Anda di halaman 1dari 20

TATA KRAMA SOSIAL DAN ETIKA ORANG ARAB

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafahum At-Tsaqafi

yang dibina oleh Dr. Idrus Muchsin bin Agil, M.Pd.I

Tim Penyusun:

Arinal Haq (210104110061)


Linda Octaverina Rahman (210104110054)
Junaidi (210104110070)
Ilmiatuz Zurroh (210104110071)
Muhammad Galuh Rizqi (210104110072)

Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Malang

Nopember, 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Tata Krama Sosial Dan Etika
Orang Arab".

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Tafahun
Ats-Saqafi yang dibimbing oleh Bapak Dr. Idrus Muchsin bin Agil, M.Pd.I. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan baik dari segi teknis penulisan maupun materi, mengingat
keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Malang, 24 Nopember 2023

Penulis
Daftar Isi
TATA KRAMA SOSIAL DAN ETIKA ORANG ARAB........................................................... 1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................... 5
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................................. 6
2.1 KERAMAHAN ORANG ARAB..................................................................................................... 6
2.2 Sikap Orang Arab Terhadap Janji Dan Fleksibilitas Waktu.................................................8
2.3 Sikap Orang Arab Dalam Berbisnis.....................................................................................9
2.4 Sikap Orang Arab Dalam Menjamu Makan Dan Menghormati Tamu.............................. 11
2.5 Sikap Orang Arab Terhadap Rokok................................................................................. 13
2.6 Beberapa Etika Pada Budaya Arab................................................................................. 14
BAB III
PENUTUP.....................................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................. 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika kita berbicara tentang tata krama sosial dan etika, tidak dapat dipungkiri bahwa
setiap kelompok masyarakat memiliki ciri khas dan norma yang menjadi landasan perilaku
mereka. Begitu pula dengan masyarakat Arab yang terkenal dengan warisan budaya yang kaya
dan kompleks. Dalam konteks ini, makalah ini bertujuan untuk menjelajahi dan menganalisis tata
krama sosial dan etika yang dimiliki oleh orang Arab. Melalui pemahaman mendalam terhadap
nilai-nilai ini, kita dapat membuka diri terhadap dinamika sosial yang ada dan memperkaya
pandangan kita terhadap keberagaman budaya.

Dalam menjelajahi tata krama sosial dan etika masyarakat Arab, penulis mengawali
dengan mengupas esensi keramahan yang menjadi ciri khas kehidupan sehari-hari mereka.
Pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai ini membawa pembaca lebih dekat dengan
kehangatan dan keramahan yang tak terpisahkan dari interaksi dalam lingkup keluarga,
komunitas, dan pertemuan dengan individu baru.

Selanjutnya, penulis membahas sikap orang Arab terhadap janji dan fleksibilitas waktu,
merinci bagaimana kejujuran dan tanggung jawab tercermin dalam ketaatan terhadap janji, serta
sejauh mana fleksibilitas waktu menjadi bagian integral dari dinamika kehidupan mereka.

Adapun dalam konteks bisnis, penulis menyoroti bahwa bisnis tidak hanya terbatas pada
transaksi materi, tetapi juga melibatkan dimensi etika. Analisis ini mencakup bagaimana orang
Arab mengelola bisnis mereka, berinteraksi dengan mitra bisnis, dan menerapkan prinsip-prinsip
keadilan dalam ranah ekonomi.

Dilanjutkan dengan penjelasan tentang sikap orang Arab dalam menjamu makan dan
menghormati tamu, di mana penulis merinci nilai-nilai seperti kedermawanan, keramahan, dan
kehangatan dalam melayani tamu sebagai cerminan dari kekayaan budaya masyarakat Arab.

4
Sikap terhadap rokok menjadi fokus berikutnya, dengan penulis menyelidiki pandangan
dan perlakuan terhadap konsumsi rokok dalam masyarakat Arab. Analisis ini memberikan
wawasan mendalam tentang norma sosial yang berlaku dan nilai-nilai yang menjadi dasar dalam
kehidupan sehari-hari.

Penutupan penulisan mencakup penguraian beberapa etika dalam budaya Arab, yang
melibatkan nilai-nilai moral, norma sosial, dan prinsip-prinsip yang membentuk kebiasaan dan
perilaku masyarakat Arab secara keseluruhan. Dengan demikian, penulis berharap pembaca
dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai kompleksitas tata krama
sosial dan etika yang menghiasi kehidupan orang Arab.

Dengan mengeksplorasi aspek-aspek ini, penulis berharap makalah ini tidak hanya
memberikan wawasan yang mendalam tentang tata krama sosial dan etika orang Arab, tetapi
juga merangsang pemahaman dan penghargaan yang lebih besar terhadap keberagaman budaya
di seluruh dunia. Semoga, pembaca akan merasa terhubung dan terinspirasi untuk memahami
dan merayakan perbedaan yang membentuk kaya dan kompleksnya mosaik budaya global.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sikap dan keramahan orang Arab terhadap orang asing?
1.2.2 Apakah sikap orang Arab terhadap janji dan fleksibilitas waktu berbeda dengan
kebudayaan lain?
1.2.3 Bagaimana sikap orang Arab dalam berbisnis?
1.2.4 Bagaimana sikap orang Arab dalam menjamu makan dan menghormati tamu?
1.2.5 Bagaimana sikap orang Arab terhadap rokok?
1.2.6 Bagaimana etika dalam budaya Arab?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Memaparkan keramahan orang Arab.
1.3.2 Menjelaskan sikap orang Arab terhadap janji dan fleksibilitas waktu.
1.3.3 Menjelaskan sikap orang Arab dalam berbisnis.
1.3.4 Menjelaskan sikap orang Arab dalam menjamu makan dan menghormati tamu.
1.3.5 Menjelaskan sikap orang Arab terhadap rokok.
1.3.6 Menguraikan beberapa etika pada budaya Arab.
5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keramahan Orang Arab

Orang Arab dikenal sebagai tuan rumah yang sangat dermawan dan ramah terhadap tamu,

baik teman maupun orang asing. Keramahan ini dianggap sebagai nilai penting untuk menjaga

reputasi yang baik. Mereka memiliki kebiasaan memberikan sambutan hangat, menawarkan

minuman, dan menunjukkan perhatian yang besar terhadap kenyamanan tamu selama kunjungan.

Meskipun kadang-kadang terlalu banyak perhatian, orang Arab menganggap keramahan sebagai

cerminan karakter dan nilai seseorang. Menolak tawaran minuman atau makanan adalah

penghinaan, dan tamu harus menerima tawaran dengan penuh penghargaan. Kesediaan untuk

membantu orang asing, seperti memberikan petunjuk atau menyeberangkan jalan, adalah bagian

dari budaya yang diterapkan dengan bangga. Orang Arab berpandangan bahwa keramahan

adalah keutamaan yang sangat dikagumi dan diukur oleh sejauh mana seseorang memperlakukan

tamu.

Orang Arab (dan semua orang di Timur Tengah) sangat dermawan dalam menyambut

baik teman dan orang asing, dan mereka mengagumi serta menghargai hal yang sama pada orang

lain. Kemurahan kepada tamu dianggap penting untuk reputasi yang baik. Bahkan, mengatakan

orang lain pelit atau tidak ramah dianggap sebagai penghinaan serius. Orang Arab menganggap

diri mereka sebagai tuan rumah kapanpun situasinya dibutuhkan, baik di kantor, rumah, atau toko

mereka. Terkadang orang akan mengatakan, "Welcome to my country" (dalam bahasa Inggris)

saat melihat orang asing di jalan atau di toko.

Orang Arab selalu bersedia membantu orang asing, sekali lagi, karena mereka

menganggap diri mereka sebagai tuan rumah. Apabila ada yang meminta petunjuk, beberapa

orang mungkin bersikeras untuk menemaninya hingga tujuan. Ada seorang turis Amerika yang

6
bercerita bahwa ketika dia dan suaminya sedang mengunjungi Mesir, mereka terkadang melihat

orang-orang membantu mereka menyeberang jalan di tengah lalu lintas yang sulit.

Seorang tamu di rumah seseorang atau di tempat kerja tidak pernah tinggal lama tanpa

ditawari sesuatu untuk diminum, dan tamu akan menerima dan meminum setidaknya sedikit

sebagai ungkapan persahabatan atau penghargaan. Saat tamu menyajikan minuman, terima dan

pegang cangkir atau gelas dengan tangan kanan, karena tangan kiri bagi orang Arab dianggap

najis.

Tidak peduli berapa banyak kopi atau teh yang orang asing minum di tempat lain, jangan

pernah tolak tawaran ini. Beberapa toko dan kantor bisnis punya karyawan yang tugas utamanya

adalah menyajikan minuman kepada tamu. Orang Barat kemungkinan akan bertanya kepada

tamu, "Apakah Anda ingin kopi atau teh?" yang menunjukkan bahwa tamu mungkin tidak

menginginkannya, tapi kalau orang Timur Tengah yang menawarkan, "Apa yang Anda inginkan

- kopi atau teh?" jangan tolak dan tamu harus menerimanya. Apabila seseorang datang ke rumah

atau tempat usaha saat makanan sedang disajikan, orang yang makan selalu menawarkan untuk

berbagi makanan. Biasanya tamu yang tidak mengerti akan menolak, tetapi sikap itu bisa

dianggap penghinaan.

Ungkapan Ahlan wa Sahlan atau Marhaban (Selamat Datang) digunakan ketika seorang

tamu tiba, dan kalimat itu diulang beberapa kali selama kunjungan. Seorang tamu sering diberi

tempat duduk kehormatan (ini sangat umum sebagai isyarat kepada orang asing), dan pertanyaan

yang penuh perhatian diajukan tentang kenyamanan tamu selama kunjungan. Terkadang orang

asing merasa tidak nyaman karena terlalu banyak diperhatikan.

Terlepas dari keadaan yang mendesak, orang Arab tidak akan pernah menolak tamu,

bahkan jika tamu itu pun berkunjung secara mendadak dan membuat tidak nyaman. Satu-satunya

keadaan yang dimaklumkan adalah kalau seorang wanita berada di rumah sendirian ketika

seorang pria datang. Dalam situasi tersebut, pengunjung akan menolak untuk masuk.

7
Sebagai gantinya, orang Arab mengharapkan diterima dengan ramah tamah ketika

mereka menjadi tamu. Komponen terpenting dari keramahan adalah menyambut tamu (termasuk

menggunakan kata selamat datang), menawarkan tamu tempat duduk (di banyak rumah Arab,

ada ruang khusus yang disediakan untuk menerima tamu, disebut "salon"), dan menawarkan

sesuatu untuk diminum. Sebagai tuan rumah, tetaplah bersama tamu selama mungkin, izinlah

sebentar kalau ada keperluan yang mengharuskanmu meninggalkan tamu, jangan terlalu lama.

seorang wanita Arab pernah mendeskripsikan bagaimana keramahan orang Arab:

“Bagi orang Arab, keramahtamahan adalah cerminan siapa dia. Bagaimana seseorang

memperlakukan tamunya adalah ukuran langsung seperti apa orang itu. Keramahtamahan adalah

salah satu keutamaan yang paling dikagumi. Memang, keluarga menilai diri mereka sendiri dan

satu sama lain berdasarkan jumlah kemurahan hati yang mereka berikan kepada tamu mereka

ketika mereka menghibur. Apakah tamu seseorang adalah kerabat, teman, tetangga, atau kerabat

asing, mereka disambut di rumah dan ke meja makan dengan kebaikan dan kemurahan hati yang

sama.”

2.2 Sikap Orang Arab Terhadap Janji Dan Fleksibilitas Waktu

Dalam budaya Arab, waktu dianggap sebagai sesuatu yang mengalir dan fleksibel, tidak

seperti budaya Barat yang menganggap waktu sebagai sesuatu yang penting dan terstruktur.

Orang Arab cenderung lebih santai tentang ketepatan waktu dan jadwal, menyesuaikan diri

dengan aliran peristiwa daripada mengikuti garis waktu yang ketat. Sikap santai ini mulai

berubah seiring pengaruh modernisasi dan pembangunan ekonomi menjadi lebih menonjol.

Namun, keterlambatan dan keterlambatan masih umum terjadi di masyarakat Arab, terutama

untuk pertemuan sosial. Pemilik toko dan penyedia layanan sering kali gagal memenuhi tenggat

waktu yang dijanjikan, dan bahkan layanan publik seperti pemasangan telepon dapat mengalami

8
keterlambatan. Kesabaran dan fleksibilitas sangat penting ketika menghadapi situasi seperti itu

dalam budaya Arab.

Bagi orang Arab, waktu tidaklah sepenting dan terstruktur seperti orang Barat. Waktu

mengalir dari masa lalu ke masa kini hingga masa depan, dan orang Arab mengalir saja. Acara

sosial dan janji temu tidak perlu memiliki awal atau akhir yang pasti. Oleh karena itu, orang

Arab jauh lebih santai tentang waktu daripada aspek lain dalam kehidupan mereka. Namun, sikap

ini mulai berubah seiring orang-orang merespons tuntutan pembangunan ekonomi, teknologi,

dan modernisasi.

Beberapa orang Arab berhati-hati dan datang tepat waktu, dan beberapa biasanya

terlambat, terutama untuk acara sosial. Dengan sikap ini, orang yang datang terlambat membuat

menunggu tapi tidak menyadari bahwa yang menunggu merasa kesal. Seringkali, pemilik toko

Arab atau seseorang dalam perdagangan jasa tidak menyelesaikan tepat waktu. Ini juga berlaku

untuk layanan publik, layanan pribadi, keberangkatan bus dan kereta api, layanan pelanggan, dan

prosedur birokrasi.

Apabila ada seseorang yang diundang untuk makan malam atau acara lainnya, jangan

harap semua tamu datang tepat waktu. Makan malam harus disajikan agak terlambat, dan

rencana harus selalu fleksibel untuk menampung pendatang baru.

Kata “Maalish” dalam bahasa Arab mewakili cara pandang hidup secara menyeluruh.

Artinya "Tidak apa-apa" atau "Tidak masalah" atau "Maaf--tidak terlalu serius." Orang akan

sering mendengar ini dikatakan ketika ada yang tidak tepat waktu, kecewa, atau apes. Daripada

marah sia-sia, orang Arab sering bereaksi terhadap kesulitan yang disebabkan secara impersonal

dengan pasrah dan, sampai batas tertentu, penerimaan terhadap nasib mereka.

2.3 Sikap Orang Arab Dalam Berbisnis

Dalam berbisnis dengan komunitas Arab, diperlukan kesabaran dan pemahaman yang

mendalam terhadap budaya lokal. Orang Arab cenderung meragukan mitra bisnis yang dinilai

9
kurang tulus atau tidak peduli secara personal terhadap mereka maupun negara. Mereka juga

tidak suka jika dirasa terburu-buru atau dipaksa untuk segera mencapai kesepakatan. Tanggapan

awal terhadap saran seringkali sulit diartikan dan mereka lebih suka memberi sinyal halus

daripada mengkritik terang-terangan. Penundaan (ngaret) juga belum tentu berarti penolakan

karena keputusan bisnis membutuhkan waktu untuk konsultasi lebih lanjut. Oleh karena itu,

untuk mencapai kesuksesan diperlukan kesabaran, pembangunan hubungan personal yang kuat,

serta pemahaman bahwa budaya Arab menghargai keramahan, fleksibilitas dan proses

pengambilan keputusan secara bertahap.

Dalam berbisnis, orang Arab cenderung tidak percaya pada orang yang tidak terlihat tulus

atau tidak menunjukkan minat pada mereka secara personal atau pada negaranya. Mereka juga

tidak suka jika merasa didorong atau ditekan untuk mencapai kesepakatan bisnis. Jika orang

Arab suka, mereka akan setuju untuk menemukan kesepakatan atau kompromi, dan jika tidak

suka mereka mungkin berhenti mendengarkan.

Reaksi awal dari rekan-rekan Arab terhadap saran, gagasan, dan ide sebuah ide bisa

sangat menyesatkan jika dianggap begitu saja. Mereka cenderung tidak mengkritik secara

terbuka, tapi lebih suka memberi petunjuk bahwa perubahan diperlukan atau memberikan isyarat

halus bahwa sebuah usulan mungkin tidak diterima dengan tidak mengambil tindakan. Mereka

mungkin berjanji untuk tetap berhubungan tetapi tidak melakukannya yaitu tidak menerima

proposal tersebut (lebih sopan daripada menolak), atau bahkan mereka bisa memberikan usulan

alternatif yang sangat berbeda yang mungkin diharapkan untuk menjadi titik tengah dari suatu

kesepakatan.

Jangan terlalu serius mengambil sanjungan atau pujian, karena itu mungkin hanya

kepatuhan terhadap etika yang baik, bukan indikasi kesuksesan bisnis. Reaksi yang tidak

komitmen terhadap suatu usulan tidak selalu berarti ditolak atau diterima. Beberapa keputusan

mungkin memerlukan konsultasi dengan atasan dan waktu yang akan menentukan hasilnya.

10
Kesabaran dan pengembangan hubungan pribadi yang baik seringkali menjadi kunci kesuksesan

dalam berbisnis dengan orang Arab.

Sebuah contoh diutarakan tentang wakil presiden perusahaan Amerika yang memutuskan

menetapkan batas waktu untuk mendapatkan persetujuan proposal di Arab Saudi. Namun,

pendekatan ini tidak berhasil karena orang Saudi merasa terkejut dan kesal. Mereka tidak dapat

menjamin tindakan dalam batas waktu tersebut, dan proposal akhirnya tidak disetujui.

Kesimpulannya, dalam bisnis di Arab, penting untuk bersabar, tidak mengambil

penundaan secara pribadi, dan tidak memaksakan waktu tertentu. Keputusan mungkin

memerlukan waktu, dan jika menekan atau memaksakan bisa merugikan peluang untuk sukses

dalam bisnis dengan Arab. Terus membangun hubungan dan memahami budaya lokal dapat

membantu memperlancar proses bisnis.

2.4 Sikap Orang Arab Dalam Menjamu Makan Dan Menghormati Tamu

Orang Arab sangat menikmati mengundang tamu ke rumah mereka untuk makan

bersama. Bagi masyarakat Arab, berbagi makanan memberikan kesempatan untuk menunjukkan

kemurahan hati dan menghormati tamu. Undangan makan biasanya dilakukan secara lisan dan

spontan, tanpa harus mengirimkan undangan tertulis. Jamuan makan umumnya disajikan pada

pukul 14.00-15.00 untuk makan siang dan pukul 22.00-23.00 untuk makan malam. Tamu

diharapkan hadir 2 jam sebelum waktu makan untuk berbincang. Makanan disajikan dalam

porsi melimpah sebagai bentuk kebaikan hati, tanpa menghitung kebutuhan sebenarnya.

Makanan lebih dari cukup untuk disantap selama beberapa hari. Tamu mungkin ditawari makan

tambahan dan diharuskan menerima, sementara tuan rumah terus memaksa untuk menyantap

lebih banyak makanan sebagai adat sopan santun. Minuman biasanya tidak disajikan selama

makan karena dianggap kurang sehat mengkonsumsi bersamaan. Seorang tamu diharapkan

menyampaikan rasa terima kasih atas jamuan makanannya kepada tuan rumah.

11
Orang Arab senang mengundang tamu ke rumah mereka untuk makan. Berbagi makanan

bersama memberikan kesempatan sempurna bagi tuan rumah dan nyonya rumah Arab untuk

menunjukkan kemurahan hati mereka dan menunjukkan rasa hormat pribadi mereka kepada

tamu. Bukan kebiasaan orang Arab untuk mengirimkan undangan tertulis atau meminta

konfirmasi penerimaan. Undangan biasanya bersifat verbal dan seringkali spontan. Jika ini

adalah undangan pertama bagi seorang tamu,maka tamu harus menanyakan kepada orang lain

mengenai jam makan biasanya disajikan dan jam berapa bagi tamu untuk diharapkan tiba.

Orang barat sering kali datang terlalu awal dan berasumsi bahwa makanan akan disajikan

lebih awal dari biasanya. Di sebagian besar negara Arab (tetapi tidak semua), makan siang

dalam jumlah besar disajikan antara pukul 14.00 dan 15.00, dan makan malam (dengan tamu)

disajikan sekitar pukul 10.00 atau 23.00. Para tamu harus tiba sekitar dua jam sebelum makan,

karena sebagian besar percakapan terjadi sebelum makan, bukan setelahnya. Jika makan

malamnya formal dan resmi, bagi seorang tamu mungkin diharapkan tiba pada waktu yang

ditentukan, dan makan malam akan berakhir dalam satu atau dua jam.

Orang-orang Arab menyajikan makanan dalam jumlah besar ketika mereka sedang

menjamu tamu, mereka terkenal karena kemurahan hati mereka dan sangat bangga dengan hal

tersebut. Orang arab juga tidak mencoba menghitung jumlah makanan yang sebenarnya

dibutuhkan. sebaliknya, tujuannya adalah untuk menyajikan makanan yang berlimpah, yang

menunjukkan kemurahan hati. (Sisa makanan tidak terbuang begitu saja melainkan dimakan

oleh keluarga atau pembantu selama beberapa hari setelahnya.) Kebanyakan orang asing yang

pernah mencicipi masakan Arab memiliki kisah keramahtamahan favorit mereka. Misalnya,

saya diberitahu tentang sebuah jamuan makan yang diadakan oleh seorang saudagar kaya di

Qatar yang terkenal dengan kedermawanannya. Setelah beberapa hidangan, para tamu disuguhi

seekor domba utuh satu ekor per orang.

12
Bagi seorang tamu mungkin akan ditawari porsi makanan kedua dan ketiga, dan tamu harus

membuat isyarat menerima setidaknya sekali. Mendorong tamu untuk makan adalah bagian dari

tugas tuan rumah atau nyonya rumah Arab dan diwajibkan untuk sopan santun. dan semakin

tradisional tuan rumah, semakin sering hal itu dilakukan. Para tamu sering kali memulai dengan

penolakan dan membiarkan diri mereka untuk mengikuti perkataan tuan rumah. bagi seorang

tamu akan mendengar misalnya,

“Tidak terima kasih”

“Oh tapi kamu harus!”

“Tidak, aku sungguh tidak bisa”

“Kamu tidak suka makanannya?”

“Oh, Tapi aku tahu”

“ Kalau begitu, makanlah lagi”

Minuman Air putih sering kali tidak disajikan sampai makan selesai beberapa orang

menganggap tidak sehat untuk makan dan minum pada saat yang bersamaan. Bagaimanapun,

makanan Arab jarang dibumbui dengan rasa “panas”, meskipun mungkin memiliki banyak

bumbu. Seorang tamu diharapkan mengungkapkan kekaguman dan rasa terima kasihnya atas

makanan tersebut kepada tuan rumah. Karena seorang tamu akan berusaha bersikap sopan, dan

juga mungkin akan makan berlebihan.

2.5 Sikap Orang Arab Terhadap Rokok

Kebanyakan orang Arab dewasa adalah perokok, meskipun wanitanya jarang merokok di

tempat umum. Merokok dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari perilaku orang dewasa dan

merupakan ekspresi dari "kedewasaan" seseorang. Pria Arab, khususnya, memandang merokok

sebagai hak, bukan hak istimewa. Jangan heran jika ada orang Arab yang melanggar dan

mengabaikan tanda "Dilarang Merokok!" di pesawat terbang, ruang tunggu, atau lift.

13
Orang Arab jarang menyadari bahwa merokok bisa membuat tidak nyaman orang asing.

Orang asing harus menjelaskan rokok mengganggunya sebelum melarang perokok Arab, tetapi

perokok itu biasanya berhenti sejenak lalu menyalakannya lagi setelah beberapa saat. Apabila

orang asing tersebut terlalu ngotot menegur, maka dia akan dipandang orang yang tidak waras.

Solusinya, sediakan tempat untuk perokok tersebut yang sekiranya tidak mengganggu dan hal

tersebut bisa membuat perokok itu lebih santai.

2.6 Beberapa Etika Pada Budaya Arab

Berikut beberapa aturan dasar etika budaya Arab:

1. Duduk dengan benar, yaitu duduk dengan santai. Meletakkan kaki di atas lengan kursi,

atau duduk dengan kurang perhatian saat berbicara dengan seseorang adalah tindakan

kurang ajar. Kaki tidak boleh disilangkan di atas meja, apalagi saat berbicara dengan

seseorang.

2. Saat berdiri dan berbicara dengan seseorang, dianggap tidak sopan jika bersandar pada

dinding atau menyimpan tangan dalam saku.

3. Duduk dengan cara yang membuat bagian bawah sepatu menghadap orang lain dianggap

sebagai penghinaan.

4. Di banyak negara dan rumah, tamu melepas sepatunya di pintu. Hal ini terutama umum di

Semenanjung Arab, itulah sebabnya sandal tanpa tali sering dikenakan. Orang asing dapat

mengetahui apakah ini diperlukan dengan dua cara. Pertama, perhatikan orang lain.

Kedua, lihat apakah ada tumpukan sepatu di pintu. Tamu boleh tetap memakai kaus kaki.

Melepaskan sepatu adalah tanda penghormatan dan selalu diperlukan di masjid.

5. Tidak bersalaman saat bertemu atau mengucapkan selamat tinggal dianggap kurang

sopan. Namun, ketika seorang pria Barat diperkenalkan kepada seorang wanita Arab,

adalah pilihan wanita tersebut apakah akan bersalaman atau tidak dan dia seharusnya

14
diberi kebebasan untuk mengambil inisiatif pertama. (Muslim yang taat mungkin memilih

untuk tidak bersalaman dengan seorang wanita; ini bukan merupakan penghinaan).

6. Berpakaian santai pada acara sosial. Banyak di antaranya memerlukan pakaian formal

(jas dan dasi untuk pria serta gaun, sepatu hak tinggi, dan perhiasan untuk wanita)

berpakaian santai mungkin dianggap sebagai kurangnya rasa hormat terhadap tuan rumah

atau acara tersebut. Walaupun ada beberapa acara di mana berpakaian santai dianggap

sesuai, namun penting untuk menanyakan sebelumnya bagaimana orang diharapkan

untuk berpakaian pada acara tertentu. Hal ini menekankan pentingnya memahami kode

berpakaian yang sesuai dengan suasana dan norma pada suatu acara.

7. Orang yang menyalakan rokok secara berkelompok harus siap menawarkan rokok kepada

semua orang.

8. Laki-laki berdiri ketika seorang perempuan memasuki sebuah ruangan; semua orang

berdiri ketika tamu baru tiba di perkumpulan sosial dan ketika orang tua atau orang

berpangkat tinggi masuk atau keluar.

9. Laki-laki biasanya membiarkan wanita lebih dulu masuk melalui pintu, dan jika tidak ada

kursi yang tersedia, laki-laki akan menawarkan kursinya kepada wanita.

10. Merupakan kebiasaan untuk mengantar orang tua berada di depan antrian atau untuk

menawarkan untuk berdiri di tempat mereka. Orang tua harus disambut Pertama.

11. Saat mengucapkan selamat tinggal pada tamu, seorang tuan rumah yang ramah akan

menemani mereka ke gerbang luar, atau ke mobil mereka, atau setidaknya sejauh pintu

lift di gedung tinggi.

12. Jika seorang tamu mengagumi sesuatu yang kecil dan mudah dibawa, seorang Arab

mungkin bersikeras agar itu diambil sebagai hadiah. Tamu perlu berhati-hati dalam

menyatakan kagum terhadap barang kecil dan mahal.

15
13. Di banyak negara, hadiah diberikan dan diterima dengan kedua tangan dan tidak dibuka

di hadapan pemberi hadiah.

14. Dalam beberapa situasi sosial, terutama di tempat umum atau ketika orang Arab yang

sangat tradisional hadir, mungkin dianggap tidak pantas bagi wanita untuk merokok atau

minum minuman beralkohol.

15. Saat makan bersama orang Arab, terutama ketika mengambil makanan dari hidangan

bersama, tamu sebaiknya tidak menggunakan tangan kiri. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, tangan kiri dianggap kotor atau najis dalam budaya Arab. Namun, "aturan"

ini dianggap berlebihan oleh orang luar Arab dan hal ini tidak berlaku jika tamu tersebut

menggunakan piring sendiri dan makan dengan pisau dan garpu.

16. Orang Arab mempunyai gagasan pasti mengenai perilaku dan penampilan maskulin dan

feminin yang pantas. Mereka tidak menyetujui rambut panjang pada pria atau pakaian

dan tingkah laku pria pada wanita.

17. Pertengkaran dan perselisihan keluarga di depan orang lain atau di dengar oleh orang lain

sebaiknya dihindari.

18. Orang tidak boleh difoto tanpa izin yang bersangkutan terlebih dahulu.

19. Menatap orang lain biasanya tidak dianggap kasar atau sebagai pelanggaran privasi oleh

orang Arab (terutama jika objeknya adalah orang asing yang menarik). Pindah menjauh

adalah pertahanan terbaik.

20. Saat makan di luar dengan sekelompok orang di mana setiap orang membayar

makanannya sendiri, sebaiknya biarkan satu orang membayar dan dibayar kembali

nantinya. Orang Arab merasa bahwa perhitungan publik atas tagihan restoran dapat

membuat mereka merasa malu.

16
21. Sebagian besar orang Arab tidak suka menyentuh atau berada di dekat hewan peliharaan,

terutama anjing. Hewan peliharaan sebaiknya disembunyikan saat tamu Arab berada di

sana.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keramahan terhadap tamu sangat dijunjung tinggi dalam budaya Arab. Mereka dikenal

sebagai tuan rumah yang sangat ramah dan murah hati, dengan senang hati menyambut tamu

dengan sapaan hangat, menawarkan minuman dan makanan serta memastikan kenyamanan sang

tamu. Bagi masyarakat Arab, keramahan dipandang sebagai representasi dari karakter seseorang,

sehingga mereka menganggap diri sebagai tuan rumah kapan saja diperlukan. Waktu dianggap

lebih fleksibel dibanding budaya Barat. Keterlambatan sering terjadi namun tidak dianggap

serius, kesabaran sangat dibutuhkan. Dalam bisnis pun membangun kepercayaan dan kehangatan

personal penting, jangan berprasangka buruk atas penundaan keputusan karena sering

17
memerlukan konsultasi. Tak kalah pentingnya, saat dijamu makan, makanan disajikan melimpah

sebagai bentuk kemurahan hati dan tamu diharapkan hadir lebih awal untuk berbincang sebelum

makan, sementara merokok dipandang sebagai ekspresi kedewasaan pria Arab meski perlu

mempertimbangkan orang lain. Demikian pula pakaian, sikap tubuh dan interaksi sosial yang

selaras dengan konteks dan nilai-nilai budaya Arab.

3.2 Saran

Untuk dapat berinteraksi dengan baik dalam budaya Arab, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan:

● Patuhi etika sosial dan adat budaya setempat. Hormati tatakrama seperti bersalam, duduk

dengan benar, mengutamakan wanita dan orang tua, serta patuhi aturan berpakaian dan

interaksi.

● Jadikan keramahan sebagai pedoman utama. Sambut tamu dengan hangat, tawarkan

makanan dan minuman, dan pastikan mereka nyaman. Tunjukkan simpati dan kehangatan

dalam berinteraksi.

● Bersikap fleksibel terhadap waktu. Jangan mengharap ketepatan waktu secara ketat.

Berikan waktu untuk proses pengambilan keputusan oleh pihak Arab.

● Bangun kepercayaan melalui hubungan personal. Jangan terburu-buru mengejar

kesepakatan bisnis. Dekati lawan bicara secara pribadi agar mudah bekerja sama.

● Hormati adat istiadat saat dijamu makan. Hadir lebih awal, terima tawaran makan, dan

tampilkan kekaguman sebagai ucapan terima kasih.

● Pahami perspektif budaya lokal mengenai privasi, peran gender, halal-haram, dan

aktivitas sosial. Hindari pelanggaran secara tidak sengaja.

● Tetap sopan dan bersabar di tengah ketidaknyamanan budaya. Jelaskan dengan lembut

jika ada hal yang mengganggu agar dapat dihindari ke depan.

18
Dengan memperhatikan aspek-aspek utama tersebut, interaksi dengan budaya Arab dapat

berlangsung dengan lebih baik dan menghindari kesalahpahaman.

19
Daftar Pustaka

Kathy Lally. 2011. “Egypt Calls.” Washington Post, 1 May.


Aida Hasan. 1999. “Arab Culture and Identity: Arab Food and Hospitality.” Suite University
Online. (www.suite101.com).
Nydell, M. K. (2018). Understanding Arabs: A contemporary guide to Arab society. Nicholas
Brealey.
Tamari, S. (2008). Who are the Arabs. Center for Contemporary Arab Studies, Georgetown
University, Washington, DC.(online) https://ccas.georgetown.edu/files/who_are_arabs.pdf
Alosh, M. (2005). Using Arabic: A guide to contemporary usage. Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai