Anda di halaman 1dari 3

Green Accounting dalam Praktek Akuntansi di Indonesia: Akankah Berhenti pada Tahap

Legitimasi Fantasi?

Pernyataan tersebut mencerminkan kekhawatiran terhadap Green Accounting dalam praktik


akuntansi di IndoneSia masih terasa tidak mungkin diterapkan di Indonesia. Konsep ini hanya
akan menjadi legitimasi semata tanpa adanya implementasi yang nyata. Ini menyoroti
kebutuhan untuk memastikan bahwa Green Accounting tidak hanya menjadi retorika, tetapi
benar-benar mendorong perubahan perilaku dan keberlanjutan.

Salah satu kendala dari penerapan green accounting di Indonesia yakni kebijakan Green
Accounting yang bersifat sukarela di Indonesia, hal ini mencerminkan ketidakpastian terkait
implementasi nyata dan dampak substansial pada perusahaan. Tanpa kewajiban yang jelas,
banyak perusahaan mungkin tidak merasa terdorong untuk benar-benar menerapkan praktik
akuntansi berkelanjutan. Kritikan ini dapat mencakup kebutuhan akan regulasi yang lebih
tegas dan insentif yang lebih kuat untuk mendorong perusahaan mengadopsi Green
Accounting dengan serius.

Bila dikaitkan dengan tanggung jawab entitas dalam upaya pelestarian lingkungan, Maka
PSAK tersebut belum mengakomodasinya secara totalitas. Ada dua hal penting yang perlu
didiskusikan, yaitu:

1) Pengungkapan masih bersifat sukarela. Perusahaan terlebih dahulu akan


mempertimbangkan manfaat dan biaya atas pengungkapan informasi lingkungan.
Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, maka
perusahaan dengan sukarela akan mengungkapkan informasi tersebut (Darwin,
2004). Hal ini berimplikasi pula pada luas dan kedalaman pengungkapan informasi
lingkungan. Jika informasi tersebut bersifat „bad news‟ maka perusahaan
mempertimbangkan untuk tidak mengungkapkan hal tersebut.
2) Akuntansi lingkungan belum dianggap Sebagai bagian integral dalam operasional
perusahaan, sehingga beban lingkungan yang timbul tidak diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok produksi dan atau tambahan biaya operasional tidak
langsung. Padahal, pada hakekatnya biaya lingkungan adalah biaya yang muncul
akibat kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
menghasilkan barang atau jasa.
Kritik terhadap kebijakan pemerintah terkait penerapan green accounting yang masih
bersifat volunteer sehingga terasa tidak mungkin diterapkan pada perusahaan di Indonesia.

1. Ketidakjelasan Standar dan Pedoman: Kritikan terhadap pemerintah bisa


mencakup ketidakjelasan dalam menyusun standar dan pedoman yang jelas
terkait Green Accounting. Tanpa panduan yang konkret, perusahaan mungkin
kesulitan mengadopsi praktik ini secara konsisten.
2. Kurangnya Insentif: Pemerintah dapat dikritik karena kurangnya insentif yang
memadai untuk mendorong perusahaan menerapkan Green Accounting.
Tanpa insentif yang cukup menarik, perusahaan mungkin tidak merasa
termotivasi untuk melibatkan diri dalam pelaporan keuangan berkelanjutan.
3. Kurangnya Hukuman atau Sanksi: Tanpa hukuman atau sanksi yang signifikan
bagi perusahaan yang tidak mematuhi standar Green Accounting, kepatuhan
mungkin rendah. Pemerintah dapat dikritik karena tidak memberikan tekanan
yang cukup untuk memastikan kepatuhan.
4. Keterbatasan Kesadaran dan Pendidikan: Kritikan dapat ditujukan pada
pemerintah karena kurangnya upaya dalam meningkatkan kesadaran dan
pendidikan terkait manfaat Green Accounting. Banyak perusahaan mungkin
belum sepenuhnya memahami dampak positif jangka panjang dari praktik
akuntansi berkelanjutan.
5. Kendala Administratif dan Biaya: Pemerintah bisa dikritik jika tidak
memberikan bantuan atau bimbingan yang memadai kepada perusahaan
terkait kendala administratif dan biaya yang mungkin timbul akibat
penerapan Green Accounting. Ini dapat menjadi hambatan utama bagi
perusahaan, terutama yang lebih kecil.
6. Kurangnya Keterlibatan Pihak Terkait: Kritikan juga bisa merujuk pada
kurangnya keterlibatan pihak terkait seperti organisasi non-pemerintah dan
masyarakat sipil dalam pengembangan kebijakan Green Accounting.
Keterlibatan pihak-pihak ini penting untuk memastikan kebijakan yang benar-
benar mencerminkan kebutuhan dan harapan semua pemangku kepentingan.
Poin-poin tersebut mencerminkan beberapa aspek yang bisa menjadi fokus kritikan
terhadap pemerintah terkait keterlambatan atau ketidakwajiban Green Accounting
dalam pelaporan keuangan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai