Anda di halaman 1dari 9

81SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS

Vol. 2 No. 2 Juni 2022, e-ISSN : 2797-8842 | p-ISSN : 2797-9431


UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP NILAI-NILAI PANCASILA
MENGGUNAKAN MODEL PROBEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS 5
SD SABDODADI KEYONGAN
ARUM PRAMISTYASARI
Universitas Ahmad Dahlan
Email : arum2107563408@webmail.uad.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas V di SD
Sabdodadi
Keyongan. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya permasalahan belajar yang
dilakukan oleh
siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasrakan hasil pengamatan
langsung di
kelas V SD Sabdodadi Keyongan, tingkat pemahaman konsep nilai-nilai Pancasila
siswa kelas
V masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan data awal peserta didik ada 4 siswa yang
mendapat
nilai diatas KKM atau sekitar 34 % dari keseluruhan yang berjumlah 24 siswa. Siswa
di kelas
V SD Sabdodadi Keyongan cenderung menggunakan hafalan tanpa terlibat
langsung dalam
pembelajaran sehingga siswa hanya hafal saja tetapi tidak dapat menerapkan dan
kurangnya
pengetahuan secara luas. Masih ada juga beberapa siswa yang masih kesulitan
untuk membaca
sehingga sulit untuk memahami materi yang disampaikan guru. Peneliti ini
menggunakan
pendekatan kuantitatif dan kualitattif dengan subjek siswa kelas V SD sabdodadi
Keyongan.
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode observasi, dokumentasi,
dan tes.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
pemahaman konsep
nilai-nilai Pancasila di kelas V SD Sabdodadi Keyongan yaitu adanya peningkatan
dari siklus
1 ke siklus 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aspek kognitif yaitu
pemahaman siswa dengan nilai rata-rata kelasnya 56 kemudian meningkat menjadi
76,6, serta
presentasenya meningkat dari 6% menjadi 74%. Beberapa seab yang dapat
meningkatkan
pemahaman siswa yaitu menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)
yang dilakukan pada pembelajaran. Sehingga siswa dapat lebih aktif dan ikut
berpartisipasi
langsung kedalam proses belajar mengajar. Sehingga siswa mengalami peningkatan
pemahaman konsep nilai-nilai Pancasila di kelas V SD Sabdodadi Keyongan.
Kata Kunci: PBL, Pemahaman Konsep Nilai-Nilai Pancasila
ABSTRACT
This study aims to determine the understanding of fifth grade students at SD
Sabdodadi
Keyongan. This research is motivated by the existence of learning problems carried
out by
students during learning activities. Based on the results of direct observations in the
fifth grade
of SD Sabdodadi Keyongan, the level of understanding of the concept of Pancasila
values for
fifth grade students is still low. This is evidenced by the initial data of students, there
are 4
students who score above the KKM or about 34% of the total number of 24 students.
Students
in class V SD Sabdodadi Keyongan tend to use memorization without being directly
involved
in learning so that students only memorize but cannot apply and lack knowledge
widely. There
are also some students who still have difficulty reading so it is difficult to understand
the
material presented by the teacher. This researcher uses a quantitative and
qualitative approach
with the subject of the fifth grade students of SD Sabdodadi Keyongan. In collecting
data,
researchers used the methods of observation, documentation, and tests. Based on
the results of
the study, it can be concluded that there was an increase in understanding the
concept of
Pancasila values in class V SD Sabdodadi Keyongan, namely an increase from
cycle 1 to cycle
2. The results showed an increase in cognitive aspects, namely students'
understanding with an
average grade of 56 then increased to 76.6, and the percentage increased from 6%
to 74%.
Several seabs that can improve students' understanding are using the Problem
Based Learning
(PBL) learning model which is carried out in learning. So that students can be more
active and
82SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS
Vol. 2 No. 2 Juni 2022, e-ISSN : 2797-8842 | p-ISSN : 2797-9431
participate directly in the teaching and learning process. So that students experience
increased
understanding of the concept of Pancasila values in class V SD Sabdodadi
Keyongan.
Keywords: PBL, Understanding the Concept of Pancasila Values
PENDAHULUAN
Menurut Slavin (2013 : 15) pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah
laku
individu yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan menurut Munif Chatib
(2013:17)
pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara guru sebagai
pemberi informasi
dan siswa sebagai penerima informasi. Berdasarkan definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa
pembejaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dimana
guru sebagai
pemberi informasi atau fasilitator dan peserta didik sebagai penerima informasi.
Pendidikan
kewarganegaraan merupakan wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak
dan karakter
warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab, PKn memiliki peranan yang
amat
penting. (Malik Fajar, 2014:6-8). Esensi dari PBL adalah menyajikan suatu masalah
yang sesuai
kenyataan dan bermakna kepada siswa untuk diselidiki secara terbuka dan
ditemukan solusi
penyelesaiannya (Wisudawati dan Sulistyowati, 2015: 89). Pendapat tersebut
diperkuat
oleh Siregar dan Nara (2021: 121) yang mengungkapkan bahwa PBL merupakan
suatu
pengajaran yang menantang pelajar untuk “learn to learn”, bekerjasama dalam
sebuah group
untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang nyata di dunia ini. Model
pembelajaran PBL
dapat memancing siswa menggunakan dan mengembangkan pemahaman untuk
menyelesaikan
masalah dengan tepat menggunakan berbagai cara penyelesaian.
Berdasarkan PTK dari Intan Diah Prasepti yang berjudul “ Peningkatan critical
thingking skill siswa melalui model problem based learning (PBL) pada mata
pelajaran IPS
kelas VA”. Terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa dan terbuktu bahwa
model
pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam
memahami materi.
Sehingga peneliti semakin yakin menerapkan model pembelajaran ini di kelas V SD
Sabdodadi
Keyongan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini
adalah
siswa kelas V yang berjumlah 22 dengan pendistribusian siswa laki-laki 14 dan
perempuan 8
siswa. Sehingga peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Upaya Peningkatan
Pemahaman
Konsep Nilai-Nilai Pancasila model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V
SD
Sabdodadi Keyongan”. Yang dilaksanakan di SD Sabdodadi Keyongan pada tanggal
11 April
sampai 28 Mei 2022. Teknik pengumpulan data dalam penelitan ini adalah teknik
tes, observasi,
lembar, dan observasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Siklus I
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan melalui satu
pertenyab yang terdiri dari proses pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan tes akhir siklus. Proses
pembelajaran dilasanakan pada tanggal 26 April 2022. Pembelajaran dimulai pukul
07.30-09.00. Tindakan pembelajaran pada siklus I ini berisi kegiatan pembelajaran
dengan bahan pokok pembahasan tentang nilai-nilai pancasila, perencanaan,
pelaksanaan kegiaan dengan penerapan model PBL, observasi, refleksi,
2. Hasil Siklus II
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan melalui satu
pertenyab yang terdiri dari proses pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan tes akhir siklus. Proses
pembelajaran dilasanakan pada tanggal 27 Mei 2022. Pembelajaran dimulai pukul
83SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS
Vol. 2 No. 2 Juni 2022, e-ISSN : 2797-8842 | p-ISSN : 2797-9431
07.30-09.00. Tindakan pembelajaran pada siklus I ini berisi kegiatan pembelajaran
dengan bahan pokok pembahasan tentang nilai-nilai pancasila, perencanaan,
pelaksanaan kegiaan dengan penerapan model PBL, observasi, refleksi, Langkah-
langkah model pembelajaran PBL yaitu: memberikan orientasi tentang
permasalahan kepada siswa, mengorganisasikan, membantu investigasi kelompok,
mengembangkan dan mempresentasikan hasil, dan menganalisis dan mengevaluasi
proses mengatasi masalah.
Hasil penelitian yang diperoleh berupa tes dan non tes. Hasil tes diperoleh
melalui tes formatif pada akhir siklus I dan siklus II. Hasil non tes diperoleh melalui
pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa, dan lembar
evaluasi siswa. Adapun hasil penelitian ini adalah:
a. Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan aspek kognitif yaitu
pemahaman siswa dengan nilai rata-rata siswa siklus I adalah 65. Nilai rata-rata
siklus II adalah 76,6. Presentase ketuntasan belajar siswa siklus I adalah 66%.
Presentase ketuntasan belajar siswa siklus II adalah 74 %.
Tabel 2. Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Aspek Pra siklus Siklus I Siklus II
Jumlah siswa 24 24 24
Jumlah nilai 1345 1525 1840
Nilai tertinggi 80 85 90
Nilai terendah 20 25 30
Nilai rata-rata 56 65 76,6
Presentase tuntas belajar 34 % 66 % 74 %
Presentase belum tuntas belajar 66 % 34 % 26 %
Berdasarkan data di atas, terjadi peningkaan nilai rata-rata siswa sebelum
tindakan penelitian nilai rata-rata siswa 56 % meningkat pada siklus I menjadi 65%.
Hasil pada siklus I belum mencapai target penelitian maka dilanjutkan pada siklus
selanjutnya. Berdasarkan tabel di atas tentang penilaian siklus II maka diperoleh
bahwa
nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu 30, nilai tertinggi yaitu 90, nilai rata-rata
76,6,
presentase siswa tuntas belajar atau sudah mencapai KKM 74% dan yang belum
tuntas
belajar mencapai 26%.
Gambar 2. Diagram Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
20 25 30
80 85 90
56
65
76
66% 34% 26%34% 66% 74%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Prasiklus Siklus I Siklus II
Nilai Terendah
Nilai Tetinggi
Nilai Rata-Rata
Tidak Tuntas Belajar
Tuntas Belajar
84SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS
Vol. 2 No. 2 Juni 2022, e-ISSN : 2797-8842 | p-ISSN : 2797-9431
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman
dalam
konsep nilai-nilai Pancasila siswa kelas V di SD Sabdodadi Keyongan. Presentasi
nilai
rata-rata hasil penilaian tiap siklus menunjukkan peningkatan. Nilai rata-rata siswa
siklus I adalah 65. Nilai rata-rata siklus II adalah 76,6. Presentase ketuntasan belajar
siswa siklus I adalah 66%. Presentase ketuntasan belajar siswa siklus II adalah 74
%.
Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukan hasil yang sama yaitu PTK dari
Intan Diah Prasepti (2018-UNY) yang berjudul “Peningkatan Critical Thingking Skill
Siswa Melalui Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas VA
SD
N Ngoto”. Terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa dan terbuti bahwa model
pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VA SD
N
Ngoto dalam memahami materi.
Tabel 3. Presentase Hasil Tes Pemahaman siswa Pras Siklus, Siklus I, dan
Siklus II
No Aspek Pemahaman
Siswa
Presentase (%)
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Memberikan penjelasan
sederhana
73,95 75 82,81
2 Membangun
keterampilan dasar
60,41 67,7 82,29
3 Menyimpulkan 51,04 58,33 68,22
4 Memberikan penjelasan
lanjut
39,06 59,89 72,91
5 Mengatur strategi dan
taktik
51,04 65,63 81,77
Rata-rata 55,1 65,31 77,6
Berdasarkan data dalam tabel14 tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
pemahaman siswa per aspek pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. pencapaian
terendah
terjadi pada aspek menyimpulkan, yaitu sebesar 68,22%. Pencapaian tertinggi
terjadi
pada aspek memberikan penjelasan sederhana, yaitu 82,81%.
Berdasarkan hasil penelitian dan pemahaman maka penelitian tindakan kelas
memenuhi hipotesis tindakan yaitu menggunakan model pembelajaran PBL
(Problem
Based Learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep nilai-nilai Pancasila siswa
kelas V SD Sabdodadi Keyongan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitia yang telah dilakukan sebanyak 2 siklus mengenai
penerapan
PBL dalam pelajaran PPKn maka dapat disimpulkan bahwa setelah menerapan
model
pembelajaran PBL di kelas V SD Sabdodadi Keyongan, telah terjadi peningkatan
pemahaman
konsep tentang nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya
skor siswa
disiklus II. Siswa sudah mengalami peningkatan yang sebelumnya disiklus I siswa
masih ada
beberapa yang tidak tuntas, sedangkan disiklus II siswa mengalami peningkatan
pemahaman
konsep tentang nilai-nilai Pancasila mencapai 74%.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M Taufiq. 2013. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana
Prenada Media Group.
Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar Offset.
REFLEKSI DIRI
Refleksi Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila merupakan proses penanaman nilai-nilai luhur. Pendidikan Pancasila


sangat di perlukan dalam kehiupan karena segala sesuatu yang kita lakukan harus
berpedoman dengan nilai-nlai pancasila. Pendidikan pancasila mulai dikenalkan dari tingkat
sekolah dasar hingga bangku perkuliahan. Adapun pendidikan pancasila itu sendiri sudah
mengalami beberapa metamorfosa nama, PKn, PPKn, dan Pendidikan pancasila. Perubahan
tersebut sebenarnya bukan menjadi masalah sebab pada dasarnya memiiki tujuan yang sama
yaitu untuk menanamkan nilai-nilai luhur sehinnga peserta didik mengerti tentang bagaimana
seharusnya bertindak dengan baik.
Memiliki moral dan kepribadian yang baik harus dimiliki oleh setiap individu karena individu
merupakan bagian dari masyarakat. Masyarakat merupakan sekumpulan individu yng
mendiami suatu bingkai kehidupan. Dalam suatu bingkai kehidupan masyarakat memberikan
foto dalam bingkai tersebut. Sebagus apapun bingkai jika gambar dalam foto tersebut bagus
maka akan bagus cantik pula bingkai tersebut. Begitu juga sebalikkya apabila bingkai
tersebut biasa saja namun dengan gambar yang bagus maka akan menjadi luar biasa bingkai
tersebut. Selain itu baik ataupun tidaknya gambar juga tergantung dari tokoh, situasi, dan
posenya. Seperti layaknya kehidupan ini memerlukan seorang tokoh yaitu seorang pemimpin
yang mampu menjadi seorang teladan bagi rakyatnya. Sebagaimana semboyan bapak
pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara ” Ing Ngarso sung Tulodho, ing Madya mangun
Karsa , Tutwuri Handayani. ” Sedangkan pose disini diibaratkan kebijakan-kebijakan yang
dihasilkan dari pemikiran pemikiran pemimpin. Sehingga rakyat hanya dijadikan situasi
dalam gambar tersebut. Apakah baik ataupun buruk tergantung tokoh yang mengaturnya.
Karena semua dikendalikan oleh suatu kebijakan yang ada.
Meskipun pendidikan pancasila bukanlah merupakan satu-satunya langkah untuk menjadikan
cantik gambar tersebut akan tetapi setidaknya merupakan langkah awal untuk
memperkenalkan kepada masyarakat tentang segelintir nilai-nilai yang fundamen dalam
berbangsa dan bernegara.
Sejak usia dini biasanya pendidikan pancasila mulai diperkenalkan melalui lembaga sekolah.
Dari usia dini dengan ingatan anak yang tajam diharapkan dengan pengajaran dini tentang
pancasila maka akan terjadi internalisasi dalam hati dan fikiran sang anak. Selain itu anak
mempunyai jiwa muda sehingga semangat pejuangpun tinggi. Dengan berkembangnya
zaman, maka pergantian kepemimpinan juga ikut berganti. Sehingga kebijakan-kebijakan
yang dihasilkan juga berubah. Hal ini berdampak pada kebijakan baru yaitu perlu atau
tidakya pendidikan pancasila.
Sebagian berpendapat bahwa sebenarnya pendidikan pancasila di sekolah dasar itu tidak
penting karena anak belum perlu memikirkan kondisi Negara kita. Hal ini juga akan
menghabiskan waktu yang seharusnya waktu untuk mata pelajaran pendidikan pancasila
dapat digunakan untuk mata pelajaran lainnya yang lebih penting. Seolah- olah pendidikan
pancasila itu tidak penting. Pada dasarnya pendidikan pancasila itu tidak hanya aspek itu saja
melainkan dari beberapa aspek. Sebagai contoh aspek yang paling kecil, yaitu tentang
pendidikan moral yang harus ditanamkan kepada siswa. Sehingga dengan penanaman moral
yang baik maka siswa juga akan terbiasa melakukan sesuatu yang baik.
Namun disisi lain anggapan tentang pendidikan Pancasila itu sangatlah penting karena
mereka lebih berfikir logis dan menerawang jauh kedepan bahwa nasib bangsa ini berada
pada pundak pemuda-pemudi. Sehingga dengan adanya pendidikan pancasila diharapkan
mampu memahami persoalan yang ada dan memikirkan langkah yang seharusnya dilakukan
sebagai respon untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak seharusnya pemuda-pemudi
membuang muka ketika dihadapkan dengan realitas persoalan kehidupan Negara yang begitu
kompleks. Selain itu dengan adanya pendidikan pancasila dapat menanamkan nilai-nilai
moral agar mereka dapat berperilaku dengan baik. Apa gunanya ilmu setinggi langit
sedangkan moral hanya setinggi semut yang terjadi hanyalah perpecahan dan perselisihan.
Pendidikaan Pancasila dengan segala fenomena yang ada akan menimbulkan berbagai
persepsi. Ketika anak ditanya tentang pendidikan pancasila yang pertama kali muncul dari
benak mereka adalah hafalan dan pasal-pasal. Hal ini seperti sudah menjadi warisan turun
temurun dari nenek moyang dan sudah dipatenkan.
Ketika di tingkat yang paling rendah yaitu sekolah dasar pendidikan pancasila diajarkan
kepada murid dengan system yang monoton yaitu guru menerangkan kepada murid dengan
ajaran searah atau komunikasi searah hal ini membuat murid cenderung memasukkan
informasi tersebut kedalam telinga kanan dan mengeluarkannya melalui telinga kiri. Pada
saat akan ujian-ujian jawaban harus sesuai dengan yang diajarkan dan di buku. Dengan hal
ini kecenderungan siswa hanya menghafal tanpa mengerti maksud dari materi yang diajarkan
sehingga tidak akan membuat diri siswa berkembang maupun kreatif. Dalam proses seperti
ini akan menyebabkan tidak adanya minat dengan mata pelajaran pendikan pancasila.
Menyikapi hal tersebut seharusnya pendidik mengajarkan pendidikan pancasila dengan
kreatif sebab dunia anak itu adalah dunia bermain sehingga anak akan memiliki
kecenderungan yang aktif dan kreatif . maka dengan menyikapi kondisi tersebut seharusnya
menyajikan materi dengan keatif dan inovatif.
Pada tingkat SMP tidak jauh berbeda dengan ketika duduk dibangku sekolah dasar. Metode
yang digunakan jaga masih sama. Sekan akan murid hanya seperti burung beo yang bisanya
hanya menghafal setiap materi yang diajarkan tanpa mengetahui maksud isi dari materi
tersebut.
Di SMA pendidikan pancasila diajarkan kepada siswa dengan metode yang lebih kreatif.
Karena pada usia ini pemikiran siswa sudah lebih dewasa sehingga diharapkan pendidikan
pancasila mampu tertanam dalam diri siswa. Pembelajaran yang dilakukan adalah dengan
teknik problem solving sehingga dengan hal tersebut dapat melatih kepekaan dan respon
cepat dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga diharapkan ketika nantinya siswa terjun
dalam kehidupan nyata dengan melihat kondisi Negara yang bermasalah maka siswa akan
lebih tanggap dan memiliki sikap kepedulian yang tinggi. Metode pengajaran yang pernah
diberikan adalah permainan monopoli yang menggambarkan bahwa dalam dunia ini terdapat
berbagai Negara yang bermain dalam lintasan monopoli. Beberapa Negara hanya dijadikan
permainan yang dimonopoli oleh Negara lain. Sehingga Negara yang tidak bisa
mengendalikan Negaranya sendiri maka Negara itu akan kalah dan dan hanya akan
dimonopoli oleh Negara lain. Hikmah dari permainan ini adalah bahwa kita sebagai generasi
muda harus bisa menjadikan Negara yng cerdas, ulet dan kreatif agar tidak dimonopoli oleh
Negara lain.
Metode yang kreatif tersebut juga diberikan ketika duduk dibangku kuliah. Ketika duduk
dibangku kuliah dengan sebutan Mahasiswa justru berkebalikan dengan ketika masih menjadi
siswa. Mahasiswa sudah harus berfikir lebih jauh dengan kondisi Negara yang semacam ini.
Mahasiswa tidak perlu berkoar-koar anti korupsi, namun butuh kesadaran pada diri mereka
untuk memulai anti korupsi tersebut dalam diri mereka sendiri. Mereka tidak dituntut untuk
menghafal semua materi akan tetapi mereka dituntut untuk mampu mengaplikasikan dalam
kehidupan nyata. Dengan demikian bukan apa itu pancasila? Namun Bagaimana seharusnya
langkah kita untuk mengaplikasikan nilai-nilai pancasila itu sendiri. Hal itu merupakan arti
pendidikan pancasila yang sesungguhnya. Semua ini didukung oleh dosen yang juga kreatif
dan inovatif yang dapat membuat pendidikan Pancasila menjelma menjadi sebuah mata
kuliah yang digandrungi oleh Mahasiswa. Dosen yang begitu luar biasa yaitu bapak Alif
Lukmanulhakim, M.Phil. Beliau memiliki semangat dan Percaya Diri yang tinggi yang
mampu mengontaminasi seluruh mahasiswa. Sehingga ketika mahasiswa mengikuti kelas
beliau serasa waktu itu tak terasa berputar terlalu cepat. Karena kita terlalu asyik dengan
diskusi. Mahasiswa benar-benar diajak untuk menengok kemasa lalu Sebenarnya apa
penyebab persolan yang sedang terjadi dan mendiskusikan solusi yang terbaik untuk
mengatasi masalah tersebut. Beliau mengembangkan metode hadap masalah yang bernuansa
tentang kondisi Negara saat ini. Dengan pendidikan pancasila ketika duduk di bangku
perkuliahan. Kita menjadi tahu tentang apa yang terjadi sebenarnya terjadi di Negara ini. Kita
jadi lebih update.
Dari persoalan-persoalan tentang pendidikan pancasila tersebut, berakar pada penyampaian
materi oleh pengajar kepada siswa. Kelihaian pengajar dalam mengajar dapat berpengaruh
terhadap minat siswa. Apabila meteri tersebut dikemas dalam suatu bentuk yang unik maka
minat pendidikan pancasila akan tinggi seperti halnya ketika duduk dibangkuu kuliah. Hal
yang utama juga terletak pada kemampuan dosen untuk menyampaikan materi yang
seharusnya mengajak anak untuk terlibat langsung. Bukan saja menjadikan anak sebagai
pendengar setia akan tetapi memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif di depan atau di
dalam forum. Karena Pendidikan pancasila itu penting jadi untuk pengajar sebaiknya
membuat kelas pendidikan pancasila diminati oleh siswa. Pendidikan Pancasila merupakan
salah satu kunci keberhasilan untuk menjadikan Negara ini maju

Anda mungkin juga menyukai