kearifan lokalnya
Suku kajang,merupakan suku yang masih kental dengan budaya
dan adatnya. Suku ini populer karena masih memegang teguh adat
tradisional dan terkesan menutup diri dari modernisasi.
Suku Kajang menetap di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang,
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel). Desa Tana Toa
sendiri terletak sekitar 200 kilometer arah Timur Kota Makassar.
Kajang Dalam
Dilansir dari jurnal Fakultas Psikologi Universitas Surabaya dengan
judul "Amma Toa - Budaya (Kearifan Lokal) Suku Kajang dalam di
Bulukumba Sulawesi Selatan", Kajang dalam sangat memegang
teguh adat tradisional. Mereka tetap mempraktekkan hidup
sederhana sebagaimana yang diajarkan leluhurnya.
Ammatoa tidak dipilih oleh rakyat, bukan juga dari garis keturunan
maupun penunjukkan dari pemerintah. Ammatoa ditunjuk melalui
proses ritual di dalam hutan tombolo atau hutan keramat yang
disebut Turiek Akrakna (yang berkehendak).
2. Nilai Keteguhan
3. Nilai Demokrasi
4. Nilai Persatuan
Suku Kajang memiliki beberapa pakaian adat mulai dari atas kepala
sampai bawah. Di antaranya, sarung hitam (tope le'leng), pengikat
kepala bagi laki-laki (passapu), pakaian berwarna hitam bagi
perempuan (baju poko) dan bagi laki-laki (baju tutu) dan celana
pendek di atas lutut berwarna putih bagi laki-laki (pacaka).
Berikut penjelasannya:
Baju dari pakaian perempuan suku Kajang disebut juga baju pokko.
Merupakan pakaian sehari-hari masyarakat Kajang yang berwarna
hitam.
Modelnya sama dengan baju bodo. Hanya saja baju pokko tidak
memiliki payet-payet.
"Sama dengan baju bodo. Cuma dia betul-betul alami khas kajang
dan polos, tidak ada payet dan blink-blink," tuturnya.
Baju tutu memiliki model yang sama dengan baju laki-laki pada
umumnya. Bagian depan terdapat 2 buah saku, menggunakan
kerah dan dibuat dengan 2 model lengan, yaitu panjang dan
pendek.
"Modelnya baju laki-laki seperti pada umumnya. ada saku 2 di
depan, pakai kerah, ada lengan panjang dan ada lengan pendek."
katanya
Salah satu yang menjadi ciri khas masyarakat Suku Kajang adalah
menggunakan bahasa Konjo. Mereka tidak memakai Bahasa
Indonesia karena masyarakat suku Kajang tidak pernah merasakan
pendidikan formal.
Agama Islam di Suku Kajang pertama kali dianut oleh Datuk Tiro.
Namun Datuk Tiro berpindah ke Hila-Hila dan meninggal.