelitian ini adalah: a. Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan aspek kognitif yaitu pemahaman siswa dengan nilai rata-rata siswa siklus I adalah 65. Nilai rata-rata siklus II adalah 76,6. Presentase ketuntasan belajar siswa siklus I adalah 66%. Presentase ketuntasan belajar siswa siklus II adalah 74 %. Tabel 2. Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Aspek Pra siklus Siklus I Siklus II Jumlah siswa 24 24 24 Jumlah nilai 1345 1525 1840 Nilai tertinggi 80 85 90 Nilai terendah 20 25 30 Nilai rata-rata 56 65 76,6 Presentase tuntas belajar 34 % 66 % 74 % Presentase belum tuntas belajar 66 % 34 % 26 % Berdasarkan data di atas, terjadi peningkaan nilai rata-rata siswa sebelum tindakan penelitian nilai rata-rata siswa 56 % meningkat pada siklus I menjadi 65%. Hasil pada siklus I belum mencapai target penelitian maka dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan tabel di atas tentang penilaian siklus II maka diperoleh bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu 30, nilai tertinggi yaitu 90, nilai rata-rata 76,6, presentase siswa tuntas belajar atau sudah mencapai KKM 74% dan yang belum tuntas belajar mencapai 26%. Gambar 2. Diagram Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II 20 25 30 80 85 90 56 65 76 66% 34% 26%34% 66% 74% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Prasiklus Siklus I Siklus II Nilai Terendah Nilai Tetinggi Nilai Rata-Rata Tidak Tuntas Belajar Tuntas Belajar 84SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS Vol. 2 No. 2 Juni 2022, e-ISSN : 2797-8842 | p-ISSN : 2797-9431 B. Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman dalam konsep nilai-nilai Pancasila siswa kelas V di SD Sabdodadi Keyongan. Presentasi nilai rata-rata hasil penilaian tiap siklus menunjukkan peningkatan. Nilai rata-rata siswa siklus I adalah 65. Nilai rata-rata siklus II adalah 76,6. Presentase ketuntasan belajar siswa siklus I adalah 66%. Presentase ketuntasan belajar siswa siklus II adalah 74 %. Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukan hasil yang sama yaitu PTK dari Intan Diah Prasepti (2018-UNY) yang berjudul “Peningkatan Critical Thingking Skill Siswa Melalui Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas VA SD N Ngoto”. Terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa dan terbuti bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VA SD N Ngoto dalam memahami materi. Tabel 3. Presentase Hasil Tes Pemahaman siswa Pras Siklus, Siklus I, dan Siklus II No Aspek Pemahaman Siswa Presentase (%) Pra Siklus Siklus I Siklus II 1 Memberikan penjelasan sederhana 73,95 75 82,81 2 Membangun keterampilan dasar 60,41 67,7 82,29 3 Menyimpulkan 51,04 58,33 68,22 4 Memberikan penjelasan lanjut 39,06 59,89 72,91 5 Mengatur strategi dan taktik 51,04 65,63 81,77 Rata-rata 55,1 65,31 77,6 Berdasarkan data dalam tabel14 tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa per aspek pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. pencapaian terendah terjadi pada aspek menyimpulkan, yaitu sebesar 68,22%. Pencapaian tertinggi terjadi pada aspek memberikan penjelasan sederhana, yaitu 82,81%. Berdasarkan hasil penelitian dan pemahaman maka penelitian tindakan kelas memenuhi hipotesis tindakan yaitu menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep nilai-nilai Pancasila siswa kelas V SD Sabdodadi Keyongan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitia yang telah dilakukan sebanyak 2 siklus mengenai penerapan PBL dalam pelajaran PPKn maka dapat disimpulkan bahwa setelah menerapan model pembelajaran PBL di kelas V SD Sabdodadi Keyongan, telah terjadi peningkatan pemahaman konsep tentang nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya skor siswa disiklus II. Siswa sudah mengalami peningkatan yang sebelumnya disiklus I siswa masih ada beberapa yang tidak tuntas, sedangkan disiklus II siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep tentang nilai-nilai Pancasila mencapai 74%. DAFTAR PUSTAKA Amir, M Taufiq. 2013. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. REFLEKSI DIRI Refleksi Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila merupakan proses penanaman nilai-nilai luhur. Pendidikan Pancasila
sangat di perlukan dalam kehiupan karena segala sesuatu yang kita lakukan harus berpedoman dengan nilai-nlai pancasila. Pendidikan pancasila mulai dikenalkan dari tingkat sekolah dasar hingga bangku perkuliahan. Adapun pendidikan pancasila itu sendiri sudah mengalami beberapa metamorfosa nama, PKn, PPKn, dan Pendidikan pancasila. Perubahan tersebut sebenarnya bukan menjadi masalah sebab pada dasarnya memiiki tujuan yang sama yaitu untuk menanamkan nilai-nilai luhur sehinnga peserta didik mengerti tentang bagaimana seharusnya bertindak dengan baik. Memiliki moral dan kepribadian yang baik harus dimiliki oleh setiap individu karena individu merupakan bagian dari masyarakat. Masyarakat merupakan sekumpulan individu yng mendiami suatu bingkai kehidupan. Dalam suatu bingkai kehidupan masyarakat memberikan foto dalam bingkai tersebut. Sebagus apapun bingkai jika gambar dalam foto tersebut bagus maka akan bagus cantik pula bingkai tersebut. Begitu juga sebalikkya apabila bingkai tersebut biasa saja namun dengan gambar yang bagus maka akan menjadi luar biasa bingkai tersebut. Selain itu baik ataupun tidaknya gambar juga tergantung dari tokoh, situasi, dan posenya. Seperti layaknya kehidupan ini memerlukan seorang tokoh yaitu seorang pemimpin yang mampu menjadi seorang teladan bagi rakyatnya. Sebagaimana semboyan bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara ” Ing Ngarso sung Tulodho, ing Madya mangun Karsa , Tutwuri Handayani. ” Sedangkan pose disini diibaratkan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dari pemikiran pemikiran pemimpin. Sehingga rakyat hanya dijadikan situasi dalam gambar tersebut. Apakah baik ataupun buruk tergantung tokoh yang mengaturnya. Karena semua dikendalikan oleh suatu kebijakan yang ada. Meskipun pendidikan pancasila bukanlah merupakan satu-satunya langkah untuk menjadikan cantik gambar tersebut akan tetapi setidaknya merupakan langkah awal untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang segelintir nilai-nilai yang fundamen dalam berbangsa dan bernegara. Sejak usia dini biasanya pendidikan pancasila mulai diperkenalkan melalui lembaga sekolah. Dari usia dini dengan ingatan anak yang tajam diharapkan dengan pengajaran dini tentang pancasila maka akan terjadi internalisasi dalam hati dan fikiran sang anak. Selain itu anak mempunyai jiwa muda sehingga semangat pejuangpun tinggi. Dengan berkembangnya zaman, maka pergantian kepemimpinan juga ikut berganti. Sehingga kebijakan-kebijakan yang dihasilkan juga berubah. Hal ini berdampak pada kebijakan baru yaitu perlu atau tidakya pendidikan pancasila. Sebagian berpendapat bahwa sebenarnya pendidikan pancasila di sekolah dasar itu tidak penting karena anak belum perlu memikirkan kondisi Negara kita. Hal ini juga akan menghabiskan waktu yang seharusnya waktu untuk mata pelajaran pendidikan pancasila dapat digunakan untuk mata pelajaran lainnya yang lebih penting. Seolah- olah pendidikan pancasila itu tidak penting. Pada dasarnya pendidikan pancasila itu tidak hanya aspek itu saja melainkan dari beberapa aspek. Sebagai contoh aspek yang paling kecil, yaitu tentang pendidikan moral yang harus ditanamkan kepada siswa. Sehingga dengan penanaman moral yang baik maka siswa juga akan terbiasa melakukan sesuatu yang baik. Namun disisi lain anggapan tentang pendidikan Pancasila itu sangatlah penting karena mereka lebih berfikir logis dan menerawang jauh kedepan bahwa nasib bangsa ini berada pada pundak pemuda-pemudi. Sehingga dengan adanya pendidikan pancasila diharapkan mampu memahami persoalan yang ada dan memikirkan langkah yang seharusnya dilakukan sebagai respon untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak seharusnya pemuda-pemudi membuang muka ketika dihadapkan dengan realitas persoalan kehidupan Negara yang begitu kompleks. Selain itu dengan adanya pendidikan pancasila dapat menanamkan nilai-nilai moral agar mereka dapat berperilaku dengan baik. Apa gunanya ilmu setinggi langit sedangkan moral hanya setinggi semut yang terjadi hanyalah perpecahan dan perselisihan. Pendidikaan Pancasila dengan segala fenomena yang ada akan menimbulkan berbagai persepsi. Ketika anak ditanya tentang pendidikan pancasila yang pertama kali muncul dari benak mereka adalah hafalan dan pasal-pasal. Hal ini seperti sudah menjadi warisan turun temurun dari nenek moyang dan sudah dipatenkan. Ketika di tingkat yang paling rendah yaitu sekolah dasar pendidikan pancasila diajarkan kepada murid dengan system yang monoton yaitu guru menerangkan kepada murid dengan ajaran searah atau komunikasi searah hal ini membuat murid cenderung memasukkan informasi tersebut kedalam telinga kanan dan mengeluarkannya melalui telinga kiri. Pada saat akan ujian-ujian jawaban harus sesuai dengan yang diajarkan dan di buku. Dengan hal ini kecenderungan siswa hanya menghafal tanpa mengerti maksud dari materi yang diajarkan sehingga tidak akan membuat diri siswa berkembang maupun kreatif. Dalam proses seperti ini akan menyebabkan tidak adanya minat dengan mata pelajaran pendikan pancasila. Menyikapi hal tersebut seharusnya pendidik mengajarkan pendidikan pancasila dengan kreatif sebab dunia anak itu adalah dunia bermain sehingga anak akan memiliki kecenderungan yang aktif dan kreatif . maka dengan menyikapi kondisi tersebut seharusnya menyajikan materi dengan keatif dan inovatif. Pada tingkat SMP tidak jauh berbeda dengan ketika duduk dibangku sekolah dasar. Metode yang digunakan jaga masih sama. Sekan akan murid hanya seperti burung beo yang bisanya hanya menghafal setiap materi yang diajarkan tanpa mengetahui maksud isi dari materi tersebut. Di SMA pendidikan pancasila diajarkan kepada siswa dengan metode yang lebih kreatif. Karena pada usia ini pemikiran siswa sudah lebih dewasa sehingga diharapkan pendidikan pancasila mampu tertanam dalam diri siswa. Pembelajaran yang dilakukan adalah dengan teknik problem solving sehingga dengan hal tersebut dapat melatih kepekaan dan respon cepat dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga diharapkan ketika nantinya siswa terjun dalam kehidupan nyata dengan melihat kondisi Negara yang bermasalah maka siswa akan lebih tanggap dan memiliki sikap kepedulian yang tinggi. Metode pengajaran yang pernah diberikan adalah permainan monopoli yang menggambarkan bahwa dalam dunia ini terdapat berbagai Negara yang bermain dalam lintasan monopoli. Beberapa Negara hanya dijadikan permainan yang dimonopoli oleh Negara lain. Sehingga Negara yang tidak bisa mengendalikan Negaranya sendiri maka Negara itu akan kalah dan dan hanya akan dimonopoli oleh Negara lain. Hikmah dari permainan ini adalah bahwa kita sebagai generasi muda harus bisa menjadikan Negara yng cerdas, ulet dan kreatif agar tidak dimonopoli oleh Negara lain. Metode yang kreatif tersebut juga diberikan ketika duduk dibangku kuliah. Ketika duduk dibangku kuliah dengan sebutan Mahasiswa justru berkebalikan dengan ketika masih menjadi siswa. Mahasiswa sudah harus berfikir lebih jauh dengan kondisi Negara yang semacam ini. Mahasiswa tidak perlu berkoar-koar anti korupsi, namun butuh kesadaran pada diri mereka untuk memulai anti korupsi tersebut dalam diri mereka sendiri. Mereka tidak dituntut untuk menghafal semua materi akan tetapi mereka dituntut untuk mampu mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian bukan apa itu pancasila? Namun Bagaimana seharusnya langkah kita untuk mengaplikasikan nilai-nilai pancasila itu sendiri. Hal itu merupakan arti pendidikan pancasila yang sesungguhnya. Semua ini didukung oleh dosen yang juga kreatif dan inovatif yang dapat membuat pendidikan Pancasila menjelma menjadi sebuah mata kuliah yang digandrungi oleh Mahasiswa. Dosen yang begitu luar biasa yaitu bapak Alif Lukmanulhakim, M.Phil. Beliau memiliki semangat dan Percaya Diri yang tinggi yang mampu mengontaminasi seluruh mahasiswa. Sehingga ketika mahasiswa mengikuti kelas beliau serasa waktu itu tak terasa berputar terlalu cepat. Karena kita terlalu asyik dengan diskusi. Mahasiswa benar-benar diajak untuk menengok kemasa lalu Sebenarnya apa penyebab persolan yang sedang terjadi dan mendiskusikan solusi yang terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Beliau mengembangkan metode hadap masalah yang bernuansa tentang kondisi Negara saat ini. Dengan pendidikan pancasila ketika duduk di bangku perkuliahan. Kita menjadi tahu tentang apa yang terjadi sebenarnya terjadi di Negara ini. Kita jadi lebih update. Dari persoalan-persoalan tentang pendidikan pancasila tersebut, berakar pada penyampaian materi oleh pengajar kepada siswa. Kelihaian pengajar dalam mengajar dapat berpengaruh terhadap minat siswa. Apabila meteri tersebut dikemas dalam suatu bentuk yang unik maka minat pendidikan pancasila akan tinggi seperti halnya ketika duduk dibangkuu kuliah. Hal yang utama juga terletak pada kemampuan dosen untuk menyampaikan materi yang seharusnya mengajak anak untuk terlibat langsung. Bukan saja menjadikan anak sebagai pendengar setia akan tetapi memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif di depan atau di dalam forum. Karena Pendidikan pancasila itu penting jadi untuk pengajar sebaiknya membuat kelas pendidikan pancasila diminati oleh siswa. Pendidikan Pancasila merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk menjadikan Negara ini maju