Anda di halaman 1dari 81

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI

DALAM PENERAPAN BENIH PADI VARIETAS CIHERANG


DI DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU

SKRIPSI

STHELA ELISA PUTRI SIMANJUNTAK

JURUSAN / PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI
DALAM PENERAPAN BENIH PADI VARIETAS CIHERANG
DI DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU

STHELA ELISA PUTRI SIMANJUNTAK


D1B011028

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Fakultas Pertanian Universitas Jambi

JURUSAN / PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015
ABSTRAK

Sthela Elisa Putri Simanjuntak. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Petani


dalam Penerapan Benih Padi Varietas Ciherang di Desa Pudak Kecamatan
Kumpeh Ulu. Dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Hj. Ratnawaty Siata, MS dan juga Bapak
Tri Suratno, S.Kom, M.Kom.

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor


yang mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi varietas ciherang di Desa
Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
2015 sampai dengan bulan September 2015. Metode analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode analisis regresi logistik biner.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa faktor selera petani, produksi,


luas lahan dan kesesuaian lahan memiliki kecenderungan berpengaruh yang
sangat signifikan dan berpengaruh nyata terhadap tinggi rendahnya peluang petani
dalam melakukan penerapan benih padi varietas ciherang. Peluang petani
menerapkan benih padi varietas ciherang karena selera petani sebesar 71 %.
Sebaliknya peluang petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang bukan
karena selera petani sebesar 29 %. Peluang petani menerapkan benih padi varietas
ciherang karena produksi sebesar 52 %. Sebaliknya peluang petani yang
menerapkan benih padi varietas ciherang bukan karena produksi sebesar 48 %.
Peluang petani menerapkan benih padi varietas ciherang karena luas lahan sebesar
58 %. Sebaliknya peluang petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang
bukan karena luas lahan sebesar 42 % dan Peluang petani menerapkan benih padi
varietas ciherang karena kesesuaian lahan sebesar 78 %. Sebaliknya peluang
petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang bukan karena kesesuaian
lahan sebesar 22 %.

Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Luas Lahan, Produksi, Selera dan Varietas
Ciherang
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul ”Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam


Penerapan Benih Padi Varietas Ciherang Di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh
Ulu” oleh Sthela Elisa Putri Simanjuntak (D1B011028). Telah diuji dan
dinyatakan lulus pada tanggal 11 November 2015 dihadapan tim penguji yang
terdiri dari :

Ketua : Ir. Saidin Nainggolan, M.Si

Sekretaris : Pera Nurfathiyah, SP, M.Si

Penguji Utama : Aprolita, SP, M.Si

Penguji Anggota : 1. Dr. Ir. Hj. Ratnawaty Siata, MS

2. Tri Suratno, S.Kom, M.Kom

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Hj. Ratnawaty Siata, MS Tri Suratno, S.Kom, M.Kom


NIP. 19540303 198403 2 001 NIP. 19831030 200604 1 002

Mengetahui
Ketua Jurusan / Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Prof. Dr. Ir. H. Zulkifli A, M.Sc


NIP. 19560809 198403 1 002
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sthela Elisa Putri Simanjuntak

Nomor Mahasiswa : D1B011028

Jurusan / Program Studi : Agribisnis / Penyuluhan dan Pengembangan


Masyarakat Agribisnis

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan
dimanapun juga dan oleh siapapun juga.
2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau
dinyatakan pada bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiarism.
3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam
proses pengajuan oleh pihak lain atau terdapat plagiarism didalam skripsi ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai pasal 12 ayat (1) butir (g)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, yakni
Pembatalan Ijazah.

Jambi, 11 November 2015

Yang membuat pernyataan

Sthela Elisa Putri Simanjuntak


NIM. D1B011028
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………................ iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vi
I PENDAHULUAN …………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………... 9
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………………………………. 11
1.3.1 Tujuan Penelitian ………………………………………. 11
1.3.2 Kegunaan Penelitian …………………………………… 11
II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 12
2.1 Benih Padi Varietas Unggul …………………………………… 12
2.2 Varietas Ciherang ……………………………………………… 14
2.3 Penyuluhan ……………………………………………………. 15
2.4 Adopsi Inovasi …………………………………………………. 16
2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Petani Menerapkan Benih
Padi Varietas …………………………………………………… 20
2.5.1 Selera Petani…………………………………………… 20
2.5.2 Produksi……….....……………………………………... 21
2.5.3 Luas Lahan….………..…………………………………. 24
2.5.4 Kesesuaian Lahan………..…………………………….. 24
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu ……………………………………... 27
2.7 Kerangka Berpikir ……………………………………………… 29
2.8 Hipotesis ……………………………………………………….. 31
III METODE PENELITIAN ………………………………………….. 32
3.1 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………… 32
3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ………………… 32
3.2.1 Sumber Data …………………………………………… 32
3.2.2 Metode Pengumpulan Data ……………………………. 33
3.3 Metode Penarikan Sampel ……………………………………... 33
3.4 Metode Analisis Data ………………………………………….. 35
3.5 Konsepsi Pengukuran ………………………………………….. 40
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………… 41
4.1 Gambaran Umum……………………………………………….. 41
4.1.1 Letak dan Batas Wilayah ………………………………. 41
4.1.2 Keadaan Tanah ……………………………………….... 43
4.1.3 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ……………. 43
4.1.3.1 Keadaan Penduduk ………………………….. 43
4.1.3.1 Mata Pencaharian ……………………………. 43
4.1.4 Keadaan Sosial Budaya Desa Pudak …………………... 45
4.1.5 Sarana dan Prasaranan Penunjang di Desa Pudak…….... 45
4.1.6 Keadaan Kelompok Tani ………………………………. 46
4.1.7 Keadaan Pertanian ……………………………………... 46
4.18 Keadaan usahatani Padi Sawah Desa Pudak …………… 46
4.1.9 Kesesuaian Lahan Terhadap Benih Padi Ciherang di
Desa Pudak …………………………………………….. 47
4.2 Identitas Petani ...……………………………………………….. 48
4.2.1 Umur Responden ………………………………………. 48
4.2.2 Pendidikan Responden ………………………………… 49
4.2.3 Lama Berusahatani …………………………………….. 50
4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga …………………………. 52
4.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Penerapan
Benih Padi Varietas Ciherang ………………………………….. 53
4.3.1 Uji Goodness of Fit (R2) ……………………………….. 53
4.3.2 Uji Signifikan dari Parameter ………...……………….. 54
4.4 Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam
Penerapan Benih Padi Varietas Ciherang ………..…………….. 54
4.5 Implikasi Hasil Penelitian ……………..……………………….. 64
V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………... 66
5.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 66
5.2 Saran …………………………………………………………… 67
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………................ 68
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 71
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Per Kabupaten
Dalam Provinsi Jambi Tahun 2013 ………………………………..... 2
2. Inventarisasi Penyebaran Varietas Padi Sawah di Kabupaten Muaro
Jambi Tahun 2013 …………………………………………………... 4
3. Luas Lahan, Luas Tanam, Penggunaan Benih dan Varietas Benih di
Kecamatan Kumpeh Ulu Tahun 2015……………………………….. 5
4. Luas Lahan, Luas Panen, Total Produksi dan Produktivitas Padi
Sawah Di Desa Pudak Pada Tahun 2009 – 2013 …………………… 8
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Pudak Kecamatan
Kumpeh Ulu Tahun 2014 …………………………………………… 43
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pudak
Kecamatan Kumpeh Ulu Tahun 2014 ………………………….…… 44
7. Distribusi Responden Petani Padi awah Berdasarkan Umur Tahun
2015 …………………………………………………………………. 49
8. Distribusi Responden Petani Padi awah Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2015 …………………………………...…..……. 50
9. Distribusi Responden Petani Padi awah Berdasarkan Lama
Berusahatani Tahun 2015 …………………………………...………. 51
10. Distribusi Responden Petani Padi awah Berdasarkan Jumlah
Tanggungan Keluarga Tahun 2015 …………………………………. 52
11. Analisis Regresi Binary Logistic pada Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Petani dalam Penerapan Benih Padi Varietas
Ciherang Tahun 2015.……………………………………………….. 55
12 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Selera Petani Tahun 2015 57
13 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Produksi Tahun 2015…... 58
14 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Luas Lahan Tahun 2015... 59
15 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kesesuaian Lahan Tahun
2015………………………………………………………………...... 59
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran ………...…………………………... 30


2. Dokumentasi Penelitian …………………………………………. 96
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jumlah Petani Desa Pudak Berdasarkan Kelompok Tani yang aktif


berusahatani padi sawah Tahun 2014…………..………….……….... 71

2 Luas Tanam dan Jumlah Petani yang Menerapkan dan Tidak


Menerapkan Benih Padi Ciherang di Desa Pudak Tahun 2014…….... 72

3 Luas Tanam dan Penggunaan Benih varietas Ciherang di Desa Pudak


Kecamatan Kumpeh Ulu Tahun 2010 – 2014………………….…….. 73

4 Kuisioner Penelitian…………….…………...……………………….. 74

5 Identitas Petani Responden ………………………………………….. 77

6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Penerapan Benih 80


Padi Varietas Ciherang Berdasarkan Olahan Data Kuisioner Tahun
2015…………………………………………………………………...
7 Faktor Selera Petani Berdasarkan Kuisioner Tahun 2015…………… 83

8 Faktor Produksi Berdasarkan Kuisioner Tahun 2015………………... 86

9 Faktor Luas Lahan Berdasarkan Kuisioner Tahun 2015…………….. 89

10 Faktor Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kuisioner Tahun 2015……… 92

11 Uji Goodness of Fit Berdasarkan Analisis Regresi Logistic Biner…... 95


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduknya hidup

atau bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian dalam pembangunan nasional

memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi

seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara

(Tarbiatun Aisyah, 2009).

Salah satu subsektor pertanian yang menjadi prioritas untuk dikembangkan

secara terus menerus adalah tanaman pangan. Komoditi tanaman pangan yang

banyak diusahakan petani sebagai penyuplai pangan nasional adalah tanaman

padi. Padi merupakan salah satu bahan pangan nasional yang telah menjadi

makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Usahatani padi sampai saat

ini masih menjadi tulang punggung perekonomian pedesaan, keberadaan padi sulit

digantikan dan harus dalam jumlah yang memadai (Budianto, 2002 dalam Mika

Jayanti, 2011).

Bagi pemerintah daerah Provinsi Jambi, tanaman padi merupakan salah

satu tanaman pertanian yang juga memiliki arti ekonomi, karena selain sebagai

sumber devisa juga merupakan sumber pendapatan bagi petani. Hal ini dibuktikan

dengan luas panen padi sawah di Provinsi Jambi mencapai 129.341 Ha dengan

produksi 589.784 ton dan produktivitas sebesar 4,56 ton/Ha (Badan Pusat

Statistik, Jambi Dalam Angka Tahun 2014). Salah satu kabupaten yang cukup

banyak menopang produksi padi di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Muaro


Jambi dengan total luas panen 10.894 Ha, produksi 50.929 ton dan produktivitas

4,67 ton/ Ha (Badan Pusat Statistik, Jambi Dalam Angka Tahun 2014).

Lebih jelas mengenai Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah

Menurut Kabupaten Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Per


Kabupaten Dalam Provinsi Jambi Tahun 2013

Luas Panen Produksi Produktivitas


No Kabupaten
(Ha) (Ton) (ton/Ha)
1. Kerinci 25 154 144 433 5,74
2. Merangin 11 968 52 679 4,40
3. Sarolangun 6 468 28 664 4,43
4. Batang Hari 7 396 35 981 4,86
5. Muaro Jambi 10 894 50 929 4,67
6. Tanjab Timur 28 460 102 683 3,60
7 Tanjab Barat 18 564 69 999 3,77
8. Tebo 4 379 21 009 4,79
9. Bungo 6 430 30 654 4,76
10. Kota Jambi 1 682 7 185 4,27
11. Sungai Penuh 7 946 45 568 5,73
Jumlah 129 341 589 784 4,56
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Tahun 2014

Tabel 1 memperlihatkan bahwa produktivitas padi sawah di Provinsi

Jambi bervariasi untuk setiap Kabupaten. Produksi tertinggi terdapat di Kabupaten

Kerinci yaitu 144.433 ton sedangkan tertinggi kedua adalah Kabupaten Tanjung

Jabung Timur dengan produksi sebesar 102.683 ton. Kabupaten Muaro Jambi

menduduki peringkat ke-5 dari 11 kabupaten yang ada di Provinsi Jambi, artinya

Kabupaten Muaro Jambi termasuk dalam 5 besar Kabupaten yang mempunyai

produksi padi tertinggi di Provinsi Jambi. Upaya untuk meningkatkan produksi

dan produktivitas usahatani padi terus dilakukan oleh pemerintah agar keamanan

pangan, pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat.

Peningkatan produksi dan produktivitas padi yang dicapai selama ini

disebabkan oleh faktor penggunaan benih padi varietas unggul yang berpotensi
hasil tinggi dan semakin membaiknya mutu usahatani seperti pengolahan tanah,

cara tanam dan pemupukan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan petani dalam

menerapkan teknologi pertanian secara efektif dan penyuluh pertanian bertindak

sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi. Pembaharuan teknologi

tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan didalam proses pertanian.

Penemuan-penemuan teknologi ini kemudian dilakukan usaha-usaha untuk

mensosialisasikannya kepada para petani. Proses sosialisasi biasanya dilakukan

oleh PPL sebagai pihak yang menjembatani pemerintah sebagai pembuat

kebijakan serta para peneliti yang menemukan inovasi-inovasi tersebut sehingga

frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan sangat berpengaruh bagi petani untuk

mengetahui teknologi (Mubyarto, 1985 dalam Mika Jayanti, 2011).

Teknologi yang dimaksud adalah benih yang dapat meningkatkan hasil

lebih tinggi dan bermutu baik yaitu benih bersertifikat. Benih bersertifikat adalah

benih unggul berlabel yang dikeluarkan oleh lembaga perbenihan baik

pemerintah, BUMN maupun penangkar benih (Santoso, 2005 dalam David

Fahmi, 2008). Benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu

keberhasilan. Penggunaan benih unggul dapat menaikkan daya hasil 15 %

dibandingkan dengan penggunaan benih yang tidak bersertifikat.

Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam

meningkatkan produktivitas suatu tanaman, sedangkan sarana produksi lainnya

seperti pupuk dan pestisida hanya akan memberikan dukungan yang positif,

apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu. Keuntungan menggunakan

benih bermutu dibandingkan dengan benih lokal yaitu benih bermutu (berlabel)

telah memenuhi syarat dan dijamin oleh pemerintah. Benih bermutu mempunyai
kemurnian tinggi, sehingga memberikan kepuasan tersendiri bagi petani,

pertanaman yang dihasilkan tumbuh serempak maka akan memudahkan

pemanenan.

Pemerintah melalui Dinas Pertanian memberikan bantuan benih padi

kepada petani untuk mewujudkan peningkatan produksi tanaman padi.

Penyebaran benih padi varietas unggul di Kabupaten Muaro Jambi tersebar di 8

Kecamatan. Penyebaran varietas padi di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013

dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Inventarisasi Penyebaran Varietas Padi Kabupaten Muaro Jambi


Tahun 2013.

Varietas
N Kecamata Jumla
o n Ciheran Inpari Inpar PB Inpari IR h
g 13 a3 42 10 64
1 Sekernan 295 317 55 - - - 667
2 Maro Sebo 313 269 165 185 - - 932
3 Jaluko 286 136 45 - - - 467
4 Mestong - - - - - - -
5 S. Bahar - - - - - - -
Kumpeh
6
Ulu 1.109 530 93 65 30 1 1.738
7 Kumpeh 499 450 50 85 35 - 1.119
8 S. Gelam - - - - - - -
Jumlah 2.412 1.702 408 335 65 1 4.923
Sumber : Badan Pengawasan Sertifikat Benih Provinsi Jambi 2014

Tabel 2 memperlihatkan bahwa bantuan benih padi varietas unggul yang

diberikan pemerintah terdiri dari varietas unggul Ciherang, Inpari 13, Inpara 3, PB

42, Inpari 10, dan IR 64. Kecamatan Kumpeh Ulu merupakan Kecamatan yang

paling banyak memperoleh subsidi benih padi dengan varietas Ciherang jika

dibandingkan dengan kecamatan lainnya, yaitu sebanyak 1.109 kg. Hal tersebut

didasarkan pada kebutuhan benih padi varietas Ciherang yang dibutuhkan petani
untuk peningkatan produksi Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Kumpeh Ulu

tahun 2013.

Nugraha, dkk (2007) menyatakan bahwa penggunaan benih varietas

unggul menunjukkan kontribusi terbesar terhadap produksi dibandingkan dengan

penerapan teknologi lainnya. Varietas unggul hanya memerlukan sedikit

insektisida jika dibandingkan dengan varietas yang tidak unggul karena varietas

unggul tahan hama dan relatif aman karena tidak menimbulkan polusi dan

perusakan lingkungan. Pemakaian jumlah benih per satuan luas areal tanaman

lebih hemat dari 30-50 kg per hektar menjadi 20-25 kg per hektar.

Penggunaan benih padi varietas unggul di Kecamatan Kumpeh Ulu yang

mengusahakan usahatani padi sawah lebih jelas dapat dilihat dari tabel 3 berikut :

Tabel 3. Luas Lahan, Luas Tanam, Penggunaan Benih dan Varietas Benih di
Kecamatan Kumpeh Ulu Tahun 2014

No Desa Luas Luas Penggunaan Varietas


Lahan Tanam Benih Benih
(Ha) (Ha) (Kg)
1 Muaro Kumpeh 80 30 750 Ciherang
2 Pudak 350 185 4.125 Ciherang
3 Kota Karang 25 5 125 Ciherang
4 Lopak Alai 5 3 75 Ciherang
5 Kasang Kumpeh - - - -
6 Kasang Pudak 40 - - -
7 Kasang Kota Karang 25 5 125 Ciherang
8 Kasang Lopak Alai 15 5 125 Ciherang
9 Solok - - - -
10 Sakean 65 40 1000 Impara 3
11 Tarikan 68 20 500 Impara 3
12 Sei Terap 40 25 625 Impara 3
13 Sumber Jaya 80 - - -
14 Arang – arang 52 - - -
15 Sipin Teluk Duren 40 - - -
16 Ramin 20 - - -
17 Teluk Raya 68 5 125 Batang Hari
18 Pemunduran 70 15 375 Batang Hari
Jumlah 993 338 7.950
Sumber : BPP Kecamatan Kumpeh Ulu Tahun 2014
Pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa Desa Pudak merupakan Desa yang

menerapkan benih padi varietas ciherang tertinggi di Kecamatan Kumpeh ulu

yaitu sebesar 4.125 Kg dengan luas tanam 185 Ha.

Desa Pudak merupakan Desa yang menerapkan benih padi varietas

ciherang tertinggi diantara 10 Desa lainnya yang berusahatani padi sawah di

Kecamatan Kumpeh Ulu. Pemerintah melakukan penyebaran benih unggul

varietas ciherang dimulai pada tahun 2007 di Desa Pudak. Penyebaran pertama di

Desa Pudak Seluruh petani yang berusahatani padi sawah diberikan subsidi benih

padi varietas ciherang secara gratis oleh pemerintah selama 2 tahun sampai

dengan tahun 2009. Penerapan benih padi varietas ciherang kepada seluruh petani

di bimbing oleh penyuluh pertanian lapngan agar para petani mengetahui bahwa

benih padi varietas unggul memiliki keunggulan dibandingkan benih padi varietas

lokal. Benih padi varietas ciherang dapat meningkatkan produksi petani dengan

produksi rata – rata 6 ton/ha.

Pemerintah melepaskan subsidi gratis pada tahun 2010, subsidi yang

diberikan oleh pemerintah yaitu dengan memberikan harga benih padi varietas

ciherang dengan harga yang terjangkau oleh petani yaitu sebesar Rp. 3050 dari

harga benih padi sebenarnya yaitu sebesar Rp. 7500. Dengan subsidi harga benih

yang diberikan pemerintah pada penerapannya terdapat petani yang menerapkan

benih padi varietas ciherang dan terdapat petani yang tidak menerapkan benih

padi varietas ciherang yaitu menerapkan varietas lain. Petani yang menerapkan

benih padi varietas ciherang di Desa pudak sebanyak 154 petani dengan luas

tanam sebesar 150 Ha sedangkan petani yang tidak menerapkan benih padi

varietas ciherang sebanyak 34 petani dengan luas tanam 35 Ha (lampiran 2).


Petani yang tidak menerapkan benih varietas ciherang tersebut menerapkan benih

padi varietas unggul lain dan menerapkan benih padi lokal.

Penerapan benih padi varietas ciherang salah satunya dipengaruhi oleh

faktor selera petani terhadap benih yang dihasilkan dengan rasa nasi yang

dihasilkan. Rasa nasi yang dihasilkan oleh benih ciherang merupakan selera yang

disukai oleh petani. Benih padi varietas ciherang menghasilkan nasi dengan jenis

pulen, bersih dan tidak berbau. Benih padi yang dihasilkan menjadi salah satu hal

yang penting dalam suatu penerapan karena mempengaruhi selera petani. Selera

merupakan pilihan suka atau tidak suka seseorang terhadap produk (barang atau

jasa) yang di konsumsi sesuai yang diinginkan. Semakin tinggi selera konsumen

terhadap suatu barang, semakin banyak barang yang diminta (Kotler, 2000). Hasil

produksi yang dihasilkan oleh petani Desa Pudak sebagian besar untuk

dikonsumsi oleh petani sehingga rasa nasi yang diinginkan petani untuk

dikonsumsi mempengaruhi petani dalam penerapan sehingga faktor selera

mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi varietas ciherang.

Faktor lain yang mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi

varietas ciherang adalah faktor produksi. Usahatani padi sawah di Desa Pudak

selama 5 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat

dilihat dari luas lahan, luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah Desa

Pudak selama 5 tahun terakhir dari tahun 2009-2013 untuk lebih jelas dapat dilihat

pada tabel 4 berikut :


Tabel 4. Luas lahan, Luas Panen, Total Produksi dan Produktivitas Padi
Sawah di Desa Pudak Pada Tahun 2009-2013
Tahun Luas Lahan Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
2009 225 275 365 0,97
2010 235 295 960 3,2
2011 240 465 1.563 3,3
2012 240 465 2.190 4,7
2013 245 435 2.310 5,3
Sumber : Laporan Tahunan PPL Kecamatan Kumpeh Ulu Tahun 2014

Tabel 4 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan produksi selama

menggunakan benih padi varietas ciherang di Desa Pudak. Peningkatan produksi

ini dipengaruhi oleh penerapan benih padi varietas ciherang yang dilakukan petani

dari tahun ke tahun meningkat (lampiran 3) oleh sebab itu faktor produksi

mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi varietas ciherang. Semakin

tinggi produksi yang dihasilkan petani dalam menerapkan benih padi varietas

unggul ciherang maka semakin tinggi keinginan petani untuk menerapkannya.

Pada penerapan benih padi varietas ciherang faktor luas lahan yang

dimiliki petani juga mempengaruhi petani dalam menerapkan dan tidak

menerapkan benih padi varietas ciherang, karena semakin luas lahan yang dimiliki

petani maka semakin besar keinginan petani untuk mengadopsi teknologi seperti

benih unggul varietas ciherang untuk dapat meningkatkan usahataninya.

Usahatani padi sawah pada pertumbuhannya harus pada lahan yang sesuai untuk

dapat tumbuh dengan baik. Kesesuaian lahan ditentukan oleh kecocokan sifat fisik

lingkungan, iklim, tanah, lereng, dan topografi pada suatu wilayah. Benih padi

yang di tanam di lahan yang sesuai akan tumbuh, berkembang dan berbuah

dengan baik sedangkan benih padi yang ditanam namun tidak sesuai dengan lahan

yang dibutuhkan tanaman maka benih akan tumbuh dan berkembang dengan tidak
baik sehingga kesesuaian lahan juga sangat mempengaruhi petani dalam

penerapan benih padi varietas ciherang.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitan tentang “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Petani dalam

Penerapan Benih Padi Varietas Ciherang di Desa Pudak Kecamatan

Kumpeh Ulu”

1.2 Rumusan Masalah

Benih padi varietas unggul merupakan salah satu implementasi

peningkatan produktivitas padi oleh pemerintah. Hal tersebut dilaksanakan

dengan tujuan untuk meningkatkan produksi padi, meningkatkan pendapatan dan

meningkatkan kesejahteraan hidup petani. Pemerintah memberikan subsidi benih

padi varietas unggul di setiap daerah di Provinsi Jambi. Penyebaran benih Di

Kecamatan Kumpeh Ulu merupakan penyebaran benih dengan varietas ciherang

tertinggi. Penyebaran benih padi varietas ciherang bersubsidi dimulai pada tahun

2007 hingga tahun 2009 dengan pemberian subsidi secara gratis oleh seluruh

petani padi sawah. Pada awal tahun 2010 pemerintah tidak lagi memberikan

subsidi secara gratis, namun memberikan subsidi dengan potongan harga benih

varietas ciherang sebesar Rp.3050 dari harga sebenarnya adalah Rp.7500.

Penyebaran varietas ciherang tertinggi di Kecamatan Kumpeh Ulu

dipengaruhi oleh kebutuhan dan penggunaan terhadap benih padi varietas

ciherang di Kecamatan Kumpeh Ulu tinggi.

Penggunaan benih padi varietas ciherang tertinggi di Kecamatan Kumpeh

Ulu terdapat di Desa Pudak. Pada penerapannya terdapat petani yang menerapkan

benih padi varietas ciherang dan terdapat petani yang tidak menerapkan benih
padi varietas ciherang yaitu varietas lain. Penerapan benih padi varietas ciherang

dipengaruhi oleh faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam menerapkan

tidak menerapkan benih padi varietas ciherang.

Faktor selera petani terhadap benih yang dihasilkan dengan rasa nasi yang

dihasilkan sangat mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi varietas

ciherang. Rasa nasi yang dihasilkan oleh benih ciherang merupakan selera yang

disukai oleh petani. Benih padi varietas ciherang menghasilkan nasi dengan jenis

pulen, bersih dan tidak berbau. Hasil produksi yang dihasilkan oleh petani Desa

Pudak sebagian besar untuk dikonsumsi oleh petani sehingga rasa nasi yang

diinginkan petani untuk dikonsumsi mempengaruhi petani dalam penerapan.

Petani desa Pudak. Faktor selera petani merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh, melalui informasi dari kegiatan penyuluh pertanian, petani mengenal

benih unggul varietas ciherang. Faktor lain juga yang mempengaruhi petani dalam

penerapan benih padi varietas ciherang adalah faktor produksi, luas lahan dan

faktor kesesuaian lahan yang dilihat dari lahan yang sesuai dan tidak sesuai nya

keadaan lahan terhadap pertumbuhan benih padi varietas ciherang.

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini yaitu :

1. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi

varietas ciherang di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu?


1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Selaras dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam

penerapan benih padi varietas ciherang di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh

Ulu.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Jambi

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan pertanian dan

kesejahteraan petani
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benih Padi Varietas Unggul

Benih adalah biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi,

digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai

produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas

genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993 dalam David Fahmi,

2008)

Didalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor

produk yang harus diperhatikan karena faktor tersebut ikut menentukan produksi.

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk

disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam

proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan,

pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak,

1990 dalam Mika Jayanti, 2011).

Benih unggul merupakan salah satu faktor penting yang menentukan

tinggi rendahnya produksi karena penggunaan benih unggul bermutu dapat

menaikkan daya hasil 15 % dibandingkan dengan penggunaan benih yang tidak

bermutu. Kelebihan lainnya ialah pemakaian jumlah benih per satuan luas areal

tanaman lebih hemat dari 30-50 kg per hektar menjadi 20-25 kg per hektar,

pertumbuhan tanaman dan tingkat kemasakan lebih merata serta seragam dan

panen bisa dilakukan sekaligus, rendemen beras tinggi dan mutu beras seragam

(Departemen Pertanian, 1998 dalam Mika Jayanti, 2011). (Siregar, 1981 dalam

David Fahmi, 2008) mendeskripsikan varietas unggul adalah varietas dimana


tanaman-tanaman mempunyai sifat-sifat yang lebih daripada sifat yang dimiliki

varietas padi lainnya. Sifat-sifat unggul itu bisa merupakan daya hasil yang lebih

tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan hama penyakit,

lebih tahan terhadap tumbangnya tanaman, dan rasa nasi yang lebih enak.

Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektivitas

dan efisiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan

sebelumnya. Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah benih yang akan

ditanam dan benih sulaman (Wirawan dan Wahyuni, 2002 dalam Mika Jayanti,

2011).

Varietas unggul merupakan varietas dengan respon tinggi, yakni

dikembangkan supaya respon terhadap dosis pupuk kimia tinggi. Jika disebar

pada lahan dengan kandungan unsur hara tinggi dan air yang mencukupi serta

pengendalian hama yang memadai, varietas unggul dan hibrida memang bisa

memberikan hasil panen yang tinggi (Reijntjes, dkk. 1999 dalam Mika Jayanti,

2011).

Varietas padi sawah yang telah diusahakan oleh petani dapat di bagi

menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Varietas Unggul Baru (VUB), terdiri dari : Varietas unggul tahan wereng

biotipe-1 (VUTW-1), Varietas unggul tahan wereng biotipe-2 (VUTW-2), dan

varietas unggul non-VUTW

2. Varietas Unggul Nasional (VUN), antara lain : Bengawan, Syntha, Dewi Tara,

dan lain-lain.

3. Varietas lokal, namanya tergantung daerah. Terlepas dari tata letak

biofisiknya.
2.2 Varietas Ciherang

Ciherang merupakan beras organik yang berbeda dengan varietas lain.

Karakter khususnya yaitu butir beras ciherang berbentuk panjang. Beras organik

ciherang tidak berbau wangi, berbeda dengan beras organik pandan wangi. Dalam

budidayanya, beras organik ciherang dikenal karena mempunyai daya tahan yang

kuat terhadap hama dari pada beras organik varietas lain. Dalam produktifitasnya

pun, beras organik ciherang dikenal lebih produktif dari beras organik varietas

lain (Mulyawan, 2011 dalam Zikrina, 2012).

Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Departemen Pertanian, 2009) ciri-ciri morfologi padi

Ciherang adalah sebagai berikut :

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 116-125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 107-115 cm

Anakan produktif : 14-17 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak


Bentuk gabah : Panjang ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Indeks Glikemik : 54

Bobot 1000 butir : 28 g

Rata-rata hasil : 6,0 t/ha

Potensi hasil : 8,5 t/ha

Ketahanan terhadap
Hama Penyakit :TTahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan biotipe 3
TTahan terhadap hawar daun bakteri

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah


sampai 500 m dpl.

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A.


Daradjat
Dilepas tahun : 2000

2.3 Penyuluhan

Penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan nonformal bagi petani

beserta keluarganya agar mereka mampu meningkatkan produksi dan

produktivitas kerja serta kemandirian dalam usahatani yang berkelanjutan

sehingga akan meningkatkan kesejahteraan petani nelayan beserta keluarganya

yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidupnya (Soetriono dkk, 2006

dalam Charissofis, 2008). Pendidikan penyuluhan adalah ilmu perilaku terapan,

pengetahuan yang diterapkan untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan di


kompleks perilaku manusia biasanya melalui berbagai strategi dan program

perubahan dengan menerapkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru

(The Pulse Of Indian Agriculture, 2010 dalam Aginia Ravikasari, 2010).

Penyuluhan pertanian menurut (Mardikanto, 2009 dalam Aginia

Ravikasari, 2010) adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya

dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya

lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan pruduktivitas, efisiensi usaha,

pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Menurut National Portal Content Management Team, 2010 dalam Aginia

Ravikasari, 2010, penyebaran informasi tentang teknologi baru merupakan hal

yang penting sehingga petani dapat menggunakan perkembangan pertanian

terkini, agar teknologi tersebut dapat sukses menyebar di kalangan petani maka

sebaiknya teknologi tersebut memberikan tujuan yang berguna bagi pengguna.

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku (pengetahuan,

keterampilan, dan sikap) petani agar dapat bertani lebih baik (better farming),

berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better

living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) (Mardikanto 2009,

dalam Aginia Ravikasari, 2010).

2.4 Adopsi Inovasi

Menurut Rogers (2003) inovasi adalah suatu ide, penerapan atau praktek

teknologi atau sumber yang dianggap baru oleh seseorang. Suatu inovasi yang

diberikan jika dapat menjawab kebutuhan dan memecahkan masalah yang sedang
dihadapi masyarakat pada saat itu, maka masyarakat akan lebih cepat menerima

inovasi itu (Mardikanto, 1996).

Soekartawi (1988) mendefenisikan bahwa inovasi adalah suatu ide yang

dipandang baru oleh sesorang, karena latar belakang seseorang ini berbeda-beda

maka di dalam menilai secara obyektif tentang suatu ide baru yang dimaksud itu

adalah relatif sekali sifatnya. Inovasi dapat pula diartikan suatu gagasan, metode

atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru.

Berkembangnya pembaharuan diartikan sebagai komunikasi antar individu

dalam suatu sistem sosial. Sesuai dengan hal tersebut, ciri-ciri komunikasi dan

struktur sosial sebagai faktor-faktor yang berpengaruh penting terhadap kesediaan

melakukan inovasi. Hubungan kultural, persentuhan dengan gagasan dan nilai

dunia diluar desa merupakan persyaratan yang menentukan untuk ikut melakukan

inovasi. Menerima pembaharauan diartikan sebagai upaya mencari jalan keluar

dari permasalahan dan juga memilih keputusan antara berbagai alternatif yang

ada (Planck, 1993 dalam Charissofis, 2008).

Adapun ciri-ciri penting dari suatu inovasi menurut Menurut Rogers and

Shoemaker (1987 : 146-156) (dalam Yos Wahyu Harinta, 2010) yaitu :

1. Keuntungan Relatif

Keuntungan relatif adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap suatu

yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya.

2. Kompatibilitas

Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan

nilai – nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima.
3. Kompleksitas

Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit

dimengerti dan digunakan.

4. Triabilitas

Triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan

skala kecil.

5. Observabilitas

Observatibilitas adalah tingkat dimana hasil-hasil inovasi dapat dilihat oleh

orang lain.

Seseorang mungkin hanya tahu tentang inovasi untuk sekali waktu tetapi

belum mengembangkan suatu sikap yang kurang baik atau baik yang diarahkan ke

hal tersebut, maupun sudah mengadopsi atau menolaknya. Aspek baru dari suatu

inovasi mungkin dinyatakan dalam kaitannya dengan pengetahuan, bujukan atau

keputusan untuk mengadopsi. Adopsi adalah perilaku baru seseorang sesuai

dengan latar belakang pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

rangsangan/stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

berlangsung lama (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari

oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama.

Menurut Mardikanto, 1993 (dalam Yos Wahyu Harinta, 2010) bahwa

adopsi merupakan tujuan akhir dari komunikasi, maka proses adopsi juga

berlangsung bertahap sesuai dengan tahapan komunikasinya. Tahapan-tahapan

adopsi, yaitu:
1. Menyadari (Awareness) yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang

ditawarkan oleh penyuluh.

2. Minat (Interest) ditandai oleh keinginannya untuk bertanya atau untuk

mengetahui lebih banyak atau lebih jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan

dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

3. Penilaian (Evaluation) ditandai oleh penilaian terhadap baik atau buruknya

manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada

penilaian ini, masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap

aspek teknis saja, tetapi juga sapek ekonomi, maupun aspek sosial budaya,

bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis atau kesesuaiannya dengan

kebijakan pembangunan nasional dan regional.

4. Mencoba (Trial) yaitu mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan

penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

5. Penerapan(Adoption) yaitu menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan

penilaian dan uji coba yang telah dilakukan atau diamatinya sendiri.

Keputusan untuk mengadopsi biasanya memerlukan waktu. Seseorang

tidak akan melakukan adopsi terhadap suatu praktek atau ide baru dengan segera

mengenai hal tersebut. Mereka mungkin akan menunggu beberapa tahun sebelum

mencoba ide tersebut untuk pertama kali, dan lama sebelum mengadopsi hal

tersebut untuk selama-lamanya. Pastinya, suatu keputusan akan dibuat dengan

cepat tapi dilain waktu menghendaki untuk memperluas pikiran dan

mempertimbangkannya. Keputusan terakhir untuk menggunakan suatu praktek

yang baru biasanya adalah hasil dari suatu rangkaian pengaruh yang dikerjakan

secara terus menerus (Lionberger, 1960 dalam Charissofis, 2008).


Salah satu inovasi teknologi yang mulai diadopsi adalah teknologi benih

padi varietas unggul. Menjadi tujuan utama untuk meningkatkan kesadaran petani

untuk menggunakan benih bersertifikat (Litbang, 2008 dalam Charissofis, 2008)

dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Dalam Menerapkan Benih


Padi Varietas Chierang

2.5.1 Selera Petani

Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat mempengaruhi jumlah

barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu tinggi maka

permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat sedangkan jika selera

konsumen terhadap barang tertentu rendah maka permintaan terhadap barang

tersebut akan menurun (Pratiwi, 2012). Sama halnya dalam kasus penerapan benih

varietas Ciherang, selera petani sebagai konsumen menjadi sangat penting dalam

penerapan benih yang digunakan karena petani sebagai konsumen memiliki selera

sendiri dalam menentukan cita rasa nasi yang di inginkan.

Selera masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

keinginan masyarakat untuk membeli barang atau jasa. Jika selera konsumen

terhadap suatu barang meningkat maka permintaan akan meningkat dan begitu

pula sebaliknya jika selera konsumen terhadap suatu barang menurun maka

permintaan akan menurun. (Nuraini, 2005).

Pilihan suka atau tidak suka seseorang terhadap produk (barang atau jasa)

yang di konsumsi merupakan selera konsumen untuk menentukan yang

diinginkan.Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang, semakin

banyak barang yang diminta.Selera konsumen dapat dinyatakan sebagai preferensi


konsumen.Selera atau preferensi konsumen menunjukan kesukaan konsumen dari

berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 2000).

Penerapan benih padi varietas Ciherang yang dilakukan petani sebagai

konsumen dipengaruhi oleh faktorkeseleraan petani terhadap rasa dan jenis nasi

yang dihasilkan oleh benih padi varietas ciherang. Petani yang suka dengan rasa

nasi dari benih padi varietas ciherang maka akan menerapkan benih padi varietas

ciherang pada usahataninya namun petani yang tidak suka dengan rasa atau jenis

nasi dari benih padi varietas ciherang maka tidak akan menerapkannya.

Hubungan faktor selera petani terhadap penerapan benih padi varietas

ciherang dilihat dari suka atau tidaknya petani terhadap rasa dan jenis nasi yang

dihasilkan oleh benih padi tersebut. Petani yang suka dengan rasa atau jenis nasi

yang dihasilkan oleh benih padi varietas ciherang maka akan menerapkan benih

padi varietas ciherang pada usahataninya karenasebagian besar hasil yang

diperoleh petani merupakan untuk dikonsumsi oleh petani , sebaliknya jika petani

tidak suka dengan rasa atau jenis nasi yang dihasilkan oleh benih padi varietas

ciherang maka petani tidak akan menerapkan benih padi varietas ciherang pada

usahataninya.

2.5.2 Produksi

Produksi merupakan tolak ukur dari seluruh kegiatan usahatani. Produksi

dapat didefenisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk mengolah atau

membuat bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan. Produksi juga dapat diartikan sebagai tindakan

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna. Segala kegiatan dalam rangka

menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa dibutuhkan faktor – faktor
produksi yang dalam ilmu ekonomi terdiri dari modal, tenaga kerja, dan

manajemen. Produksi juga merupakan alat ukur dari pendapatan usahatani (Tedy,

2001).

Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan

suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari

bentuk semula. Dalam memproduksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu

alat atau sarana untuk melakukan proses produksi, faktor-faktor produksi yang

dimaksud adalah tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan teknologi (skill)

(Sudarsono, 1995).

Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau

menambah nilai/guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung

pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Jadi produksi meliputi semua aktivitas menciptakan barang dan jasa. Sesuai

dengan pengertian produksi di atas, maka produksi pertanian dapat dikatakan

sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan komoditi pertanian untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses produksi pertanian terkandung

pengertian bahwa guna atau manfaat suatu barang dapat diperbesar melalui suatu

penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan

pemeliharaan (Gumbira dan Harizt, 2001).

Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan

dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang

memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala


bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi

(factors of production) (Gaspersz, 1996).

Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas

ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian

ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam

menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk

mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002:193).

Produksi berkisar pada fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan

teknis yang menghubungkan antara faktor produksi atau disebut pula masukan

atau (inputs) dan hasil produksinya atau (outputs). Disebut faktor produksi karena

adanya bersifat mutlak agar supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan

produk. Fungsi produksi menggambarkan agar teknologi yang diakui oleh suatu

perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Dalam

keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan outputnya tercermin dalam

rumusan fungsi produksinya. Apabila teknologi berubah maka berubah pulalah

fungsi produksinya. Suatu fungsi produksi menggambarkan semua metode

produksi yang efisien secara teknis dalam arti menggunakan kuantitas bahan

mentah yang minimal, tenaga kerja minimal, dan barang-barang modal lainnya

yang minimal. Metode produksi yang boros tidak diperhitungkan dalam fungsi

produksi (Sudarsono, 1995).

Hubungan faktor produksi dengan penerapan benih padi varietas ciherang

dilihat dari hasil produksi yang diperoleh petani dalam menerapkan benih padi

varietas ciherang. Jika hasil produksi yang diperoleh petani tinggi dalam

menerapkan benih ciherang maka semakin tinggi pula keinginan petani untuk
menerapkan benih padi varietas ciherang, namun jika hasil produksi rendah dalam

menerapkan benih ciherang maka semakin rendah keinginan petani untuk

menerapkannya (tidak menerapkan).

2.5.3 Luas Lahan

Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah

menerapkan inovasi dibanding petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan

keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi (Soekartawi, 1994

dalam Mika Jayanti, 2011).

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan

anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan adopsi inovasi dari

pada yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam

penggunaan sarana produksi (Kusuma, 2006 dalam Mika Jayanti, 2011). Menurut

Negara, 2000 dalam Mika Jayanti, 2011) petani yang mempunyai lahan yang luas

akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada yang berlahan sempit.

Hubungan faktor luas lahan terhadap penerapan benih padi akan

mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Semakin luas lahan

yang dipakai sebagai usaha pertanian maka semakin besar keinginan petani untuk

melakukan inovasi seperti penggunaan benih unggul varietas ciherang namun jika

lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian sempit maka kecil keinginan petani

untuk melakukan inovasi seperti penggunaan benih unggul varietas ciherang

dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi.

2.5.4 Kesesuaian Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape) yang mencakup

lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, dan bahkan keadaan


vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap

penggunaan lahan (FAO, 2001 dalam suyoko, 2008). Lahan dalam pengertian

yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora,

fauna, dan manusia baik dimasa lalu maupun sekarang.

Penggunaan lahan secara umum meliputi pertanian tadah hujan, pertanian

beririgasi, padang rumput pengembalaan, kehutanan, daerah rekreasi dan

sebagainya, sedangkan tipe penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang

lebih detil dengan mempertimbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan

pada keadaan fisik dan sosial dari satu jenis tanaman atau lebih.

Kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada

dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup

iklim, tanah, terrain yang mencakup lereng, topografi/relief, batuan di permukaan

dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), dan

persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.

Kesesuaian lahan dilihat antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah

dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan

gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk

komoditas tersebut. Hal ini mempunyai pengertian bahwa jika lahan tersebut

digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai

asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan

hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin dkk, 2000 dalam

suyoko, 2008).

Kesesuain lahan pada hakekatnya merupakan potensi sumber daya lahan

untuk berbagai penggunaannya. Membandingkan persyaratan yang diperlukan


untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada

lahan tersebut (Sitorus, 1998 dalam suyoko, 2008).

Kesesuaian lahan dapat dilihat berdasarkan karakteristik lahan (topografi,

iklim dan tanah yang termasuk didalamnya banjir/genangan dan erosi) (Sofyan

Ritung dkk, 2007).

1. Topografi

Bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian erat hubungannya dengan

faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat

berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan

temperatur udara dan radiasi matahari.

2. Iklim

a. Suhu udara

Suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan

laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara.

b. Curah hujan

Penilaian kesesuaian lahan berdasarkan curah hujan dinyatakan dalam

jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah.

3. Tanah

Faktor tanah dalam kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau

karakteristik tanah yaitu tekstur dan kedalaman tanah serta bahaya erosi, dan

banjir/genangan.

Hubungan faktor kesesuaian lahan terhadap penerapan benih padi varietas

unggul ciherang dilihat dari sesuai atau tidaknya lahan yang digunakan sebagai

usaha pertanian terhadap benih padi varietas ciherang. Kesesuain topografi,


iklim dan tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan benih pada suatu lahan.

Jika lahan yang digunakan petani sebagai usaha pertanian sesuai dengan

penerapan benih padi varietas ciherang maka keinginan petani untuk

menerapkan benih padi varietas ciherang semakin tinggi namun sebaliknya jika

lahan yang digunakan petani sebagai usaha pertanian tidak sesuai dengan benih

padi varietas ciherang maka keinginan petani untuk menerapkan benih padi

varietas ciherang semakin rendah.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian Irwan (2013) dalam penelitiannya berjudul faktor

penentu dan keputusan petani dalam memilih varietas benih kedelai di Kabupaten

Pidie. Keputusan petani dalam memilih varietas benih kedelai ditentukan oleh

faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah umur, luas

usahatani, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani

dan tujuan berusahatani. Sedangkan faktor eksternal meliputi pasar, kelembagaan,

kebijakan dan lingkungan.

Hasil penelitian Sitty Muawiyah Panurat (2014) dalam penelitiannya yang

berjudul Faktor – faktor yang mempengaruhi minat petani berusahatani padi di

Desa Sendangan Kecamatan Kakas. Hasil penelitian ini menunjukkan Faktor-

faktor yang mempengaruhi minat petani adalah luas lahan, pengalaman,

pendapatan, bantuan dan pendidikan. Luas lahan, pendapatan, bantuan dan

pengalaman berpengaruh sangat nyata terhadap minat petani, sebaliknya

pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap minat. Dengan nilai kontribusi

Determinasi R2 faktor yang mempengaruhi adalah luas lahan, pengalaman,

pendapatan, bantuan dan pendidikan sebesar 72%.


Hasil penelitian Mika Jayanti (2011) Universitas Sumatera Utara. Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Padi Sawah dalam Menggunakan

Benih Menurut Sumber Benih adalah umur, pendidikan, lamanya berusahatani,

selera petani, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas. Faktor –

faktor tersebut berpengaruh positif terhadap keputusan petani menggunakan benih

menurut sumber benih.


2.7 Kerangka Berpikir

Upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani padi,

pemerintah Indonesia melakukan program peningkatan produksi dengan adanya

inovasi teknologi yaitu benih padi varietas unggul. Penyuluh pertanian sebagai

pihak yang menjembatani pemerintah yang mensosialisasikan inovasi tersebut

kepada petani untuk mengetahui adanya benih padi varietas unggul. Pemerintah

berharap penggunaan benih varietas unggul diterapkan oleh para petani untuk

peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi sawah demi kesejahteraan

hidup petani. Penggunaan benih padi varietas unggul yang diharapkan pemerintah

ternyata diterima baik oleh petani di Kecamatan Kumpeh Ulu. Hal tersebut

terlihat dari penyebaran varietas unggul di Kabupaten Muaro Jambi bahwa

penyebaran varietas unggul tertinggi di Kecamatan Kumpeh Ulu dengan benih

padi varietas unggul ciherang.

Di Kecamatan Kumpeh Ulu Desa yang menerapkan benih padi varietas

ciherang tertinggi terdapat di Desa Pudak. Pada penerapannya terdapat petani

yang menerapkan dan petani yang tidak menerapkan benih padi varietas ciherang

dengan menerapkan varietas lain. Penerapan benih padi varietas ciherang

dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti selera petani terhadap rasa nasi yang

dihasilkan oleh benih padi varietas ciherang, produksi, luas lahan dan kesesuaian

lahan.

Berdasarkan uraian diatas akan dianalisis faktor – faktor yang

mempengaruhi penerapan benih padi varietas ciherang di Desa Pudak meliputi

faktor selera petani, produksi, luas lahan dan kesesuaian lahan dengan

menggunakan uji Binary Logistic untuk dapat mengetahui faktor yang


mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi varietas ciherang. Untuk lebih

jelasnya uraian diatas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran dibawah ini :

Program Peningkatan
Produksi Padi

Penyuluh

Petani

Faktor – faktor yang mempengaruhi :


1. Selera Petani
2. Produksi
3. Luas Lahan
4. Kesesuaian Lahan

Uji Binary Logistic

Penerapan Benih

Menerapkan Benih Tidak Menerapkan


Padi varietas Benih Padi
ciherang varietas ciherang

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran


2.8 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya

dalam penelitian ini adalah : diduga bahwa faktor selera petani, produksi, luas

lahan dan kesesuaian lahan secara bersama – sama mempengaruhi petani dalam

penerapan benih padi varietas ciherang di Desa Pudak secara nyata.


III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu

Kabupaten Muaro Jambi. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian diambil

dengan sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Pudak merupakan

Desa yang penerapan benih padi varietas ciherang tertinggi di Kecamatan

Kumpeh Ulu. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus 2015 sampai

dengan tanggal 07 September 2015. Adapun data yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identitas petani sampel meliputi nama, umur, pendidikan, lama berusahatani

dan jumlah tanggungan keluarga.

2. Data- data faktor yang mempengaruhi penerapan benih padi varietas ciherang

meliputi : Selera, produksi, luas lahan dan kesesuaian lahan.

3. Data-data dari instansi terkait antara lain : Departemen Pertanian (Deptan),

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Holtikultura Kabupaten Muaro Jambi, BPP, BPSB dan BPS.

3.2 Sumber data dan Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari petani meliputi observasi

lapangan, wawancara dibantu dengan daftar pertanyaan atau kuisioner. Data

sekunder merupakan data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui
studi literatur, jurnal ilmiah,buku-buku penunjang ataupun berbagai bentuk

informasi dari masyarakat setempat yang terkait dengan penelitian ini.

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap yang

diteliti dilapangan yang meliputi pengamatan daerah penelitian dan pencatatan

informasi yang diberikan oleh para petugas dan petani didaerah penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung dengan menggunakan kuisioner sebagai panduannya

3. Pencatatan

Pencatatan adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen dari lembaga atau instansi yang berkaitan dengan penelitian.

3.3 Metode Penarikan Sampel

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana

(simple random sampling) dan sensus. Metode acak sederhana pengambilan

sampel untuk petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang sedangkan

pengambilan sampel secara sensus dilakukan untuk sampel petani yang tidak

menerapkan benih padi varietas ciherang. Penelitian ini dilaksanakan di Desa

Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi yang dipilih

secara sengaja (purposive) sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa


Desa Pudak merupakan Desa dengan penerapan benih padi varietas ciherang

tertinggi di Kecamatan Kumpeh Ulu.

Teknik pengambilan sampel untuk petani padi sawah Desa Pudak yang

menerapkan benih padi varietas ciherang menggunakan rumus dari Taro Yamane

atau Slovin (Ridwan dan Akdon, 2009) sebagai berikut :

N
n= 2
N d +1

Dimana : n = Jumlah sampel


N = Jumlah populasi
d2 = Presisi (ditetapkan 10 %)
Jumlah populasi yang dijadikan sampel adalah 154 orang yaitu popolasi petani

padi sawah Desa Pudak yang menerapkan benih padi varietas ciherang sebanyak

154 orang. Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai

berikut :

N 154
n= 2 = 2 = 60,62 = 61 responden
N d +1 154.(0 , 1) +1

Dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus diatas, maka

diperoleh sampel sebanyak 61 responden untuk sampel petani yang menerapkan

benih padi varietas ciherang sedangkan pengambilan sampel untuk petani yang

tidak menerapkan benih padi varietas ciherang dilakukan secara sensus. Hal

tersebut karena jumlah sampel yang terbatas sehingga petani yang tidak

menerapkan benih padi varietas ciherang di Desa Pudak seluruhnya dijadikan

sampel yaitu sebanyak 34 responden.

Maka masing – masing sampel diperoleh :

No Sampel Jumlah petani Jumlah sampel


1 Petani yang menerapkan 154 61
2 Petani yang tidak menerapkan 34 34
Jumlah 188 95
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi varietas
ciherang adalah menggunakan model regresi logistik biner (Binary Logistic) yang
dikenal juga dengan model logit. Didalam statistik, regresi logistik (seringkali
disebut model logistik atau model logit), digunakan untuk memprediksi
kemungkinan (probabilitas) dari suatu kejadian dengan data fungsi logit dari
kurva logistik. Menurut (Gujarati, 2006) asumsi-asumsi dalam regresi logistik
biner yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut :
1. Variabel dependen harus bersifat dikotomi (2 variabel).
Regresi logistik biner adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika
variabel dependen (respon) merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi
hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu
kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1. Dalam penelitian ini variabel
dependen yang bersifat dikotomi adalah penerapan. Penerapan terdiri atas dua
nilai yaitu menerapkan = 1 dan tidak menerapkan = 0.
2. Digunakan bila variabel responnya bersifat kualitatif.
Pada regresi logistik biner variabel dependen (respon) bersifat kualitatif
dimana variabel responnya yang mengandung nilai-nilai yang tidak dapat
diutarakan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori.
3. Regresi logistik akan membentuk variabel prediktor/respon yang merupakan
kombinasi linier dari variabel independen. Nilai variabel prediktor ini
kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit.
4. Regresi logistik merupakan regresi non linier dimana model yang ditentukan
akan mengikuti pola kurva linier.
5. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas data atas variabel bebas yang
digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki
distribusi normal linier maupun memiliki varian yang sama setiap grup.
6. Variabel bebas (X) bisa juga terdiri lebih dari satu variabel dan dapat berupa
variabel yang bersifat kontinyu maupun diskrit.
7. Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (odds ratios) terkait dengan
nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai
probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian
tidak terjadi. Secara umum, rasio peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan
peluang yang dibagi oleh peluang lainnya. Rasio peluang bagi prediktor
diartikan sebagai jumlah relatif dimana peluang hasil meningkat (rasio peluang
> 1) atau turun (rasio peluang < 1) ketika nilai variabel prediktor meningkat
sebesar 1 unit.
Regresi logistik disebut model regresi respon dikotomis dengan variabel
dependen (penerapan) bernilai 0 dan 1 dimana dalam penelitian ini :
Y =1 ; Apabila petani menerapkan benih padi varietas ciherang
Y=0; Apabila petani tidak apabila petani menerapkan benih padi varietas ciherang
Model awal persamaan regresi logistik dalam penelitian ini adalah :
1
P ( x i )= βo + β1 x 1+ β2 x2 +β 3 x 3+ β4 x 4
1+ e

Model diatas merupakan model probabilitas suatu kejadian yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor x 1 , x 2 , x 3 Persamaan ini bersifat nonlinear dalam parameter.
Selanjutnya untuk menjadikan model tersebut linear, proses transformasi yang
dinamakan logit transformer perlu dilakukan.

ln
( P(x i )
1−P(x i) )
=β 0+ β1 X 1 + β 2 X 2+ β 3 X 3 + β 4 X 4

Zi =β 0+ β1 X 1 + β 2 X 2+ β 3 X 3 + β 4 X 4

Aplikasi model diatas untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + dX4.1 + dX4.2 +dX5.1 + dX5.2

Dimana :
y= 1 : Menerapkan benih padi varietas ciherang
y= 0 : Tidak menerapkan benih padi varietas ciherang
x1 = Selera (suka =1 ; tidak suka = 0)
x2 = Produksi (Ton)
x3 = Luas lahan (Ha)
x4 = Kesesuaian Lahan (sesuai = 1 ; tidak sesuai = 0)
dx4.1 = Pengaruh kesesuaian lahan dengan lahan yang sesuai
terhadap penerapan benih varietas ciherang
dx4.2 = Pengaruh kesesuaian lahan dengan lahan yang tidak sesuai
terhadap penerapan benih varietas ciherang
dx5.1 = Pengaruh selera dengan rasa suka nasi terhadap penerapan benih
varietas ciherang
dx5.2 = Pengaruh selera dengan rasa tidak suka rasa nasi terhadap
penerapan benih varietas ciherang

III.4.1 Uji Statistik


III.4.1.1 Koefisien Determinasi

Pada regresi binary logistic nilai R2 dilihat dari nilai R Square yang ada
didalam output EVIEWS. Nilai R2 memiliki rentang nilai antara 0 sampai 1. Jika
nilai R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun presentase sumbangan
pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau
variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan
sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R 2 sama dengan 1,
maka presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen
terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen
yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen.

III.4.1.2 Uji Signifikansi dari Parameter


Pada umumnya, uji ini dilakukan setelah uji signifikansi model memutuskan
bahwa minimal ada satu variabel bebas yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel tak bebas. Uji signifikansi parameter dilakukan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen sehingga diketahui variabel independen yang signifikan
mempengaruhi variabel dependen. Pengujian keberartian parameter (koefisien β )
ini secara partial dapat dilakukan melalui Uji Wald dengan uji statistik yang
dihitung dengan menggunakan nilai statistika berdasarkan distribusi normal Z,
bentuk persamaanya sebagai berikut :
Z=¿
Keterangan :

β: Koefisien estimasi model

Se : Standar error

Kriteria hipotesisnya adalah sebagai berikut :


H0 : β i = 0 (Variabel independen ke i tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen)
H1 : β i ≠ 0 (Variabel independen ke i berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen)

Nilai Z pada persamaan diatas bila dikuadratkan maka menghasilkan nilai


statistika Wald yang mengikuti distribusi chi-square. Jika nilai statistika Wald
lebih besar daripada nilai chi square pada tabel maka H0 ditolak yang berarti
variabel independen berpengaruh signifikan pada variabel dependen. Jika nilai
statistika Wald lebih kecil daripada nilai chi square pada tabel maka H0 yang
berarti variable independen tidak berpengaruh signifikan pada variable dependen
Pengambilan keputusan hipotesis juga dapat dilihat dengan melihat nilai
probabilitasnya (p-value). Gujarati (2003) menyatakan bahwa jika nilai p-value
lebih kecil dari nilai alpha (α) maka dengan tingkat keyakinan (1-α) hipotesis Ho
ditolak.

III.4.1.3 Nilai Odds Ratio

Odds ratio merupakan ukuran risiko atau kecenderungan untuk mengalami


kejadian tertentu antara satu kategori dengan kategori lainnya, didefinisikan
sebagai ratio dari odds untuk x i = 1 terhadap x i = 0. Nilai odds ratio digunakan
untuk menginterpretasikan hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen yang memiliki perbedaan dengan regresi linear berganda dengan
variabel tidak bebas berbentuk kontinyu (kuantitatif). Pada regresi logistik
koefisien dari modelnya tidak bisa serta merta diinterpretasikan langsung atau
nilai dari koefisien disini tidak mempunyai arti praktis yang layak (Gujarati,
2006). Sejalan dengan itu, pemahaman terhadap arti dari koefisien tidak semudah
dalam memahami arti koefisien pada regresi linier biasa oleh karena itu digunakan
odds ratio (rasio peluang) sebagai rasio perubahan odds suatu kejadian untuk
interpretasi model pada regresi binary logistic. Odds suatu penerapan benih padi
varietas ciherang merupakan :

P(1)
Odds (penerapan) =
P (0)

P (1)
=
1−P(0)

Dimana :

P (1) = probabilitas petani menerapkan benih padi varietas ciherang


P (0) = probabilitas petani tidak menerapkan benih padi varietas ciherang
3.5 Konsepsi Pengukuran

Untuk batasan konsep dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini,

maka ada beberapa istlah didefeniskan secara operasional sebagai berikut :

1. Petani sampel adalah petani yang menerapkan benih padi varietas unggul

ciherang dan petani yang tidak menerapkan benih padi varietas ciherang.

2. Faktor adalah suatu fakta yang mempengaruhi, faktor yang dimaksud adalah

selera petani, produksi, luas lahan dan kesesuaian lahan.

3. Selera diukur dari suka atau tidak suka konsumen (petani) terhadap barang

(benih). Jika selera konsumen terhadap barang tertentu tinggi maka

permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat sedangkan jika selera

konsumen terhadap barang tertentu rendah maka permintaan terhadap barang

tersebut akan menurun.

4. Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan

suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari

bentuk semula. Produksi diukur dari produksi rata-rata petani.semakin tinggi

produksi yang dihasilkan petani dalam penerapan benih padi varietas ciherang

maka semakin tinggi keinginan petani untuk menerapkannya dan sebaliknya.

5. Luas lahan diukur dari luas lahan yang dimiliki petani. Petani yang

mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan benih padi varietas

ciherang dibanding dengan petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan

keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi.

6. Kesesuaian lahan merupakan potensi sumber daya lahan dan dapat diukur

berdasarkan karakteristik lahan sesuai atau tidak untuk pertumbuhan benih.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan batas Wilayah

Kecamatan Kumpeh Ulu merupakan salah satu dari 11 kecamatan yang

ada dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Kumpeh Ulu dengan

topografi dataran, memiliki luas wilayah ± 71,38 Km 2. Kecamatan Kumpeh Ulu

terletak pada 103°30´0” BT - 104°0´0” dan 1°30´0”- 2°0´0” LS dengan batas -

batas wilayah (Badan Pusat Statistik, Muaro Jambi dalam Angka Tahun 2014)

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanggo Rajo dan Kecamatan

Kumpeh

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kumpeh

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungai Gelam

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Jambi.

Kecamatan Kumpeh Ulu terdiri dari 18 desa, 49 dusun dan 229 RT.

Desa/kelurahan dengan luas wilayah yang berada di Kecamatan Kumpeh Ulu

terdiri dari :

1. Desa Sungai Terap : 5 Km2


2. Desa Kasang Pudak : 4,5 Km2
3. Desa Kasang Lopak Alai : 5,45 Km2
4. Desa Solok : 2,4 Km2
5. Desa Sumber Jaya : 7,5 Km2
6. Desa Arang Arang : 8,5 Km2
7. Desa Sipin Teluk Duren : 3,2 Km2
8. Desa Pemunduran : 4,5 Km2
9. Desa Teluk Raya : 5 Km2
10. Desa Ramin : 3,32 Km2
11. Desa Tarikan : 2,45 Km2
12. Desa Lopak Alai : 2,8 Km2
13. Desa Sakean : 3,5 Km2
14. Desa Kota Karang : 2,13 Km2
15. Desa Pudak : 5,5 Km2
16. Desa Muara Kumpeh : 2,2 Km2
17. Desa Kasang Kumpeh : 1,8 Km2
18. Desa Kasang Kota Karang : 1,63 Km2

Desa yang menjadi daerah penelitian dalam penelitian ini adalah Desa

Pudak yang terletak di antara 10 – 150 sampai 20 – 200 Lintang Selatan dan 1020 -

250 sampai 1040 - 300 Bujur Timur dengan topografi dataran. Desa Pudak

memiliki ketinggian antara 0 – 10 m diatas permukaan laut, didominasi dengan

sawah dan rawa yang dijadikan kebun swasta. Desa Pudak terdiri dari 3 dusun dan

21 RT. Jarak Desa Pudak ke Ibukota Kecamatan adalah 0 km. Ibukota Kecamatan

Kumpeh Ulu terletak di Desa Pudak. Secara administratif batas wilayah Desa

Pudak adalah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Taman Rajo

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kasang Pudak

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Karang dan Kasang Kota Karang

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Muara Kumpeh dan Kecamatan Taman

Rajo

Menuju Desa Pudak dapat ditempuh dengan menggunakan jalan darat.

Dari Kota Jambi, lama perjalanan ke Desa Pudak yaitu sekitar 45 menit dengan

kendaraan beroda empat atau mobil dan juga kendaraan roda dua atau motor
dengan jalan yang sudah cukup baik / jalan aspal. Secara umum Desa Pudak

memiliki aksesbilitas yang relatif lebih baik jika dibanding dengan desa lain di

Kecamatan Kumpeh Ulu.

4.1.2 Keadaan Tanah

Jenis tanah di Desa Pudak secara umum tergolong ke dalam tanah

Podsolik Merah Kuning (PMK), alluvial dan gambut.Tanah ini cukup ideal untuk

dijadikan lahan pertanian tanaman pangan khususnya komoditi padi sawah. Tanah

ini tidak memerlukan pengapuran dan hanya perlu untuk dilakukan pengolahan

serta pemupukan agar tanah menjadi produktif, sehingga petani cukup

memberikan perlakuan yang baik dalam usahataninya yaitu menggunakan pupuk

organik dan anorganik.

4.1.3 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

4.1.3.1 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten

Muaro Jambi berdasarkan pendataan tahun 2014 tercatat berjumlah 4.394 jiwa,

yaitu laki-laki 2.163 jiwa dan perempuan 2.231 jiwa. Jumlah penduduk Desa

Pudak berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Pudak Kecamatan


Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

No. Umur (Tahun) Jumlah (orang) Presentase (%)


1. 0–1 233 5,30
2. 1–6 349 7,94
3. 7 – 16 891 20,30
4. 17 – 36 1.393 31,70
5. 37 – 56 858 19,52
6. 57 – 75 618 14,06
7. > 75 52 1,18
Jumlah 4.394 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Pudak 2015
Tabel 5 diatas memperlihatkan bahwa penduduk di Desa Pudak banyak

didominasi oleh penduduk yang berusia produktif yaitu pada kisaran usia 17 – 36

tahun sebanyak 1.393 jiwa hal ini dapat terjadi karena banyak penduduk

pendatang yang berasal dari pulau jawa di Desa Pudak. Jumlah terbesar kedua

adalah penduduk pada kisaran usia 7 – 16 tahun sebanyak 891 jiwa dan jumlah

penduduk terkecil yaitu terdapat pada kisaran usia > 75 tahun.

4.1.3.2 Mata Pencaharian

Secara umum penduduk di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu

mempunyai mata pencaharian sebagai petani baik disektor tanaman pangan,

perkebunan dan perikanan, sedangkan pegawai negeri sipil (PNS), swasta dan

sector lainya hanya sebagian kecil penduduk. Tabel 6 berikut akan

memperlihatkan mata pencaharian penduduk Desa Pudak.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pudak


Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

JumlahPenduduk
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Orang Presentase (%)
1 Petani 983 31,90
2 PNS/TNI/POLRI 49 1,58
3 Pedagang/Wirausaha 78 2,53
4 Jasa/Karyawan 308 9,99
5 Urus Rumah Tangga 673 21,83
6 Belum Bekerja 532 17,27
7 Tidak Bekerja 459 14,90
Jumlah 3.082 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Pudak Tahun 2015

Tabel 6 diatas memperlihatkan bahwa pada umumnya penduduk di Desa

Pudak sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, yaitu sebanyak 983

orang. Penduduk yang bekerja sebagai pegawai negri sipil memiliki jumlah

terkecil yaitu sebanyak 49 orang yang kemudian diikuti pedagang/wiraswasta

yaitu sebanyak 78 orang.


4.1.4 Keadaan Sosial Budaya di Desa Pudak

Desa Pudak merupakan salah satu unit permukiman yang mayoritas

masyarakatnya adalah masyarakat pendatang. Penduduk Desa Pudak sebagian

besar adalah penduduk transmigran yang berasal dari pulau Jawa. Kehidupan

masyarakat di Desa Pudak berjalan dengan suasana harmonis yang terlihat dari

sifat kekeluargaan dan masih adanya sistem gotong royong yang masih melekat di

kehidupan masyarakat Desa Pudak diantaranya yaitu kegiatan bersih-bersih

lingkungan, yasinan, arisan ibu-ibu dan warga serta kegiatan lainya.

4.1.5 Sarana dan Prasarana Penunjang di Desa Pudak

Desa Pudak merupakan daerah yang sangat berpotensi dibidang pertanian

terutama komoditi tanaman pangan yaitu padi sawah. Pembangunan desa tidak

terlepas dari pendidikan baik itu pendidikan formal maupun non-formal. Sarana

pendidikan di Desa Pudak yaitu gedung sekolah SD sebanyak 2, gedung SMP 1,

taman baca 1, perpustakaan desa 1. Gedung kesehatan yang ada di Desa Pudak

yaitu puskesmas pembantu 1, apotik 1, posyandu 2, dan rumah bersalin 1 yang di

tunjang dengan adanya tenaga kesehatan Bidan sebanyak 4 orang, dukun

pengobatan alternatife 8 orang. Penduduk Desa Pudak mayoritas beragama islam

dengan dimana ada 4 buah masjid dan 6 buah mushola yang dapat digunakan

masyarakat Desa Pudak untuk beribadah. Sarana olah raga juga tersedia di Desa

Pudak dimana ada 1 lapangan sepak bola dan 4 lapangan bulu tangkis.

Untuk keberhasilan dalam kegiatan pertanian perlu adanya sarana yang

digunakan dan pelaksanaan dari usaha pertanian itu sendiri misalnya fasilitas
usahatani yang digunakan oleh penduduk di Desa Pudak, yaitu traktor/traktor mini

1 unit, hand tractor 10 unit, hand sprayer sebanyak 300 unit, power thresher

sebanyak 10 unit, pompa air sebanyak 50 unit, RMU sebanyak 3 unit dan juga

lori/angkong sebanyak 100 unit.

4.1.6 Keadaan Kelompok Tani

Jumlah kelompok tani di Desa Pudak kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten

Muaro Jambi berjumlah 29 kelompok tani dimana 9 diantaranya adalah kelompok

usahatani padi sawah namun kelompok usahatani padi sawah yang masih aktif

sebanyak 5 kelompok tani yaitu Usaha Sepakat, Sri Rezeki, Jaya Bersama, Rengas

Gumpung dan Gelintang Tani. Selain kelompok tani padi sawah juga ada

kelompok tani wanita, kelompok tani kolam ikan, kelompok tani sayuran serta

kelompok tani ternak sapi dan ayam.

4.1.7 Keadaan Pertanian

Desa Pudak merupakan salah satu daerah sentra tanaman pangan yang ada

di Kecamatan Kumpeh Ulu. Komoditas utama yang di usahakan di Desa Pudak

yang menjadi prioritas untuk andalan daerah adalah usahatani padi sawah.

Tanaman pangan lainnya yang ada di Desa Pudak selain padi sawah yaitu

tanaman palawija seperti kedelai, ubi kayu, jagung, dan kacang tanah. Jenis sayur

– sayuran seperti kacang panjang dan timun. Masyarakat di Desa Pudak juga

memanfaatkan tanah pekarangan untuk memelihara berbagai hewan ternak serta

menanam tanaman perkebunan berupa kelapa dalam, pinang, duku, pisang dan

durian. Lahan perkebunan juga ditanami sebagian besar sawit dan karet.

4.1.8 Keadaan Usahatani Padi Sawah di Desa Pudak


Desa Pudak mayoritas masyarakatnya menggantungkan kehidupan

ekonominya dari usahatani padi sawah. Lahan sawah yang digunakan untuk

melakukan kegiatan ushatani merupakan lahan tadah hujan. Potensi lahan tadah

hujan sebesar 650 Ha namun hanya 350 Ha yang sudah terbuka dan 185 Ha yang

ditanami termasuk 50 Ha merupakan penangkaran benih. Penangkaran benih di

Desa Pudak sudah dimulai sejak tahun 2008 dan sampai saat ini terus berkembang

dengan indeks pertanaman 300 atau 3 kali tanam dalam setahun.

Penangkaran benih dilakukan oleh Kelompok tani usaha sepakat. 4

kelompok tani lainnya yang masih aktif antara lain kelompok tani Sri Rezeki,

Rengas Gumpung, Jaya Bersama dengan indeks pertanaman 200 atau 2 kali tanam

dalam setahun dan kelompok tani Gelintang Tani dengan indeks pertanaman 100

atau 1 kali tanam dalam setahun. Wilayah lahan sawah kelompok tani gelintang

tani berada di dekat wilayah sungai Batanghari sehingga lebih sering terjadi banjir

oleh sebab itu hanya melakukan satu kali tanam dalam setahun.

4.1.9 Kesesuaian Lahan Terhadap Benih Padi Ciherang di Desa Pudak

Kesesuaian lahan dapat menggambarkan tingkatan kecocokan lahan untuk

penggunaan lahan tertentu. Kesesuaian lahan dapat dilihat berdasarkan

karateristik lahan yaitu topografi, iklim dan tanah pada suatu wilayah yang

dijadikan lahan tempat komoditas tertentu ditanam (Sofyan Ritung dkk, 2007).

Hal tersebut sejalan dengan tingkat kesesuaian lahan di Desa Pudak terhadap

usahatani padi sawah dengan menerapkan benih padi varietas ciherang

berdasarkan topografi, iklim dan tanah.

Kesesuaian lahan Desa Pudak berdasarkan karateristik lahan antara lain:

1. Topografi : landai dan datar dengan ketinggian tempat 0 – 10 mdpl


2. Iklim : a. Suhu Udara : Maksimum : 34oC

Minimum : 28oC

Rata – rata : 30oC

b. Curah Hujan : 250 mm

Bulan basah : Oktober – April

Bulan kering : Mei - September

3. Tanah : PMK, Aluvial dan Gambut.

Karateristik lahan Desa Pudak tersebut sesuai dengan tingkat kecocokan

tanaman padi sawah dengan benih padi ciherang yang cocok ditanam pada musim

hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.

4.2 Identitas Petani

Identitas seseorang merupakan cerminan status sosial orang yang

bersangkutan, dimana seseorang tersebut tinggal atau bermasyarakat. Status sosial

sangat mempengaruhi individu seseorang di dalam pengambilan keputusan dalam

penerapan. Oleh karena itu jika status seseorang dianggap baik dalam suatu

masyarakat, maka biasanya orang tersebut akan diakui dalam lingkungannya.

Identitas responden dalam penelitian ini adalah identitas petani yang

mengusahakan usahatani padi sawah dalam penerapan benih padi varietas

ciherang yang meliputi: umur, suku, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan dan

lama berusahatani.

4.2.1 Umur Responden

Umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam

mengelola usahataninya. Semakin petani itu berumur, maka kemampuanya dalam

bekerja akan cenderung menurun. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat


Hernanto (1996), bahwa pada umumnya petani yang lebih muda dan sehat

mempunyai kemampuan fisik lebih cepat menerima hal-hal baru yang dianjurkan,

hal ini disebabkan petani muda lebih berani mengambil resiko. Untuk lebih

jelasnya mengenai distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur

dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Distribusi Responden Petani Padi Sawah berdasarkan Umur Tahun

2014
Menerapkan Benih Padi Tidak Menerapkan Benih
Kelompok Umur Varietas Ciherang Padi Varietas Ciherang
No.
(Tahun) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
1 28 – 34 4 6,55 2 5,89
2 35 – 41 17 27,87 7 20,59
3 42 – 48 12 19,67 5 14,70
4 49 – 55 15 24,59 14 41,17
5 56 – 62 7 11,48 3 8,82
6 63 – 69 6 9,84 2 5,89
7 70 – 76 0 0 1 2,94
Jumlah 61 100 34 100
Sumber : Hasil Olahan Data Kuesioner Tahun 2015

Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa keadaan umur petani sampel yang

menerapkan benih padi varietas ciherang sebagian besar berada pada kelompok

umur 35 – 41 tahun yaitu sebanyak 17 orang (27,87 %) sedangkan petani sampel

yang tidak menerapkan benih padi varietas ciherang sebagian besar berada pada

kelompok umur 49 – 55 tahun yaitu sebanyak 14 orang (41,17 %). Petani di

daerah penelitian berada pada umur yang memiliki fisik masih baik dan cukup

produktif.

4.2.2 Pendidikan Responden

Pendidikan dapat menjadi salah satu faktor terjadinya perbedaan pola pikir

petani karena pendidikan merupakan salah satu proses pengembangan

pengetahuan, keterampilan maupun sikap seseorang yang akan dilaksanakan


secara terencana sehingga diperoleh perubahan-perubahan dalam meningkatkan

taraf hidup. Pendidikan memberi pengetahuan bukan saja secara langsung seperti

pelaksanaan dalam bertani atau mencari nafkah, tetapi juga memberi landasan

untuk pengembangan diri maupun kemampuan untuk memanfaatkan semua

sarana yang ada disekitar kita untuk kelancaran dalam memenuhi kebutuhan

hidup. Adapun mengenai distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat

pendidikan seperti tertera pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Distribusi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan Tingkat


Pendidikan Tahun 2014

Menerapkan Benih Padi Tidak Menerapkan Benih


Tingkat Varietas Ciherang Padi Varietas Ciherang
No.
Pendidikan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
1. SD/ Sederajat 39 63,93 22 64,70
2. SMP/ Sederajat 16 26,23 6 17,65
3. SMA/ Sederajat 6 9,84 6 17,65
Jumlah 61 100 34 100
Sumber : Hasil Olahan Data Kuesioner Tahun 2015

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa distribusi tingkat petani baik petani

yang menerapkan benih padi varietas ciherang maupun petani yang tidak

menerapkan benih padi varietas ciherang banyak terdapat pada tingkat SD/

Sederajat yakni masing-masing sebanyak 39 orang petani yang menerapkan benih

padi varietas ciherang dan 22 orang petani yang tidak menerapkan benih padi

varietas ciherang. Distribusi tingkat pendidikan terkecil pada tingkat SMA/

Sederajat sebanyak 6 orang petani yang menerapakan maupun tidak menerapkan

benih padi varietas ciherang.

4.2.3 Lama Berusahatani

Lama berusahatani merupakan pengalaman petani dalam berusahatani padi

sawah. Pengalaman berpengaruh terhadap inisiatif petani dalam mengambil


keputusan yang menyangkut dalam kegiatan berusahatani. Petani dengan

pengalaman yang sudah cukup lama sangat berhati-hati dalam menerima inovasi

yang dianggap baru, karena petani tersebut mempertimbangkan resiko kegagalan

yang akan dialami bila menerapkan inovasi tersebut dibandingkan dengan petani

yang pengalaman berusahataninya masih tergolong baru. Pengalaman petani

sampel dalam mengusahakan tanaman padi sawah bervariasi. Sehingga semakin

lama berusahatani diharapkan semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh.

Berdasarkan hasil penelitian, petani umumnya melaksanakan usahataninya

dimulai setelah berkeluarga atau berumah tangga. Sebelumnya mereka hanya

mengikuti usahatani orang tuanya. Di daerah penelitian petani memiliki

pengalaman berusahatani padi sawah paling rendah yaitu selama 1 tahun sampai

yang tertinggi selama 30 tahun. Untuk lebih jelasnya pengalaman petani sampel

dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berusahatani Padi Sawah


di Daerah Penelitian Tahun 2014
Menerapkan Benih Padi Tidak Menerapkan Benih
Lama
Varietas Ciherang Padi Varietas Ciherang
No. Berusahatani
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(tahun)
(Orang) (%) (Orang) (%)
1 1–4 10 16,40 11 32,35
2 5–8 30 49,18 11 32,35
3 9 – 12 8 13,11 1 2,94
4 13 – 16 6 9,83 3 8,82
5 17 – 20 4 6,55 4 11,76
6 21 – 24 0 0 1 2,94
7 25 – 28 2 3,29 3 8,82
8 29 – 32 1 1,64 0 0
Jumlah 61 100 34 100
Sumber : Hasil Olahan Data Kuesioner 2015

Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa lama berusahatani bagi petani yang

menerapkan benih padi varietas ciherang distribusi terbesar terletak pada

frekuensi 5 – 8 tahun yaitu sebanyak 30 orang petani dengan persentase sebesar


49,18 % sedangkan distribusi terkecil terletak pada frekuensi 21 – 40 dimana

tidak ada petani yang memiliki pengalaman berusahatani dengan frekuensi

tersebut. Petani yang tidak menerapkan benih padi varietas ciherang distribusi

terbesar terletak pada frekuensi 1 – 4 dan frekuensi 5 – 8 masing masing sebanyak

11 orang petani dengan persentase 32,35 % sedangkan distribusi terkecil terletak

pada frekuensi 29 – 32 tahun dimana tidak ada petani yang memiliki pengalaman

berusahatani dengan frekuensi tersebut.

4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Anggota keluarga merupakan bagian dari keluarga baik yang berusia

produktif maupun non produktif. Suatu keluarga dengan anggota keluarga yang

relatif besar haruslah lebih banyak berkepentingan dalam usahanya untuk

mencukupi kebutuhan keluarganya. Petani yang mempunyai jumlah anggota

keluarga yang besar akan diburu oleh kebutuhan keluarga (Hernanto, 1996).

Dengan demikian petani akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi

kebutuhan keluarga petani itu sendiri. Jumlah tanggungan keluarga yang

dimaksud adalah jumlah anggota keluarga atau semua orang yang tinggal dalam

satu rumah ataupun diluar rumah yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

Anggota keluarga terdiri dari suami, istri, anak-anak, yang menjadi tanggung

jawab seorang kepala keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani

yang menjadi responden bervariasi. Untuk mengetahui jumlah tanggungan

keluarga petani responden dapat dilihat pada Tabel 10 berikut :

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga


di Daerah Penelitian Tahun 2015
No. Jumlah Menerapkan Benih Padi Tidak Menerapkan Benih
Tanggungan Varietas Ciherang Padi Varietas Ciherang
Keluarga Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(orang) (Orang) (%) (Orang) (%)
1 0–1 8 13,11 3 8,82
2 2–3 39 63,93 13 38,24
3 4–5 12 19,68 13 38,24
4 6–7 2 3,28 5 14,70
Jumlah 61 100 34 100
Sumber : Hasil Olahan Data Kuesioner 2015

Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa distribusi jumlah tanggungan

keluarga petani sampel yang menerapkan benih padi varietas ciherang terbesar

pada selang kelas 2 – 3 yaitu 39 orang (63,93 %) sedangkan distribusi jumlah

tanggungan keluarga petani sampel yang tidak menerapkan benih padi varietas

ciherang terbesar pada selang kelas 2 – 3 dan 4 – 5 yaitu 13 orang (38,24 %).

Jumlah tanggungan keluarga yang lebih besar tentu menuntut pemenuhan

kebutuhan keluarga yang lebih besar pula, tentu hal ini akan mempengaruhi petani

dalam hal kegiatan meningkatkan usahataninya.

4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Penerapan Benih


Padi Varietas Ciherang

Analisis logistik biner digunakan untuk menguji variabel independen atau

variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Tujuan dari analisis ini adalah

untuk melihat apakah variabel independen seperti selera petani, produksi, luas

lahan dan kesesuaian lahan mempengaruhi variabel dependen yaitu penerapan

benih padi varietas ciherang untuk menerapkan atau tidak menerapkan benih padi

varietas ciherang. Hasil dari analisis logistik biner adalah sebagai berikut:

4.3.1 Uji Goodness of Fit ( R2)

Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai R Square adalah sebesar 0,678.

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel-variabel bebas atau variabel

independen yang dimasukkan ke dalam model dapat menjelaskan perubahan


variabel tak bebas atau variabel dependen sebesar 67,8 %. Sedangkan sisanya

yaitu sebesar 32,2 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan di dalam

model.

4.3.2 Uji Signifikan dari Parameter

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel dengan nilai

yang lebih kecil dari signifikansi 0,05 adalah selera petani, produksi, luas lahan

dan kesesuaian lahan. Nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut

adalah variabel X1 yaitu selera petani merupakan variabel dummy (1 = suka ; 0=

tidak suka) dengan nilai signifikansi X4.1 sebesar 0,000 dan X4.2 sebesar 0,008.

Variabel X2 yaitu produksi dengan nilai signifikansi sebesar 0,002, variabel X3

yaitu luas lahan dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 dan variabel X4 yaitu

kesesuaian lahan merupakan variabel dummy (1 = sesuai ; 0= tidak sesuai)

dengan nilai signifikansi X5.1 sebesar 0,05 dan X5.2 sebesar 0,06.

4.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Penerapan


Benih Padi Varietas Ciherang

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan

benih padi varietas ciherang untuk menerapkan atau tidak menerapkan benih padi

varietas ciherang disajikan pada Tabel 11.


Tabel 11. Analisis Regresi Binary Logistik Pada Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Petani dalam Penerapan Benih Padi Varietas
Ciherang di Daerah Penelitian Tahun 2015.

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

X1 0.220533 0.219012 1.006946 0.3140


X2 2.874927 0.964216 2.981622 0.0029
X3 -14.60214 5.170329 -2.824219 0.0047
X4 -0.087912 0.236810 -0.371235 0.7105
X4_1 5.657439 1.639068 3.451620 0.0006
X4_2 3.171018 1.197172 2.648758 0.0081
X5_1 1.836186 0.946635 1.939697 0.0524
X5_2 -2.149339 1.143127 -1.880228 0.0601
C -8.267944 2.741635 -3.015699 0.0026

McFadden R-squared 0.677568 Mean dependent var 0.642105


S.D. dependent var 0.481924 S.E. of regression 0.264113
Akaike info criterion 0.610052 Sum squared resid 5.998967
Schwarz criterion 0.851999 Log likelihood -19.97748
Hannan-Quinn criter. 0.707817 Deviance 39.95497
Restr. Deviance 123.9175 Restr. log likelihood -61.95874
LR statistic 83.96251 Avg. log likelihood -0.210289
Prob(LR statistic) 0.000000

Obs with Dep=0 34 Total obs 95


Obs with Dep=1 61

Model Persamaan regresi logistik dalam penelitian ini ialah :

1
P ( x i )= −( βo+ β1 x1 +β 2 x 2+ β3 x3 +β 4 x 4 )
1+ e

Maka berdasarkan tabel hasil analisis diperoleh persamaan regresi logistik

terhadap faktor – faktor X1, X2, X3 dan X4 secara bersama – sama adalah sebagai

berikut :
1
P ( x i )= −(−8,267+0,221(0,314)+2,875 ( 0,003 ) −14,602 ( 0,005 ) −0,088 ( 0,711 ) )
1+ 2,718

1
P ( xi ) = −(0,292)
1+ 2,718
= 0,57
= 57 %
(Gujarati, 2006) Jika variabel independen secara bersama – sama
mempengaruhi dengan nilai peluang 40 % sampai dengan 60 % maka variabel
independen secara bersama – sama dalam model telah dianggap baik. Dalam
penelitian ini secara bersama – sama X 1, X2, X3 dan X4 mempengaruhi peluang
petani menerapkan benih padi varietas ciherang adalah sebesar 57 % maka
variabel independennya dinyatakan dalam model adalah baik.
Pada tabel 11 hasil uji analisis Binary Logistic pada nilai Log Likelihood
berdasarkan tabel analisis diperoleh sebesar – 19,978. Nilai negatif (-) pada nilai
log likelihood dalam model tersebut menyatakan bahwa model telah dianggap
baik.
Jumlah dari hasil faktor x
X=
Jumla h Sampel
Maka X dari masing – masing faktor X1 yaitu (X5.1 ; X5.2), X2, X3 dan X4
yaitu (X4.1 ; X4.2) antara lain adalah sebagai berikut :
1. Faktor Selera Petani (X1) meliputi selera petani karena suka terhadap benih
padi varietas ciherang (X5.1) dan selera petani karena tidak suka terhadap
benih padi varietas ciherang (X5.2)
67
X5.1= = 0,71
95
28
X5.2= = 0,29
95
2. Faktor Produksi (X2)
435 , 7
X2= = 4,5
95
3. Faktor Luas Lahan (X3)
70 ,25
X3= = 0,74
95
4. Faktor Kesesuaian Lahan (X4) meliputi kesesuaian lahan dengan lahan
yang sesuai terhadap benih padi varietas ciherang (X 4.1) dan kesesuaian
lahan dengan lahan yang tidak sesuai terhadap benih padi varietas ciherang
(X4.2)
74
X4.1= = 0,78
95
21
X4.2= = 0,2
95
Berikut merupakan peluang yang menerapkan benih padi varietas ciherang
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan benih padi
varietas ciherang secara parsial:
1. Selera petani ( X 1 ¿

Faktor selera petani berpengaruh sangat nyata terhadap keputusan petani

untuk menerapkan benih padi varietas ciherang. Untuk melihat peluang petani

yang menerapkan benih padi varietas ciherang terhadap faktor selera petani yang

mempengaruhi penerapan benih padi varietas ciherang dapat dilihat pada tabel 12:

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Selera Petani Tahun


2015

Selera petani
Penerapan
Tidak Suka Suka Jumlah
Menerapkan Benih
7 (11,5 %) 54 (88,5%) 61
Ciherang
Tidak Menerapkan
21 (62 %) 13 (38 %) 34
Benih Ciherang
Jumlah 28 (29 %) 67 (71 %) 95
Sumber : Hasil Olahan Data Kuesioner 2015

Tabel 12 menjelaskan bahwa petani yang menerapkan benih padi varietas

ciherang sebagai akibat selera petani terhadap rasa suka nasi yang dihasilkan oleh

benih yaitu sebanyak 54 orang (88,5 %) sedangkan petani yang menerapkan benih

padi varietas ciherang bukan karena selera petani terhadap benih yang dihasilkan

sebanyak 7 orang (11,5 %). Maka peluang petani yang menerapkan benih padi

varietas ciherang sebagai akibat selera petani terhadap rasa nasi yang dihasilkan
oleh benih padi varietas ciherang sebesar 71 %. Sebaliknya peluang petani yang

menerapkan benih padi varietas ciherang bukan karena selera petani terhadap rasa

nasi yang dihasilkan oleh benih padi varietas ciherang adalah sebesar 29 %.

2. Produksi ( X 2 ¿

Faktor produksi berpengaruh sangat nyata terhadap keputusan petani untuk

menerapkan benih padi varietas ciherang. Untuk melihat peluang petani yang

menerapkan benih padi varietas ciherang terhadap faktor produksi yang

mempengaruhi penerapan benih padi varietas ciherang dapat dilihat pada tabel 13:

Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Produksi Tahun 2015

Produksi (Ȳ = 4.5 Ton)


Penerapan
≤ > Jumlah
Menerapkan Benih
21 (34,4 %) 40 (65,6 %) 61
Ciherang
Tidak Menerapkan
25 (73,5 %) 9 (26,5 %) 34
Benih Ciherang
Jumlah 46 (48 %) 49 (52 %) 95
Sumber : Hasil Olahan Data Kuesioner 2015

Tabel 13 menjelaskan bahwa petani yang menerapkan benih padi varietas

ciherang sebagai akibat produksi yang dihasilkan oleh benih yaitu sebanyak 40

orang (65,6 %) sedangkan petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang

bukan karena produksi terhadap benih yang dihasilkan sebanyak 21 orang (34,4

%). Maka peluang petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang sebagai

akibat produksi yang dihasilkan oleh benih padi varietas ciherang sebesar 52 %.

Sebaliknya peluang petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang bukan

karena produksi yang dihasilkan oleh benih padi varietas ciherang adalah sebesar

48 %.
3. Luas Lahan ( X 3 ¿

Faktor luas lahan berpengaruh sangat nyata terhadap keputusan petani

untuk menerapkan benih padi varietas ciherang. Untuk melihat peluang petani

yang menerapkan benih padi varietas ciherang terhadap faktor luas lahan yang

mempengaruhi penerapan benih padi varietas ciherang dapat dilihat pada tabel 14:

Tabel 14. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Luas Lahan Tahun

2015

Luas Lahan (Ȳ = 0.74 Ha)


Penerapan
≤ > Jumlah
Menerapkan Benih
19 (31 %) 42 (69 %) 61
Ciherang
Tidak Menerapkan
21 (61,8 %) 13 (38,2 %) 34
Benih Ciherang
Jumlah 40 (42 % 55 (58 %) 95
Sumber : Hasil Olahan Data Kuesioner 2015

Tabel 14 menjelaskan bahwa petani yang menerapkan benih padi varietas

ciherang sebagai akibat luas lahan yaitu sebanyak 42 orang (69 %) sedangkan

petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang bukan karena luas lahan

sebanyak 19 orang (31 %). Maka peluang petani yang menerapkan benih padi

varietas ciherang sebagai akibat luas lahan sebesar 58 %. Sebaliknya peluang

petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang bukan karena luas lahan

adalah sebesar 42 %.

4. Kesesuaian Lahan ( X 4 ¿

Faktor kesesuaian lahan berpengaruh sangat nyata terhadap keputusan

petani untuk menerapkan benih padi varietas ciherang. Untuk melihat peluang

petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang terhadap faktor kesesuaian

lahan berdasarkan sesuai dan tidak sesuai nya lahan yang dilakukan usahatani

padi sawah dengan benih padi varietas ciherang dapat dilihat pada tabel 15 :
Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kesesuaian Lahan
Tahun 2015

Kesesuaian Lahan
Penerapan
Tidak Sesuai Sesuai Jumlah
Menerapkan Benih
2 (3,3 %) 59 (96,7 %) 61
Ciherang
Tidak Menerapkan
19 (55,9 %) 15 (44,1 %) 34
Benih Ciherang
Jumlah 21 (22 %) 74 ( 78 %) 95
Sumber : Hasil Olahan Data Kuesioner 2015

Tabel 15 menjelaskan bahwa petani yang menerapkan benih padi varietas

ciherang sebagai akibat kesesuaian lahan yang sesuai yaitu sebanyak 59 orang

(96,7 %) sedangkan petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang bukan

karena kesesuaian lahan yaitu tidak sesuai sebanyak 2 orang (3,3 %). Maka

peluang petani yang menerapkan benih padi varietas ciherang sebagai akibat

kesesuaian lahan sebesar 78 %. Sebaliknya peluang petani yang menerapkan

benih padi varietas ciherang bukan karena kesesuaian lahan adalah sebesar 22 %.

4.4.1 Nilai Oods Ratio

Rasio peluang sebagai rasio perubahan oods suatu kejadian pada

penerapan benih padi varietas ciherang adalah sebagai berikut :

P ( x i )=¿ e β i

Pada masing – masing faktor untuk mengetahui perubahan peluang yang terjadi

pada penerapan benih padi varietas ciherang dilakukan persamaan diatas.

a. Selera Petani ( X 1 ¿

Rasio peluang sebagai rasio perubahan suatu kejadian pada penerapan

benih padi varietas ciherang terhadap faktor selera petani adalah :

P ( x i )=¿ e β i

P ( x i )=¿ 2,7180,221 = 1,25


Maka dapat dijelaskan bahwa besarnya peluang petani menerapkan benih

ciherang sebagai akibat dari selera petani adalah sebesar 1,25 kali.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Edi Suprapto (2010)

yang menyatakan bahwa variabel selera petani mempunyai koefisien sebesar

0,106 dengan taraf signifikansi sebesar 0,003 dimana nilainya lebih kecil dari

0,05. Artinya variabel selera petani mempunyai pengaruh positif dan signifikan

secara statistik terhadap usahatani padi organik di Kabupaten Sragen. Dimana hal

ini juga sesuai dengan landasan teoritis oleh Nuraini (2005) menyatakan bahwa

selera masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan

masyarakat untuk membeli barang atau jasa. Jika selera konsumen terhadap suatu

barang meningkat maka permintaan akan meningkat dan begitu pula sebaliknya

jika selera konsumen terhadap suatu barang menurun maka permintaan akan

menurun.

b. Produksi ( X 2 ¿

Rasio peluang sebagai rasio perubahan suatu kejadian pada penerapan

benih padi varietas ciherang terhadap faktor produksi adalah :

P ( x i )=¿ e β i

P ( x i )=¿ 2,7182,875 = 17,7

Maka dapat dijelaskan bahwa besarnya peluang petani menerapkan benih

ciherang sebagai akibat dari produksi adalah sebesar 17,7 kali. Dengan kata lain,

apabila ada perbedaan produksi diantara petani sebanyak 1 kali maka akan terjadi

perubahan peluang menerapkan benih padi varietas ciherang sebanyak 17,7 kali.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andri Febrian

Hervani (2013) berdasarkan hasil perhitungan uji statistik non parametrik atau uji
chi square dengan uji X 2 hitung sebesar 4,726 lebih besar dari X 2 tabel sebesar

3,841 dengan tingkat kepercayaan 95% menyatakan bahwa produksi petani

memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendekatan PTT padi sawah. Semakin

tinggi produksi yang dihasilkan petani maka akan semakin tinggi pula sikap

petani terhadap pendekatan PTT.

c. Luas Lahan ( X 3 ¿

Rasio peluang sebagai rasio perubahan suatu kejadian pada penerapan

benih padi varietas ciherang terhadap faktor luas lahan adalah :

P ( x i )=¿ e β i

P ( x i )=¿ 2,718-14,602 = 4,56

Maka dapat dijelaskan bahwa besarnya peluang petani menerapkan benih

ciherang sebagai akibat dari luas lahan adalah sebesar 4,56 kali. Dengan kata lain,

apabila ada perbedaan luas lahan diantara petani sebanyak 1 kali maka akan

terjadi perubahan peluang menerapkan benih padi varietas ciherang sebanyak 4,56

kali.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitty Muawiyah

Panurat (2014) yang menyatakan bahwa koefisien regresi dari luas lahan sebesar

0.703 terlihat adanya kontribusi positif luas lahan terhadap minat dan berpengaruh

sangat nyata terhadap minat petani (Pvalue = 0.002). Luas lahan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap minat petani Desa Sendangan pada taraf yang

sangat nyata 0,2 persen sehingga luas lahan sangat mempengaruhi minat petani

untuk berusahatani semakin tinggi. Dimana hal ini juga sesuai dengan landasan

teoritis oleh (Soekartawi, 1994 dalam Mika Jayanti, 2011) menyatakan bahwa
petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan

inovasi dibanding petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan

dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi.

d. Kesesuaian Lahan ( X 4 ¿

Rasio peluang sebagai rasio perubahan suatu kejadian pada penerapan

benih padi varietas ciherang terhadap faktor kesesuaian lahan adalah :

P ( x i )=¿ e β i

P ( x i )=¿ 2,718-0,088 = 0,91

Maka dapat dijelaskan bahwa besarnya peluang petani menerapkan benih

ciherang sebagai akibat dari kesesuaian lahan adalah sebesar 0,91 kali.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sri Kuning Retno

Dewandini (2010) yang menyatakan bahwa bahwa tingkat kesesuaian potensi

lahan berada pada kategori sedang yaitu 57,5 persen atau 23 orang. Hal

disebabkan karena ada daerah yang jika musim kemarau sulit mendapat air.

Dilihat dari keadaan wilayah Kecamatan Minggir, air tersedia cukup melimpah

akan tetapi saluran irigasi untuk daerah bagian selatan kurang memadai. Saluran

air terpusat di daerah utara saja, sehingga daerah tersebut tidak pernah mengalami

kekeringan bahkan air selalu tersedia meskipun musim kemarau. Adanya tingkat

kesesuaian potensi lahan ini akan mempermudah petani dalam melakukan

usahatani, lahan yang telah sesuai dan air yang tersedia akan mendorong petani

untuk melakukan budidaya. Dimana hal ini juga sesuai dengan landasan teorits

oleh (Djaenuddin dkk, 2000 dalam suyoko, 2008) menyatakan bahwa kesesuaian

lahan dilihat antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan
penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau

informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut

4.5. Implikasi Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa terdapat

faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan penerapan benih padi

varietas ciherang. Faktor – faktor yang mempengaruhi tersebut adalah faktor

selera petani berdasarkan dalam diri petani terhadap kesukaan yaitu suka atau

tidak suka terhadap benih padi varietas ciherang yang dihasilkan, karena seluruh

petani padi sawah yang menjadi sampel sebagian besar hasil produksi yang

diperoleh untuk dikonsumsi. Faktor produksi yang tinggi yang dihasilkan oleh

petani dan faktor luas lahan yang dimiliki oleh petani juga sangat mempengaruhi

petani dalam penerapan benih padi varietas ciherang. Faktor teknis berdasarkan

sesuai atau tidak sesuainya lahan usahatani yang dimilik petani untuk usahatani

padi sawah dengan menerapkan benih padi varietas unggul ciherang.

Penerapan benih padi varietas ciherang sangat menentukan hasil yang

diperoleh petani pada usahataninya. Tingkat produksi pada usahatani padi sawah

dengan menerapkan benih padi varietas ciherang lebih tinggi dibandingkan

dengan petani yang tidak menerapkan benih padi varietas ciherang pada usahatani

padi sawah. Hasil produksi yang tinggi juga akan memperoleh produktivitas dan
penerimaan yang tinggi yang mampu mengurangi resiko biaya yang dikeluarkan

selama proses produksi.

Berdasarkan atas hasil penelitian untuk meningkatkan penerapan benih

padi varietas ciherang maka jalan keluar agar petani bersedia menerapkan benih

padi varietas ciherang di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu diperlukan

perhatian dari faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan benih

padi varietas ciherang yaitu selera petani, produksi, luas lahan dan kesesuaian

lahan. Kebijakan dari pemerintah dalam mengoptimalkan penyebaran benih padi

varietas unggul. Dimana penyebaran benih padi varietas unggul dengan melihat

tingkat kesukaan petani atau selera petani terhadap rasa dan jenis nasi yang

dihasilkan oleh benih padi sesuai dengan selera petani. Semakin tinggi rasa suka

atau ketertarikan petani terhadap rasa dan jenis nasi yang dihasilkan oleh benih

padi varietas ciherang maka akan semakin tinggi keinginan petani untuk

menerapkannya dalam kegiatan usahataninya.

Produksi yang dihasilkan oleh petani juga menjadi sesuatu yang memicu

petani dalam menerapkan benih padi varietas ciherang. Produksi yang tinggi yang

dihasilkan pada suatu benih dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

petani sehingga dalam penyebaran benih padi varietas ciherang petani yang

menerapkan akan semakin meningkat jika produksi yang dihasilkan oleh petani

pada setiap hasil panen tinggi. Peningkatan produksi pada usahatani juga

didasarkan oleh kemampuan petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya

sehingga perlu adanya suatu bimbingan yang lebih intensif dari penyuluh

pertanian lapangan (PPL) guna untuk memaksimalkan produksi yang dihasilkan

oleh petani. Pengetahuan petani diharapkan akan semakin bertambah dengan


mengetahui cara budidaya yang ramah lingkungan, modal yang diperlukan dan

peka terhadap teknologi atau inovasi baru.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan dari hasil penelitian maka dapat

disimpulkan :

1. Faktor selera petani, produksi, luas lahan dan kesesuaian lahan memiliki

kecenderungan berpengaruh terhadap penerapan benih padi varietas

ciherang

2. Faktor variabel independen yang dimasukkan kedalam model memberikan

dugaan yang sangat signifikan terhadap penerapan benih padi varietas

ciherang

3. Variabel selera petani, produksi, luas lahan dan kesesuaian lahan

berpengaruh nyata terhadap tinggi rendahnya peluang petani dalam

melakukan penerapan benih padi varietas ciherang.


5.1 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan sesuai dengan kesimpulan diatas maka

saran yang dapat diberikan adalah:

1. Kebijakan pemerintah perlu memberdayakan dan mengoptimalkan faktor

– faktor yang mempengaruhi petani dalam menerapkan benih padi varietas

ciherang dengan cara mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan

petani untuk membantu petani dalam meningkatkan kegiatan usahataninya

2. Penyebaran benih padi varietas ciherang terus ditingkatkan kepada petani

dengan terpenuhinya selera petani terhadap hasil benih yang dihasilkan,

produksi yang tinggi, lahan yang luas dan lahan yang sesuai untuk

melakukan kegiatan usahatani dengan benih padi varietas ciherang

3. Perlu adanya bimbingan, dampingan dan dorongan terhadap petani untuk

menambah pengetahuan dan memajukan usahatani petani oleh penyuluh

pertanian lapangan agar petani terus mengetahui informasi dan teknologi

baru untuk meningkatkan peluang dari faktor variabel independen dalam

menerapkan benih padi varietas ciherang.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Tarbiatun. 2009. Analisis Sikap Petani Terhadap Penerapan Teknologi


Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Dan Sumberdaya
Terpadu (PTT). Skripsi Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian. Universitas Jambi. Jambi

Akdon, dan Riduwan. 2009. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian. Dewa
Ruci. Bandung

Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan. 2012. Laporan Tahunan


PPL Kecamatan Kumpeh Ulu Tahun 2012. Kabupaten Muaro Jambi.

Badan Pengawasan Benih Sertifikasi. 2013.Inventarisasi Penyebaran Varietas


Padi Kabupaten Muaro Jambi. BPSB Provinsi Jambi.

Badan Pusat Statistik. 2014. Jambi Dalam Angka 2014. BPS Provinsi Jambi

Departemen Pertanian. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian.


Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta.

Fahmi, David. 2008. Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Padi Varietas Unggul
Di Kabupaten Kediri Jawa Timur. Skripsi Program Studi Agribisnis.
Institut Pertanian Bogor. Bogor

Febrian, Andri. 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap Petani


Terhadap Pendekatan PTT Padi Sawah di Kecamatan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Skripsi Program Studi Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian. Universitas Jambi. Jambi
Gaspersz, Vincent. 2006. Production Planningand Inventory. PT.Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta

Ghozali Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,


Universitas Dipenogoro, Jawa Tengah.

Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar Dan Aplikasinya. Alih Bahasa Sumarno


Zain. Penerbit Erlangga. Jakarta

Gujarati, D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Erlangga, Jakarta.

Gumbira, E, A. Harizt Intan Said.2001. Manajemen Agribisnis. Penerbit Ghalia


Indonesia. Jakarta

Irwan. 2013. Faktor Penentu Dan Keputusan Petani Dalam Memilih Varietas
benih Kedelai Di Kabupaten Pidie. Jurnal Agrisep Vol 14. Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Jayanti, Mika. 2011. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani


Padi Sawah Menggunakan Benih Menurut Sumber Benih. Skripsi
Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Jilid I dan II Terjemahan Prenhalindo.


Jakarta

Mardikanto, T. 1996. Pengantar Ilmu Pertanian Cetakan Pertama. Pusat


Pengembangan Agrobisnis dan Kehutanan Sosial (PUSPA). Surakarta.

Muawiyah, Sitty. 2014. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani


Berusahatani Padi Di Desa Sendongan Kecamatan Kakas. Skripsi
Program Studi Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Universitas Sam
Ratulangi Manado.

Nugraha, U.S, Sri Wahyuni, M.Y. Samaullah, dan A. Ruskandar. 2007.


Perbenihan di Indonesia.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/en/download/finish/23/ 777/0,
diakses 01 Mei 2015).

Nuraini, I. 2005. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah, Malang

Nurhaqiqi, Charissofos. 2008. Penilaian Petani Terhadap Benih Padi Varietas


Pepe Bersubsidi Di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Skripsi
Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta

Pratiwi, 2012.Permintaan dan Penawaran Hukum.http://fitriapratiwi.blog


spot.com/2012/03/permintaan-dan-penawaran-hukum.html diakses Rabu,
20 Maret 2013

Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian


Lahan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF),
Bogor, Indonesia.

Revikasari, Agivia. 2010. Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan


Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Di Desa Tempuran Kecamatan
Paron Kabupaten Ngawi. Skripsi Program Studi Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Rogers, Everett M. 2003. Diffusion Of Innovations: Third Edition. The Free


Press. LondonSadjad,

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian Teori


dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta

Sudarsono, 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan


Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali
Press: Jakarta.

Suprapto, Edi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usahatani Padi


Organik Di Kabupaten Sragen. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Program Pascasarjana Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan.
Surakarta.
Suyoko. 2008. Kesesuaian Lahan Kering Untuk Tanaman Wortel (Daucus Carota
L.) Dan Bawang Merah (Allium Oscolonium L.) Di Sub Das Samin
Kabupaten Karanganyar. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta

Tedi Herlambang. 2001 Ekonomi Makro Teori, Analisis Dan Kebijakan, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Wahyu, Yos. 2010. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi


Inovasi Pertanian Di Kalangan Petani Di Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo. Skripsi Program Studi Agribisnis. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta

Zikirna. 2012. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi


Organik Di Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi Program Studi
Agribisnis. Universitas Sumatera Utara. Medan

Anda mungkin juga menyukai